• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron

“Galau terus!”

Gue agak menyesal buru-buru buka DM ketika Jeno (nama handphone gue) memberitahu ada notifikasi dari Instagram. Kalau isinya cuma kayak gitu mending gue swipe kiri aja terus dibaca nanti-nanti. Gue bukan tipe orang yang suka ngebiarin notifikasi numpuk sampai puluhan baru dibaca kecuali kalau kondisinya sangat sibuk banget. Gue mungkin orang yang paling fast response di seluruh dunia bahkan ngalahin online shop kesayangan lo. Tapi ya kadang-kadang agak kesel aja kalau misalnya udah buru-buru dibuka terus isinya cuma komentar pendek yang terkesan sok tahu.

Mungkin gue terdengar agak nyolot di bagian “sok tahu” tapi memang begitu adanya. Dan mungkin lo agak bingung kenapa tiba-tiba gue kayaknya marah-marah dibilang galau di DM Instagram. Sebenarnya ini mau ngomongin apa sih? Sebenarnya siapa sih yang ngatain gue galau? Sebenarnya posting-an kali ini tentang apa sih?
Happy new year! 



Boleh nggak sih kalau gue bilang waktu berganti so damn fast like crazy karena mendadak 2017 udah lewat gini aja? Kemudian 2018 datang dengan semua tantangan dan kemungkinan-kemungkinan yang pasti nggak akan pernah kita sangka-sangka. Bagaimana kabar kalian? Masih bahagia? Atau masih memikirkan dia yang sudah lama pergi tapi masih melekat di pikiran dan hati?

Ah. Lemah! Sama saja kalian kayak gue!


Hai... Kau baik-baik saja?

Ah... pertanyaan bodoh. Pasti kau tidak baik-baik saja. Tentu saja tidak baik-baik saja. Kalau kau baik-baik saja, aku tidak akan mendengar apapun yang aku dengar dari teman-temanku petang ini. Kalau kau baik-baik saja aku tidak mungkin membaca semua yang aku baca di internet jelang malam ini.

Jadi, bagaimana kabarmu? Hidup belakangan ini terlalu berat ya?

Ada berapa perpisahan dan selamat tinggal yang kalian alami selama setahun terakhir?

Mungkin ada dari kalian yang akan menjawab satu atau dua, ada juga yang mungkin menjawab pertanyaan di atas dengan “nggak ada”. Ya, bisa dimaklumi banget sih karena kan kehidupan masing-masing individu di universe dan di alternate universe ini beda-beda. Ketika lo sedang duduk-duduk menikmati susu pisang sambil mikirin mau nulis apa di blog lo akhir pekan ini mungkin di saat yang sama ada orang yang sedang bergelut dengan perasaannya karena mereka akan ditinggal pergi oleh orang terdekat. Tapi pertanyaan gue di awal posting-an ini adalah pertanyaan yang serius. Jadi silakan dijawab dalam hati atau kalau memang kalian mau berbaik hati dan repot-repot silakan meninggalkan komentar di disqus di bawah posting-an ini. Kalau kalian mau melakukan itu gue akan sangat berbahagia.

Pertanyaan gue selanjutnya, apakah setelah mengalami perpisahan itu kalian jadi beneran sedih parah yang sesedih itu? Yang sampai gloomy banget sepanjang hari ketika mengalaminya?

Kehilangan banget kah sosok itu ketika dia pergi? Atau mungkin di kepala kalian mendadak malah muncul pikiran-pikran tentang kesendirian, kesepian, dan semacem “wah gue akan sama siapa nih kalau dia nggak ada? Apakah masih ada yang lain yang bisa sedeket itu sama gue selain dia?” setelah itu?

Ataukah mungkin sampai kalian merasa dada kalian sesak dan sampai mau nangis? Atau bahkan mungkin kalian sama sekali nggak terlalu mikirin banget karena kalian tipe orang yang “ah yaudah namanya juga hidup kan ada pertemuan ada perpisahan”?

Gue nggak mau terus-terusan bertanya sebenarnya tapi gue beneran penasaran. Kalau kalian memang penganut statement terakhir gue di paragraf sebelumnya dan termasuk orang yang “yaudah yang pergi memang udah waktunya pergi”, gimana sih cara kalian membuat diri kalian baik-baik aja setelah itu? Gimana sih kalian bisa tetap kalem dan tenang dan seolah tidak terjadi apa-apa dalam hidup kalian dan tidak ada perpisahan sama sekali? Baaimana kalian menghadapi situasi itu dan me-maintain hati kalian untuk nggak terlalu merasakan kesedihan berlebih? Apakah memang semudah itu ya? Apa cuma gue yang terlalu drama dan merasa kalau apapun yang sudah menyangkut perpisahan dan mengucapkan selamat tinggal pasti akan jadi sesuatu yang berat?

Gue mau jujur sama kalian karena kalian adalah pembaca setia blog ini dan gue merasa punya kedekatan dengan kalian semua: gue ini orang aneh.

Eh... itu sih nggak bukan rahasia ya? Ahahahaha



“Sori, tadi kesasar makanya lama. Sebel banget padahal cuma dari Blok M doang ke sini tuh kayak tinggal belok kanan. Tapi maps-nya kok jadi kayak muter-muter!”

Nggak ada kesan kesal dalam keluhan gue itu. Lebih ke malu sebenarnya. Gue baru beberapa hari naik motor di Jakarta dan sedang senang mengeksplor tujuan-tujuan baru selain kosan ke kantor dan kantor ke kosan. Makanya ketika temen gue, sebut saja namanya Dewa, ngajak gue ke Masjid Agung Al Azhar untuk menghadiri sebuah kajian di suatu hari Rabu beberapa waktu lalu langsung gue iyakan. Bukan hanya karena gue pengen sekali-sekali berkendara dari kantor ke tempat lain untuk memperluas wawasan gue soal jalanan Jakarta, tapi juga karena gue tertarik dengan pembahasan kajiannya hari itu. Dan kebetulan gue butuh ke Blok M untuk beli bubble wrap untuk kirim hadiah giveaway sekaligus mampir ke Gramedia buat beli buku titipan temen. Wah banyak ya alasannya. Dan ketika kita berdua mutusin buat keluar dari masjid di akhir acara lalu melipir untuk makan nasi goreng di pinggiran kampus Al Azhar, gue langsung cerita pengalaman gue naik motor ke daerah ini untuk pertama kalinya.


Kalau lo sekarang lagi dalam kondisi sehat wal afiat, segar bugar, enak makan dan enak tidur, gengs, maka bersyukurlah. Soalnya nyaris seminggu ini gue nggak enak tidur dan nggak enak ngapa-ngapain banget. Mendadak gue terserang flu. Tumben-tumbenan banget deh ini badan gue nge-drop dan mendadak melemah gini. Kayaknya sih efek kurang tidur, tapi gue juga curiga ini adalah efek dari kurang kasih sayang dan pelukan hangat sosok yang dikasihi.

Ahem. Siapa.

Gue curiga ini sakitnya karena kebanyakan minum es teh manis di Mekdi pas pulang konser CNBlue Sabtu pekan lalu. Karena sejak itu kepala gue juga mendadak jadi pusing-pusing, terus berlanjut ke radang tenggorokan sebentar, lalu demam, dan kemudian batuk nggak kelar-kelar sampai hari ini. Bersyukur gue bisa kalem dikit batuknya karena Panadol. Bersyukur juga gue tipe orang yang kalo sakit tinggal dikasih obat dari Alfamart langsung sembuh. Tanpa perlu resep dokter berlebihan. Terima kasih banget untuk Panadol karena berkat dia gue jadi bisa betah duduk di Mekdi dengan tenang tanpa mengganggu masyarakat sekitar dengan suara batuk gue. Gue pun bisa nulis sisaan blog soal ‘Ko Ko Bop’ ini dengan kalem.

Mau sotoy dikit. Pasti kalian pernah deh merasakan susahnya beradaptasi di lingkungan baru. Ya kan? Atau kalian semua adalah manusia-manusia yang diberkahi dan dianugerahkan kemampuan menyesuaikan diri dengan sangat mudah oleh Tuhan YME?

Dalam hidup paling nggak kita merasakan yang namanya adaptasi di tempat baru sebanyak enam kali. Waktu masuk TK, masuk SD, masuk SMP, masuk SMA, masuk Universitas dan masuk kerja. Beberapa di antara pengalaman itu mungkin menyenangkan banget. Beberapa yang lain mungkin jadi momok mengerikan yang nggak mau lo ingat sepanjang hidup lo. Mungkin ada juga justru yang menyenangkan dan nggak terlupakan. Tapi bagaimanapun akhirnya, pasti semua diawali dengan sebuah proses adaptasi dan penyesuaian diri yang disertai dengan berbagai macam kegundahan dan ketakutan.

“Gimana kalau gue nggak punya temen?”

“Gimana kalau mereka nggak mau jadi temen gue?”

“Gimana kalau gue yang paling bego di antara mereka?”

“Gimana kalau gue dikerjain karena gue dari daerah?”

“Rambut gue lagi jelek banget ih. Gimana kalau malah gue dijauhin?”

“Ih gue kan suka KPop, gimana kalau mereka semua muggle?”


Dari keenam fase itu, gue pribadi paling takut ketika masuk SMP, SMA dan Universitas. Masing-masing tentu saja ada alasannya.


Gue lahir dan besar di Lombok. Kalau ketemu sama orang baru yang pasti langsung ditimpalin “Wah gilak, anak pantai dong lo?” Gitu. Padahal nggak juga. Karena walaupun gue lahir dan menghabiskan 17 tahun di Lombok, gue pada masa itu—dengan sangat menyesal!—bukanlah orang yang suka bergaul dan mengeksplor pulau kecil yang orang-orang bilang eksotis itu. Ini adalah penyesalan terbesar dalam hidup gue. Gue rasa.

Padahal gue terbilang seneng banget jalan-jalan dari dulu. Tapi karena pas SMA temen gue itu lagi itu lagi, jadi jalan-jalannya juga nggak berkembang. Ya ke situ lagi, ke situ lagi. Jarang gue mengeksplor tempat-tempat baru. Mungkin ini juga karena dulu banyak banget daerah di Lombok yang masih rawan. Sekarang juga sih. Tapi beberapa dari lokasi yang rawan itu sudah membaik dan orang-orangnya—alhamdulillah!—bisa lebih berpikir pakai logika, nggak cuma emosi.

Sekarang ketika gue sudah menetap di Jakarta selama beberapa tahun, Lombok memperlakukan gue seperti turis. Pulang tuh cuma bisa maksimal tiga hari doang. Paling lama kemaren pas gue resign dari MD dan sebelum masuk ke tempat baru. Gak akan bisa lebih lama dari 3 hari 2 malam. Kecuali mungkin gue dipecat dari kantor dan jadi pengangguran, baru deh gue memilih untuk pulang dan menetap di Lombok sampai beranak-pinak.

Pas sekolah gue nggak pandai bergaul. Beda sama sekarang. Gue anaknya minderan dan banyak banget hal yang memaksa gue untuk jadi anak yang minderan. Yang pertama badan gue kecil dan kurus banget. Dibandingkan dengan teman-teman seangkatan gue yang lain (yang laki-laki) gue terbilang paling mini. Yang kedua karena gue nggak suka olahraga. Itu sudah menutup sekitar 80% akses pergaulan. Yang ketiga gue bukan anak yang suka nongkrong-nongkrong di pinggir jalan dan makan di tempat hits anak-anak hits sekolah pas istirahat. Fix banget sih, gue adalah si Mamet di ‘AADC’.

Banyak hal yang harusnya gue rasakan pas SMA ketunda sampai gue kuliah. Jadilah gue cenderung alay. Gimana sih kalau anak kampung diajak ngeliat gemerlap Ibukota. Pasti apa-apa wow. Ada aja yang bikin penasaran dan bikin pengen tahu lebih banyak. Tapi gue tidak akan membicarakan soal gemerlapnya Jakarta di paragraf-paragraf selanjutnya, tapi pengalaman pertama gue jadi anak gaul di Pantai Senggigi.

When I said “Anak Gaul Pantai Senggigi” jangan berpikir kalau gue akan duduk di pinggir pantai sambil minum Bir Bintang. No. Gue nggak minum alkohol. I tried it once and I don’t like it. Yang gue maksud dengan anak gaul Pantai Senggigi di sini adalah ketika lo datang ke pantai sore-sore dan rame-rame, terus menikmati keindahan matahari terbenam di sana.

Percaya nggak percaya, pertama kali gue ngerasain Sunset di Pantai Senggigi itu waktu umur gue 14 atau 15. Yang jelas itu masa-masa transisi waktu gue baru lulus SMP dan mau masuk SMA. Sebelum itu mana pernah gue tahu rasanya menikmati sunset di Senggigi. Eh pas tahu malah jadi kecanduan. Pengen balik terus tiap sore ke sana. Duduk di pinggir pantai dan ngeliat matahari terbenam yang ternyata cepet banget itu. Di situ juga gue baru tahu kalau Pantai Senggigi tuh nggak jauh-jauh amat dari rumah.

Gitu deh kalo telat gaul. Katrok banget.
Kalau lo pernah baca novel Ilana Tan mungkin lo akan sangat familiar dengan title di atas. Novel ini mungkin bisa jadi awal dari semua obsesi gue tentang Seoul. Bahkan jauh sebelum gue tenggelam dalam drama-drama Korea, gue sudah mengenal sedikit tentang Seoul dari novel ini. Kalian udah pernah baca belum? Kalau belum, gue rekomendasikan banget untuk baca karena ceritanya drama Korea banget.

Lo yang kembali ke blog ini untuk baca ‘Finally, Seoul!’ mungkin akan kaget. Kenapa cerita musim dingin itu sudah berpindah ke musim panas aja? Kenapa nggak dilanjutin dulu aja sampe abis baru nulis cerita baru? Hihihi… Gue pun nggak pernah tahu kalau ternyata nasib membawa gue kembali ke Seoul lebih cepat dari apa yang gue rencanakan. Bahkan sebelum gue menyelesaikan series ‘Finally, Seoul!’ yang sudah gue mulai dua tahun yang lalu itu, gue sudah harus menulis lagi cerita lain tentang Seoul yang kali ini terjadi di musim panas.

Ya, jadi awal musim panas ini gue mendapat kesempatan lagi untuk mengunjungi Seoul, Korea Selatan. Dan ya, seperti kunjungan pertama gue di tahun 2015 lalu, kunjugan yang kali ini pun gratis. Kok bisa sih? Kok lo beruntung banget sih? Kok lo dapat gratisan terus sih? KOK BANGSAT SIH LO BISA KE KOREA GRATIS DUA KALI?!

Pertanyaan lo akan terjawab satu per satu sampai akhir posting-an gue kali ini, jadi, silakan baca sampai habis.


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • 'Sexy, Free & Single' Music Video: Review Saya!
  • Are You Ready for Your SM Global Audition Jakarta?
  • EXO CHEN! Siapa Member Lainnya?
  • EXO MAMA MV: Review Saya! [PART 1]
  • Crazy Little Thing Called Love: REVIEW
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes