Musikal Petualangan Sherina: Mesin Waktu yang Bikin Jatuh Cinta


Notice: Tulisan ini sudah pernah di-posting di KASKUS.id. Versi ini adalah versi KaosKakiBau yang dilebih-lebihkan sesuai dengan kebutuhan pembaca blog ini.

"Bandung?"

"Eh, iya, Bandung,"

"Bukan di Jakarta?"

"Di Jakarta, di mana lagi yang bisa ditanami, coba, hayo?"

"Jadi, tiap hari Ayah bolak-balik Jakarta Bandung?"

Itu adalah salah satu dialog dalam film Petualangan Sherina yang paling nempel di kepala gue. Bagian "Bandung, bukan di Jakarta?!" Sering juga gue mengucapkan kalimat yang persis sama kalau sedang dalam topik obrolan seputar Bandung dan Jakarta sama temen. Sebenarnya masih ada banyak sih dialog-dialog dalam film produksi Miles Films tahun 2002 itu yang nempel di kepala. Yang gue hapal sampai sekarang karena filmnya sudah ditonton berpuluh-puluh kali sejak dulu. Salah satu film Indonesia yang legendaris sih kalau gue bilang.

Apa ada di antara kalian yang besar di era film ini?



Ngomongin Petualangan Sherina, nggak kayak film-film legendaris Indonesia lain yang belakangan kembali ke bioskop dalam bentuk sekuel, Sherina justru muncul lagi lewat sebuah format yang berbeda: drama musikal. OMG OMG OMG! Musikal Petualangan Sherina ini sebenarnya sudah pernah ditampilkan tahun 2017 dulu. Tapi gue nggak pernah ngeh jadi tahunya pas tiket udah sold out. Nah karena banyak yang suka dan banyak yang mau ini musikal ditampilkan lagi, akhirnya 2018 ini beneran comebackke panggung. Kali ini gue beruntung bisa nonton! Terima kasih tiket gratisan dari kantor, gue jadi nggak perlu mengeluarkan duit dan berantem sama masyarakat untuk rebutan tiket.

Kalau boleh sedikit curhat, entah sejak kapan gue punya mimpi untuk bisa tampil di atas panggung. Entah menyanyi, entah menari. Entah gabungan dari keduanya. Jadi bagian dari drama musikal gue rasa adalah salah satu cara untuk bisa menggapai dua-duanya. Sayangnya sejak mimpi itu tertulis di alam bawah sadar gue, belum ada usaha nyata buat mengejarnya. Tapi, enggak tahu deh ya, abis nonton Musikal Petualangan Sherina karya Jakarta Movement of Inspiration (yang didukung langsung oleh Miles Films) ini, gue jadi makin pengen segera jadi bagian dari sebuah proyek musikal gini. Huhuhu... Semoga sebelum gue umur 35 gue bisa gabung jadi salah satu dari mereka.

Gue udah lama suka musikal. Walaupun nggak pernah bener-bener menyaksikannya langsung. Biasanya lewat VCD atau film-film yang ditayangkan di TV. Inget banget waktu zaman-zaman film AFI dulu, yang nyanyi-nyanyi, gue gandrung banget sampai nungguin buat bisa tayang di bioskop lokal yang ada di Lombok (belum 21/XXI). Dulu juga ada film Biarkan Bintang Menari yang juga musikal. Makanya gue suka juga film-film India yang banyak nyanyinya. Hihihi...
Menyaksikan Musikal Petualangan Sherina adalah sebuah pengalaman yang luar biasa buat gue. Pengalaman yang memunculkan perasaan campur aduk, terjebak dalam nostalgia masa lalu saat tersesat di dalam hijaunya hutan Lembang, sampai tantangan untuk nggak ikutan menyanyikan setiap lirik lagu yang dinyanyikan oleh pemeran-pemeran dari Tim Capela yang tampil di hari terakhir gelaran. Gue nonton di hari Minggu tanggal 18 Februari. Pas banget hari itu Sherina Munaf-nya juga nonton. Oh. My. GOD. Bertahun-tahun gue akhirnya bisa ngeliat dia dari deket. Dan cantik banget sih parah. Oh iya, gue kebagian nonton Tim Capela hari itu (fyi, tim-nya dibagi jadi Tim Canopus dan Tim Capela buat pemeran anak-anak. Sementara pemeran orang dewasanya namanya Tim Vega).

Foto: CNN Indonesia

Di Tim Capela, pemeran Sherina-nya adalah Maisha Kanna. Wah gila sih! Anak ini sempurna banget memerankan Sherina. Gue duduk di kursi VIP di lantai tiga Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, dan dari situ penampilan Maisha plek plek plek mirip Sherina Munaf waktu memerankan karakter Sherina M. Darmawan di tahun 2000. Kostum yang dia pakai, tatanan rambut, cara bicara dan juga intonasi ngomongnya tuh Sherina zaman dulu banget! Apalagi dialog-dialog ikonik kayak "Biar kecut, asal bukan pengecut!" atau "Yang nempel, biar aja nempel! Biar kayak jagoan!" atau yang lain kayak "Aduh Sherina baik deh! Pasti ibu bilang, keturunan ibunya. Kalau kebaikan bisa menurun ya kenakalan juga dong!"

Kacau. Kacau!!!! Rasanya langsung kayak masuk ke mesin waktu dan kembali ke momen pertama kali nonton film Petualangan Sherina. Gue yang udah umur segini senyum-senyum sendiri mengingat adegan-adegan dalam filmnya. Sementara mata gue fokus ke musikal yang sedang ditampilkan di atas panggung.

Yang bikin main nostalgia sebenarnya adalah kostum yang dipakai masing-masing karakter. Seragam sekolah Sherina di Jakarta, seragam sekolah Sherina di Bandung, jaket Pak Darmawan (diperankan oleh Raditio Permadi) waktu resign dari supermarket, baju hiking Sherina, kemeja flannel-nya Sadam (diperankan oleh M. Fadlan Ridzal) waktu jalan ke Boscha, wah semuanya deh! Nggak heran kalau gue makin hanyut jauh, tenggelam dalam setiap adegan musikal ini. Padahal gue udah hapal mati sama ceritanya. Hapal mati sama dialognya.

Nggak ada perbedaan yang terlalu kontras antara musikal dan filmnya. Tapi memang, ada bagian-bagian yang disesuaikan supaya nggak bertele-tele. Lagu-lagu lama karya Elfa Secioria dan Mira Lesmana dinyanyikan dan sukses bikin gue ikutan nyanyi walaupun bisik-bisik. Nggak mau mengganggu kenikmatan orang-orang yang ada di sekitar gue soalnya. Karena mereka kelihatan asyik dan serius nonton. Lagipula kan ini bukan sesi karaoke (walaupun memang susah banget sih! Setiap kali intro lagunya sudah keputer, pasti mulut langsung refleks ikutan nyanyi). Beberapa lagu lama dimodifikasi oleh Khalishah Isyana, Ezra Mandira, Nurul Susantono, Fadil Moestar dan Widya Arifianti sesuai kebutuhan cerita. Banyak lagu-lagu baru yang dibuat khusus untuk musikal ini, dinyanyikan dengan melodi scoring film yang sudah ada.


Gue suka versi baru 'Kertarajasa' di musikal ini. Rasanya jadi lebih hidup gitu. Lagu lain yang gue suka adalah waktu Sherina kesasar di hutan. Seenak itu dikuping mendengarkan suara Maisha. Terus Lagu 'Bintang Bintang'-nya, Sherina sama Sadam jadi duet gitu. GEMES BANGET! Tapi di antara semua lagu baru dan versi baru dari lagu-lagu lama, yang gue paling suka adalah lagu 'Kerja'. Soalnya mengingatkan gue sama lagu-lagu grande yang jadi opening film kayak 'Frozen' sama 'The Prince of Egypt'. Suka banget! Dengerin deh album Musikal Petualangan Sherina di Spotify atau iTunes. Lo nggak akan berhenti senyum mendengarkannya.
Nah kalau ngomongin karakter-karakter dalam filmnya, sudah pasti Sherina dan Sadam akan jadi favorit banyak orang. Ya namanya juga pemeran utama. Tapi scene stealer-nya menurut gue adalah Kertarajasa, Zus Natasya, dan Ubay. Di filmnya dulu ketiga karakter ini diperankan berturut-turut oleh Djaduk Ferianto, Henidar Amroe dan Epy Kusnandar. Sementara di musikal diperankan oleh Rafiz Ari Nugraha, Abby Galabby dan Zaya Fadhilillah.

Tiga karakter ini memberikan nuansa komedik yang lebih di Musikal Petualangan Sherina. Kertarajasa yang berkuasa dibuat lebih menarik dengan ketampanannya, Zus Natasya jadi karakter yang nggak kaku tapi justru kocak dengan tingkah lebaynya yang sedikit mengingatkan gue para Princess Syahrini, Ubay juga nggak kalah hiperaktif namun dalam batasan wajar (masuk akal nggak sih?) yang akhirnya jadi pahlawan di akhir cerita. Karakter yang di dalam film muncul hanya sekedar gitu aja tapi di musikal jadi sosok yang menghibur dan akan bikin penonton susah lupa.


Kemasan musikal ini sangat masuk ke semua umur. Yang menikmatinya nggak hanya orang-orang kayak gue, yang hidup dan besar bersama Sherina dan Sadam. Tapi juga anak-anak zaman now yang kekurangan konten hiburan berkualitas yang sesuai dengan usia mereka. Bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak pun akan sangat bisa related sama kisah Petualangan Sherina karena memang untuk keluarga banget. Terbukti tepuk riuh dan teriakan sangat terdengar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, di show terakhir pada hari Minggu pekan lalu. Apalagi waktu efek cahaya dari lampu disko memenuhi seluruh ruangan ketika Sherina dan Sadam ada di Boscha dan nyanyi ‘Bintang Bintang’.

“Bintang-bintang di langit, memiliki sejuta rahasia. Membentuk gugusan indah, menerangi langkahku di setiap malam gelap.”

Setelah adegan ini selesai, setelah Sherina mengecup kening Sadam, gue baru sadar kalau sampai sekarang gue belum pernah ke Boscha.

Gue sih akan nonton lagi kalau misalnya nanti Musikal Petualangan Sherina ditampilkan lagi di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Karena persis seperti apa yang dikatakan oleh salah satu penonton yang sedang mengobrol sama temannya ketika antre masuk ke venue hari itu:

“Lo nggak akan nyesel. Lo akan pulang dengan perasaan bahagia.”

Exactly.

 
Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram / KaosKakiBauDotCom / roningrayscale
LIVE SETIAP SENIN JAM 8 MALAM 'GLOOMY MONDAY!'
Instagram lain: kaoskakibaudotcom
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar