Gue Ketemu Rich Brian! (Dan Membuat Dia Menunggu)


Minggu siang, 7 Juli 2019, gue sedang goler-goler di kamar sambil kepanasan. Jakarta panas banget hari ini. Kipas angin udah ada di level tertinggi dan kalau lebih tinggi lagi mungkin gue akan meninggal karena masuk angin. Tapi di level tertinggi ini pun gue belum bisa menyelamatkan hawa panas yang masuk dari pori-pori dinding, sela-sela ventilasi, celah di bawah pintu, dan lubang kecil di jendela kamar. Gue nggak ngerti lagi pokoknya hari ini Jakarta panas banget. 

Kondisi kesehatan gue belum membaik. Seminggu terakhir gue sedang mengidap penyakit aneh. Penyakit yang... gue sendiri nggak tahu apakah beneran penyakit atau hanya nyeri otot biasa. Soalnya dada gue sakit banget. Dada kiri. Gue agak parno karena dada kiri kan jantung ya. Jadi pikiran gue tuh suka ke mana-mana. Lagipula, sebelum hari ini, sekitar seminggu yang lalu kurang lebih gue periksa ke dokter dan pada hari gue periksa itu, sakit dada gue tuh kayak berlebihan banget. Dipegang dikit nyeri luar biasa. Bahkan nggak usah dipegang pun udah nyeri bukan kepalang. Tapi dokter meyakinkan gue kalau masalahnya bukan karena sakit jantung atau apapun yang serius. Ini murni karena masalah otot. 

“Iya soalnya saya memang baru mulai olahraga gitu dok,” kata gue. 

“Oh olahraganya apa? Angkat beban?” tanya dokternya. 

“Enggak dok. Hehe. Olahraga saya lari. Hehe,” 

Mungkin kalau dia adalah Dimas, salah satu teman gue yang tahu banyak soal seluk-beluk hidup gue dan segala keluhan dalam kehidupan gue, dia akan rolling eyes sambil bilang “YAELAH!” kenceng-kenceng. Untung dokter malam itu, namanya (pak) Dokter Nada, tidak terlalu berekspresi berlebihan. Dengan pembawaan yang wise dua cuma bilang ke gue kalau “Ini sih kayanya cuma otot aja. Tapi saya kasih aja surat rujukan untuk rontgen. Kalau nanti setelah obatnya habis masih sakit, silakan rontgen aja buat memastikan sakitnya apakah memang terkait jantung atau bagian yang lain,” katanya. 

Amit-amit sih sebenarnya gue kalau sakit jantung.

Gue tuh anaknya jarang banget sakit. Asli. Itu aja malam itu pertama kalinya gue ke Rumah Sakit karena temen gue “memaksa” untuk gue periksa. Jadi sorenya sebelum gue periksa malam itu memang gue tuh abis lari sama temen-temen kantor. Dan hari itu kebetulan gue “memaksakan” diri untuk lari 10 menit lebih lama dari target 30 menit lari gue yang biasanya. Ternyata memang segala sesuatu yang dipaksakan itu nggak enak sama sekali. Itu adalah hari keempat gue lari dalam dua minggu terakhir dan jadi hari paling engap. Dada gue sesak banget. Yang awalnya sakitnya biasa aja jadi WOW SAKIT SEKALI SAUDARA-SAUDARA. Gue merasa dada kiri gue kenceng dan debaran jantung gue terasa sampai ke tenggorokan. Agak berlebihan memang karena gue nggak ngerti bagaimana lagi harus menjelaskannya. Yang jelas gue berdebar parah. 

Malamnya gue ke Rumah Sakit Asri yang ada di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. Rumah sakit ini kebetulan “franchise” dari rumah sakit Siloam. Udah kebayang sebenarnya gue harga kontrol dan obatnya berapa. Ternyata, rasa sakit yang gue rasakan di dada nggak sesakit ketika melihat tagihannya gais. Masha Allah. Gue nggak akan lagi sakit dan berobat ke rumah sakit manapun. Nggak akan. Gue akan selalu sehat. 

Tapi memang dalam kurun waktu enam bulan terakhir, gue akhirnya menyerah pada "obat waarung". Gue mulai dihinggapi penyakit-penyakit yang nggak bisa sembuh cuma dengan minum parasetamol. Gue mulai memanfaatkan fasilitas reimburse dari kantor untuk periksa ke dokter klinik dekat kosan gue beberapa kali. Dan di situlah gue akhirnya diyakinkan kalau gue, mungkin, punya anxiety disorder. Gue belum pernah cerita soal panic attack yang gue rasain pertama kalinya dalam hidup gue di blog ini tapi pernah gue ceritain di Podcast gue di Soundcloud. Go check that out if you want to know lol

Oke kita kembali ke hari Minggu 7 Juli 2019 yang panas banget itu. Karena dada gue masih sakit dan gue sudah kontrol ke dokter yang lebih murah lima hari setelah kunjungan ke Rumah Sakit Asri itu, gue dapat obat laun dan obatnya sudah gue minum. Tapi ya gitu deh sakitnya masih ada. Dan sekarang bikin gue susah menggerakkan tangan dan lengan. Setiap pergerakan akan berasa sakit banget di dada. Bahkan mengubah posisi tidur sekalipun. Makanya hari itu gue geletakan aja kayak orang mati di atas kasur. Berniat menghabiskan hari itu dengan binge-watching ‘Stranger Things 3’. Nah di situlah tiba-tiba temen gue WhatsApp dan minta gue buat liputan Rich Brian di salah satu restauran di kawasan Rasuna Epicentrum. Acaranya hari Senin. 

Serius nih, gue rada-rada mager sebenarnya karena men Senin tuh kayak wow pasti akan banyak hal yang bisa dikerjakan sambil duduk di depan laptop. Tapi di saat yang sama gue juga tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan Rich Brian. MEN INI TUH RICH BRIAN!! Teman gue itu berdalih bahwa gue adalah yang paling jago Bahasa Inggris jadi gue aja yang berangkat. Meanwhile gue sendiri enggak tahu sebenarnya ini Rich Brian ngapain sih ke daerah Epicentrum? Mau ikutan lari juga di GOR Sumantri? But anyway, gue pun setuju untuk datang. 

“Jangan kaosan (maksudnya pakai baju kaos/t-shirt) ya! Soalnya yang datang banyak bos-bos,” kata bos gue. Dia sendiri nggak datang ke situ berarti yang dia maksud adalah bos-bos besar. 

Oke, gue kebetulan udah lama nggak pakai kemeja pink yang dikasih Dito pas ulang tahun gue beberapa tahun yang lalu. Ini waktunya membongkar lemari dan mencari kemeja itu sebelum ditumbuhi jamur dan lumut di dalam lemari lembab itu. 

Gue berhasil menghabiskan delapan episode ‘Stranger Things 3’ (MIKE WHEELER YOU JERK! KASIAN BANGET WILL DICUEKIN! DASAR BUCIN!) sambil terkapar dengan dada sakit hari Minggu itu dan bangun di Senin pagi dengan mata yang susah dibuka. Weekend gue kebanyakan begadang, jadi tidur gue sama sekali nggak memadai. Niatnya Senin itu gue mau berangkat jam setengah delapan atau paling nggak jam delapan udah di jalan. Tapi apa daya gue baru bangun jam sembilan (setelah tentu saja tidur kedua sehabis salat subuh yang sama sekali tidak dibenarkan secara agama). Biasanya gue nggak butuh waktu lama buat mandi dan siap-siap. Tapi hari ini gue harus keramas, sabunan dua kali, sikat gigi berkali-kali, dan memastikan nggak ada congek yang mengintip di kuping gue. Abis itu gue harus mengeringkan rambut dan nyatok rambut gue yang superberantakan ini untuk mendapatkan efek rambut lepek yang semakin membuat wajah gue terlihat besar. 

Anyway, gue memang harus catok sih karena biar rapi aja nanti pas acara nggak kelihatan gembel. Walaupun pada kenyataannya gue tetap terlihat gembel karena muka gue berminyak banget. Jakarta masih panas na’udzubillah. Mungkin ini karena gue kebanyakan dosa dan sesekali nonton film porno. Just kidding. 

Or maybe not. 

Gue tiba di lokasi dengan baju kemeja pink yang nggak dimasukin ke dalam celana, celana semi bahan semi jeans, sepatu Converse merah. Bersiap dengan handphone dan kamera mirrorless gue untuk bekerja hari itu. To be honest, gue sendiri nggak tahu ini sebenarnya acara apa. Awalnya gue kira ini adalah acara press conference untuk album baru Brian atau semacamnya. It turns out that this event is a private event yang dibuat oleh kantor gue sendiri untuk klien dan sponsor. So... ok... Gue nimbrung sama beberapa teman dari divisi lain sambil menunggu Brian. Karena dia adalah bintang kita hari ini dan dia juga alasan gue bawa kamera hari itu kan. 

Lo tahu kan kalau gue tuh anaknya Kpop banget dan nggak hip-hop banget. Lha terus kenapa gue excited ketemu sama Rich Brian? Apakah gue diam-diam sudah berubah jadi anak hip-hop? 

Hehe. 

Sebenarnya gue beberapa kali pernah mendengarkan lagu Rich Brian. Apalagi album pertamanya yang hype banget sampai masuk berbagai chart. Beberapa teman gue juga sering ngomongin soal Brian. Salah satu teman gue, namanya Irza, sempat spazzing soal 88rising waktu gue pulang kampung pas Lebaran kemarin. Dia nggak secara spesifik bilang kalau dia suka Brian, tapi dia lebih suka Joji. But still, dua orang ini kan ada di manajemen yang sama. Dan kita biasanya cenderung akan menyukai orang-orang yang tergabung di manajemen yang sama, right? Kayak gue suka SMTOWN aja gitu misalnya. 

Dan secara kebetulan, entah sih ini kebetulan atau emang karena ini makanya temen gue milih gue buat datang ke event hari ini, Rabu minggu lalu gue ada sesi round-table interview sama NIKI (baca hasil wawancaranya di sini, di sini, dan di sini). Penyanyi dari 88rising juga. Ya semuanya seperti connected gitulah. Waktu gue wawancara NIKI, gue cerita sama Irza. Anyway (GUE KEBANYAKAN ANYWAY GAK SIH) pas gue ketemu sama Irza di Lombok gue juga bilang kalau kantor gue ada partership sama 88rising. “Mungkin nanti gue bisa ketemu Joji,” kata gue. Ngayal. Tapi ketika gue bisa ketemu NIKI dan akhirnya Brian, gue rasa ngayal ini akan bisa jadi nyata. 

Kayaknya. 

Ya anyway (TUH KAN ANYWAY LAGI), karena belakangan gue juga mulai mengenal 88rising dan artis-artisnya, lalu gue juga abis wawancara NIKI, dan kebetulan Brian baru rilis single baru ‘Yellow’ yang ketika gue dengerin gue suka dan aneh aja kok bisa hip-hop kayak gini masuk ke kuping gue, semua hal yang terjadi selama beberapa bulan terakhir seperti leads to this moment. Today. Di tempat itu. Gue akan ketemu dengan Rich Brian. Oke gue mungkin masih di level fans yang cetek banget, but still, ini Rich Brian. Gue tetap ingin ketemu dia. He’s like the role model of kids in this generation, right? Gue tetap ingin ketemu dia.


Nggak berselang lama setelah kedatangan gue ke lokasi acara, Brian datang dengan pakaian santai. Baju kaos hitam, celana jins, dengan model rambut yang sudah biasa kita lihat di video-video. Di momen itu gue sempat merasa “is this even real?” karena rasanya memang tidak nyata. Kayak nih orang udah debut di Amerika dan seterkenal itu tapi ketika gue lihat dia hari itu, nggak ada sama sekali vibe superstar-nya gitu lho. Kayak biasa aja gitu. Kayak lo ketemu orang biasa aja. Men, gue ketemu Afgan aja gue masih bisa merasa ini orang artis. Tapi pas gue lihat Brian kayak biasa aja. 

Satu hal yang pasti: dia senyum terus. 

Gue sudah menyiapkan sederet pertanyaan buat Brian. Beberapa pertanyaan yang gue ajukan ke NIKI dan nggak sempat dijawab NIKI juga gue tulis lagi tapi konteksnya kali ini untuk Brian. Mengingat wawacara dengan NIKI tempo hari adalah round-table dengan sembilan media lain, gue cuma bisa nanya dua pertanyaan. Tapi ini Brian kayak eksklusif banget gini jadi gue rasa gue bisa dapat insight lebih banyak dari dia. Tentu saja gue penasaran dengan bagaimana awal kariernya, bagaimana dia menyikapi perbedaan selama di Amerika, bagaimana akhirnya dia bisa memilih untuk jadi penyanyi, apa tantangan yang dia hadapi, bagaimana rasanya jadi role model buat anak muda, ya yang kayak gitu-gitu. Pertanyaan-pertanyaan ala wartawan lah. Walaupun gue bukan. 

Jujur aja itu pertanyaan juga gue tulis di notes handphone waktu gue sampai di lokasi. Gue nggak prepare sama sekali since gue dapat tugas ini juga kan baru H-1 jadi yaudah bikin pertanyaan di hari-H rasanya nggak terlalu minus-minus amatlah. 

Dan ya, waktu bergulir, satu per satu tamu undangan datang dan pergi. Mereka makan. Kami ngeliatin mereka makan. Sampai akhirnya kami makan juga karena sudah waktunya makan. Mereka foto-foto. Gue fotoin mereka foto-foto. Mereka ketawa-ketawa. Gue dan temen-temen ngeliatin mereka ketawa. Sesekali kami juga ketawa, menertawai harga makanan yang ada di menu yang sangat di luar daya beli kami, untungnya hari itu ditraktir kantor. Dan ya sampai akhirnya sudah mau setengah tiga dan... 

“Wawancaranya nggak jadi,” 


Sebentar. 

Dulu. 

Kenapa? 

Oh mungkin buru-buru ke schedule selanjutnya? Bisa jadi sih. Kan ini juga orangnya memang sedang promo single baru kan ya? Mungkin memang sibuk banget dan jadwalnya kebanyakan. 

Hiks. Sedih. Padahal gue pengin banget semua rasa penasaran gue dan pertanyaan gue dijawab dan terjawab hari itu mumpung nggak ada media lain gitu lho. 

“Foto-foto aja,” kata temen gue. 

Yaudah gue bantuin deh temen gue buat ngerekamin dia foto-foto Brian. Salah satu teman gue, namanya Ira, sebenarnya ngefans juga nih dan mau minta foto juga. Tapi karena di situ dia tugasnya sebagai megang video (gue nggak megang video gue cuma datang untuk nanti memproduksi konten tulisan), jadi dia nggak bisa buru-buru lepas dari pekerjaannya. Sementara gue, setelah Brian selesai dengan sesi foto, masih punya waktu. 

Sedikit. 

Sangat sedikit. 

Untuk minta foto sama dia. 

Oke, sebagian orang mungkin berpikir kalau minta foto sama artis itu gampang. Ya apa susahnya? Tinggal nyamperin, bilang mau minta foto, jepret, udah. 

Artis Indonesia okelah. Mungkin bisa tuh kayak gitu kalau mood mereka lagi bagus. Kalau mereka memang konteksnya juga lagi promo. Jangan ujug-ujug ketemu di mana terus minta foto pas mereka sedang tidak menjalankan kehidupan sebagai artis gitu maksudnya. Pasti kan terganggu juga. 

Artis Kpop? Ya sesuai amal dan ibadah aja. Kalau mereka mau alhamdulillah. Kalau mereka nggak mau ya sudah biasa ya nggak ada yang harus disesali. 

Lalu Rich Brian? 

Kalau gue lihat dari tadi sih dia orangnya santai banget. Ramah banget. Tipikal down-to-earth banget. Kira-kira kalau gue kejar dia sebelum dia masuk ke mobil, dia mau nggak ya foto bareng gue? 

Gue berdiri di belakang pintu restauran itu. Pintunya pintu kaca. Gue berdiri di tangga paling atas dan dari situ gue bisa melihat punggung Brian dan dua rekannya sedang berjalan menuju mobil. Kaki gue seperti kaku banget. Seperti biasa. Setiap kali Ron mau mencoba untuk minta foto bareng sama artis, mau artis manapun juga dia akan bereaksi seperti itu. LAMBAN! 

Mata gue tertuju ke arah sebaliknya, mencari teman gue yang namanya Ira tadi karena dia juga katanya mau foto. Tapi dia terlalu jauh dari pandangan dan kayaknya masih kerja. Gue melirik lagi ke arah Brian dan entah gimana, dia nggak jadi ke mobil dan kembali ke meja luar restauran itu yang jaraknya nggak jauh dari pintu. 

OKE RON. JANGAN LAMBAN. JANGAN BEGO. KELUAR AJA MINTA FOTO APA SUSAHNYA SIH?!

Kaki gue kayaknya nempel sama lantai nggak tahu kenapa langkah gue berat banget. Kayak orang abis naik gunung terus kakinya sakit nggak bisa digerakin. Kayak efek kelamaan nggak bergerak terus dihajar lari keliling GOR Soemantri non-stop 30 menit. Kaku banget. INI ADALAH REAKSI BODOH YANG SELALU TERJADI DENGAN TUBUH GUE SETIAP KETEMU BIAS. ASLI. 

Gue tarik napas dalam. Brian sedang ngobrol sama temannya cuma tiga meter dari tempat gue berdiri. Gue mengembuskan napas lalu mendorong pintu restauran itu, berjalan keluar dan menghampiri Brian. 

“Brian, hey, can I take a picture with you?” 

GUE GAK TAHU APAKAH GUE BENERAN BILANG ITU ATAU GUE BILANG ITU DENGAN BAHASA INGGRIS YANG KACAU TAPI YA GUE MUNGKIN BILANG ITU SOALNYA BRIAN NGERTI. 

“Oh yeah sure,” katanya. 

GEMETER. 

Gue buka aplikasi kamera dengan satu swipe, lalu gue angkat kamera itu agak tinggi dengan posisi agak miring aneh pokoknya itu posisi kameranya, lalu gue tersenyum canggung di jepretan pertama. 

Gue tahu hasil fotonya akan jelek banget. Muka gue, kayak tadi gue bilang, berminyak najis. Dan entah kenapa di momen seperti ini, lo akan terlihat lebih jelek dari biasanya. Apalagi ini lo lagi foto sama artis. Gue sama dia sama-sama jerawatan, tapi jerawat dia lebih elegan. Jerawat dia made in America. Gue made in asap knalpot jalanan Jakarta. Karena gue tahu foto pertama hasilnya jelek, gue minta buat foto ulang kedua kalinya. 

“Can I take one more?” gue tanya dia. 

“Of course,” katanya. 

Atau entah dia menjawab dengan apa gue nggak tahu gue udah nggak fokus. Di kepala gue cuma THIS IS RICH FRIGGIN BRIAN. THAT SUPERSTAR! 

Ketika gue angkat hape gue buat foto lagi, gue ngeliat rambut lepek gue dan sangat sangat jelek banget asli kenapa sih gue harus merasa rambut gue jelek di saat seperti ini. Gue paham, emang jelek rambutnya, mau diapain juga. Muka juga nggak bisa dibagus-bagusin. Tapi gue entah kenapa masih mau usaha supaya rambut gue bisa kelihatan bagus. Entah gue kerasukan apa deh saat itu, gue bahkan lupa kalau Brian tuh mau masuk mobil, tapi sempat-sempatnya gue ngomong gini: 

“Sorry, but can I fixed my hair first?” 

TOLOL. 

GBLK. 

BIADAB. 

“Haha... yeah...???” kata Brian. 

Gue acak-acak rambut gue pake tangan kiri dan nggak pula ada perubahan dari sebelum gue acak-acak TBVVVVVVVVVVVVVFFFFFFFFFFH. Dan akhirnya gue foto sama dia untuk kedua kalinya. Dan kali ini, entahlah, jelek kek bagus kek bodo amat. Gue nggak mungkin minta foto ulang sampe hasilnya sesuai dengan ekspektasi gue. Memang gue gajago kalo selfie gini. Sebaiknya memang minta difotoin. BISA AJA SIH GUE MINTA DIFOTOIN SAMA TEMENNYA TAPI GAYA BENER ANJIR LU SIAPA ANJIR. 

“Thank you, Brian,” kata gue. Thank you for waiting gue benerin rambut dulu maksud gue. “Good luck for the new album,” gue jabat tangan dia. 

Dia senyum nyengir dan jabat tangan gue terus dia masuk ke mobil. 

Kalem. 

Kalem. 

Kalem. 

LONCAT. 

GUE DAPET FOTO BARENG RICH BRIAN. 

OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOH MYYYYYYYYYYYYYY GOD!!!!!

Ok. 

Gue tahu ini lebay. 

Gue tahu ini berlebihan. 

Gue tahu lebay dan berlebihan itu maksudnya sama. 

Tapi gue seneng banget. SENENG BANGET. 

Walaupun pas gue lihat hasil fotonya, muka gue, kelihatan aneh banget. Kayak buah nangka. 

Tapi yaudah. 

Ikhlasin aja. Tuhan sudah baik menciptakan muka seperti ini. 

Yang penting poinnya adalah muka seperti ini bisa foto sama Rich Brian. 

Nggak semua orang bisa kan. 

Gue menghibur diri sendiri. 

Tiba-tiba gue sadar satu hal: dada gue udah nggak sakit lagi. Semoga sakitnya beneran ilang sampai nanti-nanti. 

Dan gue juga sadar hal lain: kayaknya mas-mas penjaga pintu restauran tadi ngeliatin gue dengan pandangan mencela. 

Hmmm.... 

Maafin.


View this post on Instagram

😂😂😂😂😂 pekan lalu interview NIKI dan hari ini ketemu Rich Brian. Makasih banget kamera depan Samsung S10+ yang bisa mode wide jadi pas foto bareng gak muka semua gini (meski tetep aja mukaku lebih mendominasi ya). Luv banget tapi kamera depan S10+ tuh! Jadi gak kagok kalo mau unggah-unggah foto sama musisi sekelas Brian. Eh anyway lagu 'Yellow' udah bisa didengerin di Spotify. 😂😂😂😂😂 (slide kedua ada momen-momen ketika foto ini diambil. Terekam otomatis oleh aplikasi Samsung Camera dengan mode Motion Photo). . Yang ngakak adalah sebelum foto ini gue minta izin dulu ke dia, "Can I fixed my hair first?" LMAO. ORANGNYA LAGI BURU-BURU MAU MASUK MOBIL MON MAAP GAUSAH SOK NYISIR RAMBUT DEH RON 😂😂😂😂😂😂😂😂😂 SEBEL BGT SAMA DIRI SENDIRI. . . . #SamsungMembersID #LoveforGalaxy #galaxys10plus #withgalaxy
A post shared by RONZZY | KPOP BLOGGER (@ronzstagram) on


Share:

0 komentar