Rasanya nggak adil kalau misalnya kita selalu menempatkan diri kita dalam posisi yang selalu salah. Rasanya memang sesekali, kita boleh dong menganggap diri kita benar, bukan? Yeah, hati butuh itu, sebuah perasaan di mana puas sekali rasanya ketika menjadi benar. Bebas dari rasa bersalah dan mengalah. Sebuah penghargaan yang pantas kali ya buat hati yang selama ini selalu aja tertekan dan selalu merasa down down dan down terus-terusan.
Hari ini hari Minggu, kemaren hari Sabtu terus kemarennya lagi hari Jumat. Dan ya, sejak Jumat gue memang sudah merasa sangat tidak tenang sebelum semua teori MPK itu selesai gue tulis dan analisis dengan pemikiran standar. Duh, gue nggak ngerti lagi deh kenapa itu bisa begitu bentuk tugasnya. Semester 5! Yah gue sih nggak pernah mengharapkan setiap semester akan selalu menyenangkan. Ada kalanya memang kuliah benar-benar terasa seperti kuliah, tapi ada juga rasanya kuliah terasa seperti sekedar formalitas semata. Masuk kelas, duduk, dikasi tugas, ngerjain tugas, ujian, libur. Sebenarnya memang kayak gitu ritmenya. Tapi semester ini entah kenapa gue merasa ritme itu agak kacau. Dari masuk kelas, duduk, dikasi tugas, ujian, libur berubah jadi masuk kelas, duduk, bingung, mikirin apa maksud kuliah ini, dikasi tugas, bingung tugasnya mau dikerjain kapan saking banyaknya, mikir mau ngerjain tugas A dulu atau B dulu, capek mikir malah tidur, tugas keteteran, hari Minggu pun ke perpus, tugas selesai, disambut tugas lain, ujian entah bagaimana kabar, liburan masih lama.
Capek...
Perjalanan mengerjakan tugas MPK 1 hari ini ternyata ada juga hikmahnya. Selain mungkin bisa dapet ngerjain 3 teori, tahu akhirnya kalau Mely memang suka sama Yoga, dan berakhir di nonton Final Destination 5. Awalnya sih diajak nonton sempat nolak karena hari ini hari Sabtu dan harga tiket nonton hari sabtu akan membengkak jauh dari hari biasanya. Tapi gue nggak bisa menolak tawaran menggiurkan untuk melihat film franchise yang sudah jadi favorit gue sejak SMA ini. Walaupun telat tahu ada film yang judulnya Final Destination, tapi pas SMA gue menonton seri ini dari awal dan langsung jatuh cinta. Nggak cuma sama ide ceritanya, tapi juga misteri yang sampai sekarang nggak terpecahkan sama sekali. Bukan berarti gue nonton film ini trus gue jadi sangat bahagia sekali melihat kematian seseorang loh ya, soalnya kata kakak gue gue udah mulai jadi maniak dikarenakan menganggap bahwa setiap adegan kematian di film-film ini adalah kematian yang sangat keren.
 |
Theatrical Poster of FINAL DESTINATION 5 |
Sempat kepikiran bakalan kecewa nonton Final Destination 5 ini. Kenapa? Soalnya keinget pas The Final Destination (seri ke 4 dari franchise ini) gue nggak begitu semangat buat nonton. Entah apakah ini karena komentar temen gue yang bilang kalau film The Final Destination agak nyampah dengan menjual satu adegan sex yang sebenarnya nggak penting-penting banget. Tapi emang gue nggak nonton yang keempat ini dan hanya menonton sekilas, melihat bagaimana mereka mati dan apa yang menyebabkan mereka akhirnya mati.
Awkward itu...
Lemme think, banyak hal yang pada akhirnya membuat gue merasa sangat rikuh. Biasanya sih ini dikarenakan faktor kebodohan masa lalu yang akhirnya membuat masa kini nya jadi agak zonk. Semacem bam ratatata gitu deh (gak tahu kenapa itu liriknya I Am The Best udah nemplok aja gitu di kepala kayak tokek. Oh tidakkk... gue mulai dirasuki setaaan... #eeaaaaa)
Lemme think again, waktu SMA gue pernah punya temen yang lumayan deket sejak SMP. What you called it? BFF? Lol. Well yeah, semacem itulah (yang kecuali kalo lo menganggap itu menjijikkan berarti bukan) yah yang padahal sebenarnya semu. Banyak sekali project yang akhirnya kita rampungkan sama-sama. Bahkan dalam hal privasi pun udah nggak malu-malu deh buat diumbar. It's kind of junior high school things. Ketika lo masih dalam fase di mana lo sama-sama polos dan nggak tahu sebenarnya dunia itu kayak apa di luar sana.
Nggak tahu...