• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron
Hati, kepala dan pikiran gue masih dipenuhi dengan perasaan-perasaan tidak percaya ketika gue menjejakkan kaki di Times Square malam itu. Minggu, 27 September 2015. Gue nggak akan lupa sama tanggal itu. Tidak mau mengulangi sebodohan ketika jalan dari hotel ke lokasi makan malam sebelumnya yang hanya pake batik dan tanpa jaket sementara udara lagi dingin-dinginnya, gue malam itu sudah melapisi tubuh kurus ini dengan baju merah Oversode yang gue pake dari Jakarta (JOROK!) dan pake jaket merah bertuliskan huruf R di sebelah kirinya. Jaket ini gue dapatkan dari bos gue yang waktu itu lagi mempromosikan artis baru, namanya Rega. Sementara mbak Laila pake baju tertutup ala mbak-mbak berjilbab Malaysia dan bawa jaket panjang.

Kayaknya kebanyakan orang yang ada di Times Square itu turis. Keliatan soalnya, siapa yang heboh foto-foto dan terlihat alay, dan siapa yang berjalan kasual dan hanya melintas, lalu memilih untuk masuk ke restauran-restauran yang banyak di sekitar Broadway. Gue adalah salah satu yang alay dan tidak bisa menyembunyikan excitement gue berdiri di depan patung George M. Cohan 'Give My Regards to Broadway' dan berada di tengah-tengah Times Square untuk pertama kalinya.

Adegan di 'Glee' ketika mereka pertama kali di 'New York' dan nyanyi-nyanyi di undakan tangga yang ada di Times Square di season 2 itu langsung keputer di kepala gue. Persis seperti ketika Rachel Berry berdiri di tengah-tengah situ, gue juga melakukannya lalu berbisik: "BROADWAY!"
*
Waktu kecil, kita pasti punya cita-cita. Gue inget dulu gue sangat mengidolakan om gue yang sekarang sudah bergelar profesor dan dia pernah kuliah di luar negeri dan pindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Bisa dibilang dia adalah role model gue dulu dan dia juga yang membuat gue bercita-cita jadi seorang ahli pertanian. Sebelum akhirnya gue ganti role model ke Harry Potter dan bercita-cita jadi penyihir.

Berat banget buat gue menerima kenyataan bahwa ternyata Hogwarts itu enggak nyata. Patah hatinya sama kayak misalnya pas salah satu orang yang lo anggap temen tapi ternyata lo dikira enggak nyata karena cuma bisa diajak chatting doang. Karena itulah akhirnya gue mengganti cita-cita gue ke sesuatu yang lebih real: jadi pedagang es krim dan burger.

Sayangnya hidup itu enggak selalu tentang apa yang kita mau, tapi seringkali apa yang kita butuhkan. Ketika gue sudah niatkan untuk mengabdi di kampung halaman, merelakan gelar sarjana gue buat jualan burger dan es krim, takdir justru menahan gue di perantauan. Dan di sinilah gue sekarang berada, enam tahun merantau, menikmati naik dan turunnya gejolak kehidupan sebagai Jakartarian. Tapi kalo enggak merantau mungkin gue enggak bisa nulis posting-an yang sedang kalian baca ini.
*

*
Sebagai penduduk asli Lombok, gue tumbuh dan besar dengan berbagai cerita-cerita dan kepercayaan lokal yang sebenarnya enggak masuk akal, tapi terjadi. Mau dibilang enggak sengaja atau kebetulan sebenarnya bisa aja, tapi sekali lagi enggak ada yang enggak sengaja atau kebetulan di dunia ini. Semua pasti terjadi karena maksud tertentu kan.

Apa lo masih percaya kalau EXO dan Super Junior kebetulan aja dari SM dan nasib member Tiongkok mereka kebetulan aja sama dengan Hangeng?

Di antara kepercayaan-kepercayaan yang tidak masuk akal seperti misalnya di baju anak baru lahir harus diberi "jimat" berupa bawang merah yang ditusuk ke peniti untuk menghalau makhluk halus yang suka goda-godain anak bayi, ada sebuah kepercayaan yang juga berhubungan dengan anak bayi, tapi ini lebih ke ari-ari mereka.

Konon katanya, apa yang akan terjadi pada si anak di masa depan mereka berhubungan erat dengan apa yang orangtua si anak lakukan dengan ari-ari tersebut.

Kalau ari-ari si anak ditanam di rumah, maka anak itu bisa jadi akan tetap tinggal di rumah itu sampai dia dewasa dan berkeluarga. Kalau ari-ari si anak dimakan oleh binatang malam seperti sebut saja anjing (dan memang di daerah tempat tinggal gue kalau malem sering ada anjing berkeliaran cari makan) maka bisa jadi dia akan jadi orang yang sensitif terhadap hal-hal gaib dan supranatural (and in someways kasar dan galak). Kalau ari-ari anak itu dihanyutkan ke laut, maka bisa jadi nanti si anak bakalan berkelana dan merantau.

Percaya tidak percaya, hal itu terjadi pada gue dan dua kakak gue.

Kakak gue yang pertama (perempuan) adalah contoh dari anak yang ari-arinya ditanam di rumah. Sekarang dia sudah berkeluarga dengan dua anak dan tinggal di rumah gue di Lombok. Kakak gue yang kedua (laki-laki) adalah contoh dari anak yang ari-arinya dimakan anjing dan dia memang sangat sensitif dengan dunia-dunia gaib (dia bisa liat setan, komunikasi dengan hantu dan segala drama dunia gaib dia pernah alami pas masa remaja). Dan ya, dia adalah orang paling galak dan cepet marah yang pernah hidup di dunia ini. Kalo ditanya gue lebih takut siapa Voldemort atau dia, gue pilih dia. Dan yang ketiga adalah gue, si anak yang ari-arinya dihanyutkan di laut.

Dan lihat ke mana si ari-ari membawa gue sekarang. Eh, akhir bulan lalu.
*
Enggak pernah kebayang sebelumnya untuk bisa melakukan perjalanan jauh ke New York dalam rangka kerjaan. Selama dua tahun lebih kerja di tempat yang sekarang, dikirim ke Singapura saja sudah Alhamdulillah. Men, siapa sih yang enggak mau ke luar negeri gratisan?!

Memang sih buat kerja, bukan liburan. Tapi kesempatan emas nggak datang dua kali! Setelah pekerjaan selesai kan berarti bisa sekalian liburan. Hidup seadil itu kok. Tuhan se-Bijaksana itu kok.

Kesempatan untuk terbang ke luar negeri gratisan itu tentu aja enggak datang tiap hari. Pernah kepikiran untuk jalan-jalan ke luar negeri dengan ongkos sendiri, tetapi ujung-ujungnya selalu jadi beban. Gue bukan tipikal orang yang rela buat ngabisin uang untuk liburan sebenarnya. Bahkan untuk beli baju aja gue masih mikir-mikir. Di Indonesia, liburan gue yang paling jauh ya Lombok. Pulang kampung. Kalo enggak ya paling gue kabur ke Bandung.

Hehehe. I'm in love with the city. Bandung I mean... too many memories. #baper

Gue juga tipikal orang yang enggak terlalu doyan menghabiskan uang untuk beli makanan. Kadang-kadang memang iya, gue akan beli makanan yang lucu-lucu dengan harga fantastis demi untuk mengikuti pergaulan. Kata orang sih biar hits. Ada banyak tempat makan baru di Jakarta yang menyajikan menu-menu kreatif. Menggiurkan buat di-Instagram. Padahal rasanya sebenarnya B aja.

Biasa aja maksudnya.

Karena itulah gue nggak berhenti mengucap syukur ketika gue akhirnya dikasih kesempatan untuk ke New York ini. Gue jadi bisa mencicipi berbagai jenis makanan yang enggak pernah gue makan sebelumnya. Soalnya, gue terbang dengan Business Class.

BUSINESS CLASS!

Buat anak kampung seperti gue, ini adalah pencapaian luar biasa. Waktu gue dikasih tiket sama penyelenggara acara (namanya Mbak Galih dan mbak Debora) via email, gue sempat bengong lama banget. Lama banget sampai-sampai matahari yang baru terbit tiba-tiba saja sudah terbenam (okelebay) karena gue sama sekali nggak paham sama tulisan yang ada di tiket itu kecuali tulisan Business Class-nya. Buset.... ke New York aja udah kayak mimpi jadi nyata, mana lagi naik pesawat kelas bisnis, gimana nggak mimpi jadi nyata dua kali.

Tapi sebenarnya mimpi naik business class gak pernah muncul di kepala sih.

"Perjalanan ke sana capek banget Ron! 20 jam lebih di pesawat itu yang bikin males," kata temen gue yang sebelumnya pernah liputan juga ke Amerika. "Ngatasin jetlag-nya ketika lo baru mendarat terus langsung kerja itu juga agak-agak bikin bete," lanjut dia.

First of all, gue nggak pernah ngerasain jetlag karena perjalanan dengan pesawat paling lama yang pernah gue lakukan adalah 2 jam setengah dari Jakarta ke Lombok (dan sebaliknya). Perbedaan waktu juga cuma satu jam jadi pasti enggak juga berasa jetlag. Ini kemudian membuat gue penasaran seperti apa jetlag itu. Gue berharap merasakannya ketika sampai New York nanti.

Tapi kemudian teman gue itu melanjutkan, kalau terbang 20 jam dia kemaren naik kelas ekonomi. Ketika dia denger gue naik kelas bisnis, dia jadi yang kayak, "Oh yaudah berarti enak lah santai banget bisa tidur." gitu. Sama sekali enggak kebayang. Soalnya gue cuma modal naik Lion Air ekonomi yang tempat duduknya nggak kalah sempit dari tempat duduk di metro mini 75 jurusan Pasar Minggu - Blok M. Wah ada banyak pengalaman baru di perjalanan ini berarti ya? Batin gue.

Belum lagi bos gue yang kemudian memberikan insight lain yang sangat membantu. SANGAT SANGAT MEMBANTU.

"Kalau lo di business class, lo bisa nunggu di Lounge. Di sana lo bisa makan sepuasnya."

Kalimat "lo bisa makan sepuasnya" itu sudah sangat membahagiakan. Sangat-sangat membahagiakan. Dude, makan gratisan kayak di kondangan itu adalah mimpi setiap anak kos! Ekspektasi gue akan perjalanan ini akhirnya setinggi-tingginya. Kemudian gue memutar lagu Peterpan - Khayalan Tingkat Tinggi.
*
Buat orang yang hidup di kota kecil selama 17 tahun dan kemudian pindah ke kota besar, gue bisa dibilang kampungan dengan berbagai kemewahan dunia yang dimiliki oleh kota besar. Gue masih inget banget ekspresi kagum ketika pertama kali sampai Depok (kota besar juga bukan, Depok?) tahun 2009 dulu pas pertama kali kuliah di UI dan melewati jalan Margonda dan Margo City.

"Wih... Ini mall besar banget ya!"

Padahal itu baru Margo City. Gue nggak tahu aja kalau ternyata masih ada yang namanya Grand Indonesia, dan di tahun 2012 ke atas di bangun Kota Kasablanka, Gandaria City dan Lotte Shopping Avenue. Di Mataram, Lombok, selama gue hidup di sana dari lahir sampai SMA, cuma ada satu mall yang beroperasi. Dan Mall ini nggak jauh beda sama ITC dan mirip-mirip Depok Town Square.

Enggak ada keren-kerennya.

Setelah empat tahun tinggal di Depok dan sekarang resmi dua setengah tahun menjadi "Jakartarian", gue tidak pernah merasa berubah menjadi sosok yang kekinian dan anak kota. Penampilan gue aja sebenarnya nggak mendukung untuk disebut anak kota. Dan kalau lo melihat jauh ke lubuk hati gue yang paling dalam (halah) gue masih anak kampung yang tetap amazed ngeliat kota besar. Ajak aja gue ke Bandung maka gue akan berurai air mata padahal cuma ke Masjid Agung semata.

(Minta banget diajak?)

Itulah kenapa ketika gue tiba-tiba dapat tugas kerja tiga hari dua malam di New York, gue masih deg-degan. Ini bukan Jakarta, bukan juga Bandung. Tapi ini New York!

Mungkin enggak banyak yang tahu kalau gue kerja di salah satu media online di Jakarta (ya, nggak penting juga sih sebenarnya orang-orang tahu gue kerja di mana) tapi di postingan ini, sepertinya informasi mengenai ini penting hihihi karena ya tanpa kerjaan ini gue nggak akan bisa melakukan perjalanan gue dari Jakarta ke New York.

Jadi, begini ceritanya...
Gue sedang duduk di depan meja belajar kecil warna hijau yang gue beli dari Lazada beberapa waktu lalu dan gue rakit sendiri malam itu. Seperti biasa ketika gue ada di kosan, maka pekerjaan yang paling mendominasi semua waktu di kamar adalah duduk mandangin laptop dan timeline Twitter. Membosankan, tapi seru juga.

Belakangan ini Twitter gue sudah seperti asing buat gue sendiri. Sudah dua tahun terakhir gue nggak pernah mem-follow orang-orang lain di Twitter. Orang-orang yang gue follow sekarang juga kayaknya udah banyak yang nggak aktif di media sosial ini. Beberapa orang yang masih aktif, sayangnya membuat gue merasa aneh di timeline gue sendiri.

Nggak bisa sih sebenarnya menyalahkan apa yang mereka tulis di Twitter. Kan itu Twitter mereka. Ya seharusnya kalau nggak suka kan tinggal unfollow aja. Tapi karena orang-orang yang gue follow di Twitter ini masuk ke dalam daftar yang namanya 'Teman' dan kita sudah pernah ketemu dan hangout bareng beberapa kali, tentu saja untuk menekan tombol unfollow itu rasanya sulit.

Walaupun gue nggak ngerti dengan obrolan mereka tentang Monsta X, iKON, atau grup hip-hop lain yang sedang hits di Korea Selatan saat ini, gue tetap menghargai kehadiran mereka di timeline Twitter gue.

Bukannya teman itu diciptakan untuk punya rasa saling mengerti?

Walaupun gue nggak ngerti sama topiknya, mungkin gue bisa mencoba untuk mengerti bagaimana perasaan bahagia mereka saat spazzing. Yang pada akhirnya membuat gue kangen sama masa-masa ketika kita semua punya bahan spazzing yang sama: EXO.

Hahaha

Pada dasarnya temen-temen gue ini semua multifandom. Tapi sekarang ini baru berasa bagaimana beragamnya fandom kita. Dulu sih masih sering bareng ngebahas EXO, sekarang banyak distraksinya.

Entah apakah gue yang terlalu stick to EXO (dan SMTOWN) atau emang gue membatasi diri untuk tidak terlalu banyak ngefans grup lain kali ya? Sejauh ini sih gue cuma ngefans EXO.

Sama IU, Red Velvet, SNSD, SHINee, Super Junior, VIXX, Lovelyz, Infinite, HISTORY, C-Clown (YA ALLAH APA KABAR MAU BUBAR APA GIMANA), NU'EST, SISTAR, kadang-kadang miss A, 2PM sekenanya, TVXQ sekedarnya, kadang-kadang dengerin WINNER, GOT7 juga bagus sih, hmmm belakangan ini gue lagi suka banget dengerin 'I Need U'-nya BTS, gue baru dengerin SEVENTEEN sekali tapi gue suka banget sama lagu-lagunya T-Ara sama SPEED.

Gue tuh anaknya emang stick to EXO kok.

Gue nggak akan ngeh kapan SHINee akan rilis lagu baru untuk repackaged mereka kalau malam itu gue nggak scrolling timeline Twitter. Beberapa orang di timeline ada yang SHINee World juga, dan kemudian di situlah gue tahu kalau 'Married To The Music' akan dirilis.

Gue sangat excited. Bahkan malam itu bisa dibilang lebih excited dari biasanya. Udah lama gue nggak meluangkan waktu gue buat spazzing secara khusus. Dulu, pas kuliah selama 24 jam dalam satu hari, 20 jam adalah waktu spazzing dan 4 jam adalah waktu tidur. Hidup terasa sangat mudah sekali saat itu.

Tapi ketika malam 'Married To The Music' dirilis, dalam dua jam mulai 21:00 WIB sampai 23:00 WIB, gue bisa merasakan kebahagiaan 20 jam spazzing beberapa tahun yang lalu.

Thanks to SHINee.

Grup ini selalu berarti lebih di dunia fanboying gue. Fakta bahwa mereka adalah grup yang bikin gue suka KPop membuat SHINee punya ruang khusus di hati gue (HALAH! MUNTAH!). Sebelahan lah sama IU. Walaupun gue bukan Shawol dan gue juga nggak pernah secara resmi memproklamasikan diri gue sebagai Uaena, tapi gue sangat mengidolakan dua musisi ini.

Deg-degan. Gue klik link MV 'Married To The Music' malam itu. Ekspektasi gue tinggi. Karena MV 'View' kemaren kan SHINee bagus banget dan di luar dugaan banget. Gue yakin, 'Married To The Music' juga akan sama menyenangkannya dengan 'View'. Pas gue nonton,

Anjir.

ANJIR.

ANAK SETAN!

KUDA BETINA LEPAS KONTROL!

LINTAH KUDISAN!
*
*
Gue merasa Tuhan mendengarkan doa-doa gue dan membisiki SM Entertainment dengan kata-kata penuh cinta ketika Super Junior akhirnya comeback dengan ‘Devil’. Di saat yang sama gue juga lupa, kalau ternyata Tuhan sudah mendengarkan doa-doa gue dan membisiki SM Entertainment dengan kalimat-kalimat cinta ketika ‘Mamacita’ dirilis tahun lalu.

Hahahaha...

Kalau misalnya ‘Mamacita’ nggak punya konsep sketsa komedi yang lucu itu, mungkin gue akan menjatuhkan pilihan gue ke ‘Devil’ dan memberikan gelar sebagai MV Super Junior paling bagus selama 10 tahun terakhir. Tapi ternyata ‘Devil’ inipun belum bisa mengalahkan pesona ‘Mamacita’ buat gue pribadi.

Setidaknya di beberapa hal.

Oke, gue memang nggak bikin review soal ‘Mamacita’ karena sesuatu dan lain hal. Hahaha... entah apa yang terjadi tahun lalu gue juga nggak terlalu yakin apakah itu hal yang layak untuk dibahas atau tidak. Tapi membagi waktu untuk menulis buat pekerjaan kantor dan menulis untuk blog pribadi ternyata bukan perkara yang mudah. Dua tahun terakhir gue berusaha menyeimbangkan itu dan berhasil di satu poin, tapi kemudian gagal di poin yang lain.

Malah curhat.
*
Siapa di antara kalian yang hobi ngomong sendiri?

Siapa di antara kalian yang kalau sedang diam, kepala kalian nggak bisa ikut-ikutan ‘diam’ dan kosong tapi selalu berisik dengan pikiran-pikiran random yang datang entah dari mana, entah dari zaman apa, entah dari sudut mana, menyerang tanpa henti sampai pada tahap kalian mengeluarkan ekspresi dalam bentuk senyuman, tertawa, atau bahkan mengumpat tiba-tiba?

Misalnya pas lo lagi random jalan sama temen cewek lo yang niatnya lo pengen jadiin pacar, tapi tiba-tiba lo inget sebuah adegan di drama Korea yang gemesin banget, terus lo random ketawa sendiri dan berujung ditinggalin sama si cewek untuk selamanya.

Atau ketika lo lagi duduk ngetik berita di kantor, tiba-tiba aja lo kepikiran sama kekesalan lo terhadap seseorang yang enggak ngebales KakaoTalk lo dan kemudian lo tiba-tiba ngomong kenceng, “YAUDAH SIH GAUSAH DIPIKIRIN KAYAK YANG PENTING AJA!”

Kalau ada yang kayak gitu, chingu, kita sama. KITA SAMA! ARE YOU ME?!
Sumber foto: dramabeans.com - copyright Seok Woo
*
Tips untuk bisa tahan lama di tempat kerja itu sebenarnya gampang: yang pertama lo harus suka dulu sama pekerjaannya. Yang kedua, lo harus punya temen yang setidaknya mengerti dengan pekerjaan lo itu, jadi bisa sharing. Last but not least, lo juga harus punya temen yang sehobi sama lo.

Gue nggak ngomongin soal sepak bola. Di antara jutaan manusia yang ada di dunia ini mungkin gue adalah salah satu dari cowok yang nggak ngerti sama sekali dengan olahraga itu. Olahraganya, ataupun apa yang terjadi di dalam dunianya. Buat beberapa orang mungkin hal ini terasa memalukan. Tapi gue lebih memilih untuk malu karena tidak menjalankan syariat agama daripada malu karena nggak ngerti sepak bola.

Uhuk. Syariat agama... Rukun Iman aja lupa.

Bentar gue inget-inget dulu...  Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi dan Rasul, Hari Kiamat, Qada & Qadar.

Alhamdulillah... bisa membuktikan kalau gue lulus SD.

Anyway. Sudah dua tahun lebih gue bekerja di tempat gue sekarang. Menyenangkan? Iya sangat menyenangkan. Nggak cuma karena lingkungan kerjanya enak dan orang-orangnya sangat menerima lo apa adanya (Insya Allah) meskipun salah satu gigi lo palsu (kayak gue misalnya - kisah selengkapnya di sini), tapi juga karena lo punya temen yang kalo diajak ngobrol soal sesuatu itu nyambung.

Lalu... “Apakah yang dapat menyatukan kita?”

“SALAH SATUNYA DENGAN MUSIK!”

wkwkwkwkwkwkkwkw
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • Final Destination 5: REVIEW!
  • Mimpi, Mimpi, Mimpi
  • Awkward itu...
  • Are You Ready for Your SM Global Audition Jakarta?
  • EXO: 'Call Me Baby' Music Video Review
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes