Welcome to the World of Korean Pop

Beberapa minggu yang lalu waktu masih di Mataram, salah seorang temen siaran di Fresh Radio tiba-tiba aja mengganti DP BBM nya dengan foto Lee Donghae. Ya, Donghae Super Junior. Agak sedikit ingin mengomentari, tetapi kemudian menelan kata-kata sendiri. Ya... gue emang sangat suka heboh sendiri kalau misalnya ada orang yang awalnya ngerasa kpop dan segala jenis manusia yang terlibat di dalamnya adalah sesuatu yang gak banget, jadi malah suka. Hebohnya gue kadang suka lebay. Suka kayang-kayang sambil makan kacang rebus, suka guling harimau tiba-tiba, suka gaya lilin sambil mimik susu Ultra, bahkan seringkali gue selalu berusaha menunjukkan kalau gue lebih tahu dari mereka soal kpop. Well, yang paling masuk akal mungkin yang terakhir. Biasanya gue akan mulai dengan ngecengin orang yang kayak gini dengan segala macem sindiran-sindiran nggak mempan yang ujungnya malah bikin gue sakit hati sendiri karena Jakarta masih macet aja dan sindiran gue selalu gagal. Okelah kalau nggak mau dibilang suka, tapi paling nggak sudah mau melibatkan diri dengan dunia kpop walaupun mungkin hanya sekedar mengganti DP BBM. Itu sudah awal yang baik.

Melibatkan diri dengan dunia kpop artinya melibatkan diri dengan sebuah komunitas yang dulunya masih tidak terekspos sama sekali dan terasa sangat eksklusif ,tapi sekarang adalah sesuatu yang sangat umum. Bahkan masyarakat awampun akan sangat familiar dengan Bonamana atau Super Junior. Beberapa temen-temen gue di facebook bahkan sempat menyayangkan hal ini: kenyataan bahwa sekarang kpop sudah banyak yang suka, sudah bukan lagi jadi sesuatu yang eksklusif, sudah bukan lagi jadi hal yang baru bagi masyarakat. Kenapa disayangkan?
Salah satunya mungkin karena munculnya banyak fans-fans labil yang kadang mengaku fandom padahal baru suka dua minggu, dua bulan atau bahkan kemaren. Padahal kalau menurut sebagian orang, sebelum menyebut diri lo seorang ELF, atau SHAWOL atau semacemnya, lo paling nggak sudah tahu betul siapa idola lo. Bukan sekarang suka langsung jadi ELF atau SHAWOL atau sebagainya... Tapi ada proses panjang sampai akhirnya lo paling nggak baru boleh menyebut diri lo sebagai ELF atau SHAWOL atau sebagainya. Fans-fans yang baru muncul ini, yang kadang sering banget bikin masalah di forum-forum, blog, ataupun di twitter dan mengundang banyak sekali reaksi dari para fanatis yang lain. Omongan kecil soal artis idola di twitter bisa jadi pembahasan yang sangat panjang bahkan sampai ada fanwar segala. Kebanyakan memang terjadi akibat fans-fans yang kata yang sudah lebih senior: LABIL.

Nggak ada sih jumlah waktu yang jelas mengenai seberapa lama seharusnya kita menggemari sebuah boyband atau girlband baru bisa masuk ke fandom mereka. Itu sih hak siapa aja. Tapi sudah sepantasnya juga para fans yang dikata labil ini setidaknya tahu diri. Nggak hanya sekedar ngomong asal dan nyebut diri mereka ELF atau SHAWOL atau SONE atau apapun. Karena kadang ke-sok tahu-an mereka bisa menjadi sangat buruk bagi ketentraman dan kemaslahatan umat fandom.

Gue selalu salut sama fans-fans yang sudah dewasa tapi masih fanatik. Mereka bisa mengatur emosi mereka dengan sedemikian rupa agar tidak sama sekali terbawa emosi. Orang-orang seperti ini seakan-akan sudah kebal dengan yang namanya fanwar, fans labil dan semacamnya. Dan seharusnya memang semua fandom harus mencoba untuk menjadi dewasa. Tidak mudah terbawa emosi karena menurut gue pribadi, ketika fandom terlibat dalam sebuah fanwar, maka nggak cuma orang-orang yang terlibat fanwar yang akan kena imbasnya, tapi kedua belah fandom. Jadi jangan heran kalau misalnya fandom internasional kemudian men-cap sebuah fandom di suatu negara menjadi buruk. Ya itu salah mereka sendiri...

Fanwar memang seringkali terjadi antar sesama fans kpop. tetapi ketika kemudian boyband dan girlband Indonesia berjamur di layar televisi kita dan fans mereka tumbuh seiring dengan popularitas dan juga promosi menarik dari para artis, fanwar kemudian menjadi hal yang sangat mudah terjadi antar fans kpop dan fans boyband indonesia.

Sebut saja sejak awal kemunculan SM*SH dan juga fandom (atau di Indonesia lebih dikenal dengan Fansclub) mereka SMAHBLAST. Banyak yang menilai video klip pertama SM*SH yang berjudul I HEART YOU meniru konsep video musik Super Junior. Entah video musik yang mana gue gatau karena Super Junior kayaknya nggak pernah punya MV dengan latar belakang putih polos kayak gitu. Atau gue yang nggak inget? Kalo kata beberapa orang sih NO OTHER yah, tapi gak ada tuh mirip-miripnya. Trus MARRY YOU? Nggak sama sama banget juga. Gue setuju dengan pembelaan beberapa SMASHBLAST yang bilang kalau latar putih adalah latar standar buat video klip manapun. Bener... itu memang bener banget. Karena standar, jadi mendingan jangan dibandingin. Gak adil...

Kalau menurut gue pribadi sih yang bermasalah sebenarnya bukan video klipnya. Soalnya kalau mengutip dari film Inception, Ide itu nggak ada yang benar-benar original. Siapa saja bisa menggunakan ide yang sama dengan ide orang lain. Nah kalau gue menangkapnya, ide itu siapa yang pertama kali buat dan publish, dialah pemenangnya. Gampangnya gini, gue mungkin punya ide bikin fanfiction dengan jalan cerita Donghae dan Siwon adalah saudara yang tertukar sejak bayi. Kemudian muncul tiba-tiba film dengan cerita serupa dengan ide gue. Tapi karena ide cerita gue nggak ke publish, ya gue nggak bisa nyalahin pembuat film itu dong. Toh gue nggak kenal sama dia dan dia nggak kenal sama gue. Kecuali mungkin cerita gue udah di post di facebook atau di blog atau di kaskus trus sejuta orang baca dan kasi komentar trus tiba-tiba muncul cerita yang sama dalam bentuk film itu baru mencurigakan. Jadi kalau masalah latar putih dan bla bla bla itu gue gak masalah. Kalau video klip 5 Bidadari, itu baru beneran nyontek Wonder Girls kalau gue bilang. SAMA PLEK DANG DING DUNG TURUT TURUT CURU DUDUDU BANGET. Sorry to say, I hate those kind of things. Sorry... Indonesia lebih kreatif dari sekedar itu. Gue bahkan bisa ngasi konsep video klip yang lebih oke daripada sekedar menjiplak. Serius. Bukan sombong. Malu jadi anak kreatif kan?!

Nah jadi apa yang membuat SM*SH begitu sangat tidak gue sukai waktu itu?

Karena namanya... Ya. Nama SM*SH adalah nama yang persis sama dengan SM*SH yang ada di Korea. Bukan apa-apa, tapi timing dan juga pemilihan nama ini gue pikir salah. Timing salah karena kpop sedang merajalela dan komentar yang pedas tentu akan timbul karena kesamaan nama ini. Maksud gue, siapa sih yang nggak kenal kpop? Mungkin SM*SH Korea nggak seterkenal Super Junior, tapi kalau udah ngomong soal kpop, semua pasti akan menyalahkan Indonesia dan kemudian kata-kata kasar seperti plagiat akan muncul. Salah SM*SH muncul dengan nama SM*SH ketika SM*SH Korea masih ada dan kpop lagi mengalir dan badai waktu itu. Ini menurut gue. Trus salah pemilihan nama jelas karena akan membuat ambigu. Bahkan di promosi album SM*SH yang di KFC, logo SM*SH nya persis sama kayak SM*SH Korea. Gue jadi agak kecewa aja. Mungkin mereka punya singkatan yang berbeda, tapi dengan penulisan yang sama seperti itu akan tetap dan selalu membuat orang-orang merasa aneh dengan SM*SH yang muncul belakangan ini. See? Muncul belakangan. Apa lagi yang kurang untuk di sebut ikut-ikutan?

Sebagai kpoppers, dulu gue nggak suka sama SM*SH (sekarang lebih ke biasa aja). Bukan karena mereka ikut-ikutan Super Junior (karena gue sama sekali gak nemu mereka sebenarnya ikut-ikutannya dibagian mana. Forget about style fashion, siapa aja bisa tampil seperti itu... dan bukan itu yang mereka tiru...) tapi karena menurut gue, boyband Indonesia belum terlalu oke untuk disukai. Oh ya, itu dulu, pas mereka memang awal-awal muncul. Ketidaksukaan gue juga didorong oleh banyaknya teman-teman yang tidak suka sama SM*SH karena gosip plagiat mereka terhadap artis Korea sementara gue lebih kepada peniruan mereka pada lagu Justin Bieber yang Baby yang note nya cuma ditinggiin dikit. Gue ikut arus jadi nggak suka ya karena temen-temen gue. Tapi setelah banyak boyband Indonesia muncul belakangan ini, gue mulai membuka diri untuk menyukai boyband-boyband dari negeri sendiri ini.

XOIX punya kualitas yang lumayan kalau gue perhatiin, kecuali mereka perform selalu lipsync itu yang gue nggak suka. Lagu mereka yang judulnya Cukuplah Sudah itu terlalu bagus untuk sekedar dinyanyikan lipsync. Dance mereka terlalu keren untuk dihina banyak orang karena lipsync. Walaupun Cukuplah Sudah rada mirip sama 2PM I'll Be Back, tapi yasudah sih, gak cuma latar putih video klip yang bisa sama, note lagu juga kadang-kadang emang sama. Walkin' nya Super Junior aja mirip kayak Billionaire nya Travie McCoy.

Dragon Boyz juga punya lagu yang bagus, judulnya Love You No More. Thanks banget buat boyband yang satu ini walaupun gue nggak pernah liat video klip nya dan cuma liat live perform mereka sekali dan lipsync, gue suka banget sama lagunya. Iramanya menarik dan ringan tanpa diselipin rap maksa. Ini yang bikin boyband satu ini jadi lumayan menarik perhatian gue dan hapal sama lagunya setelah baru dua kali gue coba puter pas jam siaran di Fresh Radio.

Kembali ke masalah fans,

Banyak fans SM*SH yang ngebela idola mereka. Karena jujur aja, SM*SH memang menerima banyak sekali hujatan di internet, youtube dan page haters mereka di Facebook. Sebelum akhirnya mereka semakin kuat karena antifans ini dan munculah lagu Senyum Semangat itu. Gue salah satu yang dulu nggak suka sama SM*SH dan di video YouTube remix SM*SH JB gue banyak sekali komentar jelek soal mereka dan gue diem aja. Kenapa gue diem? Ya karena video itu nggak pernah gue tujukan untuk menghina mereka tapi hanya kerjaan remix iseng doang. Tanggapan orang terhadap video itu sih yang suka beda-beda. Ada yang muji ada yang lempar tai. Lalu apakah salah fans SM*SH ini membela idolanya sendiri?

Gue rasa nggak.

Begitu juga dengan fans-fans boyband dan girlband Indonesia yang lain. Well yeah sebut aja Cherrybelle dengan begitu anggunnya meniru konsep SNSD di banyak sekali foto studio mereka dan bahkan lagu Dilema itu mirip sama My Child nya SNSD. Tapi mereka tetap punya penggemar juga. Apa salah menggemari mereka yang sebagian orang anggap menjiplak? Nggak juga.

Sama kayak kita kan? Kita suka SUJU suka SNSD. Trus terkadang kita mendewakan mereka sampai suka terlibat fanwar kalo ada yang banding-bandingin SUJU sama SM*SH. Bahkan ada yang sampai bilang kita ini cuma orang-orang bego yang diperalat sama negara lain buat mencintai negara lain alih-alih negara sendiri. Gue rasa itu adalah sesuatu yang wajar kita dapatkan. At least kita juga merasakan sakit hati seperti fans SM*SH. Dan gue rasa itu akan membuat kita semakin kuat kayak SM*SH. Bahkan bisa jadi lebih dari sekedar itu. Tapi kata-kata diperalat itu nggak pantas diucapkan karena kita masih tahu batasannya. Suka sama artis negara lain bukan berarti nggak berjiwa nasionalis. Menurut kita kualitas membuktikan dan jauh berbeda. Jadi kita memang memilih yang  menurut kita berkualitas. (Dan fans lokal lebih memilih yang menurut mereka lebih berkualitas. Sama aja. Seri.)

Gue adalah salah satu yang mengubah sudut pandang soal idola ini. Gue menilai fans JB lebay waktu nangis nggak bisa liat JB konser di Indonesia atau ngeliat JB sama Selena Gomez misalnya. Padahal gue juga kadang suka bete sendiri waktu ada yang ngejek SUJU atau sakit hati pas nggak bisa liat konser mereka. Gue ngerasa fans 7Icon lebay pas teriak nama Vanila sama Linzy di acara musik Indonesia, padahal gue juga teriak pas ngeliat perform Yoona sama Sooyoung di layar laptop. Jadi dibagian mana bedanya?

Sama juga kondisinya ketika salah seorang temen gue yang ngefans Paramore tiba-tiba nggak ada angin nggak ada hujan bilang, "Donghae itu ganteng. Keren ya!" Memang rasanya rumit untuk dijelaskan bagaimana njelimetnya hati waktu itu. Ada pikiran, "Ngapain ini orang suka juga sama beginian?!" Dan semacemnya. Tapi kembali lagi bahwa kpop memang sudah mendunia dan cepat atau lambat yang tadinya nggak suka akan suka juga. Sama kayak gue, yang awalnya nggak suka boyband dan girlband Indonesia jadi suka juga. Semua masalah waktu dan seberapa sering kita melihat mereka.

Kemudian belakangan gue jadi mikir, banyaknya fans labil dan fanwar belakangan ini tentu adalah akibat dari mendunianya kpop. Semakin banyak fans akan semakin banyak pendapat yang muncul dan semakin sulit untuk mengatur mereka. Tapi kembali lagi ke masalah hak pribadi, mereka berhak suka sama siapa saja dan mengartikan kesukaan mereka seperti apa saja. Walaupun kadang terkesan jijik. Tapi yah... itulah fans. Pada dasarnya semuanya selalu melakukan hal-hal yang diluar dugaan.

Walaupun nih, gue merasa sangat merindukan ke-eksklusif-an kpop yang dulu ketika masih jarang yang suka, ketika detik.com nggak pernah sekalipun membahas mereka, ketika kapanlagi.com nggak punya page khusus musik Asia, ketika nyebut Super Junior semua akan bertanya itu jenis makanan apa, ketika nyanyi lagu Sorry Sorry semua menatap gue dengan aneh dan jijik. Gue merindukan masa-masa itu. Sekarang ketika semua sudah tahu dan kenal, rasanya sangat mudah sekali menemukan lagu artis Korea manapun di playlist handphone siapapun. Atau mendengar lagu Bonamana di puter di tengah kampung yang biasanya dengerin dangdut. 

Kpop memang sudah menjalari semua orang... dan itu kenyataannya.

Kalau suatu saat boyband dan girlband Indonesia jadi idola gue, itu juga kenyataan yang harus diterima.


@ronzzykevin
http://kaoskakibau.tumblr.com


Share:

2 komentar