Kalau lo seorang penulis pemula dan pemalas seperti gue, lo pasti akan sering merasakan kondisi ketika apa yang ada di kepala lo sama sekali nggak bisa tertulis di halaman pertama Microsoft Word, yang sudah lo buka selama berjam-jam sejak lo memutuskan dan meneguhkan iman untuk menulis setidaknya satu halaman per hari. Ya. Keinginan untuk rajin nge-blog atau sekedar nulis secara random apapun yang ada di kepala lo dalam satu hari itu selalu muncul. Tapi selalu jadi hanya sekedar wacana. Sesuatu terkadang lebih mudah dibayangkan. Digambarkan dalam imajinasi. Tidak disalurkan dalam bentuk tulisan. Tapi sebenarnya ini nggak mutlak. Hanya karena lo pemalas dan banyak alasan aja jadilah itu semua hanya wacana.
Semua penulis pasti pernah berada dalam kondisi yang disebut writers block. Bahkan yang sudah bertahun-tahun jadi penulis sekalipun. Bahkan mereka yang sudah merilis puluhan buku juga pasti merasakan hal ini. Ya gimana sama orang kayak gue yang baru punya dua buku itupun: (1) hanya satu cerita di buku kumpulan anekdot, (2) novel fanfiction cupu yang gue sendiri malu menjelaskannya. Kondisi ini sangat menyebalkan. Apalagi ketika lo sedang berusaha untuk membuat deadline untuk blog lo sendiri dan lo sendiri juga yang melanggar deadline itu.
Ide bisa muncul kapan aja. Tapi nggak bisa diterjemahkan dalam bentuk tulisan kapan aja. Kadang ide ini bikin lo jadi manja. Bikin gue jadi manja. Seriusan. Seringkali setiap kali akan memulai menulis gue selalu beralasan, “Gue butuh kopi.” Dan gue pergi ke dapur kecil di sudut kamar gue untuk masak air dan bikin kopi kapal api item yang disaring ampasnya terus dikasih gula dan es batu, amerikano ala-ala. Setelah jadi, kembali ke meja, dan kopi itu habis tanpa hasil satu halaman Microsoft Word pun. Hidup memang selucu itu.
Hai Ron.
Selamat ulang tahun.
Sudah
berapa usiamu saat ini? 26 tahun? Wah sudah cukup tua untuk berumah
tangga ya. Tapi apakah kamu pernah terpikir untuk segera berumah tangga?
Setahuku sih belum. Karena yang ada di pikiranmu saat ini sama sekali
bukan topik tentang itu. Dan aku juga nggak yakin kalau ada topik
tentang itu terselip di sederet keinginan-keinginan yang ingin kamu
lakukan dalam beberapa tahun ke depan. Tapi nggak masalah kok, Ron. Itu
pilihanmu. Jangan dengarkan kata orang-orang yang terlalu banyak
bertanya soal kapan kamu akan menikah. Suruh mereka mengurusi hidup
mereka sendiri saja daripada mengurusi orang lain. Toh kalau kamu segera
menikah mereka juga nggak akan repot-repot ngurusin katering atau
keinginanmu untuk membuat resepsi berkonsep “KPop Fantasy” kok. Kamu
juga yang akan repot sendiri bukan mereka. Sebaiknya fokus ke hal-hal
lain yang membuatmu bahagia saja. Oh ya, itu lebih penting. Dan ya, kamu
butuh bahagia.
Aku
tahu beberapa tahun terakhir hidupmu penuh dengan drama. Well,
sebenarnya sejak kau masih duduk di bangku SD pun hidupmu sudah penuh
dengan drama. Dijauhi teman-teman karena kamu aneh. Alien. Dan kamu
tidak tahu harus bagaimana menghadapi mereka. Tidak sampai sana, di SMP
dan SMA pun juga demikian. Dan yah… sesekali juga mendapat lirikan
judgemental dari teman kuliah. Tapi aku bangga sama kamu, Ron. Karena
semua itu membuatmu jauh lebih kuat. Lebih cuek. Lebih bodo amat sama
pendapat orang lain. Aku suka prinsipmu beberapa tahun terakhir ini:
kalau orang lain tidak mau menerimaku apa adanya, kenapa aku harus
memaksa mereka? Itu urusan mereka. Aku akan tetap jadi diriku sendiri.
Semoga memasuki usiamu yang ke-26 ini kamu masih tetap dengan prinsip itu.
Aku
juga tahu ada banyak sekali pilihan-pilihan yang salah yang kamu ambil
dalam hidupmu. Dan kita sama-sama tahu apa yang terakhir. Tapi aku
berharap itu semua membuatmu semakin kuat. Semakin tahu bahwa hidup
memang tidak mudah. Tidak pernah mudah. Semua keputusan-keputusan salah
yang kamu ambil itu bukanlah sesuatu yang sekedar lewat. Tapi percaya
deh, Ron, semua itu pasti akan ada hikmahnya. Mungkin tidak sekarang.
Mungkin nanti. Mungkin tidak langsung kamu lihat, tapi bertahap. Mungkin
tidak langsung kamu temukan, tapi siapa tahu ada orang lain yang
menunjukkan. Jadi jangan pernah menyerah dan putus asa. Jangan pernah
merasa bahwa dunia berakhir hanya karena kamu salah mengambil jalan.
Semua itu adalah pelajaran yang akan membuatmu jadi semakin dewasa dan wise tentu saja.
Belakangan ini gue punya kebiasaan yang gue rasa baik untuk orang-orang yang ingatannya cuma sebesar sendok teh macam gue. Gue adalah manusia paling pelupa yang mungkin pernah Allah SWT ciptakan di keluarga. Bukan karena gue ignorant, tapi mungkin lebih karena gue kepedean. Gue selalu malas mencatat dan mengandalkan ingatan gue dalam banyak hal. Terlebih untuk hal-hal yang berkaitan dengan “menceritakan kembali” gue biasanya malas untuk nyatet. Tapi malas ini berujung pahit. Apalagi kalau udah lupa.
Beberapa bulan terakhir ini gue selalu mengawali hari dengan bertanya ke sekretaris CEO perusahaan tempat gue kerja. “Bu, jadwal bapak hari ini apa?” dan ibu sekretaris akan dengan senang hati mengirimkan gue screencaps dari Google Calendar yang berisi jadwal dari bapak CEO hari itu. Lo mungkin akan bertanya sebenarnya pekerjaan gue apa sih? Tapi jawaban dari pertanyaan itupun gue sendiri nggak tahu apa.
Back to the topic, untuk ukuran CEO mungkin jadwal yang teratur dan terstruktur seperti itu sangat penting. Karena itu yang akan bikin meeting yang satu dan meeting yang lain nggak berbenturan. Melihat rekam jejak sang CEO di industri entertainment Indonesia yang sangat luar biasa, gue rasa kedisiplinan dia inilah yang bikin dia jadi sukses. So why not try it?
Akhirnya ya, gue mencoba untuk melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh ibu sekretaris dan pak CEO: bikin to do list setiap hari.
Ya. Oke. Mungkin beberapa dari kalian akan “YAH RON LO KEMANA AJA SELAMA INI?!” nggak apa-apa. Karena gue pun bereaksi seperti itu pas awal gue mulai rajin melakukan ini. Kemana aja gue selama ini? Sekarang hampir semua smartphone punya to do list. Punya kalender yang terintegrasi dengan email. Pokoknya gimana caranya supaya kegiatan selama sehari itu ada catatannya dan bisa dijalankan sesuai jadwal.
Dan demi memperbaiki kebiasaan buruk gue yang suka lupa ini, gue jadi membiasakan diri untuk mencatat apa yang harus gue lakukan selama hari itu.
Setiap kali sampai kantor dan duduk di kursi kerja, gue langsung ngambil sticky notes dan nulis kegiatan gue hari itu. Mulai dari yang penting-penting kayak: “KELARIN WEEKLY REPORT BIAR NGGAK KAYAK TAI!” sama “JANGAN LUPA UPLOAD SOC-MED!” sampai yang agak penting kayak “Bales email dari Xxx” atau “Jangan lupa SMS Mama”. Bahkan yang nggak ada kaitannya sama kerjaan sekalipun kayak “Upload foto semalem ke Instagram” atau “Nonton Laura in the Kitchen”. Semua gue jadwalin satu-satu. And in the end of the day gue akan sangat bahagia kalau semua list itu sudah tercoret.