"Kapan terakhir kali lo nangis?"
Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di jam yang tidak tepat pagi dini hari ini. Di saat insomnia parah menyerang entah karena memang benar-benar insomnia atau karena kebanyakan minum kopi (yang membawa gue pada kesimpulan bahwa kadar toleransi kopi gue sekarang benar-benar sensitif. Sedikit saja sudah bikin tidak bisa tidur).
Agak random memang mengingat pertanyaan itu gue curigai muncul dan terucap dari salah satu Alter-Ego yang tiba-tiba saja menemani gue malam ini disela-sela menonton 49 Days episode 12. Tapi serius. Pertanyaan itu sepertinya memang serius.
"Kapan terakhir kali gue menangis?"
*
Hello again. Gue kembali sesuai dengan janji gue untuk menceritakan bagaimana perjalanan gue sampai akhirnya bisa nonton Super Show 3 3D di Blitz Megaplex Central Park tanggal 3 Februari 2012 kemaren. Dari mana gue harus mulai bercerita?
Ah... Yes.
Berhubung gue sudah tidak berkeinginan untuk menonton Super Show 4 yang asli di Singapur ataupun di Thailand, beberapa waktu yang lalu gue membaca informasi dari twitternya Blitz Megaplex kalau di Jakarta bakalan tayang Super Show 3D yang juga pernah ditayangkan di Seoul beberapa bulan yang lalu. Awalnya gue nggak tertarik dengan berita ini tapi lama-lama kok gatel juga. Pertimbangan gue adalah, kalau misalnya gue nggak bisa ngeliat manusia-manusia itu secara nyata, paling nggak 3D nya aja gue udah bahagia. Awalnya sih gitu...
*
Pertama-tama gue sampaikan bahwa gue bukanlah tipe orang yang suka
jalan-jalan ke tempat belanja. Bukan karena gue alergi sama
tempat-tempat seperti itu, jelas bukan. Bukan juga karena gue takut
dikatain alay, ini apalagi, jelas bukan alasan yang masuk akal. Ada
beberapa hal yang membuat gue nggak begitu suka jalan-jalan ke tempat
belanja macem Mall:
Alasan pertama, karena gue suka laper mata. Belakangan ini lagi suka banget ngeliat
baju bagus, sepatu bagus sama tas bagus. Mungkin ini dikarenakan gue
tidak pernah mengikuti style atau apalah itu ya dikehidupan gue
sebelumnya (baca: jaman SMP & SMA) yang pada akhirnya berakibat pada
ketidak-update-an soal style gaya anak-anak gaul masa kini. Bayangin
aja, dulu waktu jaman SMP, gue cuma punya 2 tas yang gue pake sejak
kelas 1 sampai kelas 3. Itupun karena 1 rusak makanya beli lagi yang
lain jadinya ada 2. SMA juga gitu. Gue cuma punya 1 tas dan belakangan
malah make tas punya sepupu yang menurut gue lebih indah dilihat mata.
Ujung-ujungnya pas kelas 3 gue sama beberapa temen tuker-tukeran tas
saking gak punya tas dan sudah bosen.
Lain cerita sama sepatu atau sendal. Gue beli sepatu selalu di tahun
ajaran baru. Nggak pernah ada cerita gue ke sekolah pake sepatu Senin
warna putih, Selasa warna hitam, Rabu biru dan Kamis Abu-abu. Selama 3
tahun SMA sepatu gue cuma 1. Kalau sendai sih belinya setiap lebaran.
Jadi gantinya setahun sekali.
Nah karena kehidupan masa lalu gue yang seperti ini, seperti terkungkung
dalam ketidak-update-an soal style inilah yang belakangan, setelah gue
bisa menabung setidaknya empat ratus ribu selama 4 bulan, membuat gue
sangat pengen beli banyak sepatu, tas dan juga sendal. Rasanya kayak
orang kampung baru ngeliat Mall. Semuanya serba WAH aja.