Malam Lebaran, Bulan Di Atas Kuburan

Halo all :) Lama tak berjumpa. Hari ini gue kembali dengan cerita seru di malam Lebaran. Hahaha... Sebenarnya ini cerita juga sedikit konyol dan bikin trauma. Karena kejadiannya seru, heboh, serem, dan bener-bener traumatic deh.

Jadi ceritanya, malam itu gue sama sepupu gue mampir ke rumah om di daerah Pagutan sana. Rencananya sih cuma sebentar doang, soalnya memang dari awal niatnya cuma mau ambil charger handycam buat lebaranan. Dan kalaupun ada keinginan untuk meminta THR, ada sih, cuma sedikit... bener-bener sedikit... jadi mungkin nggak terlalu berharap bakalan dapet (walaupun akhirnya dapet 50ribu) hahaha... Sempat makan salad dan blackforest di rumah om gue, gue pulang sekitar jam setengah sepuluh malam. Karena malam lebaran, pastinya jalanan ramenya minta ampun. Pawai takbiran dimulai agak malam karena hujan mengguyur kota dari pagi sampai selesai sholat isya. Malam itu juga sebenarnya gue ada jadwal jaga studio jam 10, cuma karena males dan malem lebaran juga, gue nggak pergi. Alhasil sepulang dari rumah om, gue langsung tidur-tiduran di rumah.

Sekitar jam 12an, gue ngantuk banget. Besok pagi memang harus bangun pagi untuk sholat ID. Kakak cewek gue malam itu sedang ada di depan komputer, lagi fesbukan. Berhubung gue nggak punya kamar di rumah ini, jadilah gue tidur di mana aja yang gue rasa nyaman. Tapi malam itu gue tidur di sofa yang persis di samping jendela besar yang nggak bisa dikunci.

"San, saya tidur dulu ya. Nanti kalau mau sholat isya bangunin saya."

"Oke."

Akhirnya gue terlelap. Sempat tertidur beberapa saat. Sebentar sekali sampai akhirnya kejadian serem itu datang.

Sayup-sayup gue denger suara teriakan dari sebelah selatan rumah gue. Rame banget. Awalnya gue pikir gue sedang mimpi. Tapi ternyata bukan. Dari atas atap sebelah rumah gue terdengar berisik seperti suara kucing. Tapi itu juga bukan kucing. Sampai akhirnya suara teriakan itu terdengar jelas di telinga gue karena kakak gue juga salah satu yang teriak.

"MALING! MALING! No leq atas taoqne! Wah bedaraq ni!"
(MALING! MALING! Dia ada di atas! Sudah dalam kondisi berdarah!"

Itu adalah teriakan tetangga gue. Sementara gue belum benar-benar terbangun. Sampai akhirnya kakak gue teriak.

"MALING! MALING!"

Karena mendengar teriakan kakak gue itulah, gue terbangun dari tidur yang cuma sebentar dan masih dalam kondisi setengah sadar.

"HAH? MALING?" kata gue. Tiba-tiba mata gue tertuju ke atap kamar mandi yang persis di sebelah jendela dimana sofa tempat tidur gue berada. Ada bayangan hitam di sana dan gue yakin itu adalah malingnya karena memang dari arah sana berisik sekali.

Gue teriak. Sambil memukul-mukul jendela karena gue takut malingnya akan turun ke gang sempit di samping jendela itu untuk masuk ke rumah gue.

"MALING! MALING!" BRAK! BRAK! BRAK! Begitu suara jendela yang gue pukul. Tiba-tiba, GDUBRAK! Ada suara orang jatuh.

Karena shock, akhirnya gue memutuskan untuk turun dari sofa dan keluar, berniat memanggil masa. Dan ketika gue sampai di depan kamar mama dalam perjalanan keluar, tiba-tiba ada salah seorang sepupu gue muncul dari dalam kamar mama.

Diam. Gue nggak ngerti apa yang sedang terjadi. Tapi sempat terpikir sesaat. Benar-benar sesaat, "Kenapa dia tiba-tiba ada di kamar mama dan keluar dari sana?" Cuma gue nggak melanjutkan pikiran itu dan beralih ke pintu depan rumah, membuka kuncinya dan teriak sekencang-kencangnya. "MALING! MALING! DIA DISINI! DIA DISINI!"

Sewaktu gue kembali ke dalam rumah, gue sudah menemukan tetesan darah di mana-mana. Yang pertama kali menarik perhatian adalah darah yang ada di ruang tamu.

"YAOQ? DARAQ SAI NE?!"
(LOH? INI DARAH SIAPA?!"

Akhirnya beberapa tetangga, sepupu, dan om masuk ke rumah gue dan ikutan nyari di dalem rumah. Sementara gue masih heboh tentang darah itu. Gue takut itu darah mama atau kakak gue yang disandera sama si maling. Tiba-tiba dari belakang kakak gue teriak.

"SAI NGEPE DARAQ?!"
(ITU DARAH SIAPA?!"

"DARAQ MALING, SAN!"
(DARAH MALING, SAN!)

Gue jalan ke ruang keluarga, di depan tivi lebih banyak darah lagi. Kakak gue heboh di belakang dan kami semua akhirnya ke belakang, tepatnya ke ruang makan. Di sana juga ada bercak darah juga. Gue yang dikawal om, sepupu dan beberapa tetangga berdiri di depan pintu kamar kakak gue. Dia langsung buka pintu dan bicara,

"Darah siapa yang tadi itu?!"

"Darah malingnya!"

"Astagfirullah, itu malingnya sembunyi di kamar sebelah ini!"

Dan dengan tiba-tiba pintu kamar sebelah kamar kakak gue terbuka dan dia keluar. Orang yang sama yang gue temui di depan kamar mama. Sepupu gue. Dialah pelakunya.

"Anteh juluq pade! Jaqku jelasan!"
(Tunggu dulu, biar saya jelaskan!"

"Yaoq! Ape malik jaq meq jelasan? Wah keruan ante wah ni maling ne."
(HALAH! Apa lagi yang mau dijelaskan? Sudah pasti kamu pelakunya!"
Akhirnya dia diseret keluar rumah dan di bawa ke lapangan badminton yang ada di samping rumah gue. Di sana warga dari beberapa rumah sudah berkumpul termasuk keluarganya sendiri. Semua keluar karena teriakan gue yang kelewat heboh tadi.

Kakak gue yang khawatir sama anaknya yang masih kecil, keluar sambil menggendong anaknya. Sementara gue sibuk menceritakan kejadian itu ke orang-orang, bagaiman kronologisnya. Akhirnya setelah menyambung cerita versi gue, versi kakak gue, versi mama, dan versi orang-orang yang sudah mengejarnya, bisa gue jelaskan bagaimana maling itu bisa masuk ke rumah dan bagaimana sebenarnya kejadian malam itu:

Sepupu gue ini punya kelainan, semacem penyakit jiwa yang membuat dia sangat suka mengintip orang lain yang sedang mandi (terutama cewek) dan juga mengintip pasangan yang sedang melakukan hubungan suami istri. Penyakit ini sudah lama dia derita, hampir seluruh keluarga besar di kampung ini tahu akan hal itu. Tapi karena mereka kasihan dan masih memikirkan bahwa dia adalah salah satu anggota keluarga, dia selalu dibiarkan. Kasus ini sebenarnya pernah terjadi di kampung Bali yang tak jauh dari kampung gue. Dia sempat hampir dibakar warga kampung Bali itu, hanya saja sekali lagi dia bisa selamat. Dan puncaknya adalah malam itu. Entah apakah dia memang berniat mencuri atau hanya sekedar mengintip, tapi dia tertangkap basah. Siapa sih yang nggak teriak maling ke orang yang malem-malem mengendap-endap di belakang rumah orang? Dan masuknya dia kerumah gue itu ternyata tidak sengaja... Rumah di samping rumah gue adalah rumah yang dilaluinya ketika dia sedang berniat kabur. Di dinding rumah tetangga gue yang menempel dengan dinding kamar mandi mama gue itu ada sebuah tangga yang tertidur. Tangga itulah yang digunakan oleh maling untuk naik ke ke atap kamar mandi mama. Dan spekulasi gue, dia sebenarnya berniat untuk terjun ke gang sempit di belakang rumah gue untuk masuk lewat jendela besar yang nggak pernah terkunci itu. Cuma karena gue tiba-tiba terbangun dan teriakin dia maling dari jendela itu, dia membatalkan niatnya. Karena shock ngeliat gue, akhirnya dia berdiri dan tiba-tiba aja atap kamar mandi itu jebol dan dia jatuh ke dalam kamar mandi mama. Cepat sekali itu terjadi, sampai akhirnya kami berpapasan di depan kamar mama. Karena gue nggak tahu kalau dia pelakunya, gue biarin gitu aja dan gue lanjut ke pintu depan untuk membuka pintu dan teriak ke luar. Sewaktu gue teriak itulah dia berniat keluar, tetapi karena melihat banyak orang sudah berkumpul di depan, dia mengurungkan niatnya. Itulah kenapa ada darah di ruang tamu karena dia sempat berjalan ke ruang tamu. Setelah itu karena dia ketakutan melihat masa, dia memutuskan untuk bersembunyi. Dia membuka pintu kamar sepupu gue dan berniat bersembunyi di sana. Tetapi karena sepupu gue tertidur disitu, dia ketakutan dan membuka pintu yang satunya dan menuju dapur. Di sanalah dia bertatap muka dengan kakak gue. Kakak gue yang nggak tahu sama sekali bahwa dia adalah pelakunya dengan heboh menyuruh dia mencari malingnya di kamar sepupu gue itu. Cuma anehnya, tiba-tiba maling itu malah berlari mendekati kakak gue dan masuk ke dalam kamar di samping kamar kakak gue. Kakak gue bingung, tapi dia berpikir mungkin dia sedang melawan maling di kamar itu. Padahal dia adalah malingnya. Sampai akhirnya semua datang dan menangkap maling itu di sana.
Walaupun tidak ada yang hilang, tapi kejadian malam itu benar-benar membuat takut. Awalnya gue berpikir kalau maling itu masih ada di dalam rumah karena dia nggak sendirian. Gue sampai nggak berani ke kamar mandi buat pipis karena takut tiba-tiba orang lain akan muncul dari belakang pintu dan membacok gue. Perasaan gue juga berbeda sekali malam itu. Bulu kuduk agak merinding dan itu jarang banget terjadi kalau gue sedang ada di dalem rumah. Biasanya kalau gue lagi ada di tempat angker gue merasakan perasaan kayak gitu. Tapi kali ini di dalam rumah... karena itulah gue yakin kalau sepupu gue yang disangka maling tadi sedang berada di bawah pengaruh gaib. Karena gue ngerasa malam itu ketakutan banget. Kayak ada makhluk lain yang sedang ngikutin gue. Kakak gue juga berpikiran sama, akhirnya malam itu kita nggak tidur sama sekali. Takut kalau-kalau ada orang lain yang akan masuk ke rumah dan itulah maling sebenarnya.

Malam lebaran itu benar-benar malam yang penuh cobaan banget buat gue dan keluarga. Selain masalah maling ini, ada masalah bodoh lain yang terjadi. Tapi kasus maling inilah yang sampai hari ini membuat semua orang, benar-benar semua orang, ketakutan. Tante-tante gue ngaku kalau sejak kejadian malam lebaran itu, mereka nggak berani ke kamar mandi sendirian. Mereka takut bakalan ditodong dan dibacok, selain juga mereka takut diintip waktu sedang pipis atau mandi. Bahkan om gue juga ngakuin kalau dia takut juga. Kalau-kalau ada orang lain yang masih ingin melakukan hal buruk yang sebenarnya.

Rumah gue termasuk rumah yang gampang dimasukin penjahat macem maling gitu. Karena ada tiga jendela besar yang setiap hari terbuka dan nggak pernah terkunci saking kita semua percaya bahwa rumah itu aman dan memang selama ini tidak pernah ada kejadian macem itu. Selain jendela-jendela itu, ada satu pintu di belakang rumah yang menuju gudang dan gang pintu itu mengarah langsung ke halaman rumah orang. Kalau memang ada maling yang berniat masuk, itulah jalan paling aman untuk kabur.

Jarang-jarang kejadian seperti ini terjadi di rumah dan pas ada gue di sana. Malam itu sebenarnya nggak ada niat buat teriak, tapi gue teriak sekenceng-kencengnya karena gue shock dan pengen bikin suasana heboh dan pengen malingnya bener-bener dilihat semua warga.

Malam lebaran tahun ini benar-benar penuh dengan hal-hal aneh... Semoga memang ini adalah penebus dosa untuk semuanya... Amin...

Share:

0 komentar