Gue bukan tipe orang yang suka gaul keluar-keluar sama temen sejak SMP. Nggak tau kenapa rasanya kuper gitu. Kerjaan gue kurang lebih nggak jauh beda sama yang sekarang sering gue kerjain: duduk manis depan komputer, nonton film, nulis. Yang berkembang sih paling jenis filmnya. Kalau dulu sukanya nonton Harry Potter dan diulang-ulang terus, belakangan suka nonton drama korea. Kalau dulu nulisnya di microsoft word selalu, sekarang nulisnya udah di blog sama twitter sama facebook. Ketika temen-temen SMP gue pada heboh karena mereka sudah punya motor (gila kan padahal SIM aja baru bisa dibuat setelah usia 17 tahun), gue masih cengok nggak ngerti apa-apa. Pertanyaan gue cuma satu: emang bisa?
Ya ternyata bisa. Pada akhirnya gue yang sudah bisa naik motor sejak kelas 6 SD ini meminta kepada ayah gue yang masih ada waktu itu buat dibikinin SIM juga. Walaupun pada awalnya ditolak mentah-mentah karena gue masih terlalu kecil buat bawa motor waktu itu--dalam arti kata yang sebenarnya karena badan gue memang dari dulu nggak lebih besar dari gerbang rumah--dan dengan berbagai macam alasan seperti, "Gimana kalau misalnya kamu jatoh trus motornya di bawa kabur sama orang?!" dan sebagainya. Agak bete juga sih. Tapi akhirnya toh ketika gue kelas dua SMP, akhirnya gue mendapatkan SIM pertama gue juga.
Umur gue waktu itu kalau nggak salah 14 tahun atau menuju 15 tahun. Kalau gue salah itung berarti matematika gue nggak lulus pas UAN. Hahaha... Dan masih 3 tahun lagi menuju usia 17 tahun dan waktu yang pas untuk bisa mendapatkan SIM. Karena gue punya seorang om yang bekerja sebagai jaksa dan kebetulan dia adalah orang yang sangat dihormati oleh kalangan polisi, akhirnya dengan cara curang inilah gue mendapatkan SIM itu. Seinget gue waktu itu bulan puasa. Karena om gue ini bekerja di daerah Lombok Tengah, akhirnya SIM gue pun harus dibuat disana. Semua surat seperti surat keterangan berkelakuan baik dan semuanya juga diurus di sana. Kebetulan lagi karena kakek dan nenek gue tinggal di daerah Lombok Tengah jadi gampang. Gue tinggal terima jadi.
Umur gue waktu itu kalau nggak salah 14 tahun atau menuju 15 tahun. Kalau gue salah itung berarti matematika gue nggak lulus pas UAN. Hahaha... Dan masih 3 tahun lagi menuju usia 17 tahun dan waktu yang pas untuk bisa mendapatkan SIM. Karena gue punya seorang om yang bekerja sebagai jaksa dan kebetulan dia adalah orang yang sangat dihormati oleh kalangan polisi, akhirnya dengan cara curang inilah gue mendapatkan SIM itu. Seinget gue waktu itu bulan puasa. Karena om gue ini bekerja di daerah Lombok Tengah, akhirnya SIM gue pun harus dibuat disana. Semua surat seperti surat keterangan berkelakuan baik dan semuanya juga diurus di sana. Kebetulan lagi karena kakek dan nenek gue tinggal di daerah Lombok Tengah jadi gampang. Gue tinggal terima jadi.