30 Menit Bersama drg. Chandra [PART 3]

Lagi lagi gue harus memuji diri gue karena semakin hari semakin minggu gue semakin tidak pernah lagi gemetaran kalau menerima nomor panggil itu. Hari ini gue dapet nomor panggil 1 karena PKM UI biasanya kalau pagi-pagi emang agak sepi. Walaupun list di loket pendaftaran lumayan banyak, tapi ternyata untuk drg. Chandra baru gue doang. Lumayan, menghemat waktu menunggu.

EH? Hahaha... gue lupa menyapa. Halo selamat sore menjelang malam teman-teman semua! Jangan galau karena nggak bisa nge-stalk WooJung couple yang ada di Lombok. Kesempatan lain akan datang nanti. Emang sih kedengerannya seperti menghibur diri sendiri, tapi daripada gue harus nangis-nangis kejer nggak jelas, mendingan share tentang pengalaman ke dokter gigi Chandra yang sudah masuk part 3 hari ini...

Nah seperti yang udah gue bilang di atas tadi, gue hari ini berusaha untuk berangkat lebih pagi sesuai janji sama drg. Chandra minggu lalu. Kata beliau, lebih pagi lebih baik. Akhirnya dengan segenap usaha menolak rayuan bantal, guling dan kasur untuk kembali meniduri mereka, gue berjalan gontai ke kamar mandi dan mengguyur diri dengan air setengah berlumpur yang menjadi khas kamar mandi kosan gue ini. Jam delapan tepat, gue berangkat dari kosan, nunggu bikun sekitar lima belas menit dan sampailah di PKM sekitar setengah sembilan. Untung masih sepi... Agenda hari ini adalah pengisian tambalan permanen di gigi kronis nan imut ini.

Rasanya nggak gemeteran lagi dan nggak dingin lagi sekujur tubuh di ruang tunggu. Hari ini karena sepi, rasa deg-degannya juga lumayan berkurang. Apakah mungkin karena terbiasa? Atau karena justru merindukan ruang praktek yang sampe kebawa mimpi itu? Beberapa hari belakangan secara nggak sengaja mencium bau ruangan praktek itu sih. Saking seringnya ke sana...

Gue sempat nggak ngeh nama gue di panggil sama suster karena emang di kartu PKM dan juga kartu yang dipegang drg. Chandra, nama gue tidak tertulis dengan Ron, tapi nama lengkap dan nama asli gue. Hahahah

Mungkin ada yang bertanya-tanya itu bagaimana ceritanya nama asli bisa jadi Ronzzy Kevin begitu? Hahahah.... Next story lah. Sekarang fokus ke drg. Chandra dulu.

Seperti biasanya, setelah nama dipanggil dan masuk ruangan, kita biasanya membahas apa saja keluhan selama satu minggu terakhir sebelum akhirnya hari ini tiba. Untungnya janji gue untuk tidak membiarkan gigi kelima ini tidak sakit bisa gue lunasi, akhirnya hari ini bisa dilanjutkan ke pengisian permanen.

Pemeriksaan hari ini rasanya lumayan lama. Padahal kalau dihitung-hitung mungkin nggak lebih dari setengah jam juga. Mungkin efek terlalu lama buka mulut kali ya? Gue bahkan tadi sempat curiga gue hampir di kasi kawat-kawat besi buat mempertahankan kondisi menganganya saking pegelnya. Untungnya nggak. Beberapa kali pak dokter-nya becanda dengan bilang, "Pasti pegel ya?" Tapi gue dengan sok-sok bijaksana dan tahan banting bilang nggak apa-apa dengan jempol tangan. Hahahah... mau pencitraan juga udah telat -__- pak dokternya sudah tahu gue takut sama beliau sejak awal.

Terlalu lama menganga ini sebenarnya bukan salah pak dokternya karena jelas lah profesional gitu. Tapi sepenuhnya lagi-lagi adalah salah air liur yang tidak berhenti mengalir. 

Jadi sepengetahuan gue sih, kalau misalnya mau di tambal permanen itu biasanya memang kondisi mulut harus kering se kering-keringnya. Dulu waktu SMP pernah mau tambal permanen karena dijanjikan tidak ada proses pengeboran tapi gagal total. Dan waktu itu juga dokternya sempat yang nyinggung air liur gue yang kebanyakan itu sebagai salah satu alasannya. Ah, what the hell. Orang pak dokter keren ini aja bisa kok walaupun dengan usaha sepenuh hati dan mungkin menyebalkan.

Setelah tambalan sementara minggu lalu dibersihkan dengan semacem semprotan air yang langsung bikin rontok semua tambalannya, proses dilanjutkan dengan pembersihan. Beberapa kali di semprot-semprot angin untuk dikeringkan juga. Ada semacem kertas yang dipilin-pilin jadi tipis banget yang beberapa kali dimasukkan ke gigi gue yang berlubang. Gue awalnya nggak tahu itu fungsinya buat apa, tapi beberapa kali di tusuk cabut tusuk cabut dan beberapa kali itu juga pak dokter kerennya bilang "Kok masih basah aja ya?" Akhirnya gue menyimpulkan itu sebenarnya semacem alat buat memeriksa apakah bagian giginya yang berlubang sudah kering atau belum dan siap di tambal atau belum.

Sudah pernah gue bilang kan kalau gue nggak bisa berhenti mengeluarkan air liur? Hahaha... Iya, sekali lagi hari ini hal itu dibahas dan dokter kerennya harus melihat genangan menjijikkan itu di mulut gue.

"Masih basah aja ya?" beliau sedikit heran ketika sudah lebih dari empat atau lima kali mengecek. "Padahal sudah di sumbat loh ini... masih aja ya?"

Gue sih curiganya, semakin banyak kapas di mulut gue, semakin banyak juga liur yang keluar. Gue emang agak sensitif dengan benda-benda itu. Maksudnya apapun yang ada di mulut. Perasaan pengen muntahnya selalu ada. Tapi tadi sebisa mungkin gue mensugesti diri gue untuk tidak mual dengan gumpalan kapas di bawah lidah itu (kalau yang diantara pipi dan gigi gue nggak masalah sebanyak apa juga). Gue juga berterima kasih pada Miss-A yang sudah menemani gue dalam pikiran. Tadi bener-bener nyanyi Goodbye Baby lagi buat mengalihkan perhatian sambil mengkyahal dance gaya lilin. Hahahahh...

"Ini masih basah. Tapi bukan darah sih, bening gitu..." kata dokter kerennya lagi.

"Saliva nya lagi ya dok? Emang banyak gitu ya?" mbak-mbak perawatnya nyambung.

"Ini, liat aja banyak begini..."

Oke, pemandangan yang sudah beberapa kali ini gue lihat adalah pak dokter keren dan perawat kerennya ngobrol di depan muka gue yang gue yakin sedang berbentuk aneh karena nganga gitu.

"Tahan sebentar lagi ya? Pegel ya? Pasti pegel deh... Ini kalau nggak kering nggak bisa dilanjutin soalnya."

Gue sih oke-oke aja. Sambil nunggu, di semprot angin lagi, suction juga bekerja menggerayangi setiap sudut mulut yang berliur. Sampai akhirnya bisa dilanjutin setelah pak dokternya nemui sumber liur yang harus disumbat dengan kapas itu... Harusnya gue saranin sekalian aja di cat pake cat anti bocor biar sekalian gitu kan. Apa namanya? Aquaproof? Hahahahhh...

Setelah itu, tambalan disiapkan. Semen-semen gigi sudah siap untuk ditanamkan di gigi kronis yang berlubang itu. Tapi tadi kayaknya gue melihat ada asep-asep gitu. Curiganya ada alatnya yang disterilkan dengan dibakar dulu. Awalnya sih gue pikir cuma asep dari reaksi apa sama apa gitu (gue udah mulai ngalor ngidul nggak jelar) tapi waktu ada alatnya yang nyentuh bibir gue dan panas, baru yakin kalo tadi emang ada yang dibakar. 

Proses tambal menambal nggak makan waktu lama. Tapi rasanya kayak bertahun-tahun dan rahang gue mulai pegel sekarang. Jujur. Hahahaha...

Acara pemeriksaan hari itu ditutup dengan kumur-kumur dan akhirnya selesai juga untuk hari ini.

Kata dokter Chandra, gue harus kembali tiga minggu dari sekarang. Karena ini harus benar-benar kering dulu baru deh bisa dilanjutkan dengan proses selanjutnya yang entah sampai kapan. LOL. Tapi sepertinya akan memakan waktu lama memang, 1,5 bulan kan? Ini sebulan aja belom... masih panjang waktu pertemuan kita dok. Jangan bosen liat muka saya ya? *ngomong sama siapa sih ini?*

Tanggal 28 Maret nanti entahlah apakah gue akan dipasangin semacem gigi tiruan sementara dulu sebelum yang aslinya selesai di proses dan dibentuk di lab atau semacemnya. Yang jelas tadi beliau nawarin buat menggunakan semacem gigi palsu tapi sementara gitu. Sebelumnya gue harus rontgen lagi untuk membedakan hasil sebelum perawatan dan sesudah perawatan. Jadi mungkin Senin gue harus kembali ke PKM lagi buat rontgen lagi... YOSH! Entah kenapa gue sekarang jadi suka ke PKM. Walaupun nggak pernah nyaman dengan suasana rumah sakit dan semacamnya.

Jadi mahkota gigi gue akan bisa dibuat setelah melihat hasil rontgen ini. Mengambil kesimpulan sendiri. Tapi way to go! Sebentar lagi akan selesai dan punya gigi baru walaupun palsu! Yayyyy!!!!

Thanks to drg. Chandra dan perawatnya yang sabar untuk hari ini...! :)

*****

Gue turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya buat temen gue (yang kadang-kadang mungkin jadi musuh besar gue sendiri walaupun di dalam hati) Hardika Tri Nugroho yang Ayahanda tercintanya hari ini dimakamkan di Bekasi. Gue nggak tahu lagi deh nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Tapi ngeliat tadi Dika nangis di atas makam Ayahnya, gue jadi pengen nangis juga... Kangen sama Dad yang gue sendiri bahkan nggak tahu dimana... Walaupun hari ini awalnya gue nggak yakin bisa dateng ke tempat Dika sama temen-temen, toh akhirnya sempat juga setelah dari dokter. Dan tadi walaupun gue ngerasa sangat sedih tapi nggak pernah bisa nangis lagi. Nggak tahu kenapa... Sempat ngasi pelukan semangat buat Dika juga... Semoga selalu semangat ya Dika!

That's all for today guys! Yang nunggu update-an WooJung couple, hahaaha sayang gue nggak bisa ngasi detail. Sorry for that yaa... Yang nge-stalk nggak pernah ngabarin sih :p


@ronzzykevin

Episode lalu :

| drg. Chandra PART 1 | drg. Chandra PART 2 |

Episode Selanjutnya:  

| drg. Chandra PART 4 | drg. Chandra PART 5 |

Share:

1 komentar

  1. btw bang, itu lantai tempat praktek dokter giginya checker board ya ? Hehehe

    BalasHapus