Ini cerita lain dari pengalaman nonton konser gue. Eits, bentar, buat lo yang mengira gue agak-agak berlebihan karena kok kesannya kayak pamer gitu sih nonton konser terus, atau kok kayaknya di setiap event gue ada terus sih, gue mau meluruskan beberapa hal dulu (EA KESANNYA). Nggak, maksud gue, gini, setiap orang pasti akan punya pengalaman menarik dalam hidupnya, bukan? Dan kadang-kadang pengalaman menarik itu akan menjadi lebih seru kalau diceritakan ke orang lain (apalagi kalau orang itu deket sama kita). Karena pada dasarnya gue membuat blog ini adalah memang untuk bercerita segala hal yang gue rasa unik (makanya kalo lo baca dari postingan awal isinya galau semua), karena itulah gue membuat postingan ini (dan postingan nonton konser sebelum-sebelumnya). Dan ini adalah salah satu dari banyak cerita unik itu.
*
source: www.songkick.com
*
Ketika dikonfirmasi akan KBS Music Bank akan mengadakan World Tour di Jakarta, gue sempat yang agak-agak pengen nonton. Agak-agak. Iya karena gue tahu 2013 ini akan ada banyak banget konser yang mungkin akan lebih menarik dari sekedar Music Bank yang akan ditayangkan di 72 negara dan tentu saja juga akan ada yang mengupload ke YouTube. Itulah kenapa ketika beberapa temen yang sering nonton konser bareng gue heboh beli tiket, gue yang santai-santai aja. Karena memang di awal gue nggak niat nonton. Gue pengen liat EXO. Duit gue akan gue save buat liat EXO. Begitu pikiran gue. Walaupun ada SJ dan SHINee di acara ini, tapi, ah..... gue sudah pernah liat SJ di solo konser mereka dan SHINee di SMTOWN. Jadi kayaknya nggak bakalan rugi-rugi banget kalau gue nggak liat mereka kali ini. Oleh karena itulah gue memutuskan untuk jualan aja.
Super Junior Super Show 4 World Tour--Indonesia sudah tinggal menghitung hari. Sudah pada mempersiapkan apa aja? Honestly, gue pribadi nggak ada persiapan kado atau hadiah buat mereka. Yang pertama karena mereka bisa beli sendiri dengan uang yang membanjir itu, dan yang kedua karena gue nggak ada uang. Tapi kalaupun gue harus memberi mereka kado atau semacamnya, mungkin gue akan memberikan 1 eksemplar novel gue buat Donghae dan Siwon. Nggak mau masing-masing biar mereka bacanya sama-sama. Kita liat, apakah mereka benar-benar membaca atau tidak, karena katanya kan mereka menghargai pemberian fans. Nah, lo baca deh tuh novel bahasa Indonesia. Kalo dibuang awas aja... *walaupun kemungkinan kado itu akan dilirik adalah 1 banding seluruh dunia yang di slow-motion* *sigh*
...
Persiapan yang paling penting sebenarnya mental dan kesehatan jasmani rohani. Pertama, kalau misalnya tanggal 28 dan 29 April nanti yang udah punya tiket malah sakit, tentu saja akan mengurangi kebahagiaan menonton atau bahkan menghilangkan kesempatan menonton sama sekali. Kedua, kalau sekarang aja mental udah sakit gimana pas ngeliat SUJU nanti? Tambah sakit jiwa kayaknya. Yang ketiga, saya lupa mau ngomong apa tadi jadi yang ketiga ini biarkanlah mengambang.
Berhubung ini pertama kalinya gue nonton konser K-Pop, jadi gue nggak mau dong keliatan bego. Terutama masalah jalan menuju venue. Konser ini akan diadakan di Mata Elang International Stadium--Ancol. Gue sama sekali nggak tahu bahkan jalan ke Ancol. Karena menurut gue mencuri start untuk tahu jalan dan lokasi MEIS adalah sebuah keputusan yang nggak buruk-buruk amat, akhirnya Sabtu, 14 April 2012 kemarin, gue memberanikan diri ngaso-ngaso ke Ancol. Kalo ABG-ABG pada rame segeng, gue malah pergi sendirian. Kayak orang nggak punya temen :(
Karena gue bukan orang yang tahu detail jalan kota Jakarta, akhirnya gue meminta petunjuk pada Dewa Jalan Raya: Michael Enrico (@mien_mien). Dengan petunjuk beliau juga gue bisa menemukan arah ke MEIS dan kembali ke Depok dengan selamat :) Oke, kurang lebih perjalanan gue seperti ini...

Hello again :) Postingan kedua di tahun baru 2012. Walaupun rasanya jarak yang terlalu lama antara postingan pertama yang sekarang dikarenakan kesibukan UAS yang bener-bener menyerang dengan membabi-buta, tapi gue akan tetap menyapa kalian-kalian yang sudah jadi pembaca setia blog gue *lambai-lambai tangan* *lap ingus* *terharu*
Hari Sabtu kemaren tepatnya tanggal 7 Januari 2012, gue dirundung duka :( Sammy, yang belom sempat gue kenalkan ke kalian padahal sudah janji hilang dari genggaman tangan gue. Sammy adalah handphone Samsung Galaxy Mini yang gue beli dari temennya Deasy seharga 600 ribu rupiah dengan kondisi lumayan bagus tapi perangkat pelengkap yang agak-agak ngao-ngek-ngok tapi gue terima dia apa adanya. Jadi malem Minggu itu gue seharian keluar karena ada pertemuan di kantor PASIAD Turki yang sudah dengan senang hati memilih gue untuk menerima beasiswa mereka dan juga di kampus gue harus nemenin Deasy dan Nadya untuk ngerjain UAS Pascaproduksi Video 2 yaitu editing. Kita sampe malem nih di kampus trus pas udah mau pulang, gue ngajakin makan Ramyeon. Akhirnya kita pergi ke restoran Jepang yang ada di D'Mall Depok.
Awalnya semua baik-baik saja sampai akhirnya kita pulang dan gue sampai kosan dan gue menyadari kalau dompet handphone pemberian Mom udah nggak ada di tas. Gue panik! Itu dompet isinya Sammy! Gue langsung gemeteran. Gue baru aja wudhu buat sholat Isya malah nggak jadi sholat dan buru-buru pake celana lagi buat berangkat ke D'Mall dengan harapan itu dompet masih ada di sana.
Huff... lega rasanya gue bisa balik lagi buat nulis di blog ini. Bukan karena gue lupa username dan passwordnya, bukan... tapi lima belas hari gue skip menulis ini karena Eci, laptop kesayangan gue meninggal dunia. Huks... sedih rasanya harus berpisah dengan sahabat sejati seperti Eci. Sudah beberapa tahun belakangan ini, tepatnya sejak pertama kali gue menginjakkan kaki di Jakarta dan Depok, dia menemani gue dengan setianya. Walaupun dia rewel, suka sakit di DVD-RW nya, sakit di speakernya, sakit di batere nya, tapi dia tetap setia menemani gue sampai akhirnya gue harus melepaskan dia pergi untuk selamanya. Sabar ya Eci...
Agak bete juga soal laptop yang rusak ini. Jadi gini ceritanya, beberapa bulan yang lalu, kira-kira dua bulan lah ya, laptop gue itu mati total dan divonis rusak. Mesinnya harus di ganti dengan mesin yang baru. Begitu kata tukang servisnya. Gue bingung, mana waktu itu gue lagi mengalami masalah ekonomi keluarga yang bener-bener ribet banget. Rasanya kalau masalah uang jadi masalah yang sensitif banget buat dibicarakan. Akhirnya gue menyerah... dua bulan gue bertahan tanpa laptop. Untungnya waktu itu lagi nggak ada tugas yang bener-bener membutuhkan laptop banget jadi nggak terlalu masalah. Sampai akhirnya gue dapet rejeki dan bisa memperbaiki Eci. Sembuhlah Eci dengan biaya 1,55 juta dan dia bisa hidup lagi seperti biasa sampai akhirnya persis besoknya gue akan pulang ke Mataram, tanggal 29 Desember kemaren, Eci mati lagi dan nggak mau hidup. Zonk... Gue mencoba untuk tenang dan berpikir. Bagaimana caranya gue bisa bawa Eci pulang dalam keadaan hidup. Gue hubungin abang-abang yang dulu nyembuhin Eci dan dia bilang kalau mereka akan tutup tanggal 31 dan baru buka setelah tahun baru. Matilah gue... tiket Jakarta-Mataram sudah di laci kamar gue tertanggal 1 Januari 2011. Kalau gue mau perbaiki Eci, itu artinya gue harus menunggu bulan Februari, sekembalinya gue dari Mataram... Bingung, gue galau abis waktu itu. Masalah laptop adalah satu dari sekian masalah besar buat gue. Akhirnya gue telpon mommy dan mommy menenangkan gue. Pulanglah gue dengan laptop mati ke Mataram... Satu bulan di Mataram tanpa laptop akan gue jalani dengan ikhlas.
Eci mati, lumpuhlah semua rencana. Padahal waktu itu gue dan temen gue berencana buat ikutan lomba video tentang air yang deadlinenya tanggal 31 Januari. Eci sangat dibutuhkan untuk proses capturing dan editing dan tanpa Eci? Gagal sudah semua. Terus juga gue ditawarin buat jadi produser satu acara Korea di Fresh Radio sama mas Wisnu, tapi tanpa Eci? Bagaimana gue bisa bikin skrip, edit lagu dan sebagainya? Gue nggak bisa mengandalkan komputer di radio karena banyak yang butuh dan banyak yang pakai. Akhirnya gue lumpuh... gagal sudah semua rencana gue. Dan masalah uang untuk memperbaiki Eci mengumpul di otak gue bercampur dengan uang untuk beli tiket ke Depok. Sedih kalau mikirin uang ini... Soalnya bokap gue yang nggak ketemu-ketemu juga ninggalin hutang yang banyak. Buset... menyebalkan kali lah liburan ini. Agak males gitu gue di rumah. Ngawang-ngawang lah akhirnya. Gue jadi bete dan nyesel pulang. Kalau seandainya gue nggak pulang kan setidaknya uang untuk beli tiket bolak balik bisa buat perbaiki Eci.
Tapi bukan mommy namanya kalau nggak bisa bikin gue tenang. Mommy menawarkan gue untuk beli laptop baru saja dan Eci diperbaiki untuk dipakai sama kakak gue. Awalnya gue ragu karena gue takut malah tambah ngerepotin mommy. Pengeluarannya untuk kuliah gue udah banyak banget terlebih lagi dengan masalah bokap gue yang dipecat dari kerjanya yang otomatis membuat mommy menanggung semua biaya hidup gue. Tapi mommy meyakinkan gue kalau semuanya akan baik-baik saja. Akhirnya, alhamdulilah, atas ijin Allah SWT, gue menemukan sahabat baru gue yang masih gue cari namanya :)
Ternyata Allah memang selalu memberikan hikmah dibalik setiap peristiwa. Dan hikmah kepulangan gue kali ini adalah punya sahabat baru!
Banyak hal yang gue lakukan selama lima belas hari di rumah ini selain beres-beres kamar kakak gue yang gue tempati untuk sementara, bergaul dengan tikus-tikus yang kesana kemari tiap malem (bau pipisnya bikin gue muntah, yuck banget deh!) dan tentu saja bisa kembali lagi mengudara di radio. Yay! Gue udah kangen buat siaran lagi dan akhirnya gue bisa siaran lagi. Cuma sekali lagi, keberuntungan belum dipihak gue...
Gue dikasi jadwal satu kali satu minggu sama mas Wisnu mengingat sekarang Fresh Radio sudah banyak penyiar baru jadi gue nggak mungkin di prioritaskan, tentu saja siapa gue gitu kan, penyiar empat bulan sekali yang datang dan pergi begitu saja. Gue maklumi lah kalau masalah itu. Dan ini bukan mas Wisnu yang ngomong :p tapi gue menyimpulkan sendiri. Cuma memang masuk akal kok. Dan ternyata yang bikin gue tambah zonk lagi adalah bahwa acara yang gue bawain setiap hari minggu jam 10 pagi itu adalah acara yang semua lagunya Indonesia -_____- Awalnya gue memang nggak perhatiin genre lagu di acara ini karena di tahun sebelumnya gue pernah membawakan acara yang sama dan itu all genre bukan Cuma Indonesia doang, tapi ternyata tahun baru ini diganti jadi Indonesia semua. Matilah gue... gue sama sekali nggak update kalau lagu Indonesia karena memang gue nggak terlalu suka sama penyanyi-penyayi dan band-band baru yang ada sekarang. Menurut gue semuanya terlalu sejenis dan sama aja. Ditambah lagi ada boyband paling jijik itu -__- tambah mual deh gue. Cuma yaah... nggak apa-apa deh, daripada gue nggak dapet jadwal kan? Lumayan bisa jadi bahan cerita di blog :”p
Keinginan gue buat ke pantai belum terwujud nih... Semoga Senin besok gue bisa ke pantai dan ambil satu botol pasir. Lumayan buat suvenir, tapi bakalan banyak banget dong ya barang bawaan gue? Eci dan si sahabat baru juga harus masuk ransel, terus ini, terus itu, waaaa... ribet ~,~ Yasudah kita lihat nanti saja kalau begitu.
Gue akan bete nih, harga cabe mahel, nasi puyung jadi nggak sepedes dulu lagi... Semoga aja keadaan bisa kembali membaik deh.
Mata gue agak sakit karena semaleman ngedit novel lama gue yang pengen gue kirim ke penerbit. EH, jadi inget sama printer di kosan yang belum di perbaiki. Yaaaahhh.... kalau gitu sampai ketemu lagi di postingan selanjutnya.
Salam Super Juni-oeo!
Happpy New Year!
Kembali lagi setelah sekian lama... Hahaha... belakangan ini memang kehilangan berbagai macam ide dalam menulis. Capek terus bawaannya. Hidup saya lagi tidak jelas satu bulan ini. Siang jadi malam, malam jadi siang. Beginilah kalau mau mencari uang. Harus ada yang dikorbankan, harus ada resiko. Capek, itu adalah resiko pertama yang didapat dari mencari uang sendiri, karena tidak akan ada pekerjaan yang tidak melelahkan. Bahkan menulis sekalipun bisa bikin capek. Ya capek mata ngeliat layar, capek pikiran nyari ide yang luar biasa, capek jari ngetik, dan kadang-kadang juga bahu jadi pegel kalau posisinya nggak bener. Ya... capek. Itu dia. Belakangan ini memang gue selalu capek kalau pulang kerja. Berangkat jam lima sore, pulang jam dua belas malam. Itu cukup melelahkan mengingat banyak yang dikerjakan di tempat kerja. Ya nganterin pesanan, ya cuci sendok, ya bersihin meja, ya bungkusin nasi orang, ya nyapu, ya ngepel. Itulah... pekerjaan ini memang tidak seberapa, tidak mewah, tidak tinggi, tapi saya sangat menikmatinya. Sungguh... bahkan bisa dibilang ini salah satu dari cita-cita saya yang akhirnya tercapai: Waiter. Cita-cita rendah yang lucu... *Hey! Siapa bilang ini pekerjaan rendah?! NGGAK SAMA SEKALI!* Jadi waiter itu adalah hebat! Bayangin aja, setiap hari harus mengantarkan pesanan semua tamu yang datang ke tempat mereka, membereskan bekas makanan para tamu, terkadang mungkin membersihkan sisa-sisa rokok tamu yang terkadang tidak bertanggung jawab membuang puntung dan abu rokok di piring. Semua itu sangat melelahkan, tahu? Jadi kalau dibandingkan dengan pegawai negeri yang sudah makan uang negara untuk buat baju dan kerjaannya cuma duduk depan komputer, ngetik dikit, ujung-ujungnya pasti Facebookan, masih mending waiter. Kerjanya nyata... Resiko kedua adalah pulang malam. Well, sebenarnya tidak begitu penting juga dipermasalahkan seorang laki-laki yang pulang malam, paling tidak kalau orang tua terlalu mengkhawatirkan anak-anaknya yang bertubuh kecil, pendek, kurus yang kalau ditendang dari motor langsung jatuh, mungkin patut di jaga dan jadi masalah kalau pulang malam. Tapi pulang malam bisa jadi juga bawa resiko ketiga: gampang sakit. Cuma Alhamdulilah saya tidak pernah sakit belakangan ini. Jauh-jauh deh... Kalau yang dikorbankan... mungkin waktu bersama keluarga. Itu saja... yang lain masih bisa dikendalikan...
Well, back to the main topic, hari ini gue *tadipakesaya,sekaranggue:LABIL* pengen share pendapat gue tentang Uang dan Kekayaan.
Kemaren malem di tempat kerja, bos gue dateng, dua orang, sepasang suami istri. Yang penting untuk diketahui supaya nanti tidak bingung adalah bahwa di tempat kerja gue itu, bisa dibilang posisi gue adalah yang paling bawah. Maksudnya adalah, pemilik tempat kerja gue itu adalah saudara dari hampir semua karyawan di sana. Nah... jadilah, mereka semua kenal sama bos gue itu dan akrab. Sedangkan gue?
Waktu tadi dia dateng, gue udah kalang kabut deh, nggak tahu harus ngapain. Secara gue nggak kenal sama dia dan dia pun nggak kenal sama gue, bahkan mencoba untuk kenal saja tidak, sumpah, ini jujur. Maksud gue, sebagai atasan, paling tidak dia akan berusaha untuk tahu siapa saja yang bekerja di tempat miliknya, kan? Nah ini? Gue duduk di depan dia aja, dia pura-puranya nggak ngeliat gue. Ya udah, gue males... padahal gue udah pasang muka sesopan dan sesantun mungkin, pasang senyum yang paling najong yang gue punya, supaya paling nggak dia terkesan, tapi... nihil. Dia sama sekali tidak tertarik.
Pengen banget gue bilang ke dia waktu itu, “Bu, nggak penting juga sih lo kenal atau nyapa gue, gue juga nggak pengen kenal sama lo.” Cuma resikonya adalah gue dipecat tanpa gaji dari hasil kerja gue yang hampir satu bulan atau paling banter kepala gue digorok.
Tidak selamanya uang bisa bikin bahagia. Kenapa? Lihat aja bos gue itu. Kalau dia memang bahagia dengan segala uang yang dia punya, dia tidak akan segan untuk menyapa orang lain, dia tidak akan segan untuk selalu tersenyum bahkan hanya untuk bawahannya. Kalau dia bahagia, maka dia tidak akan jadi orang sombong. Jadi gue berkesimpulan bahwa tidak semua orang kaya itu baik. Bener... Nggak semua... contohnya ya, bos gue itu. Mungkin dia baik hati, memang... tapi selama dia tidak menunjukkan kebaikannya itu di depan gue, gue nggak akan tahu dia baik atau nggak dan sampai saat itu gue akan tetap menganggap dia orang kaya yang sombong.
Kita semua memang pengen jadi orang kaya karena kita semua butuh uang. Taruhan, siapa yang nggak mau uang dan nggak mau jadi kaya? Pasti nggak ada. Tentu saja... uang adalah kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan ini. Apapun yang ingin kita lakukan, akan berkaitan langsung dengan uang. Mulai dari yang paling dekat dengan kita misalnya, pakaian. Kita butuh uang untuk membeli pakaian. Kalaupun kita dapet dari orang, tapi tetap aja orang itu butuh uang untuk beli pakaian yang kita pakai, kan? Dan gue baru tahu kalau cari uang itu susah... Bener-bener susah. Seperti yang gue bilang di atas, ada yang dikorbankan, ada resikonya.
Bos gue itu punya empat rumah makan untuk mendapatkan uang, mama gue kerja di Puskesmas buat cari uang, papa gue kerja juga buat cari uang. Semuanya bekerja untuk mencari uang, termasuk gue yang bekerja sebagai waiter supaya bisa dapet uang sendiri. Tapi... sebanyak apapun uang yang ada di dompet kita, seharusnya tidak membuat kita lupa pada orang lain, pada dunia, pada Tuhan. Karena uang bukan segalanya...
Buat gue pribadi, gue memang butuh uang. Tentu saja... gue butuh uang untuk makan, gue butuh uang untuk beli pulsa, gue butuh uang untuk hal-hal yang bernilai ekonomis lainnya. Dan uang itu gue dapetin dari papa dan mama gue. Tapi apakah hanya itu saja yang gue butuhkan? Tentu saja tidak... gue juga butuh kasih sayang dari papa dan mama gue. Gue butuh mereka selalu ada dan mensupport setiap apa yang gue kerjakan. Tidak hanya uang yang mereka berikan, tapi gue lebih butuh mereka secara pribadi.
Kalau diinget-inget, nggak pernah ada waktu lebih dari 3 jam di rumah yang bisa gue habiskan penuh bersama dengan papa gue. Nggak pernah sama sekali. Kenapa? Karena dia sibuk cari uang dan sibuk mikirin bagaimana memberikan uangnya ke anak-anaknya supaya mereka semua tercukupi. Tapi bodohnya, dia malah membuang-buang uang itu secara tidak penting. Bodoh... Gue rasa dia nggak pernah mikir kalau selama ini yang gue butuhkan itu adalah dia, bukan uangnya. Karena sekarang gue udah bisa cari uang sendiri dengan segala kemampuan gue yang pas-pasan ini, paling nggak sekedar untuk jajan. Tapi sekali lagi, bodoh... dia tidak pernah memikirkan hal itu.
Uang sudah bikin gue gila. Karena uang ini pula gue bahkan mikir untuk berhenti kuliah. Uang sudah bikin bokap gue terlilit hutang, uang sudah bikin dia gila dan menikah lagi untuk ketiga kalinya, uang sudah membutakan matanya, uang sudah mengancurkan hidupnya, hidup kami, hidup gue... Terima kasih.
Lalu? Apakah masih penting untuk jadi orang kaya? Apakah masih penting untuk jadi orang yang punya banyak uang?
Jawabannya tentu tidak.
Karena uang itulah, bokap gue menghancurkan hidup banyak orang di keluarganya. Gue memang butuh uang, tapi gue lebih butuh lagi kasih sayang dia. Hmmm... Ribet. Kalau mungkin tulisan kali ini agak tidak nyambung, maklumi saja.
Semoga nggak akan ada salah satu dari kalian yang hidupnya hancur karena ambisi mengejar uang. Kayak bokap gue ...