Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo sedang diam, menyendiri, kemudian pikiran-pikiran yang seharusnya nggak dateng kayak misalnya orang yang lo suka tapi nggak suka sama lo, orang yang lo idam-idamkan tapi nggak ngidamin lo, orang yang lo puji-puji tapi nggak peduli sama lo, menyerbu pikiran lo dengan membabi buta.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo sedang ingin lupa tetapi lo nggak bisa lupa malahan ingetannya tambah parah.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo sedang berada di depan seseorang yang curhat tentang seseorang sementara lo sebenarnya menyukai seseorang yang pertama disebutkan.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo nggak bisa berpikir lo mau menulis apa sedangkan blog lo rasanya sepi bangat tanpa tulisan terbaru walaupun mungkin hanya sekedar sampah.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo jadi pilihan kedua dan selalu begitu di setiap situasi.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo berada di antara keluarga besar lo dan lo masih dianggap diri lo yang 10 tahun yang lalu.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo harus di salahkan karena mencoba untuk menyampaikan keadaan yang sebenarnya.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika aib lo diketahui oleh seluruh umat manusia di bumi.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo sangat ingin terlibat dalam sebuah adegan tapi sebenarnya lo nggak diharapkan.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika lo merasa orang yang paling bisa, tapi lo gagal menunjukkan kebisaan lo itu.
Kondisi yang paling tidak menyenangkan adalah ketika kepercayaan diri lo ada di garis di bawah 0.
@ronzzykevin
http://kaoskakibau.tumblr.com
Ada apa dengan ke anti-sosial an ini? Ah... kadang-kadang rasanya pengen dihipnotis biar nggak tahu malu. Biar sekalian aja orang-orang kenal gue karena ketidaktahumaluan gue. Tapi semua dalam artian positif. Tapi bisa nggak ya? Gue terbiasa dengan menutup diri, jauh dari keramaian, menolak untuk dilihat. Ya... dari dulu selalu begitu. Banyak yang bilang kalau orang-orang seperti gue ini adalah tipe-tipe yang kalau nantinya mati, nggak ada yang dateng melayat karena pergaulannya sangat sempit sekali.
Beberapa bulan yang lalu gue pernah menerima motivasi dari salah seorang temen, bahwa gue bisa kok melakukan apapun, kesempatan selalu ada, cuma sekarang masalahnya adalah kemauan aja.
Itu dia masalahnya. Setiap kali ada kesempatan kayak misalnya seleksi apa, oprek apa, gue selalu merasa kalau itu nggak menarik. Bahkan terkadang menyulitkan gue. Dalam hal apa? Gue juga nggak tahu. Ada ketakutan yang nggak masuk akal, padahal belum juga mencoba. Well, sekali lagi pelajaran antropologi semester lalu bener: mentalitas diri yang tidak dibentuk sejak awal.
Kasian banget hidup gue kalau kayak gitu ya? Jadi kapan gue bisa berorganisasi?
Suatu hari gue pernah merasa bahwa betapa ruginya kuliah di UI tanpa memperluas jaringan, network, link dan sebagainya. Saat gue memikirkan itu, oooh gue langsung semangat tuh, nyari semua oprek yang ada di kampus kalau perlu. Semangat buat ikut ini, semangat buat jadi itu. Tapi ujung-ujungnya ketika gue sudah ada di stand oprek misalnya, mau beli formulir, apa kabar itu perasaan yang tadi? Kemana ya perginya? Kenapa yang ada di otak gue tiba-tiba cuma: males, capek, ribet juga ya, dan sebagainya?
Kalau kata Mas DJ Kenny, gue telat puber. Jerawat telat muncul, tandanya telat puber. Waduh waduh... kalau puber itu juga berarti tidak stabil dan belum bisa menentukan pilihan dan belum bisa yakin dengan pilihan yang sudah dipilih, gue setuju deh disebut telat puber. Eh, puber emang gitu nggak sih? Hahahaha...
Gue punya temen yang keren banget di kampus. He can do like everything what he wants. Dia punya manajemen waktu yang bagus, punya link kemana-mana, kemampuan bicara yang ekstrim bikin merinding, cerdas dan terakhir gue tahu dia sangat pintar menghitung tanpa kalkulator. Pernah beberapa bulan yang lalu temen gue ini jadi orang yang paling galau dan labil, tapi sekarang, wow, he's change in everything dan dia membuktikan bahwa dia sudah bukan lagi si manusia galau dan labil. Ketika itu gue merasa iri dan terpacu untuk jadi orang seperti dia. Tapi... sekali lagi, look at the background of the case aja deh. Walaupun terdengar putus asa banget, tapi cara dia dididik dengan cara gue dididik adalah dua hal yang bertolak belakang. Gue ngerti soal konsep bahwa manusia itu punya masalah masing-masing, tapi kenapa sepertinya dia begitu gampangnya keluar dari masalahnya sedangkan gue selalu terkungkung di satu kotak yang membuat gue nyaman tapi sebenarnya membunuh gue pelan-pelan?
Oh ya.... setiap kali gue tidur gue selalu mempertanyakan itu... Kalau orang-orang biasanya punya keinginan dan keinginan itu yang dijadikan motivasi, nah gue apa kabar motivasi? Keinginan doang yang banyak, actionnya ditunda mulu.
Nggak berlebihan kalau gue mengatakan diri gue ini pathetic. Ya... memang pada kenyataannya seperti itu. Gue hanya belum menemukan sebuah titik dimana gue bisa benar-benar total mengerjakan itu. Contoh gampang adalah: gue sangat mencintai pekerjaan gue di mataram sebagai penyiar radio dan gue tekun untuk belajar. Yah seperti itulah... disini kayaknya gue memang belum bisa menemukan apa yang jadi keinginan terbesar gue...
Tuhan itu selalu adil. Dia menciptakan manusia dengan takdir yang sudah tertulis sejak dia lahir sampai meninggal. Pertanyaan gue selanjutnya adalah, apakah nantinya gue akan ditakdirkan untuk meninggal dalam posisi memangku laptop dan di dalam kamar yang terkunci?
Nggak mau... jelas... kalau gue mati nanti, gue pengennya prosesnya cepet aja. Kayak misalnya ketabrak apa, atau kepenggal gitu kepala gue. Jadi nggak ada proses menerima kesakitan sebelum akhirnya nyawa gue dicabut. Oh yeah, dan bahkan gue berkompromi bagaimana gue akan mati. Manusia memang banyak maunya...
Keinginan terbesar gue sekarang adalah punya banyak uang. Oke ini maya.
Keinginan terbesar gue sekarang adalah bisa menikmati setiap pelajaran yang ada di kuliah semester ini, bisa menghilangkan semua perasaan-perasaan tidak penting yang biasanya selalu datang kalau sudah masuk kelas, dan satu lagi: bisa tahu apa sih sebenarnya yang Tuhan inginkan dengan menciptakan gue?
P.S: Anti Sosial dan pergaulan sempit membuat tulisan lo tidak akan dibaca oleh siapapun. Satu hal lagi: orang akan gampang tahu siapa yang lo maksud dalam tulisan lo karena sempitnya pergaulan lo tadi. Oh God... Kasihanilah hamba...
@ronzzykevin
http://kaoskakibau.tumblr.com
These days, cowok-cowok emang lagi pada seneng banget maen futsal. Kayaknya udah dari tahun-tahun kemaren juga sih. Tapi dalam rentang waktu enam bulan ke belakang ini, ada beberapa temen yang juga emang rajin main futsal bareng sama angkatan-angkatan senior. Salah satu temen gue tadi siang ngajak gue juga. Beberapa bulan yang lalu sih dia juga pernah ngajak gue.
Tapi...
Gue? Main futsal?
Seriously, gue sama sekali nggak pernah kepikiran buat maen futsal, sepak bola, dan semacam itu. Men, gue lari aja napa udah empot-empotan, nendang bola aja yang ketendang malah angin, gue aja nggak bisa ngebedain mana yang lagi maen futsal sama mana yang lagi maen bowling. Lah, gue di ajak maen begituan... Ya lucu...
Salah siapa ya?
Entahlah... Gue sejak masa kanak-kanak yang waktu itu masih demen banget nonton Doraemon, nggak pernah sekalipun main bola. Hmmm... Aneh? Ya. Kalau lo ngerasa aneh, gue juga ngerasa aneh dengan itu. Banyak faktor... Yang pertama mungkin karena gue tidak dilahirkan untuk olahraga, yang kedua karena gue nggak pernah jodoh sama sekali sama yang namanya bola dan semacemnya kecuali bola bekel dan kelereng, yang ketiga gue nggak punya cukup napas buat lari dari ujung lapangan yang satu ke ujung lapangan yang lain cuma buat ngejer bola yang pada akhirnya harus gue tendang lagi. Mungkin itu yang bikin gue nggak pernah bisa dan nggak pernah kepikiran buat bisa main bola... Pathetic...
Waktu pulang Januari kemaren, temen gue juga ngajakin main Futsal. Jelas dia nggak tahu kalau selama ini futsal adalah momok yang paling memalukan buat gue. Temen-temen yang sudah tahu gimana gue, nggak akan pernah mau ngajak gue buat maen futsal atau olahraga sejenisnya dalam kondisi apapun walaupun mereka kekurangan pemain sekalipun. Karena apa? Karena gue bego olahraga...
Jadi... lo boleh ajak gue jalan ke mana, main ke mana, outbound mungkin? Atau sekedar jalan kaki sepanjang Jakarta Selatan? Gue sanggup. Tapi kalau lo masih mau lihat gue hidup dengan harga diri, jangan ajak gue main futsal... Makasi.
@ronzzykevin
http://kaoskakibau.tumblr.com