Sambil baca review singkat ini, gue saranin lo dengerin original soundtrack-nya 'Us' di Spotify deh.
"Nonton yuk!"
Biasanya kalo temen kantor udah mengeluarkan ajakan sakti ini, gue nggak bisa nolak. Apalagi kalau yang ditonton adalah film horor dan thriller, wah favorit gue banget! Pas banget semalam hari Kamis alias Malam Jumat dan temen gue ini ngajakin nonton 'Us'. Salah satu film thriller yang bakalan banyak dibahas tahun ini karena nggak cuma menampilkan Lupita Nyong'o sebagai pemeran utamanya, tetapi juga sutradara Jordan Peele yang sebelumnya sukses menciptakan kengerian dan menyentil isu-isu rasis di film 'Get Out'.
Gue mau bikin pengakuan dulu: gue nonton 'Get Out' enggak di bioskop, tapi download dari forum sebelah. WKWKWKW.
Soalnya waktu itu pas lagi di bioskop nggak sempat buat nontonnya, eh udah turun aja. Walaupun gue melakukan hal yang ilegal, tapi gue nggak nyesel nontonnya di laptop. Soalnya... Wow... WOW... Kalau gue nonton di bioskop, mungkin gue akan meledak-ledak di bioskop. Akan teriak ketakutan dan minta tolong untuk filmnya disudahi saja. Yah, waktu nonton di laptop juga kurang lebih sih gitu. Mau banget gue matiin dan udah nggak usah dilanjutin aja. Tapi di saat yang sama gue nggak bisa dibikin penasaran. 'Get Out' ini gila sih, nggak tanggung-tanggung gitu lho mempermainkan mental dan perasaan gue yang suka film horor dan thriller tapi sangat lemah dan gampang teriak kalau dikagetin sama jump scare (atau tidak jump scare sekalipun). Dan perasaan yang sama kembali ketika gue nonton 'Us' semalam.
Mungkin beberapa di antara kalian yang sejak lama mengikuti tulisan gue di blog ini sudah tahu kalau gue berasal dari Lombok. Buat yang belum tahu dan merasa butuh tahu, ya itu sekarang kalian sudah tahu. Hehehe.
Gue mulai menjadi anak rantau di tahun 2009, di tahun yang sama juga nama gue dipanggil oleh wali kelas di SMA dan diberitahu kalau gue diterima di Universitas Indonesia lewat jalur PPKB waktu itu. Gue ingat hari itu hari Kamis dan gue sedang ada di kelas Geografi ketika wali kelas gue (yang beberapa tahun lalu meninggal dunia) menyerahkan surat dari UI dalam amplop putih. Buat orang lain mungkin ini adalah kabar yang ditunggu-tunggu. Tapi buat gue saat itu rasanya gue nggak mau surat ini datang. Gue sudah diterima di Universitas Mataram di jalur yang sepertinya akan menyenangkan, Pendidikan Bahasa Inggris, dan gue akan tetap berada di Lombok dengan teman-teman dekat gue di SMA. Selama beberapa minggu gue sudah lupa kalau gue pernah diam-diam mengirim aplikasi pendaftaran ke UI, pakai pas foto yang gue edit di photoshop pakai badan Daniel Radcliffe (ini beneran, gue gak bercanda gais lmao), membayar uang pendaftaran dengan uang bulanan gue yang waktu itu hanya Rp 100 ribu per bulan. Gue nggak ngasih tahu nyokap gue, gue nggak ngasih tahu bokap gue. Mereka tahunya di hari yang sama dengan gue menerima surat itu. Sempat terjadi perdebatan di antara kami bertiga sampai akhirnya diambil sebuah keputusan: gue berangkat ke UI.
Yang namanya anak rantau, di awal-awal pasti berat banget dong. Apalagi itu pertama kalinya gue harus tinggal jauh dari orangtua. Dari nyokap. Harus melakukan semuanya sendiri dan untuk pertama kalinya juga gue nggak pulang saat hari Lebaran karena masalah tiket yang sangat mahal pada saat itu. Butuh satu tahun untuk bisa membiasakan diri dengan ritme kehidupan yang baru. Bangun pagi tanpa suara nyokap dan makan makanan warteg setiap hari karena hanya itu makanan paling affordable yang mengenyangkan yang bisa gue makan saat itu. Ya sesekali makan di Mall kalau ada uang lebih. Seiring waktu berjalan gue akhirnya bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar, walaupun, yah, gue akan tetap jadi gue.
Alien.
Yang diketawain karena wallpaper laptopnya artis Korea.
Ugh.
Salah satu resolusi gue di tahun 2019 ini selain menjauhkan diri dari orang-orang toxic sekaligus selalu berusaha untuk tidak jadi makhluk toxic di muka bumi ini adalah memperluas khazanah permusikan gue. Soalnya gue tuh termasuk orang yang paling susah untuk mencoba mendengarkan sesuatu yang baru dan cenderung stuck di satu lagu atau artis yang sama.
Sebagai contoh, gue bisa mendengarkan satu lagu seharian tanpa diganti-ganti sama sekali. Di kondisi yang sudah parah, itu bisa berlanjut sampai berhari-hari. Pernah di suatu masa gue mendengarkan lagunya Taeyeon yang ‘Rain’ sampai tiga hari berturut-turut nggak diganti lagu yang lain sama sekali. Makanya temen kantor gue, namanya Dita yang juga suka Kpop, selalu berusaha untuk memberikan rekomendasi lagu-lagu Kpop baru ke gue. Dia nggak terlalu mendengarkan EXO jadi gue juga kadang-kadang memberikan rekomendasi lagu EXO ke dia. Mostly sih dia maksain gue buat dengerin Monsta X (yang mana gue lakukan dan pada akhirnya gue tahu beberapa lagu Monsta X yang enak dan gue suka), tapi di banyak kesempatan gue juga jadi dengerin lagu-lagu dari penyanyi kayak Minseo atau grup-grup kayak fromis_9 gitu yang normalnya gak akan gue sentuh.
Ya gue memang sepemalas itu. Atau mungkin gue lebih suka disebut sebagai orang yang susah move on. Nah kalau yang ini nggak cuma soal lagu aja deh, soal banyak hal termasuk soal perasaan. Hihihi...