Review Ready Player One: Masa Depan Para Geeks Versi Steven Spielberg


Kalian yang lahir di tahun 80-an dan 90-an pasti tahu dan akrab dengan Doraemon. Karakter kartun ini sudah jadi tontonan anak-anak generasi 90-an sejak masa kanak-kanak. Robot kucing yang datang dari abad 21 ini memang ajaib. Soalnya dia punya peralatan-peralatan canggih dari masa depan yang dibawa ke puluhan tahun sebelum dirinya bahkan diciptakan. Alat-alat ajaib Doraemon selalu bikin wow Nobita dan kawan-kawannya termasuk juga gue sebagai penonton setia serial ini di RCTI setiap jam 9 pagi WITA zaman-zaman dulu.

Kartun Jepang ini mau nggak mau bikin gue berimajinasi dan bertanya-tanya, seperti apa sih masa depan nanti?

Di dunia Doraemon, masa depan digambarkan dengan segala sesuatu yang nggak lagi bergerak di atas tanah melainkan di udara. Sebut saja sepeda terbang, mobil terbang, dan baling-baling "bambu". Belum lagi alat-alat canggih yang bisa digunakan untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dengan cepat seperti Pintu ke Mana Saja. Bahkan berpindah dari satu era ke era lain di masa lalu, atau masa depan, dengan Mesin Waktu.

Gambaran masa depan di Doraemon adalah hasil imajinasi dari kreatornya, Fujiko F. Fujio. Dia membayangkan bagaimana kehidupan masyarakat kebanyakan di Jepang di abad yang berbeda. Di tangan Ernest Cline, Zak Penn dan Steven Spielberg, masa depan itu tampak sangat berbeda. Khususnya buat para geeks dan gamers.



Tahun 2045 di Colombus, Ohio.

Populasi manusia di bumi sudah terlalu padat. Kota-kota besar berubah bak kawasan pemulung. Minimnya lahan untuk ditinggali dan banyaknya sampah yang ditinggalkan generasi sebelumnya membuat manusia hidup di antara rongsokan besi dan tumpukkan barang bekas yang jadi sampah. Perubahan iklim yang ekstrem melanda manusia yang memicu polusi terjadi. Ditambah lagi dengan pemerintahan yang korupsi. Sementara secara sosial, manusia di tahun 2045 seolah sudah tidak punya kehidupan lagi. Semua serba sulit dan problematis. Tak heran banyak dari mereka haus akan hiburan. Ingin cari pelarian. Ingin mencari sebuah tempat di mana mereka tidak perlu lagi memikirkan soal polusi udara, perubahan iklim, bahkan pemerintah yang korup. Tempat di mana mereka bisa bebas dari utang dan uang sewa serta masalah-masalah hidup. Tempat itu bernama OASIS (Ontologically Anthropocentric Sensory Immersive Simulation).

OASIS dibuat oleh James Halliday, seorang geek dan game addict yang jadi pahlawan semua orang di generasi itu. OASIS adalah sebuah dunia virtual reality tempat semua orang bisa jadi apa saja yang mereka inginkan. Dalam dunia virtual reality ini ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk bersenang-senang. Tapi yang bikin gatel para pemainnya adalah 'Anorak's Quest'. Sebuah permainan yang diciptakan oleh James Halliday sebelum meninggal. Permainan yang kalau siapa saja berhasil memecahkan teka-tekinya, maka dia akan mendapatkan kontrol penuh terhadap OASIS alias "penguasa dunia". Semua orang mencoba untuk melewati level demi level 'Anorak's Quest' untuk mendapatkan tiga kunci yang nantinya akan digunakan untuk membuka pintu berisi telur emas. Tidak terkecuali Wade Watts (diperankan oleh Tye Sheridan).

Wade yang yatim piatu tinggal di sebuah barak di The Shacks. Seperti kebanyakan orang pada masa itu, dia juga punya avatar di OASIS yang diberi nama Parzival. Mimpinya adalah memenangkan 'Anorak's Quest' berbekal pengetahuannya soal kehidupan James Halliday dari A sampai Z. Mulai dari permainan yang disukainya, bagaimana dia menciptakan OASIS, siapa perempuan yang membuatnya jatuh cinta, sampai semua film yang pernah disaksikan Halliday semasa hidupnya. Lewat petunjuk-petunjuk itulah dia bersama dengan teman-teman yang ditemuinya di OASIS yaitu Art3mis, Aech, Daito dan Sho bisa lolos sampai ke level akhir. Tapi tentu saja perjalanan ini tidak mudah.

Ketika nama 'The High Five' muncul di papan skor di OASIS, mereka otomatis jadi buruan IOI (Innovative Online Industries), perusahaan yang bergerak di bidang virtual reality dan juga berusaha untuk memecahkan 'Anorak's Quest' demi menguasai OASIS untuk kepentingan bisnis. Di situlah petualangan The High Five jadi semakin seru dan menegangkan. Karena pada akhirnya mereka tidak hanya sekedar menyelesaikan sebuah permainan yang dirancang oleh seorang geek yang jenius, tapi untuk sesuatu yang lebih penting lagi buat umat manusia di era virtual reality.


Dari trailer-nya pasti lo bisa menilai kalau film 'Ready Player One' ini memang dibuat untuk para gamers. Kenyataannya memang begitu. Tapi enggak cuma gamers doang lho! Film 'Ready Player One' juga akan sangat bisa dinikmati oleh pop culture addict. Soalnya ada banyak hal-hal berbau game dan pop culture yang jadi easter egg dalam film ini.

Tidak hanya sebatas karakter dalam game seperti Mortal Kombat atau film seperti 'Frozen', 'Kong', 'Gundam' dan 'The Shining', lebih dalam lagi ke senjata-senjata, mobil, sampai kekuatan yang hanya dimiliki oleh karakter game tertentu juga diselipkan di sini. Yang lebih geek lagi adalah sejarah game konsol pun jadi kunci dalam memecahkan 'Anorak's Quest'. Kalau lo adalah gamers dan pecinta pop culture sejati, lo pasti nggak akan bisa diem ketika nonton film ini bareng sama temen geek lo. Kemarin contohnya, di sebelah gue ada dua orang yang kayaknya memang geek juga dan setiap kali muncul easter egg yang mereka tahu, mereka langsung heboh. Terutama waktu salah satu avatar berubah jadi Gundam di pertarungan terakhir.


Selain memang visual effect filmnya sangat bisa banget dinominasikan ke Oscar tahun depan, yang jadi perhatian gue sebenarnya adalah kondisi sosial masyarakat di masa depan dalam gambaran Steven Spielberg di film ini. Tidak seperti masa depan versi Doraemon yang menampilkan Tokyo dalam versi canggih dan maju, Spielberg membuat kita prihatin melihat masa depan di masa remaja Wade Watts.

Di dunia nyata pada tahun 2045, orang-orang tidak lagi peduli untuk beramah-tamah di dunia nyata. Mereka tidak lagi mau repot-repot bersosialisasi dengan tetangga dan bahkan cuek dengan keluarga sendiri. Mereka seolah tidak punya kehidupan karena waktunya habis untuk menggunakan kacamata VR dan menjalani hidup menjadi orang lain lewat avatar yang mereka pilih di OASIS. Kacamata VR mereka gunakan hampir setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik. Entah di rumah, di sekolah, bahkan di tempat kerja. Spielberg menggambarkan masa depan manusia yang ironis: memiliki segalanya di dalam virtual reality, tetapi tidak punya apapun di dunia nyata. 

Film ini juga menyoroti bagaimana manusia tidak punya kepercayaan diri dengan penampilan fisik mereka. Sehingga mereka menciptakan avatar dalam realitas maya yang sempurna sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Tapi ada sebuah pesan penting yang ingin disampaikan oleh James Halliday lewat OASIS yang diciptakannya, juga oleh Spielberg dalam film ini. Pesan yang cuma bisa lo dapat kalau lo menyimak filmnya dari awal sampai akhir.


'Ready Player One' sudah tayang di bioskop Indonesia sejak 28 Maret 2018 kemarin. Dan kemarin, gue nonton film ini di bioskop 4DX-nya CGV di Grand Indonsia. Wah gila sih! Gue rasa film ini memang diproduksi buat 4DX karena seru banget setiap adegan di film punya sensasi "kursi goyang"-nya sendiri. Mulai dari adegan aksi, kebut-kebutan, dikejar King Kong hingga T-Rex, sampai pergerakan kameranya pun jadi lebih hidup. Duduk di bangku penonton 4DX akan bikin lo seolah-olah terbawa masuk ke dalam OASIS dan bertualang bersama Parzival dan The High Five. Dari adegan awal, pas pengenalan OASIS dan The Shacks aja gerakan "kursi geter"-nya udah bikin deg-degan. Serius keren banget!


(Artikel ini sudah diterbitkan di KASKUS.id dengan judul 'Ready Player One': Gambaran Masa Depan Para Geeks di Tangan Spielberg)
 
Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram / KaosKakiBauDotCom / roningrayscale
Instagram lain: kaoskakibaudotcom
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar