• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron
Gue sangat suka mencoba hal baru. Walaupun sebenarnya gue tipikal orang yang sangat setia dengan sesuatu yang lama, yang sudah gue mengerti dengan baik, ketimbang mengambil risiko untuk melakukan sesuatu yang berbeda tetapi masih gambling. Tapi setelah memutuskan pindah kerja dari bidang yang gue sukai ke bidang yang masih ‘igemoya’ banget, pola pikir gue jadi berubah. Mungkin mencoba hal baru nggak ada salahnya.

Di tengah kesibukan gue dengan pekerjaan baru gue sekarang (yang najis tralala bener-bener sibuk banget from sunrise to sunset) (gak deng ini cuma pencitraan) gue masih berusaha untuk mengejar ketertinggalan gue pada posting-an blog. Tapi kemudian muncul sesuatu yang sepertinya nggak bisa gue hindari. Sesuatu yang memang sudah gue rencanakan sejak lama. Sejak akhir 2011 dan gue bahas lagi di jelang akhir 2015 lalu. Sesuatu yang sudah menumpuk idenya tapi terlalu takut untuk memulai: bikin channel YouTube.



Di suatu malam, gue sama beberapa temen kampus sedang makan di JB. Buat anak Depok pasti tahu tempat makan pinggir jalan di jalan Margonda deket gapura belimbing raksasa ini. Temen gue ini namanya Rini. Malam itu kita lagi on-fire banget membahas masa depan. Biasa kan, mahasiswa tingkat akhir past galau soal masa depan. Pertanyaan “mau kerja apa” dan “mau jadi apa lo nanti” selalu menghantui. Dan ketika gue sama Rini ngobrol malem itu (di sana ada Nadya sama Shinta juga kalau nggak salah inget), kita sepakat soal satu hal.

“Gue pengen banget deh jadi artis YouTube,” kata gue sesumbar. Rini mendadak bersemangat dan berteriak.

“Eh iya gue juga loh! GUE JUGA PENGEN BANGET”

“IYA KAN RIN! Kayaknya kalau ngeliat YouTube-ers luar tuh kok mereka indah banget hidupnya ya! Bahkan Shinta-Jojo aja bias begitu loh,”

Shinta yang gue maksud di paragraf sebelumnya bukan Shinta yang Keong Racun itu.

“Tapi gue sih nggak mau kayak gitu. Gue pengennya kayak punya acara sendiri di YouTube gitu Ron,” kata Rini.

“Iya sama! Gue juga kayak kebayang bikin apaa yang berhubungan sama Kpop gitu. Kayak EatYourKimchi. Gue seneng banget liat video mereka!” kata gue lagi.

Obrolan gue dan Rini ngalor ngidul sampe ke mana-mana. Dan ketika bertahun-tahun berselang setelah itu, Rini nggak jadi artis YouTube. Tapi sekarang dia jadi host acara kesehatan di ElShinta TV. GUE KEDULUAN!!! RINI UDAH JADI ARTIS DULUAN!!!!

Ide bikin channel YouTube sendiri sebenarnya sempat juga muncul tahun 2013 lalu. Gue udah sempat kepikiran untuk serius sampai beli kamera segala. Tapi gue sadari saat itu gue masih punya banyak kekurangan. Di antaranya adalah gue masih belum percaya diri kalo muncul di video.

Ketawa gue terlihat aneh.

Setiap gue ngomong kok kayaknya terlalu menye.

Gue terlalu banyak kedip.

Rambut gue nggak banget.

Gerakan tangan gue kurang tegas.

Terlalu sering mengatupkan bibir.

Keseringan jilat bibir juga.

Banyak hal. Padahal waktu itu ada momen gue jalan-jalan ke Ciater untuk pertama kalinya dan suda diniatin mau bikin video, eh malah batal karena ternyata pas gue nonton lagi hasil rekamannya, bener-bener najis. Nggak layak siar banget. Dan ketika istilah vlog sudah mulai banyak digunakan, sementara gue masih aktif nge-blog, keinginan gue untuk bikin vlog pun semakin besar. Makanya gue jadi sering iseng ngerekam muka sendiri. Ngomong di kamera sendiri setelah itu. Ala-ala test cam gitu. Gue jadi sering live facebook secara random. Semua untuk membiasakan diri bicara di depan kamera.

Gue basic-nya orang yang pemalu. Tapi kalau lama kenal bisa jadi malu-maluin. Tapi kalau dua hal itu muncul di saat yang sama di kamera dan gue nggak siap kan jelek banget. Makanya takes time banget untuk gue akhirnya percaya diri dan menemukan momen untuk muncul di YouTube dan punya channel sendiri.

“2016 sih aku udah harus vlog sih Nis,” kata gue Annisa, temen gue yang sekarang kuliah di Korea. Kita lagi ngobrol di Lotteria di COEX Mall setelah gue jalan-jalan ke SMTOWN COEX Artium tahun lalu. Annis pun menyemangati.

Akhirnya gue mulai nabung pelan-pelan untuk beli segala kebutuhan yang kemungkinan akan gue butuhkan untuk nge-vlog. Mulai dari handphone yang kameranya bagus, microphone, kamera aksi, sampai keinginan gue untuk beli kamera mirrorless demi mendukung niat gue ini. Tapi pelan-pelan. Karena mirrorless sampai sekarang belom berhasil gue punya hahahahaha

Kalo lagi ngumpul sama temen, gue suka rekam-rekamin. Ala-ala nge-vlog gitu. Padahal di-posting juga enggak. Pas tahun baru gue sok-sokan bikin video selamat tahun baru di Instagram. Macem-macem deh aksinya. Tapi nggak ada yang naik sama sekali ke YouTube. Gue masih malu-malu. Kalau dipikir-pikir, video pertama yang nampilin muka gue di YouTube ya pas gue ke SM dan manggil-manggil Suho secara random itu. Selebihnya udah nggak pernah lagi.

Dan gue nggak tahu bagaimana awalnya keyakinan itu datang, ketika gue ke Singapura untuk nonton Seventeen kemaren gue sudah membayangkan kalau semua footage yang gue rekam dari perjalanan sampai ketika di Singapura nanti akan jadi video pertama gue di YouTube. Dan benar saja, gue akhirnya nge-vlog. Nggak lagi hanya nge-blog.

Hehehehe



Gue jadi ingat alasan pertama kenapa gue nge-blog dulu. “Karena saya merasa hidup saya unik dan orang-orang mungkin tertarik untuk tahu keunikannya.” Kata gue di sebuah wawancara kerja dulu. Dan gue merasa ini adalah alasan yang juga sangat oke untuk memulai nge-vlog. Selain memang tuntutan zaman. Semua orang sudah mulai nge-vlog. Semua orang sudah ngomongin soal konten pribadi di YouTube. Semua orang sudah mulai bicara video, bukan lagi tulisan dan gambar doang.

Ide-ide banyak muncul di kepala gue untuk video YouTube. Dan semoga gue bisa mewujudkannya pelan-pelan, dan satu per satu. Gue juga nggak bisa yang langsung WOW banget. Karena gue sendiri masih NEWBS (newbie) dan masih CUPS (cupu) soal ginian. Tapi gue yakin kalau pelan-pelan dan istikomah pasti akan menuai hasil yang oke. Dan semuanya bisa terjadi seperti ini karena dukungan kalian sekalian: pembaca kaoskakibau.com, followers @ronzzykevin, followers @ronstagram, likers @kaoskakibau di Facebook, adders @kaoskakibau di LINE, dan tentu saja teman-teman yang kenal gue dan masih berhubungan sama gue secara virtual.

Tanpa kalian apalah gue. Hanya percikan keringat Kim Jong Un. THANK YOU SO MUCH!

Dan sekarang gue resmi mengelola akun YouTube bernama KaosKakiBau TV dengan serial pertamanya yang berjudul #vron (#vlognyaron).

Kenapa KaosKakiBau TV? Sebenarnya ini menyambung keberadaan kaoskakibau.com sebagai blog. Dan kata-kata TV terasa pas aja karena sejatinya channel ini adalah versi video dari kaoskakibau.com. Mungkin terinspirasi dari berbagai acara YouTube Kpop yang juga pake-pake TV sih kayak Winner TV gitu. Alasan lain nggak ada. Lebih simpel aja dan gampang diinget. Supaya brand KaosKakiBau-nya juga tetep ada gitu.

Lalu kenapa #vron (#vlognyaron)? Sekarang apa-apa tuh bagus banget kalo di-hashtag-in. Kesannya sangat #kekinian dan #DigitalBingits. Ide untuk menamai seri vlog-nya #vron juga dateng saat itu juga ketika gue mengedit video Singapura itu. #vron adalah gabungan dari kata vlog dan ron. Sudah jelas kan. Dan kepanjangan #vlognyaron itu lebih ke yang kayak lebih enak aja disebut kalo lagi ada yang ngomongin gitu.

“Eh udah nonton #vlognyaron yang baru belum?”

Gitu.

(KAYAK AJA ADA YANG NGOMONGIN)

Yang jelas ini adalah salah satu isi bucket list yang sekarang sudah bisa gue coret. Gue sendiri masih harus banyak belajar karena seperti yang gue bilang tadi gue masih #NEWBS di dunia vlogging. So yeah, I need all your critics and comments, guys! Gue termasuk orang yang percaya bahwa nggak ada komentar yang sampah. Komentar itu muncul dari perasaan mengganjal yang ada di hati seseorang yang berarti ada sesuatu yang salah yang ingin dia ubah, kan. Jadi, silakan rajin-rajin komentar di YouTube gue.#kalem

Untuk sekarang mungkin gue akan fokus ke #vron dulu yang isinya sebagian besar adalah kegiatan sehari-hari gue yang membosankan yang mungkin nggak bisa gue tulis di blog. Ke depannya gue sih sebenarnya sudah ada beberapa ide yang mungkin asik untuk dikemas dalam format video pendek di YouTube. Tapi ya doakan supaya cepet bisa terkabul. Sekarang masih dalam tahap mengumpulkan receh untuk membuat studio pojokan di kamar kosan yang sempit tapi nyaman (buat gue) ini.

Sekali lagi gue mau ngucapin terima kasih untuk semuanya yang sudah memberikan dukungannya sejak kaoskakibau.com sampai sekarang di kaoskakibauTV. Dukungan kalian sangat berarti banget! Kalo nggak ada kalian, ya siapa yang mau nonton videonya? AHAHAHAHAHAHHAA KENAPA SIH KALIAN TUH BAIK BANGET?! JANGAN TERLALU BAIK GITULAH. KALO ORANG TERLALU BAIK BIASANYA GAMPANG DIMANFAATIN!

#baper #drama #apalah #pergiajasana #keAlaska

Akhir kata, sila LIKE+COMMENT+SHARE+SUBSCRIBE #vron (#vlognyaron) di YouTube. Playlist-nya tinggal klik aja di [bit.ly/vlognyaron] atau bisa langsung nonton di bawah ini:



Have a nice weekend guys and God Bless you all!

Follow Me/KaosKakiBau in everywhere:
Subscribe on my YouTube Channel: kaoskakibau TV
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram - kaoskakibaudotcom
Steller: ronzzykevin
Snapchat: snapronzzy
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Gue sudah bisa meramalkan kalau bulan Agustus ini akan jadi salah satu bulan paling hectic di sepanjang tahun. Alasannya sudah pasti karena kerjaan baru. Setiap kali pindah kerja gue selalu punya kekhawatiran untuk tidak adanya waktu buat menulis. Dulu waktu pindah ke detikcom juga gitu. Blog sempat keteteran beberapa bulan dan pas juga comeback EXO yang ‘Wolf’. Sekarang pindah ke tempat baru (dan EXO comeback ‘Lotto’ hahahaha) berasa déjà vu. Tetapi bersenang-senang sangat diperlukan dalam kondisi seperti ini. Selain kasih sayang Tuhan, apalagi yang bisa membuat hati dan pikiran santai sejenak selain bersenang-senang (di jalan yang benar)?

Aneh rasanya menjalani hidup selama nyaris sebulan di luar ladang gandum KPop. Gue yang biasanya berkutat dengan Notepad setiap harinya dan ngetik 10 berita per hari, sekarang harus beralih ke Microsoft Excel. Mencoba untuk memanggil lagi memori-memori lama ketika gue SMP dan belajar aplikasi itu untuk pertama kalinya di ruang komputer SMPN 2 Mataram. Perubahan mendadak ini benar-benar bikin shock. Keluar dari zona nyaman tentu saja tidak mudah. Tapi sekarang saatnya membuat zona nyaman yang baru.

Tempat kerja gue yang baru ini sangat menyenangkan. Ada banyak orang-orang yang seru dan juga orang-orang penting di industri hiburan Indonesia. Gue bertemu dengan orang-orang di balik sebuah poster film keren, orang-orang di balik casting sebuah film box office, sampai ketemu bocah-bocah pemain sinetron remaja seangkatan Randy Martin. Tapi seperti yang gue jelaskan di awal, sebulan terakhir ini benar-benar hectic. Gue sendiri sedang mencoba untuk menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang baru dan bener-bener cepat ini. Walaupun itu berarti gue udah nggak punya lagi banyak waktu di depan Twitter dan situs-situs gosip KPop.

“Gue udah nggak bisa lagi nonton Laura in the Kitchen nih! Coba lo bayangin, gue udah lima hari nggak liat resep baru di YouTube-nya!” kata gue ke Ajie—member grup dance cover paling hits se-Asia Afrika (setidaknya di hati hamba yang receh ini)—di halte TransJakarta sepulang kantor di suatu malam.

Di detikcom biasanya gue bisa nonton lebih dari 6 video memasak dalam sehari dengan 6 resep yang berbeda. Tapi sekarang, buka YouTube aja rasanya agak susah. Walaupun pelan-pelan mulai longgar dan senggang sih. Tapi seringkali sibuk. Welcome to real life! #pencitraan. But anyway, inilah hidup yang sesungguhnya, bukan? Harus dinikmati. Pekerjaan tuh nggak ada yang berat kalo dinikmati. Memang kali ini agak lebih komplikasi dari sebelumnya tapi lebih menantang.

Di suatu pagi ketika gue sedang hectic mengejarkan laporan (dalam kondisi sangat suci karena selama beberapa hari di awal bulan Agustus gue nggak pernah lagi spazzing di Twitter) tiba-tiba gue menerima notifikasi chat dari abang KPop baik hati paling hits se-Nusantara. And he delivered a good news that I’ve been waiting for these past few weeks.

“Aku ada dua tiket Seventeen di Singapore. Kamu masih mau gak?”


Di suatu siang, beberapa hari setelah Lebaran 2015, gue dan Dimas, salah satu temen gue yang dulunya anak cover dance dan sekarang sudah pindah haluan jadi penyanyi nasyid tapi masih menyimpan hasrat untuk nge-dance tapi dia hanya bisa memendam hasrat itu karena di satu sisi dia merasa aneh di sisi lain dia merasa pengen, sedang menunggu pesanan pizza di salah satu tempat makan di kawasan Pasir Kaliki, Bandung. Nama tempatnya Herb & Spice. I reccomend you to try every food in there because it taste really really good. But that’s not my point.

Gue termasuk orang yang susah percaya sama orang lain untuk urusan cerita-cerita masalah pribadi. Tapi di saat yang sama gue orangnya gampang dipancing untuk cerita-cerita masalah pribadi. Nah, bingung kan?

Sama.

Gue juga suka bingung sama diri gue sendiri. Ketika gue berniat untuk menyaring siapa-siapa saja yang berhak mendengarkan kisah-kisah kehidupan pribadi gue yang paling pribadi malah jatohnya jadi nggak kesaring karena kadang-kadang gue bisa random acara cerita sama siapa aja.

Dimas mungkin satu di antara banyak orang yang pernah mendengarkan curhatan-curhatan gue soal kehidupan. Dan topik siang itu adalah comfort zone.

Gue yakin semua orang di dunia ini pasti punya zona nyaman yang nggak pengen mereka tinggalkan. Dan buat gue, zona nyaman itu adalah Kpop. Nggak sekedar masalah fandom dan suka sama siapa, tapi Kpop buat gue adalah sumber penghasilan selama tiga tahun terakhir. Gue hidup dengan menulis berita Kpop di media mainstream dan kasarnya Kpop adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup gue sejak 2013 sampai jelang akhir 2016 ini. Karena berkat Kpop gue bisa bayar kosan, makan, minum, dan juga jalan-jalan ke beberapa negara yang mungkin sama sekali nggak pernah kepikiran di kepala gue sebelumnya.

Bekerja sebagai jurnalis Kpop adalah hal yang sangat menyenangkan buat gue. Nggak, bukan sangat menyenangkan. Tapi SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT MENYENANGKAN.

“Apa sih yang paling menyenangkan di dunia ini selain mengerjakan hobi sendiri dan dibayar?” kata salah satu wartawan hiburan di sebuah sesi wawancara Yubin ‘Wonder Girls’ via telepon beberapa tahun lalu. Lucunya, dia adalah pembaca blog gue juga. “Gue tahu lo lebih dulu dari blog daripada tahu lo wartawan Kpop,” katanya. Gue nggak bisa menyembunyikan senyuman malu-malu gue saat itu.

Kpop adalah zona yang benar-benar nyaman. Di situ gue merasa bisa jadi diri gue sendiri. Di saat orang lain sedang heboh mendengarkan lagu baru Tulus atau DJ Snake, gue tetap dengan EXO dan SNSD. Ketika orang lain sedang heboh membahas apakah benar Saipul Jamil punya video porno sama cowok seperti yang diunggah oleh sebuah akun anonim di Instagram dan jadi heboh di media online, gue tetap heboh manas-manasin orang yang nggak suka sama Baekhyun-Taeyeon. Kpop buat gue sangat penting dan signifikan. Kpop buat gue adalah kehidupan. Kpop buat gue adalah identitas. Kpop buat gue adalah zona nyaman.

2 Januari 2016, Liputan konser KRY di Jakarta (ronzstagram)


Percaya atau enggak, gue bukan termasuk orang yang mudah bergaul dan cenderung anti-sosial. Apalagi memulai pembicaraan dengan orang baru. Gue kadang-kadang pasif banget untuk yang satu itu, tapi bisa jadi juga sangat aktif, kalau misalnya orang yang diajak berinteraksi menunjukkan tanda-tanda keterbukaan dan nggak memunculkan jarak. Yes, I'm that kind of person who talks too much. Sorry. Genetic. Walaupun kata orang sih yang sering kali memunculkan jarak di obrolan pertama itu gue. Padahal sebenarnya kalau menurut gue mungkin jarak itu terlihat karena gue pada dasarnya orang yang pemalu. Tapi setelah lo kenal, gue akan jadi orang yang paling malu-maluin.

Di beberapa situasi, gue tipikal orang yang nggak akan ikut nimbrung ke obrolan secara langsung kalau misalnya gue nggak ngerti sama apa yang diobrolin. Gue bukan tipe yang mau sok-sok ngerti demi bisa nyambung sama orang-orang yang sedang kumpul-kumpul di kantor misalnya. Gue lebih ke tipikal pendengar kalau di bagian itu. Pernah waktu gue liputan ke Singapura beberapa bulan kemaren, salah satu wartawan senior ngajak gue ngomong soal politik Indonesia dan gue cuma bisa,

"Oh. Gitu ya? Masa sih? Oalah..." doang.

I'm not really interest with any kind of politics topic bahkan masalah negara sendiri. Dan yang lebih parahnya gue gak bisa fake kalo gue gasuka AHAHAHAHAHA. Tapi gue tahu ini salah sih. Soalnya pas di Amerika juga gue diajak ngobrol sama Gayle dari Singapura dan ngebahas soal kebakaran hutan beberapa waktu lalu sementara gue cuma, "Can we talk about Super Junior instead?" eh malu.

Jembatan Pasupati photo by @ronzstagram
Waktu ke Seoul tahun lalu, gue janjian ketemu sama temen di Hangugo Dongari dulu pas di UI. Namanya Anis. Kalau kalian udah pernah nonton film pendek 'Lunch Box' yang ada Ji Soo-nya itu, nah si Anis ini yang pake jilbab, temennya Lia. Kita janjian ketemu di Samseong Station karena berniat untuk ke COEX SMTOWN Artium bareng. Nggak bareng sih sebenarnya, nganterin gue. Karena dia pastinya udah bosen ke sana kan doski Seoul Saram. Sementara gue masih yang ingin ngalay karena belom pernah ke SMTOWN Artium sama sekali. Setelah bosen muter-muter di sana, kita pun makan di Lotteria dan di situlah gue ngobrol banyak soal mau di bawah ke mana blog dan segala macem perkara akun-akun pribadi ini.

"Kenapa nggak bikin YouTube aja sih kak?" tanya Anis yang hari itu makan burger ikan karena kata dia makanan itu doang yang bisa dia makan kalo ke Lotteria. Yang lain daging-dagingan agak tidak terjamin masalah halalnya.

"Sebenarnya udah pengen sih YouTube. Tapi belom pede aja liat muka sendiri dan diliat sama orang lain. Pengen ngegedein brand KaosKakiBau-nya juga ke banyak platform nggak cuma blog doang. Insha Allah 2016 sih harus udah ada perkembangan," jawab gue.

Walaupun 2016 sudah berjalan setengahnya, dan gue belom sama sekali berani untuk memulai vlog. Walaupun sudah terbiasa dengan kegiatan siaran radio sejak 2008, tapi ngomong di depan kamera sama di belakang mikrofon itu pengalamannya beda banget. Gue kadang nggak bisa mengontrol ekspresi ketika di kamera dan jadinya pasti menye-menye banget. Kalo di belakang mikrofon kan nggak ada yang liat. Tapi YouTube adalah salah satu plan jangka panjang sih. Mungkin kalo gue udah nggak di Jakarta atau kalau gue udah nggak kerja di tempat gue yang sekarang.

Walaupun bisa aja sih sebenarnya disambi, tapi.... ah... Ron ini anaknya pemalas.

Ada perasaan yang meledak-ledak waktu 'Lucky One' dirilis. Tapi meledak-ledaknya nggak seheboh ketika nonton MV-nya. Setiap detik tuh kayak berharga banget dan pengen banget dikomentarin. Setiap perubahan adegan kayaknya ada aja yang pengen dibahas. Dan ya, semuanya tumpah begitu aja di Twitter dan sudah gue tuliskan juga reaksi per adegannya di posting-an sebelumnya.

Klik di sini untuk review 'Lucky One'

Semua ekspektasi gue sama 'Lucky One' tuh kayak kebayar abis gitu loh, di setiap adegan dalam MV-nya. Sesuatu yang memang layak ditunggu setelah setahun. Nggak salah dong kalau kemudian gue juga menaruh harapan yang cukup tinggi buat senjata pamungkasnya: 'Monster'? Karena dari teaser MV-nya sih, videonya bakalan keren dan oke banget. Belum lagi karena efek 'Lucky One' yang udah sebagus itu, otomatis (menurut gue) yang selanjutnya nggak mungkinlah jelek-jelek banget. Ya paling enggak kan harusnya bisa setara. Positif deh, SM bakalan bikin 'Monster' ini rada sedikit di luar dugaan. Just like the 'Lucky One'

Jadi malam itu seperti halnya kebanyakan orang yang nungguin EXO di seluruh dunia ini, wkwkwkwkw, gue juga refresh-refresh itu YouTube SMTOWN berkali-kali setelah 'Lucky One' dirilis. Menunggu-nunggu sambil menebak-nebak dalam kepala seperti apa kelanjutan ceritanya. Apa memang bener berkelanjutan? Bagaimana akhirnya mereka bisa keluar dari maze dan terlibat bentrok antara mahasiswa dan satpol PP begitu? Terus ya penasaran juga ini hubungannya apa antara monster, alien, sama suntik mandul.

Menyimpulkan yang tampak di teaser MV sejauh ini kan mereka semua mendadak punya pengikut (puluhan remaja bak domba-domba tersesat yang sangat disayangkan mau aja diperalat oleh EXO) lalu mereka semua bentrok dengan satpol PP yang (kalau menurut Teori Suntik Mandul) adalah antek-antek pemerintah.

Gak tau deh tuh cerita lengkapnya kayak gimana. Mau bilang gue berharap Teori Suntik Mandul beneran juga kok ya jijik. Tapi pastinya ada dong, alasan kenapa mereka akhirnya berantem sama satpol PP. Apakah mereka bener-bener mau dijadikan senjata rahasia dan memberontak lalu melakukan perlawanan? Atau gimana sih? Wah pokoknya malam itu imajinasi liar udah  entah ke mana. Nyambung-nyambungin MV yang sebelumnya sama MV yang akan dirilis ini.

Ah... tapi ternyata emang manusia tuh nggak boleh berlebihan. Nggak boleh berharap lebih. Nggak boleh berkhayal ketinggian. Karena di atas langit masih ada langit. Di bawah neraka masih ada neraka. Di setiap harapan pasti ada (chance untuk) kecewa. Ah...
Gue nggak tahu harus bilang apa ketika ternyata, imajinasi gue tentang MV 'Lucky One' sama seriusnya dengan hasil akhir video terbaru EXO itu. Bener-bener sama sekali nggak menyangka kalau akhirnya, EXO dibuatin lagi satu video klip yang agak bikin mikir. OH THANK GOD!!! MV-nya nggak sekedar gitu-gitu aja. THANK GOD!!! Setidaknya ada video yang punya kasta setara dengan 'Love Me Right'. THANK GOD!!! SM mau berbaik hati membuatkan EXO video yang lebih layak. Ya abis, masa million seller idol MV-nya kandang ayam doang kan ya ngehek.

Dan harus gue bilang kalau MV 'Lucky One' ini cukup mengacak-acak emosi.

Tentu gue akan mengawali tulisan kali ini dengan curhat. You know me so well lah kalau kata boyband Indonesia anget-anget tahi ayam yang sekarang udah nggak tahu nasibnya kek mana.

Di hari perilisan 'EX'ACT' gue berasa lagi capek banget. Gila sih, menyelesaikan review teaser foto dan teaser video selama dua hari ternyata bikin tepar juga. Badan sih enggak, tapi otak iya keder. Ditambah lagi urusan kerjaan. Belum lagi harus menyesuaikan waktu untuk tidur, bangun dan masak buat sahur. Wah, kacau sih, sepanjang hari itu gue uring-uringan banget karena kurang tidur.

Biasanya kalau nggak puasa, kopi adalah sahabat terbaik kalo udah kayak gini. Selain KPop, kopi adalah obat terbaik buat bikin kalem hati dan pikiran sejenak. Belakangan gue nyium aroma kopi aja udah bisa bikin rileks. Tapi karena lagi puasa, yah, nggak bisa deh tuh yang namanya ngendus-ngendus kopi ataupun minum kopi ketika kepala lagi puyeng. Yah, emang cobaannya kali ya. Makanya di hari itu, sehabis kerjaan kelar, gue langsung balik kosan dan milih buat tidur. Karena kepala rasanya kayak lagi disentil-sentil Hagrid.

Ngerti gak sih, rasanya kayak gimana?


Satu hari sebelum puasa, biasanya kalau lagi di rumah, gue sama nyokap adalah orang yang paling heboh. Gue heboh minta dibikinin makanan ini pas buka puasa, sementara nyokap milih buat bikin makanan lain. Tapi kita berdua sama-sama heboh mikirin mau buka puasa pake apa besokannya, mau makan sahur pake apa juga di sahur pertama. Karena biasanya di hari pertama kita selalu nyipain sesuatu yang istimewa. Walaupun sebenarnya sih, masakan nyokap mau apapun juga tetap istimewa. Apalagi orang orang yang jarang di rumah kayak gue.

3,5 tahun kuliah beruntungnya gue cuma satu kalu doang nggak puasa di rumah. Dan itu pas tahun pertama banget jadi mahasiswa baru. Berat? Stres? Pengen marah-marah? Jelas. Disaat semua orang pulang kampung, cuma gue yang mendekam di kosan yang saat itu jauh dari mana-mana dan susah banget cari makanan karena semua orang pada pulang kampung dan nggak ada warteg yang buka. Lebaran di rumah saudara nggak banyak membantu karena pada akhirnya ada rasa-rasa nggak nyaman untuk melakukan banyak hal. Seperti misalnya tidur seharian gitu. Tahun pertama jadi mahasiswa baru dan di perantauan memang paling menyebalkan. Tapi itu juga yang paling membentuk ketahanan diri dan keteguhan hati sih.

Selanjutnya sampai lulus kuliah gue bisa pulang selama sebulan puasa sampai lebaran. Karena kebetulan, selama periode 2010 sampai 2012 itu, puasa dan lebaran selalu ada di liburan semester genap. Tau kan, kalau liburan semester genap itu bisa dua sampai tiga bulan. Dan tahun ajaran baru biasanya mulai lagi abis lebaran. Pokoknya era 2010 - 2012 itu semesta mendukung banget gue buat pulang kampung setiap puasa dan lebaran. Jadi nggak ada lagi istilah kesepian karena puasa di perantauan.

Tapi seperti halnya semua kebahagiaan di dunia ini nggak ada yang abadi. Ketika kuliah kelar dan mulai kerja, pindah dari Depok ke Jakarta, puasa di rumah adalah sesuatu yang langka. Bahkan mungkin mustahil adanya.

Setidaknya sampai tahun ini belum terjadi.




Gue punya love-hate relationship sama Rumah Sakit. Tempat ini mungkin jadi lokasi yang paling gue nggak sukai di dunia setelah Kuburan Bikun UI. Pengalaman pertama gue ke rumah sakit adalah ketika gue SD. Salah satu temen gue (well nggak temen baik banget sih, for a fact he is someone who bully me that time hahahahaha cuma karena dulu pas SD kita diajarin tenggang rasa jadi ya udah begitu kejadiannya) masuk rumah sakit. Gue dan beberapa temen excited banget untuk pergi ke rumah sakit buat jenguk dia. Loh kenapa kita jadi excited padahal mau nengokin orang sakit? Iya. Karena itu artinya kita bisa main-main di lift yang ada di rumah sakit.

Iya. Lift. Fasilitas di sebuah gedung yang digunakan untuk pindah dari satu lantai ke lantai yang lain dengan cepat tanpa harus mendaki anak-anak tangga.

Mungkin perlu kalian tahu, Mataram, ibukota Nusa Tenggara Barat, yang lokasinya di Pulau Lombok, adalah tempat gue dibesarkan. Dibandingkan dengan kota-kota lain di sebelah barat Indonesia, kota ini dulu bisa dibilang sangat terpencil dan seorang terasing. Yang paling sederhana aja misalnya kami baru punya bioskop sekelas XXI itu belum genap dua tahun. Dulu ada bioskop pas jaman-jaman gue masih belum TK. Tapi kemudian mati dan setelah XXI memonopoli semuanya selama hampir 20 tahun kali kita nggak punya bioskop. Hidup di kota ini bisa dibilang segala tren itu datangnya terlambat. Kayak misalnya kita baru suka sama film-film India setelah orang-orang mungkin sudah pindah ke film-film Korea. Terakhir gue pulang Mei kemaren, orang-orang di kampung gue bahkan nggak tahu kalau kita bisa update berita soal selebriti di situs berita online tempat gue kerja sekarang. Dan gue hidup di tengah-tengah masyarakat di kampung itu selama 17 tahun sebelum gue pindah ke Depok untuk kuliah di UI.

Sedikit background betapa cupunya kehidupan anak kampung ini dulu itu mungkin bisa menjelaskan kenapa akhirnya lift jadi salah satu hal yang bikin amazed gue dan temen-temen gue pas SD. Jelas, kita semua nggak ada yang pernah sama sekali mencoba untuk menyentuh tombol yang ada di dinding yang kalau ditekan bisa bikin dua "daun pintu" terbuka itu. Dan kita nggak sabar buat dateng ke rumah sakit untuk jenguk temen kita ini dan mencoba menggunakan lift itu untuk pertama kalinya.

"Nggak boleh naik itu! Nanti kamu nggak bisa keluar!" begitu kata nyokap gue suatu hari ketika gue yang penasaran dengan lift dan ngajak dia buat nyobain naik lift cuma supaya tahu rasanya doang, di suatu hari ketika gue sedang kontrol kuping karena punya penyakit kebanyakan congek. Dan karena perkataan nyokap itulah akhirnya gue nggak pernah naik lift sama sekali. Karena takut nggak bisa keluar. Walaupun rasa penasarannya masih tetap ada. Belakangan gue tahu kenapa alasannya nyokap nggak pernah mau ngajak gue naik lift: soalnya beliau suka puyeng sama sensasi di dalam sana. HAHAHAHAHAHAHAHA bahkan naik eskalator di mall aja dia nggak mau. Lebih milih naik tangga.

Mom..... HIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHI


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • Final Destination 5: REVIEW!
  • Mimpi, Mimpi, Mimpi
  • Are You Ready for Your SM Global Audition Jakarta?
  • EXO: 'Call Me Baby' Music Video Review
  • Awkward itu...
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes