• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron
By the way, pertengahan Oktober kemarin saya dapet message ke Facebook dari sebuah grup dan menginformasikan kalau DVD Super Show 2 sudah dirilis. Mampus... pengen beli dong, secara saya fans Super Junior, sayang banget rasanya kalau nggak punya. Tapi waktu tanya harganya berapa, katanya empat ratus lima puluh ribu. Woww... bisa-bisa nggak bayar kos satu bulan tuh. Tapi serius deh pengen... Sampai akhirnya ada temen yang SMS dan bilang bajakannya dapet lima puluh ribu, dapet poster sama majalah juga. Tapi pengennya yang asli, kalau yang bajakan kurang dapet feelnya... yah, mungkin harus nabung dulu kali ya... Dan tadi baru aja nerima message juga ke Facebook yang ngasih link YouTube semua video yang ada di DVDnya. Lumayan bisa nonton gratis walaupun harus nunggu berjam-jam downloadnya. Nih aku share aja ya...

DVD Introduction, SUPER JUNIOR Entrance the Stage
( Videonya keren banget, efeknya juga bagus, kayak nonton film bioskop. Tapi fansnya teriak-teriak nggak jelas gitu, padahal cuma video. Hahaha... )




A Man In Love

( Di sini kelihatan banget deh semuanya pada tampil total, dance-dance juga total, walaupun masih suka ngejual body mereka. Hahaha... Donghae kurus banget disini, malah lebih suka lihat Sungmin sama Kyuhyun. Jaman Sorry, Sorry Kyuhyun masih lugu. Cuma keliatan banget lipsync nya... Kecewa... )



U
( Well, another lipsync dan ini parah keliatan banget. Kecewa lagi. Heechul nggak nyanyi sama sekali karena mulutnya nggak gerak, Yesung mic-nya lepas, bahkan Ryeowook yang suaranya bagus itu, astaga... kecewa...! )



It's You
( Kalau soal Dance, SUJU emang paling keren... But, yeah, saya lebih suka mereka live dengan suara biasa aja daripara lipsync... )



Next masih ada kok video-videonya, nanti di post lagi yah... Sudah waktunya tidur... Hahahaha

Selamat malam!
Someday, date, month, year.

Jemari ini ingin sekali menulis, hanya saja dia tak tahu harus menuliskan apa. Dia tak pandai merangkai kata. Tak juga pandai berbahasa. Lidah ini telah kelu, mengeluarkan satu cerita yang sama. Tak berbada. Serupa. Dia sudah tak mampu lagi berkata-kata karena Tuhan telah menguncinya. Mata ini ingin merobek selaputnya, setidaknya agar dia bisa menangis. Hanya saja dia sudah bosan. Menangisi hal yang sama. Serupa. Tak berbeda. Hati ini juga sama. Merasa, meskipun sudah mati rasa. Hati ini penuh kapur. Membuyarkan pandangan, menutup pengelihatan. Sengaja... Hati ini bosan merasa. Hati ini bosan tersentuh. Hati ini bosan merasakan kesedihan yang akhirnya membuat matanya mengalir air-mata, membuat lidahnya bergerak mengeluarkan kata-kata hampa dan putus asa, memaksa jemarinya untuk menuliskan kisahnya. Jemari ini ingin sekali menulis, mata ini ingin sekali menangis, lidah ini ingin sekali bergerak elastis, tetapi... hati melarangnya, karena semua itu membuatnya semakin terluka.

Someday, date, month, year.

Menyembunyikan perasaan itu sangat sulit. Jika bertemu dengannya, tak henti-hentinya ingin tersenyum. Mendengar ceritanya, meskipun iri, patah hati, tapi tetap ingin tersenyum. Tak bisa kujelaskan perasaan ini. Aku hanya bisa tersenyum. Dan ketika pikiranku penuh dengan senyumannya, wajahnya, dan sinar matanya, aku tahu bahwa aku mencintainya lebih dari apapun. Aku merasa terikat, terikat oleh rasa yang tak seharusnya kurasakan. Rasa yang tak semestinya bersemayam di hati ini. Sekarang aku bingung. Bingung untuk menempatkan hati, jiwa, rasa, senyum, tawa, sedihku. Jika ada dia, otakku seperti mati. Dan aku hanya bisa bicara dalam hati: tetap di sana. Jangan pernah pergi.
Someday, date, month, year.

Dan malam ini, segala pikiran dan hari-hari bersamanya bergelayut, memenuhi setiap sudut sel-sel otak yang kumiliki. Menghentikan sesaat pikiran jernih, membawa selusin pikiran-pikiran kotor yang seketika tercipta setiap kali namanya terucap dalam hati. Pikiran untuk memilikinya, pikiran untuk mencintainya. Bahkan aku sendiri takut memejamkan mata karena dia seperti melekat di kelopak mataku dan tak mau pergi dari sana. Bukan ini yang kuinginkan: perasaan cinta dalam hatiku yang begitu dalam, begitu tulus, begitu murni. Bukan... kerena itu hanya akan membenamkanku ke dalam sumur gelap berlumpur. Bukan itu yang aku mau. Aku hanya ingin bersamamu, menemanimu disaat kau sendiri. Disaat kau gundah. Menjadi penerang jalanmu disaat kau tersesat. Menjadi penunjuk arah disaat kau kehilangan. Aku ingin dekat, namun tidak terjerumus dan sesat dalam cinta yang salah ini.

Minggu, 17, 10,10.

Nyaman, itulah yang selalu ada dalam hatiku jika kau ada di sekitarku. Aku tak perlu mencari penambah semangat, aku hanya butuh kau. Hanya saja aku terus dihantui sosok lain dibelakang kenyamanan itu. Sosok dari masa lalu bernama trauma.
Aku dulu pernah bahagia, aku dulu pernah mencinta, aku dulu pernah merasa nyaman. Bahagia karena hal terlarang ( seperti kau ), mencintai hal terlarang ( seperti kau ), merasakan kenyamanan bersamanya ( seperti sedang bersama kau ). Dan akupun kecewa... dia tak bisa menerimanya. Dia membenciku.

Namun kau berbeda, aku bahagia maka kau bahagia, aku nyaman maka ( kuharap ) kau nyaman. Meski tak pernah kuharapkan kau akan mencintaiku, tapi aku menyimpan sedikit rasa itu untukmu. Kuharap kau tak apa...

Sudah hampir satu tahun, atau lebih? Namun yang kuingat sejak awal ku mengenalmu, kau memberiku sebuah doa. Yang menyembuhkanku dari sakit. Dari luka. Kuharap itu akan mengikat kita. Mungkin tak selamanya, tetapi cukup sampai waktu dimana aku dan kau masih ada. Disuatu tempat yang sama.

Aku tak bisa bilang aku cinta kau. Setidaknya tidak secara langsung. Namun aku ingin kau tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu. Mendukungmu. Memberi semangat. Dari sanalah ku katakan bahwa aku cinta kau.

Entah bagaimana nanti jika kita berpisah. Akan meneteskah air mata ini? Akan berakhirkah hubungan ini? Ataukah...

Sabtu, 30, 10, 10

.Jujur saja, aku bahkan tak ingin merasakan apapun padamu. Bahkan cinta ini, aku ingin membunuhnya. Merasakan semua ini sungguh mustahil. Sama mustahilnya dengan memohon pada Tuhan untuk memutas waktu agar aku bisa kembali ke masa dimana pertama kali aku merasakan cinta ini hingga aku bisa menghapusnya. Mustahil dan tak mungkin terjadi. Aku mencoba pergi, aku mencoba lagi. Tapi kau seperti mengikutiku, mengejarku, tak membiarkan aku sendiri. Aku tak ingin kau melakukan itu, karena itu akan membuatku semakin berharap bahwa cinta ini nyata. Bahkan untuk berharap pun rasanya mustahil. Karena kau dan aku... biarlah hanya Tuhan yang tahu. Aku disini hanya bergerak atas kehendakNya. Tapi untuk perasaan ini, entahlah... Kuharap memang dariNya, karena jika ini dari setan, aku akan semakin terbakar. Aku bahkan tidak berhenti berpikir mengapa harus kau. Mengapa hati ini memilihmu sementara masih banyak orang yang yang setidaknya lebih realistis untuk kucintai? Apa yang membuatmu begitu berbeda?


dongsungsihaeminwon
ronzzykevin
the sound of november
Sebenarnya nggak pernah terpikir untuk merasakan ini sebelumnya. Iya nggak sih? Kebanyakan ketika kita jatuh cinta, perasaannya hanya mengalir apa adanya. Nggak pernah dipaksakan ataupun diharuskan untuk merasakan hal itu. Biasanya kalau naluri untuk mencintai yang natural seperti itu. Entah mencintai siapa ataupun apa, tapi yang jelas dalam hal mencintai tak ada paksaan.

Mungkin itu yang sekarang sedang saya rasakan. Sebuah perasaan yang muncul tiba-tiba pada seorang teman yang saya sendiri tidak mengerti kenapa harus dia. Perasaan yang muncul karena seringnya kita bertemu, karena banyaknya waktu yang pernah dihabiskan bersama, karena perhatian, karena semua hal yang dia lakukan selalu menarik perhatian saya. Seorang teman yang baik, dan sekiranya akan selalu baik sampai beberapa tahun ke depan. Kita sebut saja orang itu Rani.

Saya kenal Rani sejak tahun 2009. Dari facebook, tentu saja, karena saat itu social media yang satu itu sedang boom banget. Obrolan pertama kita via message karena waktu itu kondisi tidak memungkinkan untuk wall to wall. Saya udah punya pacar? Bukan... kondisinya saat itu adalah karena saya tidak ingin orang lain tahu bahwa saya berhubungan dengan dia. Hubungan kita berlanjut ke SMS dan sekarang jadi sering ngobrol. Dan karena mungkin intensitas mengobrolnya banyak, jadi cerita yang ditukarkanpun beragam dan berkembang ke hal-hal yang semakin pribadi. Dan sejak saat itu kita dekat... Atau saya yang merasa dekat dan dia tidak? Entahlah...

Rani termasuk orang yang tertutup, dia tak banyak membuka cerita-cerita pribadinya jika tidak terlalu penting. Tetapi jika sudah bercerita, maka dia tidak akan lagi berpikir kalau itu sebenarnya tidak untuk diceritakan. Dan dari cerita-ceritanya itulah saya tahu kalau sebenarnya Rani sudah punya pacar.

Patah hati? Mungkin bisa dibilang seperti itu. Mengetahui hal itu membuat saya jadi labil dan merasa bahwa hubungan ini tidak perlu dilanjutkan. Tapi apa iya cuma karena seorang laki-laki lain yang sudah terikat dengannya pertemanan ini akan putus? Saya rasa terlalu berlebihan. Nikmati saja... begitu pikir saya. 

Sekarang, sudah dua hari Rani tidak menghubungi saya. Biasanya dia selalu mengirim SMS untuk memberikan semangat di pagi hari atau sekedar menyapa di siang hari dan bertanya tentang sesuatu yang tidak penting. Tidak ada kabar dari Rani membuat saya gundah. Serius. Sejak semalam, saya merasa sangat tidak tenang. Sebenarnya saya tidak ingin merasakan ini karena ini bisa membahayakan saya. Dalam hal perasaan, misalnya. Tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, perasaannya tumbuh secara alami... Ya... Saya merindukan Rani dan itu natural... tidak ada yang dibuat-buat, tidak ada yang dipaksakan...

Tidak ada kabar dari Rani membuat tangan saya gatal untuk mengirim SMS padanya. Tapi... sekali lagi saya mengurungkan niat itu. Saya tidak ingin terlalu tergantung padanya. Biarkan saja... Saya pikir lebih baik begini. Tapi ternyata saya tidak sanggup juga. Saya membuka facebooknya dan melihat-lihat. Membaca wall dari pacarnya dan saya langsung merasa cemburu. Yah... dia memang bukan untuk saya.

Sulit sekali untuk mengatur perasaan ini, dimana kita menyukai orang lain yang sudah memiliki hubungan khusus dengan yang lainnya. Sulit menempatkan diri, menyembunyikan perasaan, membohongi hati... Tapi saya jujur, saya memang menyukai Rani dan ini sulit untuk dijelaskan kenapa. Apakah ini natural? Tentu saja, karena ini tulus ( dari saya ).

Saya jadi ingat lagunya Rossa,

Kau bukanlah untukku, meski ku tahu ku menyayangimu. Cinta tak mungkin terjadi di antara kita berdua. Dirimu kini telah bersamanya, begitu pula aku telah memilih dia. Kini ku sadari rasa ini tak mungkin dapat terwujud dalam kisah kasih kita. Kini ku mengerti tulis cinta ini hanyalah mimpi panjang yang tak pernah usai. Karena tuk bersamamu bagaikan berharap memeluk bulan, memetik bintang.

Ini lagu memang dari seorang cewek untuk cowok, tapi liriknya kan universal, jadi saya rasa ini tepat untuk perasaan saya pada Rani. Hmmm... Selamat malam :)
UTS selesai... rasanya seperti terjun dari tebing curam terus kecebur di lautan dalam persis adegan Bella Swan di film New Moon. Lega, walaupun sebenarnya UTS adalah belum seberapa karena masih ada UAS yang menanti. UTS kali ini kayaknya sudah terbiasa dengan soal-soal ujian. Saya ngerasa kayak gitu. Nggak lagi yang terlalu mengejar nilai, iri-irian sama temen yang lebih bagus nilainya atau banyak jawabannya, nggak lagi seperti itu. UTS kali ini semuanya berjalan natural saja. Bener-bener asik. Nggak perlu stress karena jawaban saya sedikit dan jawaban dia banyak. Semuanya nyaman dan tenteram...

UTS selesai bukan berarti nggak belajar lagi. Masih banyak pelajaran yang harus di mengerti terutama Tata Suara dan Tata Cahaya. Huff... dua pelajaran itu rasanya membayangi setiap langkah kehidupan saya. Walaupun kesempatan saya untuk menjadi seorang Audio-Man sedikit kabur karena kondisi pendengaran saya yang budeg ini, tapi menjadi Penata Cahaya masih bisa lah... Setidaknya nggak ada hubungannya sama pendengaran. Paling-paling mata siwer karena sering di depan lampu. Hahahaha... Dua mata kuliah itu bener-bener butuh perhatian lebih. Tapi bukan berarti yang lain nggak. MPS, DDL, dan ANTROP masih mengancam kehidupan IP saya. Kenapa sih harus ada mata kuliah wajib dan pilihan itu? Aahhh... booorrriing banget. Serius. But yeah, hidup memang sudah ada yang mengatur, termasuk kuliah.

Proyek UIFEST akhirnya kelar. Meskipun banyak banget masalah yang akhirnya membuat masing-masing dari anak-anak IKP jadi kayak menghindari yang lain. Termasuk saya. Sempat beberapa kali menghindari beberapa teman-teman yang saya anggap masih sensitif dan harus dijauhi untuk sementara waktu. Untuk menenangkan pikiran mereka, untuk menenangkan pikiran saya. Kalau sama-sama emosi, ujung-ujungnya bakalan ngok lagi. Males lah berantem-beranteman, kayak anak kecil.

Malam ini harusnya ke Rasuna Epicentrum, katanya Ryan tampil di sana barengan SAMAN UI. Keren pastinya... pengen nonton, cuma gatau apakah ada tiket on the spot. Yah, udah telat juga sih udah jam segini. Semangatlah buat teman-teman SAMAN UI. Semoga bisa memberikan penampilan terbaiknya. Yay!
Lama rasanya nggak nulis, dan sekarang kembali lagi dengan tulisan-tulisan yang nggak cuma absurd, tapi juga pengalaman yang rasanya nggak masuk akal. Hahaha... Sebenarnya biasa aja sih, cuma beberapa minggu ini, saya mengalami hal-hal yang bisa dibilang menghebohkan, menyakitkan, menyebalkan, dan semuanya. Bukan masalah kebijakan publik ataupun keputusan pemerintah yang menye-menye, bukan juga masalah presiden yang katanya tukang curhat, tapi ini masalah kepribadian. Tsah...

Belakangan ini Indonesia lagi banyak banget ya kedatangan tamu tak diundang. Selain kerusuhan di jalan Ampera dan Tarakan, juga banjir bandang yang menelan ratusan korban di Wasior Papua sana. Sedih banget rasanya. Kalau masalah kerusuhan, jelas yang salah adalah manusia yang menjadi provokator, bener nggak sih? Semacem itulah... cuma kalau masalah bencana alam, itu kayaknya kesalah manusia yang bodoh dan kurang ajar.

Gue nggak akan membahas itu lebih lanjut, biarlah itu ditulis di blog yang memang menulis tentang hal-hal yang bermuatan berita. Hohoho...

Sudah dua minggu lebih laptop saya menginap di rumah sakit. Bukan rumah sakit Omni ataupun rumah sakit Medistra, tapi di rumah sakit Acer. Sedih banget setengah semester ini tanpa Eci. Setelah kemaren sempat kepikiran buat menjual Eci, tapi nggak jadi karena ada orang yang mau membantu. Seorang malaikat cantik. Hmmm... Alhamdulilah Eci nggak jadi lepas dari pelukan, hanya saja malah stres dan akhirnya dia minta diganti mesinnya. Kasihan sekali... Jadilah belakangan ini saya repot banget menyiapkan tugas pake laptop orang, ditambah lagi proyek novel saya jadi terhambat padahal belakangan ini lagi produktif-produktifnya. Nggak bisa kalau nggak ngetik di Eci. Rasanya ide yang sudah seharusnya di tuliskan nggak mau keluar. Penulis manja... cuma mau bagaimana lagi? Rasanya Eci adalah suatu kebutuhan, teman, sahabat, pacar yang nggak bisa ditinggalkan ataupun digantikan dengan laptop-laptop lain.

Nggak ada Eci, artinya banyak yang tersendat-sendat. Termasuk rencana untuk mengikuti UIFEST. Biasanya kalau urusan film, saya paling semangat! Mulai dari nulis skrip sampai apa-apanya saya mau bantu. Tapi semenjak Eci pergi, jadi nggak ada gairah buat mengerjakan apapun. Karena nggak ada fasilitas yang mendukung. Dan terakhir yang bikin rebek banget adalah bagian capturing. Diantara laptop-laptop anak IKP yang ada, yang bisa digunakan untuk capturing adalah laptop saya dan laptop Dila. Satu merek, tapi beda tipe. Cuma ya sebagian besar sama. Dan cuma itu yang bisa digunakan buat mengcapture. Pernah nyoba pake laptop lain, entah USB-nya tidak berfungsi, atau memang laptopnya tidak mendukung. I don't really understand.

Tanpa ada Eci, itu artinya harus ada ijin dari Dila untuk menggunakan laptopnya. Dan itu bisa berarti memperpanjang jam kerja... Kenapa? Karena laptop adalah barang yang sangat pribadi. Saya juga kalau laptop dipinjem, pasti ada rasa yang nggak enak. Antara takut bakalan hilang, cacat atau rusak dan takut akan kebanjiran virus. Entah kenapa itu selalu membayangi saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Dila sebelum kami memutuskan untuk meminjam laptopnya. Maklum. Saya sangat maklum akan hal itu... Tapi sekarang masalah sudah selesai. Masalah yang lain pastinya muncul dong, yaitu adalah syuting yang kemarin bisa dibilang gagal dan harus di ulang. Selamat!

Masalah syuting kelar, masalah yang lain masih ada...

Satu minggu ini saya merasa sangat tidak nyaman. Baik itu ada di kampus, ataupun di kosan. Entah karena apa saya nggak tahu. Bisa jadi ada suatu hal buruk yang terjadi di rumah, bisa jadi juga suatu hal buruk akan terjadi pada saya. Dan salah satu penyebabnya adalah karena birokrasi peminjaman alat di kampus yang sangat merepotkan saya dan teman-teman. Wuih... waktu saya ketemu sama dosen yang bertanggung jawab atas alat itu, darah sudah mendidih banget. Di jatuhin mentah-mentah, man! Parah banget deh... ceritanya panjang dan itu mungkin akan jadi episode tersendiri.

Hal lain yang bikin nggak enak hati adalah masalah teman-teman saya yang selama ini paling dekat di IKP. Beberapa hari yang lalu masalah-masalah sepele yang sebenarnya nggak perlu sampai bikin canggung-canggungan gini datang. Karena emosi berlebihan, karena ego berlebihan, bisa juga karena memang ada rasa kesal yang berlebihan. Mulai dari kereta telat, tugas MPS yang nggak kunjung datang, merembetlah ke mana-mana. Emosi yang dari awal sudah ada ditambah dengan masalah-masalah lain bisa jadi masalah besar kan? Dan kemarin, temen-temen saya bete, dan saya juga jadi ikutan bete (sama mereka). Hahaha... Karena saya merasa kebetean itu sudah berlebihan (atau mungkin cuma perasaan saya karena mereka merasa itu wajar), saya kirim SMS lah ke mereka. Minta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, dan berusaha untuk menghilangkan rasa ego masing-masing agar kita semua bisa satu langkah. Dan karena SMS itulah, saya disidang dan mereka merasa saya salah mengartikan kebetean yang terjadi waktu itu. Baiklah saya terima dan saya minta maaf... Tapi yang bikin bingung adalah, salah satu dari mereka marah karena tidak ditulis namanya di sebuah curhatan... Oh Tuhan... Nggak ngerti...

Masalah lain?

Masih ada... cuma agak males buat menceritakannya. Jadi sebaiknya baca langsung aja di curhatan teman saya ini: http://nalinkinomoto.wordpress.com/2010/10/12/a-story-about-life-and-life/

Semuanya jelas disitu... Terima kasih. Hahaha...

Dan untuk orang yang fotonya ada di bawah ini:
Photos by yeppopo.wordpress.com


Selamat!


Apa sebenarnya definisi cinta itu? Kalau gue yang di tanya, maka gue akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban versi gue. Mungkin orang lain punya versi yang beda, tapi kalau seandainya pertanyaan itu ditanyakan ke gue, maka gue akan menjawab kalau cinta itu adalah perasaan dalam hati, yang berteriak-teriak ketika kita melihat dia ada di depan kita, yang tertawa bahagia ketika dia tertawa di depan kita, yang bersorak ramai ketika dia memegang tangan kita, yang berlari sambil menangis ketika dia memerlakukan kita dengan buruk. Versi gue cinta itu seperti itu. Dan berhubungan dengan cinta yang kali ini gue tulis, gue akan menceritakan kisah seorang teman yang jatuh cinta pada teman sekelasnya sendiri, hanya saja dia nggak bisa benar-benar memiliki orang itu.

Temen gue itu bernama Nura. Dia adalah mahasiswa salah satu universitas terkenal di Indonesia. Sekarang dia sama dengan gue, masuk semester tiga. Dia pernah cerita ke gue tentang seseorang yang entah kenapa dulu nggak pernah sama sekali kepikiran buat suka, tapi sekarang tiba-tiba aja jadi suka. Cowok itu bernama Rayi.

Nura dan Rayi kenal sebelum mereka masuk universitas itu. Sewaktu pengumuman penerimaan dan nama-nama siswa yang diterima ada di sebuah situs, iseng-iseng Nura mencari nama itu di Facebook. Awalnya memang dia tidak menemukan nama Rayi, tetapi malah menemukan nama teman-temannya yang lain. Tetapi ketika dia bergabung di grup universitas itu, dia menemukan nama Rayi di sana. Iseng-iseng sekali lagi dia mengirim friend request untuk Rayi dan beberapa jam kemudian Rayi menerima permintaan menjadi teman Nura. Nura tidak pernah melihat wajah Rayi karena Rayi pada saat itu menggunakan profile picture artis luar negeri yang dia sendiri tidak tahu. Kebiasaan Nura, dia tidak pernah bisa menahan rasa penasaran. Dan karena rasa penasaran itulah dia membuka tab photos di facebook Rayi dan melihat-lihat fotonya. Tetapi tak ada satupun ditemukan foto Rayi. Mungkin karena Rayi baru membuat akun facebook sehingga fotonya tidak terlalu banyak. Nura menyerah... Mungkin dia akan melihat wajah Rayi ketika bertemu di kampus. Huff... Nura tidak puas. Karena dia ingin lebih dekat dengan orang-orang yang satu jurusan dengannya, dia akhirnya mengirimkan message ke inbox facebook Rayi dan meminta nomor handphone Rayi. Dan senangnya, Rayi membalas message itu dan memberikan nomor handphonenya pada Nura. Yay!

Sesampainya di kampus pada masa ospek, Nura mencari-cari Rayi. Dia tidak menemukan satupun anak bernama Rayi di sana sampai akhirnya secara tidak sengaja ada dua orang cowok yang sedang berdiri di belakangnya dan saling memperkenalkan diri. Dia mendengar seorang cowok memperkenalkan dirinya dengan Rayi Al Habsyi. Spontan Nura menoleh dan dia melihat wajah Rayi untuk pertama kalinya. Komentarnya saat itu: biasa saja.

Tidak mau munafik, Nura memang selalu melihat cowok dari tampangnya terlebih dahulu sebelum akhirnya mengenal hatinya. Dan waktu itu dia tidak ada rasa sama sekali pada Rayi. Sampai akhirnya satu semester berlalu dan mereka memilih program studi yang sama dan satu kelas...

Rayi adalah anak yang baik, ramah dan selalu mau membantu. Selain itu Rayi juga adalah cowok yang aktif berorganisasi. Pergaulannya luas dan anaknya sangat supel. Dia memiliki banyak teman, termasuk juga teman wanita. Beberapa kali Nura memerhatikan teman-teman cewek satu jurusannya tebar pesona ke Rayi dan sangat jelas sekali kalau temannya itu menyukai Rayi. Tetapi Rayi selalu menanggapi mereka dengan bercanda dan dengan jokesnya yang jayus tapi terkadang juga bikin ketawa.

Memerhatikan Rayi setiap hari membuat Nura terbiasa dengan adanya Rayi di kelas. Dia bahkan merasa kalau kelas terasa sangat berbeda dan sepi jika Rayi membolos karena suatu aktifitas organisasi ataupun karena sakit. Nura merasa kalau ada Rayi, maka dia bisa tenang. Kenapa? Karena wajah teduh Rayi bisa menenangkannya sekalipun Rayi sering menggodanya dan membuatnya kesal.

Sekarang, ketika gue menulis cerita ini, Rayi dan Nura sudah bersama sekitar satu tahun lebih. Mereka sudah menghabiskan waktu di kelas bersama lebih dari enam bulan. Banyak tugas dan proyek dan mereka lakukan bersama dan itu terkadang membuat rasa malas belajar Nura teratasi dan dia menjadi lebih semangat dalam kuliahnya.

Ingin sekali Nura mengatakan perasaannya pada Rayi, tetapi Nura memercayai tradisi kuno kalau cowok-lah yang harus mengatakan perasaan terlebih dahulu pada cewek. Bodoh... memang. Tetapi mungkin memang itu yang terbaik. Kenapa? Karena jika Nura mengatakan perasaannya pada Rayi, maka Nura akan sakit hati. Karena Rayi sudah punya pacar dan mereka sudah sangat dekat sekali. Nura sudah tahu, entah sejak kapan dia tahu, tetapi sejak dia tahu bahwa Rayi ternyata sudah punya pacar, harapan Nura untuk menjadi kekasih Rayi-pun hilang. Sebagai cewek, menurut Nura, adalah hal yang sangat penting untuk menjaga perasaan cewek lain juga. Termasuk menjaga perasaan pacar Rayi. Meskipun Rayi dan pacarnya menjalani hubungan jarak jauh, bukan berarti itu menjadi kesempatan untuk Nura mencuri hati Rayi. Bukan... Nura bukan orang seperti itu. Nura bukan cewek seperti itu.

Sekarang, yang bisa dilakukan Nura adalah diam. Diam-diam dia mencintai Rayi. Diam-diam dia memerhatikan Rayi. Diam-diam dia mencuri pandang ke Rayi di setiap mereka duduk bersebelahan. Diam-diam dia tersenyum melihat Rayi yang sedang tertawa. Diam-diam dia tertawa melihat tingkah Rayi yang konyol. Diam-diam dia senang memerhatikan punggung Rayi ketika Rayi duduk di depannya dan memunggunginya. Diam-diam dia senang memikirkan kalau suatu saat dia dan Rayi akan menjadi sahabat baik. Diam-diam dia senang bisa menikmati perasaannya yang berteriak-teriak ketika Rayi secara tidak sengaja memegang tangannya. Diam-diam dia senang bisa mendengarkan kata demi kata yang terucap dari mulut Rayi. Diam-diam dia menikmati perasaan ini, perasaan mencintai Rayi diam-diam...

Kalau tadi cinta versi gue adalah perasaan dalam hati, yang berteriak-teriak ketika kita melihat dia ada di depan kita, yang tertawa bahagia ketika dia tertawa di depan kita, yang bersorak ramai ketika dia memegang tangan kita, yang berlari sambil menangis ketika dia memerlakukan kita dengan buruk. Maka cinta versi Nura adalah perasaan bahagia ketika kita diam-diam menyukai seseorang.

Cinta Nura memang bisu, karena dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Tetapi kebisuan dan dengan cara diam-diam itulah yang membuat cinta yang dirasakannya itu membahagiakannya.

Nura sering memerlihatkan foto Rayi ke gue. Dan menurut gue, Rayi memang adalah sosok yang teduh dan pastinya baik. Dan yang selalu gue katakan ke Nura adalah: bahwa kalau memang dia untukmu, maka Tuhan akan memberikannya untukmu. Kalau dia memang bisa memberikan kebahagiaan untukmu, maka Tuhan telah menyiapkan rencana besar antara kau dan dia. Dan kalau memang dia diciptakan Tuhan untukmu, maka suatu saat kau akan bersamanya.
Nulis lagi :) Kali ini ada yang beda nih... hehehe. Nulis postingan yang ini dari kamar kost-an baru dengan Eci yang kusayang :* Ditemani sama lagunya 4Men yang Baby-Baby, wuih.. tambah melow lah hidup saya hari ini :)

Sejak selasa kemaren sudah kembali ke Depok lagi. Meninggalkan Mama dengan sejuta masalah yang ada di rumah. Meninggalkan Fresh Radio yang akan sangat kurindukan, suasana siaran, briefing, ngobrol bareng Gina, Ezan, Uya, mas Bayu, mas Wisnu, mas Kenny, Babol, Bacung, mbak Ai... Bakalan merindukan suasana itu karena mungkin akan tidak pulang sampai liburan semester empat nanti. Tapi kalau bisa pulang Januari sih, alhamdulilah banget. Liburan tiga bulan kemaren bener-bener berlalu dengan sangat cepat. Secepat gue memutuskan untuk berhenti memikirkan semua masalah yang gue hadapi sekarang, secepat hati ini mati-rasa karena semua masalah yang gue hadapi sekarang, seepat kedipan mata. Tapi liburan itu benar-benar berkesan karena banyak pengalaman, persahabatan, dan juga cinta.

But today, gue nggak ngomongin soal liburan dulu deh. Nanti malah pengen libur terus. Hari ini pengen cerita hari pertama ke kampus aja :)

Hari ini janjian sama Mocil di kampus buat ketemuan, Ryan juga bisa ikut katanya. Akhirnya kita ketemuan-lah di MBRC. Lumayan bisa ngobrol-ngobrol sama Mocil dan Ryan. Walaupun pada akhirnya Ryan memutuskan untuk pergi karena pengen shopping. Ahahaha... Maaf ya Ryan, tidak akan ada yang disembunyikan di blog ini, jadi kuumbar saja aibmu :p

Jadi tadi ceritanya kita bertiga udah lama ngobrol di MBRC, trus Ryan tiba-tiba ngajakin ke ITC.

"Pada mau ikut ga? Gue pengen belanja nih,"

"Beli apaan ke ITC? Ikut yuk Cil, sekalian jalan-jalan. Laper juga nih saya..."

"Hmmm... okelah, kalo gitu gue cari papih dulu, Mau balikin tas-nya nih..."

Akhirnya Mocil pergi nyari pacarnya yang sedang internetan di MBRC. Tiba-tiba Ryan ngomong,

"Eh Ron, gue pergi sendiri aja deh ya..."

"Loh? Kenapa?"

"Iya, gue mau beli sesuatu soalnya. Malu kalo kalian ikutan."

"Yaelah... biasa aja kali. Kau belanja ya belanja aja, nanti saya sama Mocil jalan di belakang."

"Ya nggak bisa gitu juga Ron. Masalahnya gue mau beli sesuatu yang penting nih."

"Ih, apaan deh? Celana dalem?"

Ryan ngangguk-ngangguk najong.

"Wahahahahahahaa..." Gue ketawa sambil nahen kentut.

"Makanya itu gue nggak ngasi lo sama Mocil ikut. Masa gue beli celana dalem kalian pada ikutan? Malu lah gue."

"Ya udah sono pergi. Hati-hati sama bencong. Kali-kali aja ada bencong yang ngeliat lo lagi nyobain celana dalem."

Akhirnya Ryan pergi sendiri ke ITC. Dan gue berpikir sebentar. Apa yang bikin dia malu kalau gue sama Mocil ikut dia beli celana dalem? Apakah dia takut ketahuan ukuran celana dalemnya apa? Atau ukuran... Yasudah jangan dibahas. Nanti malah menimbulkan sesuatu yang tidak sedap dipandang dan dirasa *apadeh*.

Akhirnya Mocil balik bareng pacarnya, dan temen pacarnya dateng dan gabung ke meja itu. Gue nggak kenal banget sama pacarnya Mocil, apalagi sama Mamanya, Papanya, Kakaknya, Adiknya, dan temennya yang tiba-tiba dateng itu. Akhirnya gue memutuskan untuk pulang aja karena mereka lagi pada ngomongin sesuatu tentang Kaskus. Well, gue nggak ngerti :p

Tapi gue nggak jadi pulang, gue berniat ke Detos karena kamar mandi kosan gue butuh lampu baru. Dan juga beberapa bola kapur barus dan gue butuh mi instan buat makanan kecil. Alhasil gue Detos naik bikun. Perjalanan di bikun biasa-biasa aja, kecuali beberapa maba yang berisik di dalem ngomongin hal-hal baru yang mereka temui di UI. Euforia maba, seperti biasa... Ada juga mas-mas yang tampangnya kucel banget sambil dengerin ipod. Entah itu ipod atau headset yang kesambung ke ponsel yang sedang terhubung ke nomor pacarnya dan pacarnya marah-marah gara-gara dia nggak dibolehin pake celana pendek. Nggak jelas.

Gue turun di halte FIK dan melanjutkan perjalanan ke Detos via Gang Senggol. Waktu turun dari bikun, di depan gue ada anak-anak HI FISIP yang juga mau ke Detos kayaknya. Gue kenalin badan besarnya Mikha Benanta Purba dari belakang dan badan kecilnya Arif temen sekelas MPKT gue dulu. Karena mereka lagi sama dua orang yang lainnya yang jelas gue nggak kenal, akhirnya gue menjauh aja. Pura-pura ngeliat hape, pura-pura bongkar-bongkar tas, pokoknya sebisa mungkin supaya mereka berdua ( yang dengan pedenya gue berpikir akan menyapa gue ) nggak ngeliat gue.

Sampe di pinggir rel, liat kiri kanan supaya nggak gepeng mampus keluar batu mata kelindes kereta, nyebrang, masuk Detos, sholat dzuhur, terus belanja di Hypermart. Abis itu gue sms Mocil ngajakin dia nonton Dawai 2 Asmara. Ahahaha... Itu film dangdutnya Rhoma Irama sama Ridho Rhoma dan ceweknya diperankan oleh Cathy Sharon. Buat lebih lengkapnya, itu ada link dari 21Cineplex, liat trailernya sekalian kalau belom nonton.

Overall, film Dawai 2 Asmara bagus. Drama-nya dapet banget kalau menurut gue. Mengingat Ridho Rhoma baru pertama kali berakting di layar lebar, dia cukup natural dengan gaya bicara, gesture dan juga dialog-dialognya. Nggak keliatan mikir dan kayak baru pertama main film. Cuma Delon yang agak lebay menurut gue. Entah apakah itu karena memang perannya seperti itu atau cuma dia aja yang berlebihan? Ekspresi mukanya over, terus gerakan mulutnya juga over, terlalu letoy buat seorang cowok. Anggep aja seperti itu lah. Kalo Bang Rhoma sih, tetep raja di segala peran deh. Walaupun nggak terlalu banyak muncul, tapi aktingnya bikin kita inget lagi sama film-filmnya yang lama. Keren banget! Komedi di film ini juga dapet. Cathy Sharon perannya natural, suka banget. Apalagi adegan makan tahu gejrot. Lucu. Trus anak-anak Sonet 2 Band juga keren aktingnya. Bener-bener seperti kehidupan nyata. Natural. Itu deh kata yang cocok.

Buat yang suka sama film-film Indonesia serius, mungkin nggak gue rekomendasikan untuk menonton film ini. Bukan karena film ini jelek, bukan... film ini bagus. Cuma mungkin ada beberapa adegan yang bikin malu penonton, kayak misalnya adegan lari-larian kayak film India, adegan joget-joget khas India. Yaah... yang seperti itu biasanya anak muda jaman sekarang nggak suka. Tapi berhubung gue ngefans sama Rhoma Irama dan Ridho Rhoma, jadi gue sangat menikmati sekali film ini. Dan buat yang pengen nonton, jangan lupa ajak mama kalian, pasti di jamin bakalan seneng banget. Soalnya tadi pas gue nonton banyak banget ibu-ibu juga.

Film ini mengingatkan gue sama tugas Pengantar Media Televisi yang gue buat beberapa waktu lalu di semester dua. Waktu itu gue dan kelompok gue di minta buat satu makalah tentang rating acara dangdut. Walaupun tugas yang dikumpulkan akhirnya salah karena terlalu mengekspos dangdut dari sejarah sampai saat ini, cuma itu bikin gue nyambung waktu nonton film tadi. Setidaknya gue tahu kata dangdut berasal dari mana, terus perkembangan Soneta berasam dari mana.

Okelah film-nya, gue nggak terlalu suka film-film serius belakangan ini. Lebih suka film-film yang seperti ini, mudah dicerna, ringan, menghibur. Nggak mengumbar Sex dan Horor tapi justru ada dakwah di dalamnya. TOP banget deh buat yang bikin film: Endri Pelita & Asep Kusdinar!

Omong-omong, besok udah mulai kuliah lagi... Waktunya buat belajar lebih baik dan lebih serius dari semester sebelumnya. Banyak cobaan buat gue di semester ini, termasuk ancaman putus kuliah :( Tapi gue yakin akan ada jalan terbaik untuk gue dan masa depan gue. Amin...

Bismillahirrahmanirrahim... Komunikasi! Komunikasi! Di UI 09!
Halo all :) Lama tak berjumpa. Hari ini gue kembali dengan cerita seru di malam Lebaran. Hahaha... Sebenarnya ini cerita juga sedikit konyol dan bikin trauma. Karena kejadiannya seru, heboh, serem, dan bener-bener traumatic deh.

Jadi ceritanya, malam itu gue sama sepupu gue mampir ke rumah om di daerah Pagutan sana. Rencananya sih cuma sebentar doang, soalnya memang dari awal niatnya cuma mau ambil charger handycam buat lebaranan. Dan kalaupun ada keinginan untuk meminta THR, ada sih, cuma sedikit... bener-bener sedikit... jadi mungkin nggak terlalu berharap bakalan dapet (walaupun akhirnya dapet 50ribu) hahaha... Sempat makan salad dan blackforest di rumah om gue, gue pulang sekitar jam setengah sepuluh malam. Karena malam lebaran, pastinya jalanan ramenya minta ampun. Pawai takbiran dimulai agak malam karena hujan mengguyur kota dari pagi sampai selesai sholat isya. Malam itu juga sebenarnya gue ada jadwal jaga studio jam 10, cuma karena males dan malem lebaran juga, gue nggak pergi. Alhasil sepulang dari rumah om, gue langsung tidur-tiduran di rumah.

Sekitar jam 12an, gue ngantuk banget. Besok pagi memang harus bangun pagi untuk sholat ID. Kakak cewek gue malam itu sedang ada di depan komputer, lagi fesbukan. Berhubung gue nggak punya kamar di rumah ini, jadilah gue tidur di mana aja yang gue rasa nyaman. Tapi malam itu gue tidur di sofa yang persis di samping jendela besar yang nggak bisa dikunci.

"San, saya tidur dulu ya. Nanti kalau mau sholat isya bangunin saya."

"Oke."

Akhirnya gue terlelap. Sempat tertidur beberapa saat. Sebentar sekali sampai akhirnya kejadian serem itu datang.

Sayup-sayup gue denger suara teriakan dari sebelah selatan rumah gue. Rame banget. Awalnya gue pikir gue sedang mimpi. Tapi ternyata bukan. Dari atas atap sebelah rumah gue terdengar berisik seperti suara kucing. Tapi itu juga bukan kucing. Sampai akhirnya suara teriakan itu terdengar jelas di telinga gue karena kakak gue juga salah satu yang teriak.

"MALING! MALING! No leq atas taoqne! Wah bedaraq ni!"
(MALING! MALING! Dia ada di atas! Sudah dalam kondisi berdarah!"

Itu adalah teriakan tetangga gue. Sementara gue belum benar-benar terbangun. Sampai akhirnya kakak gue teriak.

"MALING! MALING!"

Karena mendengar teriakan kakak gue itulah, gue terbangun dari tidur yang cuma sebentar dan masih dalam kondisi setengah sadar.

"HAH? MALING?" kata gue. Tiba-tiba mata gue tertuju ke atap kamar mandi yang persis di sebelah jendela dimana sofa tempat tidur gue berada. Ada bayangan hitam di sana dan gue yakin itu adalah malingnya karena memang dari arah sana berisik sekali.

Gue teriak. Sambil memukul-mukul jendela karena gue takut malingnya akan turun ke gang sempit di samping jendela itu untuk masuk ke rumah gue.

"MALING! MALING!" BRAK! BRAK! BRAK! Begitu suara jendela yang gue pukul. Tiba-tiba, GDUBRAK! Ada suara orang jatuh.

Karena shock, akhirnya gue memutuskan untuk turun dari sofa dan keluar, berniat memanggil masa. Dan ketika gue sampai di depan kamar mama dalam perjalanan keluar, tiba-tiba ada salah seorang sepupu gue muncul dari dalam kamar mama.

Diam. Gue nggak ngerti apa yang sedang terjadi. Tapi sempat terpikir sesaat. Benar-benar sesaat, "Kenapa dia tiba-tiba ada di kamar mama dan keluar dari sana?" Cuma gue nggak melanjutkan pikiran itu dan beralih ke pintu depan rumah, membuka kuncinya dan teriak sekencang-kencangnya. "MALING! MALING! DIA DISINI! DIA DISINI!"

Sewaktu gue kembali ke dalam rumah, gue sudah menemukan tetesan darah di mana-mana. Yang pertama kali menarik perhatian adalah darah yang ada di ruang tamu.

"YAOQ? DARAQ SAI NE?!"
(LOH? INI DARAH SIAPA?!"

Akhirnya beberapa tetangga, sepupu, dan om masuk ke rumah gue dan ikutan nyari di dalem rumah. Sementara gue masih heboh tentang darah itu. Gue takut itu darah mama atau kakak gue yang disandera sama si maling. Tiba-tiba dari belakang kakak gue teriak.

"SAI NGEPE DARAQ?!"
(ITU DARAH SIAPA?!"

"DARAQ MALING, SAN!"
(DARAH MALING, SAN!)

Gue jalan ke ruang keluarga, di depan tivi lebih banyak darah lagi. Kakak gue heboh di belakang dan kami semua akhirnya ke belakang, tepatnya ke ruang makan. Di sana juga ada bercak darah juga. Gue yang dikawal om, sepupu dan beberapa tetangga berdiri di depan pintu kamar kakak gue. Dia langsung buka pintu dan bicara,

"Darah siapa yang tadi itu?!"

"Darah malingnya!"

"Astagfirullah, itu malingnya sembunyi di kamar sebelah ini!"

Dan dengan tiba-tiba pintu kamar sebelah kamar kakak gue terbuka dan dia keluar. Orang yang sama yang gue temui di depan kamar mama. Sepupu gue. Dialah pelakunya.

"Anteh juluq pade! Jaqku jelasan!"
(Tunggu dulu, biar saya jelaskan!"

"Yaoq! Ape malik jaq meq jelasan? Wah keruan ante wah ni maling ne."
(HALAH! Apa lagi yang mau dijelaskan? Sudah pasti kamu pelakunya!"
Akhirnya dia diseret keluar rumah dan di bawa ke lapangan badminton yang ada di samping rumah gue. Di sana warga dari beberapa rumah sudah berkumpul termasuk keluarganya sendiri. Semua keluar karena teriakan gue yang kelewat heboh tadi.

Kakak gue yang khawatir sama anaknya yang masih kecil, keluar sambil menggendong anaknya. Sementara gue sibuk menceritakan kejadian itu ke orang-orang, bagaiman kronologisnya. Akhirnya setelah menyambung cerita versi gue, versi kakak gue, versi mama, dan versi orang-orang yang sudah mengejarnya, bisa gue jelaskan bagaimana maling itu bisa masuk ke rumah dan bagaimana sebenarnya kejadian malam itu:

Sepupu gue ini punya kelainan, semacem penyakit jiwa yang membuat dia sangat suka mengintip orang lain yang sedang mandi (terutama cewek) dan juga mengintip pasangan yang sedang melakukan hubungan suami istri. Penyakit ini sudah lama dia derita, hampir seluruh keluarga besar di kampung ini tahu akan hal itu. Tapi karena mereka kasihan dan masih memikirkan bahwa dia adalah salah satu anggota keluarga, dia selalu dibiarkan. Kasus ini sebenarnya pernah terjadi di kampung Bali yang tak jauh dari kampung gue. Dia sempat hampir dibakar warga kampung Bali itu, hanya saja sekali lagi dia bisa selamat. Dan puncaknya adalah malam itu. Entah apakah dia memang berniat mencuri atau hanya sekedar mengintip, tapi dia tertangkap basah. Siapa sih yang nggak teriak maling ke orang yang malem-malem mengendap-endap di belakang rumah orang? Dan masuknya dia kerumah gue itu ternyata tidak sengaja... Rumah di samping rumah gue adalah rumah yang dilaluinya ketika dia sedang berniat kabur. Di dinding rumah tetangga gue yang menempel dengan dinding kamar mandi mama gue itu ada sebuah tangga yang tertidur. Tangga itulah yang digunakan oleh maling untuk naik ke ke atap kamar mandi mama. Dan spekulasi gue, dia sebenarnya berniat untuk terjun ke gang sempit di belakang rumah gue untuk masuk lewat jendela besar yang nggak pernah terkunci itu. Cuma karena gue tiba-tiba terbangun dan teriakin dia maling dari jendela itu, dia membatalkan niatnya. Karena shock ngeliat gue, akhirnya dia berdiri dan tiba-tiba aja atap kamar mandi itu jebol dan dia jatuh ke dalam kamar mandi mama. Cepat sekali itu terjadi, sampai akhirnya kami berpapasan di depan kamar mama. Karena gue nggak tahu kalau dia pelakunya, gue biarin gitu aja dan gue lanjut ke pintu depan untuk membuka pintu dan teriak ke luar. Sewaktu gue teriak itulah dia berniat keluar, tetapi karena melihat banyak orang sudah berkumpul di depan, dia mengurungkan niatnya. Itulah kenapa ada darah di ruang tamu karena dia sempat berjalan ke ruang tamu. Setelah itu karena dia ketakutan melihat masa, dia memutuskan untuk bersembunyi. Dia membuka pintu kamar sepupu gue dan berniat bersembunyi di sana. Tetapi karena sepupu gue tertidur disitu, dia ketakutan dan membuka pintu yang satunya dan menuju dapur. Di sanalah dia bertatap muka dengan kakak gue. Kakak gue yang nggak tahu sama sekali bahwa dia adalah pelakunya dengan heboh menyuruh dia mencari malingnya di kamar sepupu gue itu. Cuma anehnya, tiba-tiba maling itu malah berlari mendekati kakak gue dan masuk ke dalam kamar di samping kamar kakak gue. Kakak gue bingung, tapi dia berpikir mungkin dia sedang melawan maling di kamar itu. Padahal dia adalah malingnya. Sampai akhirnya semua datang dan menangkap maling itu di sana.
Walaupun tidak ada yang hilang, tapi kejadian malam itu benar-benar membuat takut. Awalnya gue berpikir kalau maling itu masih ada di dalam rumah karena dia nggak sendirian. Gue sampai nggak berani ke kamar mandi buat pipis karena takut tiba-tiba orang lain akan muncul dari belakang pintu dan membacok gue. Perasaan gue juga berbeda sekali malam itu. Bulu kuduk agak merinding dan itu jarang banget terjadi kalau gue sedang ada di dalem rumah. Biasanya kalau gue lagi ada di tempat angker gue merasakan perasaan kayak gitu. Tapi kali ini di dalam rumah... karena itulah gue yakin kalau sepupu gue yang disangka maling tadi sedang berada di bawah pengaruh gaib. Karena gue ngerasa malam itu ketakutan banget. Kayak ada makhluk lain yang sedang ngikutin gue. Kakak gue juga berpikiran sama, akhirnya malam itu kita nggak tidur sama sekali. Takut kalau-kalau ada orang lain yang akan masuk ke rumah dan itulah maling sebenarnya.

Malam lebaran itu benar-benar malam yang penuh cobaan banget buat gue dan keluarga. Selain masalah maling ini, ada masalah bodoh lain yang terjadi. Tapi kasus maling inilah yang sampai hari ini membuat semua orang, benar-benar semua orang, ketakutan. Tante-tante gue ngaku kalau sejak kejadian malam lebaran itu, mereka nggak berani ke kamar mandi sendirian. Mereka takut bakalan ditodong dan dibacok, selain juga mereka takut diintip waktu sedang pipis atau mandi. Bahkan om gue juga ngakuin kalau dia takut juga. Kalau-kalau ada orang lain yang masih ingin melakukan hal buruk yang sebenarnya.

Rumah gue termasuk rumah yang gampang dimasukin penjahat macem maling gitu. Karena ada tiga jendela besar yang setiap hari terbuka dan nggak pernah terkunci saking kita semua percaya bahwa rumah itu aman dan memang selama ini tidak pernah ada kejadian macem itu. Selain jendela-jendela itu, ada satu pintu di belakang rumah yang menuju gudang dan gang pintu itu mengarah langsung ke halaman rumah orang. Kalau memang ada maling yang berniat masuk, itulah jalan paling aman untuk kabur.

Jarang-jarang kejadian seperti ini terjadi di rumah dan pas ada gue di sana. Malam itu sebenarnya nggak ada niat buat teriak, tapi gue teriak sekenceng-kencengnya karena gue shock dan pengen bikin suasana heboh dan pengen malingnya bener-bener dilihat semua warga.

Malam lebaran tahun ini benar-benar penuh dengan hal-hal aneh... Semoga memang ini adalah penebus dosa untuk semuanya... Amin...
Belakangan ini lagi heboh banget temen-temen gue yang mau reuni dan kumpul-kumpul. Mungkin karena lagi moment puasa. Beberapa dari mereka memang ada yang bener-bener kangen karena nggak pernah ketemu dan jarang ketemu, tapi ada beberapa juga yang sepertinya males-malesan dan nggak interest dengan acara macem itu. Sejak lulus SMP, entah kenapa gue adalah orang yang paling menghargai pertemuan dengan orang-orang lama yang berkesan. Termasuk juga temen-temen SMP gue itu. Sejak tahun 2005, baru aja beberapa bulan setelah lulus-lulusan, gue udah minta buat kumpul. Beberapa bulan kemudian, gue minta kumpul lagi pas lebaran, sampai akhirnya sekarang setiap anak-anak mau bikin acara buat kumpul-kumpul, mereka jadi mengandalkan gue sebagai EO-nya.

Sebenarnya kumpul-kumpul dan juga reuni itu nggak boleh terlalu sering diadakan, karena akan membawa dampak kebosanan dan juga kelelahan, terutama gue sebagai orang yang paling heboh di antara semuanya. Gue yang paling heboh ngajak temen-temen kumpul, gue yang paling heboh kirim dan nyebar-nyebarin SMS (dengan bantuan beberapa orang teman tentunya), dan gue yang paling heboh ketika ketemu. Well, setidaknya dulu gue seperti itu. Tapi waktu buka puasa bareng sama anak-anak IXIes kemaren, rasanya kok gue nggak ada heboh-hebohnya ya?

Gue nggak tahu kenapa. Tapi kalau dari sudut pandang gue, kehebohan gue menghilang dikarenakan perubahan drastis dari anak-anak itu. Bukan mata mereka yang dulunya dua berubah jadi tiga plus mirip mata kodok ataupun tangan mereka jadi enam kayak alien, bukan. Bukan dari perubahan fisik yang gue perhatiin (karena dari dulu gue selalu bermasalah dengan fisik alias pendek dan nggak bisa tinggi, kurus dan nggak bisa gemuk) tapi perubahan dari gaya hidup, sikap dan juga pembawaan. Tapi ternyata nggak cuma mereka yang berubah, tapi gue juga...

Gue inget banget, dulu waktu satu tahun setelah kita lulus SMP, gue bikin acara kumpul-kumpul di rumah salah seorang temen gue yang namanya Ela Noviana (Mahasiswi FK UNRAM 09). Waktu itu jarang banget anak-anak pada mau diajak kumpul. Beberapa di antara mereka bahkan beralasan macam-macam. Ini yang bikin gue males banget. Kebanyakan yang dateng cuma temen-temen gue yang cowok yang setiap kali kumpul selalu berpartisipasi. Yang lain? Entahlah...

Temen baik gue, seorang cewek bernama Viya Tris Wardhani berniat buat datang hari itu, tapi dia bilang dia nggak ada kendaraan buat dateng.

"Beneran Ron, saya mau dateng. Tapi saya ndak ada motor."

"Kalau gitu saya jemput aja ya?"

"Beneran?"

"Iya.."

Akhirnya karena gue nggak mau acara itu garing tanpa orang gila seperti Viya, gue jemputlah dia ke rumahnya di daerah Pagutan sana. Sepanjang perjalanan Viya selalu bisa bikin ketawa karena dia seperti MoodMaker buat semua orang. Viya adalah orang yang lucu, apa adanya, konyol, kocak. Gue suka banget sama kepribadian dia. Walaupun selama ini dia nggak pernah bisa memercayakan sesuatu ke gue karena gue memang jarang bergaul sama dia. Atau mungkin kata yang tepat, gue nggak selevel sama dia. *Cuih!* *Kabor!*

Sesampainya gue di rumah Ela, gue nyuruh Viya turun dari motor dengan menendang punggungnya keras-keras... (Bodoh. Mana bisa! Yang ada juga dia yang nendang punggung gue, secara gue yang bawa motor!)

"Saya pergi dulu."

"Loh? Kamu mau kemana lagi?"

"Sebenernya saya sudah janji mau jemput Jamil. Tapi saya ndak mau kamu ndak dateng, jadinya saya jemput kamu dulu."

"Ya Allah Ron... Kamu mau ke Batu Dawe sekarang? Kejauhnya dari sini!"

"Arooo... biarin dah. Biar rame temen-temen kita. Saya pergi dulu."

Ya...
Itulah gue. Dari dulu nggak pernah sekalipun kepikiran buat keberatan kalau masalah membantu teman. Rumah Viya dan rumah Ela itu jaraknya sekitar sepuluh sampai lima belas kilometer, sedangkan rumah Ela ke rumah Jamil kira-kira tujuh belas kilometer lah. Dan maafin gue kalau perhitungan gue ini salah karena jujur ini cuma asal. Yang jelas, jarak rumah Viya ke rumah Ela lebih pendek sedikit daripada jarak rumah Jamil ke rumah Ela. So thats...

Berangkatlah gue menjemput Jamil. Sebisa mungkin gue usahakan dia datang supaya acara kumpul-kumpul jadi rame. Setelah menjemput Jamil, kembalilah ke rumah Ela dan acara berjalan sebagaimana biasa. Ketawa-ketawa, becanda-becanda, lucu-lucuan... Viya dengan sifatnya yang nggak peduli, diapain aja boleh, Jamil yang sebenarnya pendiam tapi kalau becanda jahatnya keluar, dan anak-anak yang lain yang saling menimpali becandaan satu sama lain.

Dulu... itu sekitar tiga tahun atau empat tahun yang lalu...

Kumpul-kumpul pas buka puasa kemarin, sekali lagi gue yang jadi EO-nya. Gue yang mengatur bagaimana teknisnya (dibantu sama Aank dan Ryo juga siih :p) dan gue yang menyebarkan SMS ke semua temen-temen SMP. Hampir 38 orang nama di absen itu ada di ponsel gue. Dan hampir semuanya gue SMS. Cuma yang dateng sedikit. Jauh dari harapan. Banyak yang nggak bisa... banyak yang nggak ada kabar. Tapi toh makan-makan buka puasa kita jalan juga...

Ada hal yang sangat berbeda yang gue rasakan malam itu. Anak-anak sudah berubah banyak. Ada banyak topik pembicaraan yang mereka bicarakan yang gue coba cerna, tapi gue nggak ngerti. Gue nggak bisa nangkep dan nggak masuk ke otak. Masalah musik misalnya, terus masalah cewek, dan beberapa becandaan yang gue coba buat ikutan ketawa cuma jadi kaku dan garing... Kok bisa ya? Nggak ngerti juga... Tapi mereka benar-benar sudah banyak berubah. Nggak sama dengan waktu kita SMP dulu. Mereka lebih dewasa, terbuka, berbeda.

Hmmm...

Kalau bisa memilih sih, gue lebih suka berada di antara mereka yang dulu aja. Lebih nyaman dan ngangenin. Mereka yang sekarang kok kayaknya gue ngerasa jadi ALIEN kalau diantara mereka ya? Atau itu cuma perasaan gue aja? Hmmm... Kayaknya begitu... Cuma perasaan gue aja.

Minggu 5 September nanti gue sekali lagi membuat acara reuni makan buka puasa bareng sama temen-temen SD. Semoga semua bisa dateng (walaupun nggak mungkin). Iya nggak bakalan semua. Beberapa anak ada yang lagi di luar kota, ada yang punya acara lain, ada yang kerja... Hmmm... Kenapa kok rasanya cuma gue yang bisa dateng di setiap moment dan event ya? *YAIYALAH! LO YANG BIKIN ACARA!*

Gue emang nggak pernah ikut sebuah organisasi besar dan menyusun acara yang besar. Tapi acara pribadi dan lokal kayak gini aja udah kewalahan... Tapi setidaknya bisa gue jadikan pengalaman untuk suatu saat nanti KALAU KALAU gue ikut organisasi (masih kalau-kalau yaaaa)....
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • 'Sexy, Free & Single' Music Video: Review Saya!
  • Are You Ready for Your SM Global Audition Jakarta?
  • EXO CHEN! Siapa Member Lainnya?
  • EXO MAMA MV: Review Saya! [PART 1]
  • Crazy Little Thing Called Love: REVIEW
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes