Seperti yang lo liat dari beberapa artikel di blog ini, gue belakangan lagi nonton film-film dan series di
Mola TV.
Yes, gue akhirnya langganan dan ambil paket setahun supaya bebas nonton serial TV dan film yang mungkin nggak ada di platform lain dan eksklusif di Mola TV. Mayan murah juga sih gue pikir itu langganannya yang paket Movies and Kids gue cuma bayar Rp 50 ribu. Nggak bakal abis deh itu semua tontonan yang ada di Mola TV selama pandemi ini masih berlangsung.
Setelah nyicip beberapa film dan kemaren series dari Inggris, kali ini gue pengin ngebahas satu series baru yang gue tonton juga di Mola TV, judulnya Younger. Kalau pas Humans kita diajak masuk ke dunia teknologi masa depan dan gimana robot bisa punya perasaan seperti manusia, di
Younger kita diajak menyelami kehidupan seorang working mom berusia 40 tahun yang menjalani kehidupan ganda. Udah kayak semacam Hannah Montana aja ini. WKWKWKWKWK.
Oke, jadi Younger ini ceritanya tentang apa sih?
Salah satu temen gue merekomendasikan gue buat nonton Humans. Jujur, belakangan gue sedang fokus ke drama Korea lagi (ya sesekali ngeliat series Thailand wkwkwk) dan agak ketinggalan di urusan per-series-an dari Barat. Jadi, oke, gue cuma mendengar cerita temen gue ini soal Humans dan gue telan mentah-mentah aja. Dari cerita dia sih menarik jadi gue coba buat nonton juga. Di episode pertama jujur gue udah langsung tertarik sama series ini.
Waktu foto Winter dirilis, banyak yang langsung bilang kalau wajah Winter mirip Taeyeon. Walaupun tetap dalam pandangan gue Winter mirip banget sama Nikita Willy. Beberapa temen gue juga tidak setuju dengan pendapat bahwa Winter mirip Taeyeon meski nggak bisa dipungkiri banget sih kalau SM Entertainment memang selalu bisa aja nemu orang-orang yang punya kemiripan wajah satu sama lain. Sampai akhirnya teaser Karina dirilis, pendapat orang-orang kemudian berubah lagi.
“Nah ini, baru mirip Taeyeon!”
Sebelum lo semua ke-trigger sama judulnya, tentu saja, nggak semuanya toxic. Tentu saja semua orang pengalamannya beda. Dan tentu saja, ini berdasarkan pengalaman pribadi gue. Dan gue pun tahu kalau gue mungkin akan menyesali tulisan ini karena ditulis dalam kondisi emosi. But anyway, biasanya hal-hal terkait fandom kalo nggak penting-penting amat gue tipe orang yang cuek aja. Toxic fan is everywhere in every era. Nggak usah dipertanyakan lagi. Semua fandom punya sisi kelam itu dan, deep sigh, gue sendiri sudah tahu kalau fandom gue ini yang namanya EXO-L ini, juga punya banyak orang toxic di dalamnya. Gue mungkin salah satunya? Menurut orang lain mungkin begitu. Tapi sekali lagi, ini adalah cerita dari sudut pandang gue dan ini adalah pendapat gue. Lo nggak harus setuju dan tidak juga harus tidak setuju. Tapi semua yang gue tulis di sini berdasarkan apa yang gue alami dan bener-bener pendapat gue pribadi.