Pertama Kali ke Sea World Ancol (#VRON #vlognyaron Episode 7)




“Gue pengen deh ke Pelabuhan Sunda Kelapa.”

Dalam kurun waktu satu bulan gue pernah ngomong kalimat ini ke empat orang yang berbeda. Yang pertama gue lupa antara temen deket atau kenalan di pinggir jalan yang nggak sengaja ngobrol karena kita punya baju yang sama-sama berlogo EXO. Yang kedua temen kantor gue. Yang ketiga Dimas, mantan member cover dance grup yang pernah gue idolakan. Yang keempat salah satu orang asing yang kenal di media sosial.

Gue sama sekali nggak pernah ke tempat itu. Walaupun buat sebagian orang mungkin kayak “Ngapain sih?” “Males ah. Panas pasti.” Dan sebagainya, tapi kalau gue udah penasaran maka gue pasti akan mengusahakan supaya rasa penasaran gue itu bisa terobati. Sebelum gue ke sana langsung dan melihat sendiri seperti apa kondisi lokasinya, gue nggak akan percaya apa kata orang. Dan kalau ada yang nanya “Lo ngapain sih ke sana?” ya gue akan jawab “Ya mau lihat kapal. Emang mau ngapain lagi.” Dan kalau ada yang bilang “Panas ah!” ya gue akan jawab “Kalo pelabuhan di Jakarta adem berarti udah mau kiamat.”

Sudah hampir empat tahun gue tinggal di Jakarta dan ada banyak tempat yang belum pernah gue datengin. Pelabuhan Sunda Kelapa mendadak muncul di kepala gue karena gue pengen punya foto kapal besar di Instagram. Dan akhirnya gue pun jadi ke sana bareng sama Dimas, orang ketiga dalam paragraf pertama yang mendengarkan keinginan gue itu. Beruntung Dimas mau dan bawa motor juga kamera bagusnya.

Beberapa hari setelah itu mendadak temen satu meja gue, Sean, ngajakin jalan-jalan ke museum di Jakarta. “Wah seru juga sih. Gue nggak pernah soalnya.” Gue menanggapi dengan antusias. Kebetulan itu lagi pekan-pekan liburan Natal dan Tahun Baru. Walaupun sebenarnya gue nggak dapet libur sama sekali karena masih pegawai baru, tapi kondisi ketika bos besar gue sedang tidak ada di tempat ini membuat kehidupan gue jadi sedikit luang dan menyenangkan. Antusiasme gue itupun disambut dengan sigap oleh Sean. Dia langsung browsing-browsing museum yang bisa dikunjungi di Jakarta.

Mulai dari Museum Nasional sampai Museum Layang-layang masuk ke itinerary kita. Rencananya sih kita mau pergi pas malam tahun baru. Setelah enam atau tujuh lokasi museum sudah ditulis, tiba-tiba Sean random aja bilang pengen ke Sea World.

“Eh yaudah! Ke Sea World aja!” yang ini bener-bener nggak bisa ditolak. Walaupun gue sudah tahu kalau harga weekend itu akan mahal, tapi yang ini nggak bisa ditolak.



Gue nggak pernah ke situ. Pernah kapan ada yang ngajakin ke sana tapi gue nggak mau ikut karena nggak ada duit. Dan kebetulan pekan-pekan ini gue sedang berada dalam fase buang-buang duit, yaudah gue setuju kalau misalnya kita jadinya ke Sea World aja. Jangan ke museum. Toh Sea World juga jatuhnya tetap museum. Walaupun untuk ikan-ikan yang masih hidup (dan ada juga sih yang sudah mati ternyata).

Seharusnya kita ketemu di halte TransJakarta Ancol jam 9 pagi di Sabtu 31 Desember 2016 itu. Karena memang ngejer masuk pas Sea World-nya baru buka. Tempat-tempat kayak gini nggak bakalan sepi. Apalagi weekend. Apalagi mau tahun baru. Makinlah tempat ini bakalan kayak bubaran konser EXO. Jadi kalau kita dateng pagi-pagi seenggaknya bakalan lebih sepi sebelum orang-orang lain muncul. Lebih puas foto-fotonya.

Tapi boro-boro ketemu jam 9 pagi. Gue udah bangun dari setengah 7 dan langsung WhatsApp Sean. Tapi nggak ada balasan. Gue yakin dia masih tidur jadi gue yaudah tidur lagi aja. Jam setengah 10 dia baru balas dan akhirnya kita baru berangkat jam 11-an dan ketemu di Ancol sekitar jam 12:30.

PS: JAKARTA LAGI PANAS-PANASNYA KAYAK NERAKA.

Berada di ujung kota kayak gitu berasa makin panas. Beruntung ketika TransJakarta gue (TRANSJAKARTA GUE. BERASA GUE YANG PUNYA PERUSAHAAN TRANSPORTASI) mendarat di halte Harmoni, bus yang ke Ancol sudah standby dan SEPI BANGET! Yaudah langsung naik dan duduk manis terkantuk-kantuk sampai di halte Ancol. Di sana Sean udah nunggu dengan baju setengah basah.

“Keringetan anjir gue gembel banget.” Katanya entah menghina atau memuji dirinya sendiri. Sementara buat gue itu terlihat sangat wajar. Justru agak aneh kalau dia malah nggak keringetan di udara seperti ini. Tapi yang membuat gue merasa sedikit tidak wajar adalah outer yang dia pake.

“Lo nggak lagi di Seoul, njir. Ngapain pake gituan.” Kata gue nyinyir. Tapi style Sean memang kayak gitu. Dia salah satu temen yang paling stylish yang gue kenal. Meanwhile gue aja baru belajar pake celana chino slim fit sebulan yang lalu. Selama ini gue cuma pake jelana jins belel yang kalau nggak belubang lututnya mungkin gue nggak akan ganti. Karena kalo bolong kan nggak bisa dipake solat.

Karena sudah masuk zuhur gue izin solat dulu ke Sean. Gue ngajak dia nunggu di dalem mushola aja karena di luar panas. Walaupun nggak ada tempat duduk di mushola dekat halte TransJakarta Ancol itu dan dia harus berdiri, tapi lebih baik menunggu di dalam daripada panas-panasan di luar. Lagipula mushola-nya nggak kayak masjid yang gimana-gimana. Orang cuma bangunan macem teras beratap doang. Setelah itu kita pun mencari bus Wara Wiri.

Pertama kali gue ke Ancol tahun 2012. Waktu itu gue masih kuliah dan berniat untuk survey lokasi sebelum nonton konser Super Show 4 di MEIS. H-30 kalau nggak salah gue beranikan diri ke Ancol dengan modal browsing doang. Gue nggak pernah punya pengalaman naik TransJakarta jadi itu bener-bener ngebolang sendiran. Dan waktu itu gue nggak punya hape dengan kamera yang bagus jadi harus pinjem kamera digital punya temen supaya bisa motret macem-macem untuk dijadikan bahan tulisan.

Gue inget banget ketika MEIS masih eksis, posting-an gue yang isinya gimana cara ke MEIS laris manis di hasil pencarian Google. Karena kan hampir semua konser KPop dulu di sana. Gue waktu itu naik KRL dari Depok ke Kota dan nyambung TransJakarta dari Kota ke Harmoni. Tapi informasi di halte TransJakarta dulu dan sekarang jauh lebih oke sekarang sih.


Tiket masuk Ancol sekarang naik jadi Rp 25 ribu. Terakhir gue masuk pake tiket itu gue masi bayar Rp 17,500. Dan setelah jadi wartawan gue nggak pernah bayar masuk Ancol karena bilang aja liputan jadi pasti gratis. WKWKWKWKWK. Sayangnya kemaren gue udah nggak jadi wartawan lagi jadi nggak bisa modus buat liputan di sana.

Empat tahun berlalu sejak kedatangan pertama gue ke Ancol dan naik Wara Wiri kondisi Ancol nggak banyak berubah. Bus-nya pun masih yang itu. Masih nyaman kayak dulu. Bedanya dulu ya gue dateng pas nggak rame. Kemaren numpuk banget di bus sampai yang ibu-ibu di sana nyolot banget mau naik duluan. Padahal gue sama Sean sama sekali nggak ada keinginan buat nyelak atau buru-buru.

“Ya bu kalau mau naik duluan naik aja bu. Jangan ribet deh.” Pengen banget gue gituin. Tapi nggak berani.

Sampai di SeaWorld udah kebayang ramenya kayak apa. Tapi masi dalam kondisi yang wajar. Nggak yang parah-parah banget. Cuma ongkos masuknya aja yang meningkat drastis. Dengan modus malam tahun baru, tiket masuk Sea World di akhir pekan yang biasanya Rp 95 ribu naik jadi Rp 110 ribu. Luar biasa ya Ancol. Panen banget pasti kemaren tuh.

“Kalau sama bundling tiket terusan jadi Rp 200 ribu,” kata ibu-ibu yang lagi mengeluhkan harga tiket yang mahal itu. Directly dia ngeliat ke gue dan gue menanggapinya dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat.

“Mahal anjir.” Kata gue. Dia ketawa. “Lo masih mau kan? Gue sih mau kalo Rp 110 ribu. Kalau Rp 200 ribu gue nggak.” Kata gue ke Sean. Dia setuju dengan harga terendah. Dan ketika kita sampai di depan loket, kita memilih untuk beli tiket reguler. Sayang loket nggak menyediakan layanan pembayaran dengan debit semua bank. Cuma bisa debit Mandiri dan VISA doang. Kebetulan gue lagi gandrung pake kartu kredit dan karena bisa bayar bulan depan, gue pake kartu kredit aja.

(pas tagihan keluar tinggal potong nadi langsung loncat dari lantai 8)

Nyebelinnya tempat itu nggak ada jual minuman yang khusus minuman. Cuma jualan makanan cepat saji yang menyediakan minuman. Jadi mau antre beli air mineral aja lamanya mintak ampun. Gue senewen karena jam sudah menunjukkan pukul 13:19 WIB dan hari itu karena malam tahun baru semua tempat di Ancol tutup jam 15:00 WIB.

“Kita cuma punya waktu dua jam kurang.” Kata gue ke Sean. “Cukuplah ya buat muter-muter.”

Gue sebenarnya nggak tahu seluas apa Sea World ini. Dalam bayangan gue sih luas banget. Kayak…. LUAS BANGET. Tapi ternyata nggak juga. Nggak seluas itu.



Gue takut tas kami bakalan diperiksa di pintu masuk karena melihat sederet botol minuman dan air mineral yang nggak diperbolehkan masuk oleh petugas. Tapi beruntung pas kami masuk (basically emang gue berusaha buat bodo amat sih pura-pura gila aja) nggak diperiksa. Jadi air minum yang kami beli tadi bisa dibawa masuk.

Dan setelah berada di dalam kegelapan, gue cukup terpesona dengan sekeliling gue. Gue sebenarnya takut air. Takut lautan. Takut kedalaman. Takut lama-lama ngeliat pinggir kolam yang kedalamannya nggak bisa gue ukur. Takut melihat kedalaman lautan karena parno tenggelam. Gue pernah tenggelam dan parno banget sama air. Tapi di saat yang sama gue suka banget sama dunia bawah air. Jauh di lubuk hati gue lebih memilih jadi manusia duyung ketimbang manusia serigala.

Gue jadi inget pas SMP gue pernah bikin cerita tentang penyihir yang bisa berubah jadi manusia duyung. Sudah berpuluh-puluh halaman gue ketik di komputer rumah (bahkan imajinasi setiap adegannya masih jelas di kepala gue pas gue ngetik ini) dulu pas SMP tapi hilang begitu saja karena Abang gue semena-mena ngeformat hardisk komputernya tanpa konfirmasi.

“YANG KAMU LAKUKAN KE SAYA ITU, BANGSAT.”

Gue adalah manusia yang heboh dengan apapun kalau gue sudah suka banget sama hal itu. Lo kalau pernah liat gue nonton lomba cover dance di antara tahun 2013 – 2014 mungkin akan geleng-geleng kepala. But easy, untuk urusan yang satu itu gue udah taubat. Cuma untuk Sea World, karena ini yang pertama jadi gue musti heboh. DAN GUE BENERAN HEBOH.



Gue nggak berenti tersenyum setiap kali melirik ke akuarium manapun di setiap sudut lokasi itu. Mulai dari ikan yang bentuknya menjijikkan sampai yang lucu-lucu kayak Dory dan Nemo. Gue sibuk manggil-manggilin Dory kenceng-kenceng dar luar akuarium seolah-olah dia bakalan denger (dan seolah-olah nggak ada orang lain di situ. DAN SEOLAH-OLAH GUE MASIH ANAK-ANAK). Gue heboh teriak “HARABOJI! HARABOJI!” ke kura-kura tua besar yang berenang-berenang pilu jadi objek foto bocah-bocah bau keringat yang sedang ada di sana. Dan untuk pertama kalinya gue pun melihat hiu dari dekat.

“Sayang di sini nggak ada paus pembunuh.” Batin gue. Gue suka banget sama binatang itu. Walaupun gue takut juga ngebayangin kalau gue dimakan mereka. Warna hitam dan putih di paus pembunuh itu lucu banget. Apalagi bentuknya boneka. Cuma kalo udah aslinya nyeremin juga. Mungkin suatu saat nanti Sea World bikin pameran ikan paus biru.

Mikir gimana bawanya ke sana sih gue. Sekalian mikir gimana caranya bisa ke Sea World pake baju astronot biar ala-ala Sehun.

Setelah puas mengelilingi akuarium di sekitar sana, gue inget sama iklan Sea World belasan tahun lalu yang selalu muncul setiap kali nonton kartun pagi di RCTI. Ada lorong akuarium raksasa yang kita bisa masuk dan ngeliat ikan dengan sensasi yang berbeda. Sebenarnya tujuan utama kami ke Sea World yang ini. Gue sama Sean penasaran dengan hasil foto kamera Samsung Gear360 itu dari dalam terowongan.

“Pasti berasa kayak dikelilingi air dan ikan deh. Seru pasti!” kata gue ketika kita merencanakan perjalanan itu. Karena gue sekalian nge-vlog, jadi setiap pergerakan gue rekam selama di Sea World. Termasuk ketika masuk ke terowongan itu.



Seru banget deh ngeliatin ikan-ikan itu lewat di atas kepala. Berdiri di atas lantai berjalan yang jalannya lambat banget itu ternyata menyenangkan. Gue ngga bosen-bosennya motret pake handphone. Sesekali merekam footage buat blog. Sesekali motret Sean karena pemandangannya oke juga buat Instagram.

Banyak yang tiba-tiba berteriak ketika ikan Pari lewat. “Itu! Itu! Foto!” kata salah satu mbak-mbak yang datang sama pacarnya. “IKAN PARI! IKAN PARI!” kata salah satu anak kecil yang datang sama bapak dan ibunya. Sementara gue berseru kencang “NENEKNYA MOANA! NENEKNYA MOANA! HALMONI!!! HALMONI!!!” bodo amat sama sekitar.

Gue sama Sean keluar masuk terowongan tiga kali untuk memastikan kita sudah punya stok foto yang bagus untuk di Instagram-in WKWKWKWKW, gue sudah dapat video yang oke untuk vlog dan kita dapat foto 360 yang bagus di Gear 360. Dan hasilnya bener-bener lucu! Melihat pemandangan sekitar dalam foto 360 derajat itu beda banget sih.




Ada satu akuarium baru yang ada di Sea World dan jadi akuarium favorit gue: Jellyfish Sphere. Tempat ini yang paling menarik dari semuanya karena walaupun yang dilihat hanyalah segumpal makhluk berlendir, tapi gemes banget. Tempatnya gelap. Nggak ada lampu sama sekali tapi ada black light yang akan membuat gambar ubur-ubur di dinding, gigi dan tali sepatu lo bercahaya. Tapi di akuariumnya ada cahaya berwarna-warni yang bikin pengalaman menyaksikan ubur-ubur berenang itu jadi beda. Dan untuk menambah syahdu-nya suasana gelap-gelapan yang dimanfaatkan oleh beberapa pasangan muda buat peluk-pelukan diputar musik yang terdengar misterius ala-ala choir gitu.

BUKAN. NGGAK “CARELESS, CARELESS. SHOOT ANONYMOUS. ANONYMOUS. HEARTLESS. MINDLESS. NO ONE WHO CARE ABOUT MEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.” Nggak gitu juga. Yang jelas lagu-lagu macem paduan suara tapi agak serius sampai terdengar seperti lagu pemujaan setan gitulah. Cuma syahdu dan kalem banget.



Awalnya gue pikir hampir dua jam di sini nggak cukup. Tapi ternyata lebih dari cukup. Persis jam 15:00 WIB, ketika lokasi itu mau ditutup untuk persiapan pergantian tahun nanti malam, kami keluar dan melanjutkan foto-foto di pepohonan dekat sana. Perjalanan kembali ke TransJakarta pun semakin lengkap dengan iringan lagu dangdut koplo dari speaker bus Wara Wiri.

“LOTTO remix pantura.”

Gue membantin sambil mengangguk-anggukkan kepala menikmati musiknya.


PS: Ini adalah posting-an blog sekaligus vlog pertama gue. Ke depannya semoga bisa istikomah melakukan ini. Please do subscribe to my YouTube channel. I'm still newbie and need your support. Let's be friend! (halah)

Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram - kaoskakibaudotcom

Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar