• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron
Kembali lagi setelah sekian lama... Hahaha... belakangan ini memang kehilangan berbagai macam ide dalam menulis. Capek terus bawaannya. Hidup saya lagi tidak jelas satu bulan ini. Siang jadi malam, malam jadi siang. Beginilah kalau mau mencari uang. Harus ada yang dikorbankan, harus ada resiko. Capek, itu adalah resiko pertama yang didapat dari mencari uang sendiri, karena tidak akan ada pekerjaan yang tidak melelahkan. Bahkan menulis sekalipun bisa bikin capek. Ya capek mata ngeliat layar, capek pikiran nyari ide yang luar biasa, capek jari ngetik, dan kadang-kadang juga bahu jadi pegel kalau posisinya nggak bener. Ya... capek. Itu dia. Belakangan ini memang gue selalu capek kalau pulang kerja. Berangkat jam lima sore, pulang jam dua belas malam. Itu cukup melelahkan mengingat banyak yang dikerjakan di tempat kerja. Ya nganterin pesanan, ya cuci sendok, ya bersihin meja, ya bungkusin nasi orang, ya nyapu, ya ngepel. Itulah... pekerjaan ini memang tidak seberapa, tidak mewah, tidak tinggi, tapi saya sangat menikmatinya. Sungguh... bahkan bisa dibilang ini salah satu dari cita-cita saya yang akhirnya tercapai: Waiter. Cita-cita rendah yang lucu... *Hey! Siapa bilang ini pekerjaan rendah?! NGGAK SAMA SEKALI!* Jadi waiter itu adalah hebat! Bayangin aja, setiap hari harus mengantarkan pesanan semua tamu yang datang ke tempat mereka, membereskan bekas makanan para tamu, terkadang mungkin membersihkan sisa-sisa rokok tamu yang terkadang tidak bertanggung jawab membuang puntung dan abu rokok di piring. Semua itu sangat melelahkan, tahu? Jadi kalau dibandingkan dengan pegawai negeri yang sudah makan uang negara untuk buat baju dan kerjaannya cuma duduk depan komputer, ngetik dikit, ujung-ujungnya pasti Facebookan, masih mending waiter. Kerjanya nyata... Resiko kedua adalah pulang malam. Well, sebenarnya tidak begitu penting juga dipermasalahkan seorang laki-laki yang pulang malam, paling tidak kalau orang tua terlalu mengkhawatirkan anak-anaknya yang bertubuh kecil, pendek, kurus yang kalau ditendang dari motor langsung jatuh, mungkin patut di jaga dan jadi masalah kalau pulang malam. Tapi pulang malam bisa jadi juga bawa resiko ketiga: gampang sakit. Cuma Alhamdulilah saya tidak pernah sakit belakangan ini. Jauh-jauh deh... Kalau yang dikorbankan... mungkin waktu bersama keluarga. Itu saja... yang lain masih bisa dikendalikan...

Well, back to the main topic, hari ini gue *tadipakesaya,sekaranggue:LABIL* pengen share pendapat gue tentang Uang dan Kekayaan.

Kemaren malem di tempat kerja, bos gue dateng, dua orang, sepasang suami istri. Yang penting untuk diketahui supaya nanti tidak bingung adalah bahwa di tempat kerja gue itu, bisa dibilang posisi gue adalah yang paling bawah. Maksudnya adalah, pemilik tempat kerja gue itu adalah saudara dari hampir semua karyawan di sana. Nah... jadilah, mereka semua kenal sama bos gue itu dan akrab. Sedangkan gue?
Waktu tadi dia dateng, gue udah kalang kabut deh, nggak tahu harus ngapain. Secara gue nggak kenal sama dia dan dia pun nggak kenal sama gue, bahkan mencoba untuk kenal saja tidak, sumpah, ini jujur. Maksud gue, sebagai atasan, paling tidak dia akan berusaha untuk tahu siapa saja yang bekerja di tempat miliknya, kan? Nah ini? Gue duduk di depan dia aja, dia pura-puranya nggak ngeliat gue. Ya udah, gue males... padahal gue udah pasang muka sesopan dan sesantun mungkin, pasang senyum yang paling najong yang gue punya, supaya paling nggak dia terkesan, tapi... nihil. Dia sama sekali tidak tertarik.

Pengen banget gue bilang ke dia waktu itu, “Bu, nggak penting juga sih lo kenal atau nyapa gue, gue juga nggak pengen kenal sama lo.” Cuma resikonya adalah gue dipecat tanpa gaji dari hasil kerja gue yang hampir satu bulan atau paling banter kepala gue digorok.

Tidak selamanya uang bisa bikin bahagia. Kenapa? Lihat aja bos gue itu. Kalau dia memang bahagia dengan segala uang yang dia punya, dia tidak akan segan untuk menyapa orang lain, dia tidak akan segan untuk selalu tersenyum bahkan hanya untuk bawahannya. Kalau dia bahagia, maka dia tidak akan jadi orang sombong. Jadi gue berkesimpulan bahwa tidak semua orang kaya itu baik. Bener... Nggak semua... contohnya ya, bos gue itu. Mungkin dia baik hati, memang... tapi selama dia tidak menunjukkan kebaikannya itu di depan gue, gue nggak akan tahu dia baik atau nggak dan sampai saat itu gue akan tetap menganggap dia orang kaya yang sombong.

Kita semua memang pengen jadi orang kaya karena kita semua butuh uang. Taruhan, siapa yang nggak mau uang dan nggak mau jadi kaya? Pasti nggak ada. Tentu saja... uang adalah kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan ini. Apapun yang ingin kita lakukan, akan berkaitan langsung dengan uang. Mulai dari yang paling dekat dengan kita misalnya, pakaian. Kita butuh uang untuk membeli pakaian. Kalaupun kita dapet dari orang, tapi tetap aja orang itu butuh uang untuk beli pakaian yang kita pakai, kan? Dan gue baru tahu kalau cari uang itu susah... Bener-bener susah. Seperti yang gue bilang di atas, ada yang dikorbankan, ada resikonya.

Bos gue itu punya empat rumah makan untuk mendapatkan uang, mama gue kerja di Puskesmas buat cari uang, papa gue kerja juga buat cari uang. Semuanya bekerja untuk mencari uang, termasuk gue yang bekerja sebagai waiter supaya bisa dapet uang sendiri. Tapi... sebanyak apapun uang yang ada di dompet kita, seharusnya tidak membuat kita lupa pada orang lain, pada dunia, pada Tuhan. Karena uang bukan segalanya...

Buat gue pribadi, gue memang butuh uang. Tentu saja... gue butuh uang untuk makan, gue butuh uang untuk beli pulsa, gue butuh uang untuk hal-hal yang bernilai ekonomis lainnya. Dan uang itu gue dapetin dari papa dan mama gue. Tapi apakah hanya itu saja yang gue butuhkan? Tentu saja tidak... gue juga butuh kasih sayang dari papa dan mama gue. Gue butuh mereka selalu ada dan mensupport setiap apa yang gue kerjakan. Tidak hanya uang yang mereka berikan, tapi gue lebih butuh mereka secara pribadi.

Kalau diinget-inget, nggak pernah ada waktu lebih dari 3 jam di rumah yang bisa gue habiskan penuh bersama dengan papa gue. Nggak pernah sama sekali. Kenapa? Karena dia sibuk cari uang dan sibuk mikirin bagaimana memberikan uangnya ke anak-anaknya supaya mereka semua tercukupi. Tapi bodohnya, dia malah membuang-buang uang itu secara tidak penting. Bodoh... Gue rasa dia nggak pernah mikir kalau selama ini yang gue butuhkan itu adalah dia, bukan uangnya. Karena sekarang gue udah bisa cari uang sendiri dengan segala kemampuan gue yang pas-pasan ini, paling nggak sekedar untuk jajan. Tapi sekali lagi, bodoh... dia tidak pernah memikirkan hal itu.

Uang sudah bikin gue gila. Karena uang ini pula gue bahkan mikir untuk berhenti kuliah. Uang sudah bikin bokap gue terlilit hutang, uang sudah bikin dia gila dan menikah lagi untuk ketiga kalinya, uang sudah membutakan matanya, uang sudah mengancurkan hidupnya, hidup kami, hidup gue... Terima kasih.

Lalu? Apakah masih penting untuk jadi orang kaya? Apakah masih penting untuk jadi orang yang punya banyak uang?

Jawabannya tentu tidak.

Karena uang itulah, bokap gue menghancurkan hidup banyak orang di keluarganya. Gue memang butuh uang, tapi gue lebih butuh lagi kasih sayang dia. Hmmm... Ribet. Kalau mungkin tulisan kali ini agak tidak nyambung, maklumi saja.

Semoga nggak akan ada salah satu dari kalian yang hidupnya hancur karena ambisi mengejar uang. Kayak bokap gue ...
gHey! Kemaren, 20 Juli 2010 adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak Shawol di seluruh dunia. Jelas dong, kemaren adalah hari dimana Full Music Video-nya SHINee yang judulnya LUCIFER di rilis. Sebelumnya, tanggal 19 Juli 2010 nya, satu album full dari album kedua SHINee itu dirilis secara Online. Tentu saja ini dirilis untuk dijual bukan di download, walaupun demikian juga banyak yang sudah punya album itu secara gratis melalui download. Hahahaha... termasuk gue mungkin. Silahkan cari di 4shared udah ada tuh yang emang mau gratisan. Tapi sekali lagi (dan berkali-kali akan gue bilang) kalau lo emang Shawol sejati dan nggak pengen anak-anak SHINee mati kelaparan, mari beli CD original. Kasian si Taemin noh, kurus kerempeng butuh makan dan butuh uang buat perawatan rambutnya yang panjang, Minho butuh uang untuk ke RS karena cedera, Joonghyun butuh kain untuk bajunya yang bolong di bagian belakang, Onew butuh sisir karena rambutnya udah belah pantat ala Charly ST 12 sekarang, dan Key butuh obat penumbuh rambut :P Dan ini adalah link video HD yang ada di YouTube langsung dari page-nya SM Entertainment. Silahkan download sepuasnya dari page itu karena pasti gratis. Buat yang mau download, jangan lupa pake IDM dulu yah, dan sudah diintegrasikan dengan Mozila Firefox masing-masing :D



Yuk, back to the topic yang udah gue tulis judulnya di atas!

Keberuntungan. Sebenarnya apa sih makna dari kata itu sebenarnya? Keberuntungan bisa berarti banyak hal. Bisa berarti berhasil mendapatkan sesuatu, bisa berarti bebas dari masalah, bahkan bisa berarti terlibat dalam sebuah masalah. Apa saja yang bisa membuat kita merasa bahwa kita masih punya kesempatan untuk melakukan hal lain yang lebih baik adalah keberuntungan. Keberuntungan banyak diartikan berhasil mendapatkan materi, uang, harta, dan semacamnya. Padahal kalau dipikir-pikir, banyak loh hal yang ternyata merupakan keberuntungan buat kita.

Ini adalah pengalaman gue sendiri. Sekitar tahun 2006, gue baru masuk di SMAN 5 Mataram dan waktu itu gue duduk di kelas X.1. Di kelas itu gue termasuk orang yang bener-bener outsider banget. Nggak ada anak laki-laki satupun di kelas itu yang mau deket dan mau jadi temen gue. Satu-satunya alasan mereka adalah karena banyak orang yang bilang gue dulu adalah banci. Well, kata itu benar-benar kasar buat siapa aja gue rasa. Kenapa gue bisa dibilang banci? Karena gue nggak kayak mereka. Gue nggak suka olahraga, gue nggak suka bergaul dengan anak-anak seperti mereka dan gue lebih suka menyendiri yang ujung-ujungnya banyak anak-anak cewek yang deket sama gue. Kriteria inilah yang akhirnya membawa gue ke neraka bernama hinaan. Terima kasih anak-anak X.1! Gue masih inget banget muka-muka kalian. Hmmm... OOT yee, lanjot!

Waktu itu sepupu gue nikah, dan kebetulan suaminya punya usaha penginapan di sebuah pulau indah bernama Gili Trawangan. Gue sama sekali belum pernah ke pulau itu karena memang dulu gue belum cukup umur  dan belum dipercaya untuk pergi jauh-jauh tanpa orang tua. Tapi dikesempatan ini, gue nggak mau sia-siain karena ini adalah pertama kalinya gue ke pulau itu. Dan pergilah gue ke pulau yang sekarang tampilannya kayak gini:


Bisa pergi ke Gili Trawangan adalah salah satu keberuntungan gue saat itu karena itu adalah pengalaman pertama gue ke sana. Perjalanan ke Gili Trawangan kami (gue dan keluarga besar sepupu gue) tempuh dengan menggunakan angkutan desa yang akan membawa kami dari jalan di deket rumah sampai ke Pelabuhan Bangsal. Tapi... gila, waktu itu gue lagi dengerin musik di N-Gage gue dan tertidur sebentar di mobil itu sampai akhirnya semuanya pada teriak histeris dan gue terbangun. Mau tahu kenapa? Tiba-tiba aja setir mobil itu lepas dan mobil yang gue dan keluarga (termasuk kakak gue di dalamnya) hampir aja masuk jurang. Jreng... waktu itu gue udah nggak bisa napas dan nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Tapi Alhamdulilahnya semuanya selamat. Sumpah, tipis banget jaraknya dan mobil itu akan bener-bener masuk jurang. FYI, jalan menuju Pelabuhan Bangsal adalah Pusuk Pass di mana jalannya berkelok-kelok dan menanjak. Otomatis jurang sudah menanti di kiri dan kanan jalan. Dan selamatnya kita sekeluarga adalah keberuntungan lain yang gue dapatkan waktu itu.

Sampai di Gili Trawangan dengan selamat, makan malam, tidur lalu besok paginya berjalan-jalan menikmati matahari pagi di tepi pantai. Angin hangat dari pantai sangat nyaman sekali rasanya. Pagi itu gue dan beberapa sepupu jalan-jalan ke pelabuhan dan di sana, dari pantai kita bisa melihat ikan Blue Marlin yang sedang berenang ke permukaan. Jujur (dengan rasa malu) gue belum pernah lihat ikan itu sebelumnya. Dan itu adalah keberuntungan lain yang gue dapatkan saat itu.

Sekitar jam sembilan pagi, gue dan beberapa sepupu berencana untuk berenang di laut yang tenang itu. Sudah lama juga nggak basah-basahan di pantai. Pasti bakalan asik. Akhirnya gue siap dengan baju lengkap untuk berenang: Kaos, Kaos dalem, Celana jins pendek, celana dalem. Lengkap banget kan? Entah kenapa sejak kecil gue nggak pernah berani atau lebih tepatnya malu memamerkan tubuh gue di depan orang banyak. Pasti karena tubuh gue yang hanya tulang dilapisi kulit ini yang bikin gue nggak pede. Alhasil gue berenang dengan pakaian lengkap.

Awalnya acara berenang ini biasa-biasa saja. Air laut, gelombang dan ombak sangat bersahabat. Sampai akhirnya gue penasaran untuk mencari tempat yang lebih enak untuk berenang, gue berjalan sendiri ke tempat yang kurang lebih sepuluh meter lebih jauh dari tempat sepupu-sepupu gue. Gue mulai masuk ke dalam air. Merasakan gelombang membentur badan gue. Membentur badan gue lagi. Dan setiap kali gue merasakan gelombang laut itu membentur badan gue, entah kenapa gue semakin menjauh dari pantai. Dan akhirnya, kaki gue udah nggak bisa lagi berpijak di pasir. Semakin jauh gue terbawa arus dan gue nggak bisa berdiri lagi. Oh My God. Gue bakalan tenggelem. Pikir gue. Gue mencoba untuk berenang ke pinggir tapi nggak bisa. Gelombang laut itu menarik gue lebih jauh dan lebih dalam (kayak dihipnotis aja). Tapi serius. Gue bener-bener terbawa arus.

Gue panik. Gue mencoba untuk manggil bapak-bapak yang waktu itu sedang main bola air di deket gue. Gue manggil dia buat minta tolong tapi bapak-bapak itu nggak nolongin gue. Mungkin dia nggak denger atau gimana gue nggak tahu. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke pantai dan keluar dari air.

Mati gue.

Gelombang semakin kenceng narik gue dan gue semakin nggak bisa menyentuh pasir di kaki gue. Gue positif tenggelam. Dengan sekuat tenaga gue mencoba berenang lagi tapi tetep aja nggak bisa. Setiap kali kepala gue muncul di permukaan air, gue teriak.

"TOLONG! TOLONG!" Tapi nggak ada yang denger gue.

Salah seorang sepupu gue kebetulan menoleh, mungkin karena mendengar gue minta tolong. Senang karena akhirnya ada yang lihat, gue mencoba untuk melambaikan tangan dan teriak lagi.

"TOLONG!!" sekuat tenaga gue teriak Tapi apa yang gue dapet?

"HEY!! Halo!! Ron!! Hebat lo!"

Zzzzzz... mereka pikir gue sedang sombong karena bisa berenang sejauh itu.

Sekali lagi, MATI GUE! Oh Tuhan... Gue inget banget waktu di dalem air itu gue sesek, kaki gue lemes kecapean berenang untuk mencapai pantai, mata gue perih karena air laut yang asin. Gue nggak bisa bernapas dalam air karena gue bukan ikan dan gue juga nggak ahli berenang dan mengatur napas. Seinget gue, gue sempat menelan 15 teguk air asin itu yang bikin tenggorokkan gue sakit. Gue tenggelam. Sesekali kepala gue keliatan di permukaan, gue minta tolong lagi. Tapi nggak ada yang denger. Ya Allah... inikah tanda-tanda kematian? Inikah akhir dari hidup gue? Nggak ada yang gue pikirkan waktu itu selain pasrah. Gue inget banget, gue berkata ke diri gue, "Kalau memang sekarang aku harus mati, aku ikhlas dan, yah, aku akan mati." Baru saja gue selesai dengan kata-kata gue itu, tiba-tiba seseorang menarik tangan gue. Kepala gue kembali ke permukaan, gue bisa bernapas lagi, mata gue bisa terbuka lagi dengan normal walaupun masih perih. Alhamdulilah... Sepupu gue menyelamatkan gue. Allah masih memberikan gue kesempatan buat hidup. Dan Alhamdulilah, gue selamat...

Setelah keluar dari air, gue berbaring di pasir, beberapa penjaga pantai nyuruh gue buat minum air kelapa. Tapi boro-boro ada keinginan buat minum, gue sama sekali nggak ada tenaga! Tangan, kaki, badan gue lemes semua. Semua energi gue terkuras abis dan nggak bersisa. Gue seperti pingsan, tapi gue masih bisa ngoceh.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Hah? Menurut lo?"

"Kamu juga sih, ngapain mandi pake pakaian lengkap?! Ya kebawa arus. Secara pakaian kamu berat. Mana pake celana jins!"

Dan sejak saat itu gue dapet pelajaran baru bahwa berenang tidak boleh pakai celana jins karena berat. Pantesan orang-orang yang sering gue liat berenang di Water Boom Mall itu pake celana ketat yang membuat  alat kelamin mereka terlihat dari luar. Gue nggak suka pake celana kayak gitu. Nggak nyaman sama sekali. Tapi kalau udah kayak gini... kayaknya lain kali gue harus coba pake celana itu daripada gue harus mati tenggelam.

Dekat dengan kematian membuat gue sadar bahwa Allah masih punya jalan yang panjang buat gue. Jalan yang mungkin akan gue isi dengan dosa dan dosa, tapi Allah masih ngasih gue jalan itu. Dan itu adalah salah satu keberuntungan buat gue. Masih bisa hidup walaupun gue sudah dekat dengan kematian. Alhamdulilah...

Sejak kejadian itu gue sama sekali nggak berani deket-deket sama air kolam renang ataupun air laut. Setiap kali gue lihat air kolam yang menggenang dan gelap, gue berasa kayak ditarik sama seseorang, ataupun dipaksa buat masuk dan ditenggelamkan. Gue takut... bener-bener takut.

Lalu? Apa arti keberuntungan?

Pengalaman gue yang paling deket sama kematian adalah yang udah gue ceritain di atas. Dan keberuntungan menurut gue adalah bahwa detik ini paru-paru gue masih bisa membantu gue bernapas, kelopak mata gue masih bisa berkedip yang bikin bola mata gue nggak kering karena udara, mata gue masih bisa melihat dan menangkap cahaya, telinga gue masih bisa mendengar suara-suara, lidah gue masih bisa merasakan manis asam asin dan pahit, mulut gue masih bisa gue gunakan buat makan dan bicara, pita suara gue yang menghasilkan suara cempreng ini masih bisa berguna buat orang lain, terutama pendengar setia gue kalau gue siaran.

Gue nggak butuh uang yang berlebih, gue nggak butuh harta yang belimpah, cukup dengan ada di antara Ayah, Ibu, kakak-kakak, adik-adik, dan dekat dengan Allah maka gue akan selalu menjadi orang yang beruntung. Insya Allah...



Jadi, apa arti keberuntungan buatmu?


PS: bisa menulis adalah keberuntungan lain buat gue. yay!
Musik sudah bisa dikatakan bagian dari kehidupan setiap orang yang ada di dunia. Bener nggak? Bener banget pastinya. Karena musik sudah mendarah daging dalam diri kita, bahkan bangsa kita. Indonesia misalnya, sejak jaman dulu musik dangdut melayu yang dipopulerkan melalui Orkes Melayu sudah merajalela di mana-mana, sampai akhirnya muncullah Bang Haji Oma Irama yang sampai sekarang mengabadikan musik dangdut di Indonesia.

Kalau ngomongin selera musik ataupun jenis musik apa yang gue suka. Jawabannya bisa banyak. Tapi belakangan ini gue memang lebih suka dengerin lagu-lagu Korean Pop (K-Pop) dan lagu-lagu mandarin. Nggak ada alasan yang jelas memang, tapi bagaimanapun lagu-lagu itu bener-benr earcatching banget buat gue. K-pop sendiri sebenarnya mulai gue dengerin gara-gara temen-temen SMA gue dulu pada ributin album ketiga-nya Super Junior yang Sorry Sorry. Pas jaman itu, gue masih suka banget sama girlband Taiwan, S.H.E yang juga kebetulan sedang promo album ke sepuluh mereka yang judulnya FM S.H.E. Lagu-lagu di album itu bagus-bagus, gue suka semua. Banyak inspirasi yang gue dapetin dari album itu buat tulisan-tulisan gue dan juga beberapa cerpen gue. Tapi... belakangan setelah gue dengerin lagu-lagunya Super Junior di album ke tiga, gue langsung suka sama lagu-lagunya. Semuanya earcatching banget dan semuanya bagus. Suka banget. Mulai dari sanalah gue dengerin K-pop walaupun cakupan favorit gue nggak terlalu banyak. K-pop yang gue suka cuma Super Junior dan SHINee pada waktu itu karena memang artis-artis Korea di tahun 2008 belum begitu banyak muncul. Tapi di akhir 2009 sampai 2010 banyak banget artis dan penyanyi K-pop yang bermunculan. Salah satu yang jadi favorit gue adalah SNSD tentunya :D Suka banget dengerin lagu-lagu mereka walaupun nggak semuanya, tapi mereka nggak kalah bagus sama S.H.E walaupun secara pengalaman S.H.E mungkin menang karena sudah lebih dari sepuluh album mereka hasilkan.

(Poster Teaser Promo Album Ke-4 Super Junior)

Sampai sekarang gue masih suka dengerin K-pop. Ditambah lagi sekarang memang Korean Wave sedang bergelora di semua kalangan. Nggak cuma di tempat tinggal gue di Mataram aja, tapi beberapa temen-temen gue di FISIP Komunikasi UI juga terkena hempasan Korean Wave ini. Beruntungnya gue memang udah kena duluan, jadi nggak terkesan ikut-ikutan. Hahaha... Walaupun mungkin sedikit lucu juga ngeliat beberapa temen gue yang heboh ngomongin Suju sekarang padahal Suju sudah booming sejak kapan tau. Kasian sama mereka. Hahahaha... Jujur aja deh yee, bener-bener sedikit nggak nyaman ngedengernya. Secara kan hebohnya Suju udah lama, tapi mereka baru kena sekarang. Jadinya pengen ngomong, "Kemane aje lo?!" Hahahaha...

Tapi nggak banyak juga yang nganggep K-pop itu adalah musik yang bagus dan pantas di apresiasi. Buktinya, di TV-TV nasional kita nggak ada acara yang nayangin MV ataupun update segala sesuatu tentang K-pop. Yang menjamur malahan acara-acara musik dalam negeri macem Kotak Masuk dan Ringtone yang setiap hari isinya cuma band-band yang bawain lagu melayu melambay alay jablay. Bener-bener membosankan. Memang terdengar sedikit kasar dan tidak menghargai musik Indonesia sih, tapi, apa iya itu musik Indonesia? Masa sih? Kalau menurut gue, musik Indonesia itu adalah musik-musik dan lagu-lagu yang kayak dinyanyiin Sherina, Yovie Nuno, Melly Goeslaw. Bukan lagu-lagu kayak Rindu Band, SetengahDuaBelas, ataupun band-band yang Keterlaluan yang setiap hari kayaknya ada aja yang baru. Dan belakangan ini yang paling bikin gue eneg adalah mendengarkan lagu sebuah band yang namanya mirip nama cewek dan judul lagunya itu Aku Cinta Kamu dalam bahasa Jepang. Overall lagu itu bisa dibilang lagu racun karena semua orang di sekitar gue menyanyikan lagu itu dan bikin gue secara tidak langsung ikut nyanyi. Tapi yang paling gue benci dari lagu itu adalah pada ending reff-nya yang pake gaya Aziz Gagap. Zzzzzz... a-a-a-a-a-a-a...atchim! Bikin males. Ada lagi lagu dari band yang namanya Si Tuan Raja yang lagunya kayaknya pas banget buat anak TK yang baru belajar baca. Bertahan satu Ciiiiiinnnnntaaaa.... bertahan satu Ce I En Te A. Muntah darah gue. Kenapa sih mesti begitu? Padahal berbakat bikin lagu, tapi kok malah jadi niru-niru band pendahulunya sih? Kenapa nggak bikin ciri khas sendiri? Biarin lah Rindu Band yang punya ciri khas lagu-lagu alay dan SetengahDuaBelas Band yang punya ciri khas lagu melayu. Kalau band baru, buat lah ciri khas sendiri. Jangan malah semua lagu baru dari band baru jadi satu tipe: ALAY. Males. Mending denger K-pop kemana-mana deh daripada dengerin lagu negeri sendiri yang satu tipe dan terkesan sama.

Gue justru lebih mengapresiasi lagu dangdut daripada lagu pop-melayu. Karena kalau lagu dangdut itu original. Dari musik dan juga nadanya. Paling nggak dangdut yang memang dari sononya setipe suara gendang dan musiknya lebih enak dan wajar di denger karena cengkoknya terkesan nggak dibuat-buat. Gue suka dangdut karena gue hidup dan besar bersama dangdut *ceile*. Gue suka dengerin lagu-lagunya Rhoma Irama, Mansyur S, Meggy Z, Evie Tamala, Kristina, Ikke Nurjanah. Gue suka Ridho Rhoma juga. Mereka semua memiliki ciri khas sendiri yang nggak sama antara satu penyanyi dangdut dengan penyanyi dangdut lainnya. Gue suka dangdut original, asal jangan tawarin gue dangdut Cinta Satu Malam aja. Bener-bener lagu itu najis. Nggak dangdut banget. Malah ngajakin berzina kalau menurut gue.

Di Mataram sendiri, pecinta Korea bisa dibilang banyak. Gue kenal beberapa anak-anaknya yang memang fanatik banget sama satu/beberapa penyanyi atau artis Korea. Walaupun kefanatikan mereka itu gue rasa lebay dan berlebihan. Hmmm... maaf-maaf aja yee, gue emang penikmat K-pop dan drama Korea, tapi nggak berarti gue sefanatik itu dan segila kalian. Hahahaha... *ditaboksemuakpoplover* Tapi ya sudahlah, karena fanatisme itulah kalian hidup. Loh? Hahaha... gajelas. Tapi di Mataram ini cuma ada satu radio yang mau bikin acara khusus untuk lagu-lagu Korea, Jepang, Taiwan dan Asia pada umumnya. Gue siaran di Fresh Radio (95,9 FM Mataram) yang sejak dulu memang terkenal banget di kalangan anak muda. Tapi gue sangat menyesal karena sejak Korean Wave menerjang Mataram, radio gue ini nggak ada lagu Korea satu-pun. Hmmm... tapi dengan usaha gue, akhirnya MD gue mau memasukkan dua lagu Super Junior ke playlist kita: Bonamana dan Boom Boom. Semoga nantinya akan ada lagu-lagu Korea yang lebih banyak lagi, mengingat perkembangan K-pop sekarang lagi naik-naiknya.

Kalau ditanya selera musik gue kayak gimana ataupun dibilang selera musik gue parah, terserah lah. Yang jelas gue lebih suka dengerin musik yang enak didenger dikuping dan enak dinyanyiin. Dan sekarang gue lagu suka K-pop, especially Super Junior, SHINee dan SNSD. Yang lain gue nggak begitu serius, tapi gue dengerin juga 2PM, KARA, dan TVXQ.

Pada dasarnya gue adalah orang yang nggak suka diatur dan nggak suka kalau sesuatu yang gue suka direcokin orang lain ataupun dipaksa buat berubah ngikutin trend yang sedang banyak digandrungi orang-orang kebanyakan (baca: lagu alay). Gue suka K-pop, ya udah, nggak udah urus kesukaan gue. Toh gue juga nggak pernah ngelarang mereka suka lagu-lagu alay kok.

Sekali lagi, selera musik gue parah? Don't care. Yang penting gue happy. Lo nggak keganggu kan kalau gue suka K-pop? Bagus... Terima kasih.



PS: Tapi gue cukup keganggu kalau lo nyanyiin lagu-lagu alay deket gue. LOL.
Kemaren (Rabu, 14 Juli 2010) akhirnya gue bisa kumpul-kumpul lagi sama anak-anak the bocokz di rumah Ayu. Hmmm... sudah lama rasanya tidak bersama lagi dengan formasi lengkap. Kalau gue nggak salah inget, udah satu tahun. Waktu Ayu pulang semester kemaren, gue nggak ketemu dia. Sekarang baru ketemu lagi. Pengen balik masa-masa SMA deh, biar bisa bareng terus. Ini foto hari ini dan selalu gue yang paling tampan :P




Back to the main topic for this post.


Bertepatan juga dengan hari di mata foto di atas diambil, gue merasakan yang namanya kegilaan yang nggak wajar. Hahahaha... Ini berhubungan sama cerpen gue yang dimuat di Majalah Teen edisi 223/th XVII/Minggu Kedua Juli 2010.


Hari Jumat tanggal 9 Juli 2010, sekitar jam lima sore, ponsel gue berdering dengan ringtone Super Junior Bonamana :p Sore itu gue lagi becandain ponakan gue yang baru 3 bulan. Pas gue lihat ponsel gue, gue kaget soalnya itu nomor baru dan diawali dengan angka 021. Nomor telepon Jakarta. Gue langsung mikir, mungkin salah seorang temen gue yang nanya kabar atau sekedar minta kejelasan tentang sesuatu. Tetapi ternyata gue salah...


"Halo...?" kata gue ragu-ragu menjawab telepon itu. Soalnya memang biasanya kalau gue nerima telepon dari nomor baru gue selalu begitu.


"Halo selamat siang. Benar ini nomor telepon Ronzzy Kevin?" tanya orang itu. Laki-laki.


"Iya, mas. Bener. Ada apa ya?"


"Selamat sore mas, kami dari sekretariat majalah Teen."


"Oh iya, ada apa ya mas?"


"Kami mau menginformasikan bahwa cerpen mas yang judulnya Om Inulku Tersayang sudah masuk waiting list kami dan akan dimuat di edisi berikutnya."


"Oh ya? Masa sih?"


"Benar, mas. Sebelumnya saya mau tanya dulu, apakah cerpen tersebut sudah pernah di publikasikan?"


"Belum mas. Belum pernah. Saya cuma kirim satu kali dan itupun cuma ke Teen aja. Wah, tapi itu cerpen udah lama sekali saya kirimnya mas. Sudah lebih dari dua tahun yang lalu."


"Iya mas. Kalau begitu cerpen mas sudah masuk waiting list dan akan dimuat di edisi berikutnya."


"Oh, oke. Sip mas. Terima kasih infonya ya!"


"Baik, mas. Mungkin begitu saja. Terima kasih. Selamat sore."


"Sore..."


Setelah telepon gue tutup, gue langsung teriak-teriak gajebo sampe ponakan gue ilfil punya om kayak gue. Gue nari-nari dan joget-joget Bonamana dipadu dengan Gee di kamar ponakan gue itu. Kakak gue langsung heran ngeliat gue dan langsung nyaranin gue ke dokter jiwa (lebay...)


Dia tanya gue kenapa dan gue kasi tahulah dia semuanya. Apa yang orang itu bilang di telpon.


"Kalau udah masuk waiting list berarti itu udah pasti bakalan diterbitin kan?" tanya gue ke kakak gue. Semua yang tadi mas-mas Teen omongin di telepon buyar.


"Iyalah. Tinggal kamu tunggu aja."


"Gila ya. Udah dua tahun, kirain nggak bakalan ada jawaban."


"Beruntunglah kamu baru dua tahun, orang aja ngirim berkali-kali jarang bisa di muat. Bagus tuh buat jadi batu loncatan."


"Emang gue mau loncat kemana?"


Gue diem, kakak gue pingsan karena gue jayus.


Berita tentang cerpen gue yang dimuat itu nggak tersebar ke mana-mana karena gue belum yakin apakah itu akan dimuat di edisi minggu depan atau dua minggu lagi. Tetapi setelah gue menerima telepon dari nomor yang sama (yang akhirnya gue simpan di kontak ponsel gue dengan nama: Majalah Teen), gue baru yakin kalau cerpen gue yang gue tulis pas gue kelas dua SMA itu yang judulnya Om Inulku Tersayang bakalan dimuat di majalah Teen terbaru.


"Selamat pagi, dengan Ronzzy Kevin?"


"Iya mbak. Benar sekali."


"Saya dari sekretariat majalah Teen mau menginformasikan kalau cerpen mas yang judulnya Om Inulku Tersayang sudah dimuat di tabloid Teen terbaru mas."


"Beneran? Wah..."


"Iya. Saya juga sekalian mau konfirmasi nomor rekening. Mas tidak pernah melakukan perubahan kan?"

"Oh, nggak kok mbak. Masih sama."

"Kalau begitu, saya bacakan ya: 12345678910 atas nama Lala Bidadari Bank TransCorp cabang Mataram?"


"Iyap! Benar sekali mbak."


"Oke kalau begitu. Nanti honor mas akan di transfer. Terima kasih mas."


Telepon di tutup dan pagi itu gue langsung heboh lagi. Joget-joget Bonamana lagi digabung sama Gee. Semua pada nyaranin gue ke dokter jiwa lagi tapi gue cuekin aja karena gue emang udah gila sejak lahir.


Setelah pulang sholat Jumat akhirnya gue memutuskan untuk mempromosikan majalah Teen terbaru itu lewat Facebook (Facebook gue Ronzzy Kevin) dan Twitter (Twitter gue @ronzzykevin). Selain itu, gue juga mengirim sms ke semua kontak yang ada di ponsel gue. Narsis narsis deh, gue nggak peduli. Tapi semua merespon dengan baik dan memberikan selamat ke gue (makasi buat Rika, Dian, Dila, Nadya, Deja, Hardika, Aank, Mas Andre, Mas Mus, Om Maman, Mocil, Astry, Tomy, Donna, dan semua yang bales sms gue waktu itu. Saranghae~)


Masalah mulai muncul ketika Dila sms gue dan bilang kalau dia sudah beli majalahnya.


"Serius dil? Kok di mataram belum ada sih?"


"Iya aku udah dapet kok, Om. Om Inulku Tersayang kan?"


"Nama aku ditulis apa?"


"Ronzzy Kevin."


"Bener? Aduh... aku belum dapet nih. Ntar aku cari deh."


Dan akhirnya mulai hari Sabtu itu gue nyari majalah Teen ke semua pedagang majalah yang ada di Mataram. Tapi hasilnya kosong. Gue coba nyari hari Minggu, siapa tahu udah ada, tapi ternyata nggak ada juga. Senin gue berusaha buat nyari sampe mesen mama buat beliin sepulang kantor, tapi nggak ada juga. Selana juga begitu, gue mencoba buat mencari tapi nggak ada juga. Sampai akhirnya gue buka fanpage nya majalah Teen di Facebook dan ngeliar statusnya kalau majalah itu udah terbit dari hari Jumat waktu gue ditelepon sama mbak-mbak dari sekretariat itu. Dari fanpage itulah gue tahu kalau cover majalahnya adalah Edward Cullen dan Jacob Black:


 Cover ini gue dapetin dari Facebooknya Teen (itsfunto Beteen)

Gue semakin penasaran sama isinya karena kebetulan gue juga lagi nunggu-nunggu Eclipse. Tapi berhubung di Mataram belum terbit, gue kasih komen lah di status Facebooknya Teen walaupun nggak di bales.

Akhirnya setelah sekian hari gue bolak balik loper koran buat nyari majalah ini, hari Rabu sebelum maghrib gue nerima sms dari Astry adik kelas gue tersayang di SMA 5.

"Kak, aku udah beli majalahnya. Tapi aku belum baca cerpennya, he..."

Gue kaget banget. Kok bisa? Perasaan tadi sore gue cari ke mana-mana nggak ada deh.

"Iyakah? Kok bisa? Kamu dapet di mana?" gue bales sms itu.

"Di MM (Mataram Mall) lah... Emang kakak belum dapet?"

Sms itu nggak gue bales, melainkan gue langsung sholat maghrib dan ijin sama bos buat pergi sebentar ke Mall beli majalah itu. Untungnya bos ngasi ijin karena beliau juga pengen dibelikan gorengan yang kebetulan deket sama Mall tempat jualnya.

Berangkatlah gue...

Dengan kecepatan lebih dari enam puluh kilometer perjam dari tempat kerja sampai Mall nggak lebih dari lima menit. Gue langsung parkir motor dan tanpa melepas helm langsung masuk ke Mall lewat pintu samping yang langsung ke jual majalahnya. Mata gue merazia semua majalah yang digantung. Nggak ada.

"Bu, Teen ada nggak?"

"Udah abis mas..."

"Hah?! Kok bisa? Yahh... padahal udah nunggu-nunggu dari kemaren! Aduh... Ya udah deh, makasi ya bu."

Akhirnya gue secepat kilat lari lagi ke parkiran, masukin kunci ke lubang kunci (ya iyalah masa iya ke lubang idung tukang parkir) dan berangkat menuju tempat yang memungkinkan untuk membeli majalah itu. Ruby adalah tujuan gue berikutnya. Ruby nggak jauh dari Mall, cuma butuh waktu dua menit untuk sampai Ruby dari Mall dan setelah say hai buat penjaga parkir di Ruby yang kebetulan gue kenal, gue parkir motor gue dan tanpa melepas helm *sekalilagi* gue langsung masuk dan langsung ke jual majalah. Sekali lagi mata gue merazia semua yang ada di etalase. Nggak ada.

"Mbak, majalah Teen nya?"

"Nggak ada mas. Coba cari di Mall?"

"Lah... ini saya baru dari Mall, di Mall juga udah abis. Aduh... Ya udah deh mbak. Makasi."

Kecewa. Gue keluar dari gedung swalayan itu dan sekali lagi tancap gas ke tujuan berikutnya.

Tujuan ketiga ini adalah (menurut pengakuan sepupu gue) agen majalah yang ada di Mataram. Namanya toko Jaya. Tadi sore gue ke toko ini sama Hulpi (yang pake jilbab ungu di foto atas) tapi nggak ada. Gue pikir mungkin setelah tadi gue pergi, distributornya dateng. Makanya gue balik lagi. Tapi nyatanya pas gue balik...

"Mas, majalah Teen?"

"Hah? Nggak ada mas."

"Masa sih? Tadi saya ke Mall udah ada kok, tapi abis. Makanya saya ke sini."

"Kayaknya kita nggak pernah jual majalah itu deh mas."

WHAT?!? KATANYA LO AGEN MAJALAH!!! GIMANA SIHHHH....

Dengan muka senyum-senyum jijik gue ngangguk aja tanda mengerti dan keluar sambil ngumpat. Gue sumpah nggak akan beli majalah di sana lagi!

Tanpa bayar parkir gue kabur dari sana dan cari loper koran yang ada di pinggir-pinggri jalan. Barangkali ada. Di sepanjang jalan Panca Usaha gue mencari dan berhenti di tiga loper koran. Tiga-tiganya nggak ada sama sekali. Yang ada malah Teen edisi minggu lalu. Giliran gue tanya yang edisi terbarunya mana, dia nggak tahu. Mbak-mbak yang aneh...

Tujuan berikutnya adalah Tijara. Tempat dulu gue sering beli majalah dan bisa dibilang jadi tempat favorit gue karena cukup update. Walaupun pas hari Senin gue kesana, penjaganya bilang ke gue kalau majalah Teen udah nggak terbit lagi. Dasar bodoh... Statement yang bodoh... Masa pedagang majalah nggak tahu... Dan benar aja, pas gue ke Tijara, toko itu tutup dengan lucunya... Jijik!

Gue mulai desprate. Udah setengah jam lebih gue ninggalin warung dan ninggalin kerjaan. Pasti bos bakalan marahin gue kalau begini. Tapi gue nggak mau buang-buang waktu. Gue takut gue nggak dapet majalah itu. Walaupun itu adalah cerpen gue, gue juga pengen baca yang sudah dimuat di majalah. Gue pengen liat ilustrasinya. Akhirnya gue terus jalan lagi buat mencari loper koran. Dan tujuan selanjutnya adalah daerah Gomong.

Gue ngebut sampai-sampai hampir nabrak polisi di depan lapangan umum yang lagi ada Pasar Rakyat, dan pas belok di jalan Airlangga, gue kebut-kebutan sama mobil. Pas berenti di lampu merah, gue menang dan mobilnya tiba-tiba meledak (bohong banget). Lama berhenti di lampu merah Airlangga (karena memang terkenal lampu merah terlama) akhirnya lampu ijo nyala juga. Gue belok kanan dan mencari jual majalah yang terselip di antara pedagang gorengan, martabak dan terang bulan. Dan gue menemukannya...

Gue turun tanpa matiin mesin motor dan bilang... Bismillah...

"Ada majalah Teen?" Belum selesai gue melirik semua majalah, gue menemukannya tergantung seksi di atas seutas tali rafia. "Alhamdulilah..." Gue teriak kegirangan tapi nggak pake joget Bonamana karena di situ banyak orang dan persis di depan pos polisi. Nanti bisa-bisa gue dikira orang gila dan langsung di bawa ke RSJ. Setelah majalahnya gue bayar, gue langsung capcus buat nyari gorengan dan kembali ke tempat kerja...

Di tempat kerja, semua pada pengen baca cerpen gue dan yang pertama kali baca ada ibu bos. Setelah itu beberapa orang lain yang ikut baca sampai-sampau majalah gue yang tadinya mulus, jadi sedikit kritis. Sedih... Tapi gue sempat lihat ilustrasinya... Lucu. Cerpen gue ada di halaman 36-37 dengan background Ilustrasi warna pink keunguan, background text warna biru dengan border kuning:

Gue udah lama nulis cerpen ini, waktu itu lagi hot-hotnya Pilkada Gubernur dan kandidat jagoan gue adalah Om Inul alias K.H. TGB. Zainul Majdi yang juga jadi nama tokoh Om Inul dalam cerpen gue ini. Cumaa... ilustrasi Om n akok nggak mirip Richard Kevin yah? Hahahaha... padahal gue ngebayangin mukanya Om Inul itu Richard Kevin banget. Tapi buat tokoh Viola (baca: Va-yo-la) cukuplah untuk anak SMP. Tulisannya emang kecil-kecil banget. Nyokap gue aja sampe nggak sanggup bacanya (gue kasih beliau baca setelah gue pulang kerja) dan baru baca sampai kolom ketiga, dia bilang matanya sakit. Pasti karena cerpen gue kepanjangan, jadi nggak bisa di perbesar font-nya. Hahahaha...

Ada kebanggaan tersendiri dengan adanya cerpen ini di majalah Teen. Artinya gue udah bisa menapakkan kaki gue ke dunia penulisan. Gue emang hobi nulis cerpen dan fanfict (baru mulai) dan beberapa draft novel gue udah ada yang finish tapi tahun lalu hilang di kosan gue yang lama di colong maling. Siall... 

Gue senang banget cerpen gue ini bisa dipublikasi secara resmi. Ini adalah cerpen kanak-kanak pertama yang guebuat pas SMA. Waktu itu emang lagi melayang pikirannya jadi anak SMP. Mau nyiptain tokoh cowok, malah jadi cewek. Ya nggak apa-apa deh, yang penting di Viola eksis.

Makasi banget buat semua keluarga dan temen-temen atas dukungannya selama ini. Gue juga makasi buat yang sudah beli majalahnya, Gue doain semua yang beli majalah ini masuk surga! Aminnn... Next time gue akan kirim lagi ke Teen, semoga akan dimuat lagi yah :) Sekarang gue mau bikin cerpen buat ikutan LMCR 2010. Udah dapet idenya dari keamren-kemaren, cuma belum sempat diketik karena pulang kerja malem terus. Capek... Deadlinenya bakalan September, Insya Allah awal Agustus gue udah bisa nulis lagi. Amiin...

Sekali lagi makasii, terutama buat Richard Kevin yang sudah menginspirasi gue dalam banyak hal mengenai karakter, dan juga Bapak Gubernur NTB K.H. TGB. Zainul Majdi, saya dulu nyoblos bapak loh! Semoga bapak suka cerpen saya yah :) *ngarepdibaca*

Wassalam...

Punya temen banyak adalah satu keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup. Bener kan? Kalau punya banyak temen, jadi banyak yang bisa di bagi. Cerita, berita, derita (Insya Allah) dan mungkin juga duit. Gue suka banget punya temen baru. Apalagi kalau yang cocok dan punya hobi sama. Pasti bakalan nempel terus dan bakalan banyak yang bisa diomongin. Tapi dari dulu yang selalu gue hindari adalah yang namanya bermasalah sama pacar temen.

Temen gue kebanyakan cewek. Yah... ini salah satu keberuntungan (masa sih?) jadi cowok kuper dan nggak suka olahraga. Dan tentu saja, pacar temen gue itu berjenis kelamin sama dengan gue yaitu cowok. Temen-temen cewek gue mengaku kalau gue enak di ajak buat sharing masalah cowok. Dan gue sebisa mungkin memberikan saran dan juga pendapat gue tentang masalah mereka. Walaupun gue berpikir kalau semua saran gue itu adalah saran yang standar dan biasa-biasa aja. Cuma anehnya, mereka jadi bisa lepas dari masalah. Alhamdulilah...

Gue punya temen sekelas pas kelas 2 SMA, namanya Tyo. Dulu pas kelas 1 SMA gue kenal sama dia gara-gara dia jadi drummer buat band temen gue (yang dulu juga adalah band gue tapi karena satu dan lain hal gue di tendang, maybe next gue akan ceritakan). Dulu waktu pertama kali di depak dari kelas IPA 2 ke IPS 2, dia adalah satu-satunya orang yang gue kenal di kelas itu sebelum akhirnya gue ketemu sama best friend gue. Jadi gue deketlah sama dia.Waktu itu gue ikutan audisi jadi penyiar radio di Fresh Radio. Dan alhamdulilahnya gue lolos dan jadi satu dari lima orang DJ SMA yang bakalan on air langsung di radio (another story for another post). Kurang lebih waktu itu gue udah siaran empat atau lima bulan. Sahabat baik di radio waktu itu adalah DJ Eny, Chacha (satu angkatan sebagai DJ SMA) dan juga DJ Bolu. Dan masalah muncul dari DJ Eny.

Waktu itu gue baru tahu kalau Chacha kenal sama Tyo. Ceritanya dulu sepupunya Chacha pernah ngeband bareng sama Tyo dan mereka kenal di satu festival band. Dan gue baru tahu itu beberapa bulan setelah kenal Chacha. Akhirnya waktu itu pas gue lagi siaran sama Eny, Tyo dateng ke studio dan ngobrol sama Chacha di depan studio. Setelah itu, Tyo bilang dia pengen ketemu sama DJ Eny karena udah lama denger Eny siaran dan dia suka. Dan akhirnya di suatu kesempatan, gue pertemukanlah mereka berdua.

Well, nggak ada problem setelah itu karena gue anggap itu hanya pertemuan pendengar dan penyiar. Macem pertemuan idola dengan fans aja gitu. Tapi... ternyata eh ternyata... suatu malam setelah gue siaran sebuah acara di malam minggu, pacarnya DJ Eny yang namanya mas Bagus tiba-tiba nyariin gue ke studio. Gue kaget dong! Secara selama ini dia nggak pernah ngobrol banyak sama gue dan gue juga nggak pernah ngobrol banyak sama dia. Sesekali memang gue ngobrol dan becanda sama dia. Dia juga sering becandain gue, tapi nggak terlalu intens ngobrol kayak temen-temen DJ yang lain. Dia nyari gue malem itu, gue pikir dia mau ngasi titipan dari Eny ke gue. Ternyata...

"Ada apa mas? Kok tumben?" gue keluar dari ruang siaran dan nemuin mas Bagus di depan studio.

"Ada yang penting yang mau saya omongin. Tapi kamu janji jangan kasi tahu Eny, ya?" kata dia.

"Iya mas. Ada apa?"

"Saya nggak nyaman sama sms-nya Tyo ke Eny. Ini udah berlebihan. Kalau temenan boleh, tapi nggak begitu juga. Kamu tolong bilang sama Tyo ya. Jangan lagi sms Eny kayak gitu."

"Hah? Sms apa mas? Saya nggak tahu. Beneran!"

"Pokoknya bilang sama Tyo saya nggak suka sama cara dia ke Eny."

Gue diem sebentar. Sial! Gue yang ngasih nomor Eny ke Tyo! Gue yang kenalin Eny ke Tyo! Kalau masalah yang beginian muncul, jadi siapa yang bakalan di salahin?

"Oh. Iya mas. Maaf ya. Saya bener-bener nggak tahu mas. Nanti saya bilang ke Tyo deh."

"Iya. Tolong ya. Tapi inget, ini cuma antara saya sama kamu aja. Jangan sampai ada yang tahu."

"Iya mas. Maaf sebelumnya mas. Maaf bener-bener. Saya nggak bermaksud buat semuanya jadi begini. Kalau gini jadinya, nyesel saya kenalin Tyo ke mbak Eny."

"Ya nggak gitu juga Ron. Temenan itu nggak apa-apa. Yang penting jangan begini jadinya. Kamu jangan khawatir."

"Maaf mas. Nanti saya marahin Tyo. Saya suruh berenti sms-sms mbak Eny."

Akhirnya mas Bagus pergi dan gue kembali ke studio dengan wajah shock dan kesel. Mas Kenny yang sedang siaran malam itu langsung kaget ngeliat perubahan mood gue.

"Kenapa kamu dek?"

"Nggak apa-apa mas. Boleh saya request lagu? Ressa Herlambang yang Menyesal mas."

Gue langsung telpon Tyo malem itu juga dan marah-marah ke dia. Semua hal yang pengen gue ungkapin gue keluarin ke dia.

"Masalahnya, Tyo. Lo itu kenal sama Eny dari gue! Lo juga sih! Ngapain pake-pake sms-sms kangen-kangenan ke Eny?! Udah tahu juga Eny udah punya pacar! Mikir dong Tyo!"

"Waduh Ron. Mana gue tahu kalau pacarnya bakalan marah!"

Buset.

"Heh! Lo nggak mikir apa?! Cowok lain juga bakalan marah kalau ada cowok yang sms pacarnya mesra-mesra begitu!"

"Ih. Cowoknya ja tuh sensitif!"

Sial banget nih anak. Udah salah masih ngeyel aje.

"Heh! Lo nggak bisa dong nyamain semua tipe orang! Masing-masing orang kan punya masalah yang beda-beda! Gimana sih lo. Pokoknya lo sekarang sms mas Bagus dan minta maaf sama dia! Jangan sampai dia sama mbak Eny ada masalah gara-gara ini. Dan jangan bilang-bilang ini ke mbak Eny."

"Iya. Iya. Mana sini nomornya..."

Akhirnya masalah itu selesai hari itu juga. Dan sampai detik gue nulis postingan ini, Eny nggak tahu sama sekali. Sejak saat itu sampai sekarang hubungan gue sama mas Bagus nggak pernah sebaik sebelum masalah itu ada. Dia jadi jarang banget nyapa gue ataupun becanda-becanda lagi sama gue. Gue juga jadi enggan dan segan ngomong sama dia karena setiap ngeliat mukanya jadi inget sama kejadian malam itu. Tapi... yah... gue juga nggak bisa nyalahin mas Bagus kalo dia akhirnya marah-marah karena itu hak dia. Eny itu pacarnya dan dia mungkin ngerasa punya hak buat marah (yaiyalah!).

Berita terakhir dari Tyo adalah dia lagi ujian semester dan dari Eny + Bagus, mereka mau nikah tahun ini. Semoga beneran deh. Soalnya gue bosen juga ngeliat mereka putus-nyambung-putus-nyambung. Hahaha...
Wish u guys all the best!

Gue suka sial kalau berhubungan sama cewek yang udah punya pacar atau cowok yang udah punya pacar. Karena terkadang, gue sering jadi sasaran kemarahan pacar-pacar mereka. Percaya nggak percaya, pacar temen cowok gue pernah marah sama gue gara-gara nggak suka ngeliat gue sama pacarnya. Sial nggak tuh? Gue terlalu cantik, pasti begitu, jadi cewek itu iri dan cemburu kalo-kalo pacarnya tiba-tiba berubah orientasi seksual. Beberapa kali kejadian gue bermasalah sama cowok orang dan sempat ditantangi berantem. Buset, lo mau bunuh gue? Badan gue pas SMA kecilnya minta ampun. Ditabok sekali langsung pingsan kali... Tapi yaahh... dulu gue pengecutnya minta ampun. Di ancem lewat sms aja sampe-sampe nggak berani keluar rumah. Tapi itulah indahnya masa SMA. Hahaha...

Udah setengah dua subuh, waktunya sholat isya dan tidur (baru pulang kerja) catch u later, reader!
Ini nggak ada hubungannya sama video di Youtube yang judulnya Annoying Orange, tapi ini adalah tentang seseorang yang pada suatu hari ngajak gue buat makan (awalnya) dan (akhirnya) membuat gue muak karena sangat annoying.

Kalau nggak salah inget hari itu Selasa. Gue pernah janji (atau tepatnya keceplosan) sama seorang temen buat ngajak dia ke Mall. Gue waktu itu udah lama banget nggak makan Sundae McD dan malam itu di tempat kerja, gue keceplosan ngomong ke dia.

"Aduh, pengen makan Sundae deh. Yang stroberi itu enak banget."

"Hah? Manaa enak yang itu. Sundae McD atau KFC nih?"

"McD dong... KFC cuma sedikit porsinya. Nggak puas."

"Iya sih, Pengen juga."

"Pergi ke Mall yuk besok?"

"Beneran? Oke."

Dan gue mengumpat kesal dalam hati karena udah keceplosan ngomong. Akhirnya, besoknya kita nggak jadi pergi ke Mall karena gue harus menggantikan temen gue yang hari itu nggak bisa siaran. Alhamdulilah... gue bersyukur karena gue nggak jadi ke Mall bareng dia hari itu. Dia sempat marah-marah kayak cewek. Sumpah, itu nyebelin banget. Hari itu gue masih ngerasa nggak enak udah nggak nepatin janji karena dia pasti bakalan marah-marah di tempat kerja nantinya. Dia memang hobi marah-marah ke gue. Udah kayak gue ini adiknya atau pembantunya gitu.

Hari Kamis, dua hari setelah keceplosan gue itu dia ngajakin gue lagi buat ke Mall. Dan jujur aja hari itu gue bener-bener capek banget. Jam enam subuh hari Kamis itu gue siaran sampai jam sembilan dan satu malam sebelumnya gue kerja sampai jam 12 malam dan baru sampai rumah setengah satu. Di rumah gue baru tidur jam tiga karena keasikan Online di Facebook, jadilah hari itu gue males keluar. Tapi orang yang satu ini tiba-tiba sms gue dan nyuruh gue buat jemput dia. Gue mau nolak, sumpah gue capek banget. Tapi gue nggak berani karena udah nolak dia kemaren. Cuma.. ujung-ujungnya gue tolak juga dan janji bakalan pergi besoknya.

Hari Jumat, gue udah nggak punya alasan buat nolak. Jam tiga dia kirim sms ke gue buat di jemput ke rumahnya. Ini yang paling gue malesin karena rumahnya itu jauh banget dari rumah gue dan hari itu panas gila! Gue males kalau udah begini. Masalahnya, kita bisa aja kan ke Mall dengan dia pake motor sendiri dan gue juga pake motor sendiri? Intinya satu motor satu orang, tapi dia nggak mau. Dia maunya gue yang jemput. Oke... waktu itu gue masih tahan dan gue jemput dia dengan hati yang kesel dan keki.

Setengah jam perjalanan dari rumah gue ke rumah dia. Dia udah nunggu di depan rumahnya dan kita udah siap berangkat.

"Kita ke PLN dulu yah, gue mau bayar listrik. Takutnya di putus."

"What the hell! Kita nggak ada rencana ke PLN! Rencana kita kan ke Mall doang!" Gue ngeles karena itu udah sore. Jam setengah empat dan jam lima kita sudah harus masuk kerja.

"Sebentar aja. Ayo cepet!" dia ngomong dengan cueknya. Dan gue nggak bisa berkata-kata lagi.

Sepanjang perjalanan dari rumah dia ke PLN gue menggerutu dalam hati. Ngumpat-ngumpat dan bersumpah kalau ini adalah hari terakhir gue akan mengalah buat dia. Gue nggak mau lagi deh yang namanya berkorban apapun buat dia karena orang yang satu ini bener-bener Annoying! Semua kemauannya harus diturutin dan begonya gue mau nurutin. Dan saat itu dalam perjalanan ke PLN gue bersumpah untuk tidak akan lagi mengikuti apapun kemauannya!

Akhirnya jam empat kurang lima belas.

"Udah sore nih, jangan ke Mall deh. Kita pulang aja. Lagian gue juga harus pulang nih, mau ganti celana pendek gue."

"Ah! Nggak mau! Gue mau beli baju buat kerja! Gue nggak punya cadangan baju!"

"Aduh, gimana sih. Masalahnya ini udah sore dan kita harus masuk kerja jam 5 kan? Belum lagi gue pulang buat sholat dan ganti celana."

"Ntar solatnya di tempat kerja aja."

"Nggak mau! Gue mau pulang ganti celana!"

"Yaudah, kita ke Mall sebentar dan cari baju."

Dan sekali lagi gue mengumpat diri gue karena nggak bisa menolak. INI YANG TERAKHIR! Gue ingetin lagi diri gue.

Sampailah kita di Mall dan dia masuk dari toko baju satu ke toko baju yang lain. Dua toko baju pertama yang kita datengin adalah distro yang kisaran harganya adalah Rp 22.000 keatas.

"Cariin yang bagus dong." kata dia. Gue nurut aja sambil senyum-senyum najong. "Lo juga cari aja ntar gue beliin."

"Beneran?"

"Iya. Pilih aja 2 baju."

Gue seneng karena setidaknya dia mau balas jasa. Tapi...

Gue lagi milih-milih baju buat gue dan belum satupun gue dapet, tiba-tiba...

"Udah yuk. Nggak ada yang bagus. Kita ke tempat lain aja."

Shit!

Dan kitapun naik ke lantai dua dan masuk ke toko baju yang paling besar di Mall itu. Mulailah penderitaan gue selanjutnya...

Gue muter-muter di tempat yang sama nemenin dia buat milih baju yang sama sekali nggak ada yang srek di hati dia. Kita keliling dari sudut satu ke sudut yang lain dua kali dan dia belum juga nemuin baju. Gue udah kesel banget waktu itu karena selain sudah sore dan kita bakalan kerja jam 5, gue capek banget. Ini orang nggak tahu apa kalau gue capek? Mana gue kurang tidur...

Sebagai obat BT, akhirnya gue memutuskan untuk ikut melihat-lihat dan mengagumi beberapa model baju. Siapa tahu suatu saat gue bisa beli baju itu... tapi begitu gue lihat harga-harganya... Oh Tuhan...

"Cari yang merek X yuk! Ada di sebelah mana ya?" tanya dia ke gue, gue cuma angkat bahu. "Mbak!" dia manggil pramuniaga. "Merek X dimana ya?"

"Di sebelah sana mas."

Dan secepat kilat dia ke tempat yang ditunjukkin sama mbak-mbak itu. Gue? Ngikut kayak bebek... Shit! Shit!

Setelah sampai ke tempat pakaian bermerek X yang dicarinya, dia mulai sibuk lagi milih-milih baju. Sumpah. Dan itu LAMA BANGET!!! Gue mulai bosen, dan waktu dia minta pendapat harus beli baju yang mana, gue cuma jawab asal-asalan.

Sip! Dia dapet bajunya... Pikir gue setelah dia nyoba dua baju dan cocok. Tapi setelah dia bayar di kasir...

"Pengen cari underwear."

Dan dia kabur lagi ke tempat underwear.

Oh Tuhan... penderitaan gue masih berlanjut ternyata? Dan gue dengan bodohnya *sekalilagi* mau aja ngikutin dia.

"Udah jam berapa nih, gue belom solat! Mana harus kerja jam 5! Capek tahu..." gerutu gue tapi nggak digubris sama dia. Oke Terima kasih!

Lama banget dia milih underwear, kurang lebih setengah jam dan itu dengan gerutuan-gerutuan dia ke gue gara-gara gue udah terlihat suntuk.

Sekali lagi untuk mengusir kebosanan gue ngeliat-liat model baju dan harga-harganya... Shock banget ngeliat baju yang ternyata dia pake sekarang adalah baju merek Y yang sangat mahal. Ssseettt... semua baju di toko itu kisaran harganya adalah Rp 150.000 keatas. Gila. Kalau bisa ngumpet, gue bakalan gumpet deh. Secara waktu itu gue cuma pake baju yang dibeliin nyokap harganya 18 ribu.

Gue diem sebentar waktu dia sibuk nyari swempak.

Betapa bersyukurnya gue masih bisa membeli baju yang harganya 18 ribu yang gue pake ini sementara banyak orang di luar sana yang nggak pernah ganti-ganti baju. Anak-anak jalanan yang bajunya udah kotor, jelek, bau, tapi selalu dipake. Gue masih beruntung... Tapi orang yang satu ini... Baju yang tadi dia beli adalah Tshirt seharga 150 ribu. Nyet! Kalau itu gue pake beli baju yang gue pake sekarang, bisa dapet banyak kan?! Astaga... Gue pengen banget nyindir dia waktu itu tapi gue males. Semua respect gue udah hilang ke dia gara-gara sifat Bossy nya itu.

Setelah dia dapet underwearnya, dia bayar ke kasir kalau nggak salah Rp 150.000 juga. Hmmm... gue diem sebentar dan mikir. Celana dalemnya aja segitu. Celana dalam gue? Tiga biji harganya 30ribu dibeliin nyokap di tukang jual pakaian keliling yang sering dateng ke Puskesmas. Dan itu udah syukur banget, daripada gue nggak pake celana dalem kemana-mana?

Sampai akhirnya gue pulang dengan keki dan dendam berkepanjangan. Gue mikir lagi... Terkadang, orang yang dulu kita kagumi, bisa juga jadi orang yang paling kita benci setelah kita tahu bagaimana dia. Dulu gue kagum banget sama orang ini, yang menurut gue hebat dan kuat karena permasalahan berat yang ditanggungnya. Tapi setelah lama kenal dia, banyak kebohongan terungkap, dan gue jadi tahu dia kayak apa. Dan hari itu dia sudah membuktikan bahwa dirinya tidak pantas untuk dikagumi.

Mungkin kita memang teman, tapi gue nggak suka teman yang Bossy! Gue nggak suka temen yang suka bohong! Banyak omong! Suka marah-marah! Selalu nyalahin gue padahal dia juga salah! Selalu ngatur gue padahal dia nggak mau diatur! Dan orang itu adalah dia... Dulu gue boleh respect sama lo, tapi sekarang, cukup sudah. Gue menghormati lo sebatas lo lebih tua dari gue, nggak lebih dari itu.

Dan sampai di rumah akhirnya lima lima belas sore, udah telat banget buat solat ashar dan berangkat kerja. Yang gue dapet bukannya 2 baju yang dia janjiin, bukan makan Sundae atau makan apapun. Tetapi Kesal dan Keki juga capek yang berkepanjangan....

PS: Kalau punya temen cowok yang suka shopping, jangan pernah mau kalau di ajak.
Terima kasih.
Bagaimana rasanya jadi orang yang berbeda dengan orang lain? Jawabannya ada dua: (1) Asik, (2) Menakutkan. Dan kalau pertanyaan itu ditanyakan ke gue, maka jawabannya ada pilihan nomor 2. Buat gue pribadi, yang namanya perbedaan itu sebenarnya ada sesuatu yang bisa membuat dunia semakin banyak ragam dan berwarna. Nggak kebayang kalau di dunia ini semua orang sama. Mukanya sama, cara hidupnya sama, status sosialnya sama, waaah... ribet kali ya urusannya. Kalau penduduk dunia semua mukanya sama, maka gue nggak akan kenal siapa nyokap gue, kalau semua penduduk di dunia cara hidupnya sama pasti bakalan ngebosenin banget ketemu sama orang yang kepribadiannya sama persis dengan kita, dan kalau semua orang di dunia ini status sosialnya sama (bisa kaya semua atau miskin semua) maka nggak akan ada pasar, nggak akan ada transaksi karena nggak ada yang mau jualan, semua bakalan berebut jadi raja dan presiden. Hancur... Tapi pada kenyataannya, perbedaan itu menakutkan buat gue karena gue memiliki begitu banyak perbedaan dibandingkan dengan orang-orang (atau lebih tepatnya laki-laki) kebanyakan.

Oke, udah bukan saatnya buat malu untuk memberitahukan seluruh dunia deh...

Yang pertama yang paling terlihat adalah bahwa gue nggak suka nonton sepak bola seperti kebanyakan laki-laki lainnya. Gue suka nonton bola pas piala dunia doang, tapi kalau pertandingan-pertandingan rutin yang tayang enggak empat tahun sekali jangan harap gue mau nonton. Giliran di ajak ngomong soal bola, gue manggut-manggut aja sok ngerti, padahal otak gue kosong melompong!

Berkaitan dengan bola, perbedaan kedua adalah bahwa gue tidak bisa main bola. Mungkin ini adalah salah satu alasan kenapa gue juga nggak suka bola kali ya? Sebenarnya alasan gue nggak suka bola itu simpel, karena waktu kecil bokap gue nggak pernah ngajarin bagaimana caranya jadinya sampai sekarang gue nggak bisa yang namanya melakukan permainan yang sangat dicintai seluruh kaum adam itu *sedikit menyesal, hanya sedikit*. Gue jadi inget waktu jaman-jamannya gue SD dulu, kalau nggak salah waktu itu kelas dua SD. Di pelajaran olahraga pak guru olahraga gue yang namanya Pak Gupran (atau Gufron? Gue juga nggak tahu, gara-garanya orang-orang Lombok kalau nyebut huruf 'f'' kayak 'p' sih, jadi nggak yakin deh namanya siapa) selesai ngajar dan dia memberikan kesempatan buat anak-anak cowok buat main bola. Terkatunglah gue sendirian secara nggak bisa maen bola kan, tapi gue pengen gabung sama temen-temen yang main bola itu... Akhirnya gue mendekati salah seorang temen gue yang sudah tergabung dalam satu tim dan menawarkan diri untuk menjadi seorang penjaga gawang.

"Boleh ya gue jadi kiper aja. Gue nggak bisa kalau harus main di tengah lapangan," kata gue ke dia bergaya jadi orang yang sudah pengalaman main bola.

"Enak aja lo! Jangan deh! Ntar malah kebobolan lagi!" kata dia marah-marah.

Buset dah... sombong bener sih nih anak, pikir gue. Udah kayak main di piala dunia aja sampe takut kalah begitu. Sadar woy! Masih SD juga lo belagu! Gue gerutu sendiri dalam hati. Nama anak itu gue masih inget karena kita bareng lagi pas SMA, sebut aja dia Mikael. Well, dia masih hidup sekarang dan kemaren dia mampir ke warung tempat gue kerja. Mukanya masih sama kayak dulu. Nyebelin! *kabur*

Setelah kejadian itulah gue jadi males yang namanya ikutan main bola karena udah kecewa ditolak sejak pertama kali pengen main.

Perbedaan ketiga adalah bahwa gue bukan tipe orang yang suka bergaul. Hmmm... yang ini amat gue sesalkan karena membuat diri gue sendiri jadi seorang yang dork. Sebenarnya gue nggak ada masalah sama yang namanya pergaulan, tapi nggak tahu juga ya? Kok setiap kali gue kumpul sama orang-orang baru yang baru gue kenal gue suka ngerasa nggak nyaman. Mungkin karena mereka juga nganggep gue kayak pengganggu kali ya makanya gue juga jadi nggak nyaman di deket mereka? Keseringan kayak gitu sih... dan karena itu juga gue menarik diri dari pergaulan. Waktu di SMP misalnya (gue dulu sekolah di SMP 2 Mataram), gue adalah orang yang paling cupu di antara semuanya gara-gara penampilan gue nggak banget. Kacamata gue masih gede, dengan baju dimasukin semua ke dalem celana dan kaos kaki panjang selutut. Tampang gue udah kayak pipis kuda di berak-in sama anjing. Karena nggak ada yang mau deket-deket sama gue, gue jadi menarik diri dari pergaulan mereka. Walaupun akhirnya gue bisa berubah jadi lebih stylish *haek!* dan secara tiba-tiba juga anak-anak lain pada mau mengajak gue bergabung dengan mereka *padahal cuma temen-temen sekelas doang, kalau kelas laen mana mau mereka*. Kebiasaan ini masih kebawa sampai sekarang, bahkan di kampus pun pergaulan gue cuma itu-itu aja. Agak susah buat gue untuk menumbuhkan percaya diri bergaul dengan orang baru, kayak misalnya ikut organisasi. Kalau gue nggak ada temen yang deket ikut organisasi yang sama, maka gue nggak akan ikut organisasi itu. Kenapa? Karena gue berpikiran nggak ada yang gue kenal dan gue akan sendirian. Padahal banyak banget orang-orang baru yang nantinya juga akan jadi temen gue, kan? Tapi itulah gue... selalu berpikiran sempit seperti itu. Dan berpikiran sempit juga bisa jadi salah satu ciri khas gue yang membuat gue berbeda dari orang lain.

Keempat adalah gue suka nulis. Percaya nggak percaya, diantara semua anak laki-laki di kelas gue pas SD dulu, yang suka nulis (dalam arti cerpen, atau bahkan diary) hanya gue. See? Dua puluhan anak laki-laki di kelas gue lebih memilih main sepak bola, main benteng, main smack down-smack down-an, sementara gue lebih suka menulis. Dan ini masih berlanjut sampai sekarang... tentu saja. Gue suka banget nulis cerpen dan belakangan ini lagi getol-getolnya bikin Fanfiction. Buat gue, menulis itu seperti dunia kedua yang hanya punya kita. Dengan menulis gue bisa mengatur apa saja seperti apa keinginan gue. Dengan menulis gue bisa bikin diri gue jadi lebih ganteng dari aslinya, bisa bikin mata gue lebih lebar dari aslinya, bisa bikin badan gue lebih tinggi dari aslinya, dan bisa memalsukan semua yang pengen gue palsukan. Menulis adalah jiwa gue walaupun suka males-malesan juga sih. Buktinya sampai sekarang beberapa proyek yang awalnya semangat gue kerjain jadi keteteran. Hmmppphhh... Tapi gue tetep aja suka nulis. Kalau nggak, blog ini juga nggak akan ada :D

Dan kalau gue harus menyebutkan semuanya, akan membutuhkan banyak waktu dan space di postingan ini. Tapi gue mulai sadar bahwa perbedaan itulah tempat kekuatan gue. Sejak gue bisa berpikiran dewasa, gue mulai berpikir bahwa kekurangan kita itu adalah sebenarnya kekuatan dan kelebihan kita. Jadi walaupun gue nggak suka bola, nggak bisa main bola, nggak suka bergaul, paling tidak gue masih bisa menikmati hidup gue sebagai penulis dan menikmatinya. Dengan tidak suka nonton bola gue jadi nggak suka begadang, dengan tidak bisa bermain bola gue bisa meluangkan waktu buat main bekel, dengan tidak suka bergaul gue bisa menghabiskan waktu buat ngasi makan kucing gue, dan dengan suka menulis gue bisa menyelesaikan postingan pertama di blog ini :D
Postingan Lebih Baru Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ►  2024 (5)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ▼  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ▼  Juli (7)
      • Kaya itu tidak selalu Uang, tapi Uang selalu bisa ...
      • Arti Keberuntungan
      • Gue dan Selera Musik yang Kata Orang Parah
      • Berjuang untuk Teen! Yeah!
      • Temen, dan Pacar Temen
      • The Annoying Orange
      • Empat Perbedaan

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • Tutorial dan Cara Main Game Superstar SMTOWN
  • EXO MAMA MV: Review Saya! [PART 2]
  • Girls' Generation: "I Got A Boy" Music Video Review Saya!
  • Final Destination 5: REVIEW!
  • Superstar SMTOWN Tips & Trik: Jual Kartu yang Numpuk
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes