Biar Nekat Asal Selamat

*
Sudah lama nggak cerita soal apa yang terjadi di kehidupan sederhana saya yang lebay ini. Sepulangnya dari Bandung semalam (secara tidak sengaja bersamaan dengan bubaran penonton YKS di gedung Trans TV), saya pun kepikiran untuk menulis lagi. Awal mula kenapa blog ini dibuat ya karena ini. Curhat ala buku Diary.

PFFFTTTT.

Jadi ceritanya, Sabtu (15/2/2014), saya, Linda, Ajie dan Ridwan berencana buat ke Tangkuban Perahu. Rencana liburan ini sudah lama sih kita atur, karena kalo nggak gitu susah nemu jadwal pastinya buat bisa main-main bareng.

Linda walaupun sudah lulus kuliah sekarang sibuk bantu-bantu mamahnya jadi bidan. Ajie kerja di Jakarta walaupun setiap weekend pulang sih ke Bandung tapi ada kalanya yang weekend juga harus kerja. Sementara Ridwan, mahasiswa baru masuk semester 2 bulan depan yang selalu disibukkan dengan berbagai kegiatan belajar, belakangan ini jadi pengajar juga.

Sejak kapan sih kita jadi suka jalan berempat? Hmmm... Let me think. Semuanya sih sebenarnya berawal dari kebosanan gue yang setiap weekend selalu di kosan. Beberapa kali memang gue main ke Bandung dan seringkali event-nya selalu ketika Anonymous perform.

Gue lebih dulu kenal sama Ajie dan Ridwan (dan teman-teman Anonymous-nya) sebelum akhirnya gue menjebak Linda dan menceburkannya ke jurang kenistaan yang sama. Pertemuan pertama Linda dengan Ajie dan Ridwan gue inget banget, 5 Oktober 2013. Di mana kita niat buat nonton SOS di Gasibu malah yang ketemu Agung Hercules sama Zaskia Gotik.
*

Well, dari situ kita mulai suka jalan-jalan bareng di Bandung. Awalnya sih karena emang gue adalah pelancong yang lancang. Ibarat kata Jelangkung yang banyak tingkah. Datang ke sana dijemput, pulang pun diantar (Linda).

Karena Ajie dan Ridwan pun sepertinya senang diajak jalan, kamipun akhirnya sering pergi sama-sama.

Nggak sering sih Ron. Baru beberapa kali.

Kita berempat sebenarnya jarang ketemu. Tapi ya sok-sok akrab aja. Gue dulu ketemu Linda dan kenal pertama kali pas konser Super Show 4 di Jakarta. Perjuangan ngantri tiket bareng sampe yang nginep di lokasi. Sementara kalo Ajie dan Ridwan, ya ketemunya dari event KPop di Gandaria City, Maret 2013.

Obrolan kita paling banyak terjadi di LINE. Makanya gue bilang kita ini orangnya sok akrab. Jarang ketemu tapi udah berasa deket gitu. Ya... sih, dalam pergaulan kadang-kadang sok akrab itu dibutuhkan. Anggap saja resep buat mencairkan suasana, begitu.

Tangkuban Perahu adalah rencana kedua kita setelah Kawah Putih tahun lalu. Karena memang lokasinya lumayan jauh yah jadi harus direncanakan sedemikian rupa sehingga.

Tapi sayangnya, nggak sampe 10 jam sebelum keberangkatan, rencana ke Tangkuban Perahu batal. Linda yang adalah seorang bidan (bidadari antahberantah--bye--maksa), kedatangan pasien yang akan melahirkan di malam sebelum keberangkatan kita ke TP. Alhasil, dia harus begadang bantu-bantu melahirkan. Alhamdulillah selamat sentausa katanya.

Di hari yang sama, peristiwa abu Gunung Kelud yang sampai Bandung juga bikin resah. Walaupun katanya nggak parah-parah banget, tapi bagaimana bisa liburan di tengah hujan abu? Walaupun gue juga nggak yakin sih apakah itu hujan abunya sampe Tangkuban Perahu atau nggak.

Well tapi akhirnya Sabtu itu batal pergi. Yah.... saya pun uring-uringan di kamar. Weekend terancam garing seperti kacang garuda. Saya nggak rela rencana saya batal. Maka dari itu sayapun memaksimalkan weekend dengan tidur. Daripada kecewa dan terus bangun saya bisa mati karena emosi.

Minggu datang. Saya pikir, "Kenapa tidak pergi saja hari Minggu ini dan jalankan rencana yang sebelumnya?"

Jadi selain ke TP, kita berencana City Tour gitu. Maklum, Jakarta nggak punya Taman Jomblo tapi adanya Taman Lawang. Nggak mungkin saya ajak Linda kesana kecuali kepepet (apa). Karena kita berdua (sebenarnya berempat sih sama Ajie sama Ridwan tapi gatau mereka mungkin dalam waktu dekat akan berkasih entahlah) jomblo, Taman Jomblo seakan jadi tujuan wajib kita.

Plus, hari Minggu itu Ajie juga perform di salah satu Mall di Bandung namanya Metro Indah Mal. Dimanakah gerangan Mall itu saya tidak tahu.

Saya mencoba menghubungi Linda malamnya tapi dia nggak bales sama sekali. Belakangan saya tahu kalo dia pingsan karena menenggak CTM sekilo. Maklum lagi demam dan flu katanya.

Tapi walaupun dia tidak balas, saya berusaha berpikir positif. Seperti kata Bang Haji Rhoma Irama, banyak jalan menuju Roma, Mirasantika no way! Mungkin ada baiknya saya nekat dan mengambil keputusan sepihak dulu sebelum menembak Linda.

Oke. Sayapun nekat. Tanpa pikir panjang, tanpa pikir macam-macam, saya berangkat ke travel pagi-pagi buta dan berhasil dapat tiket ke Surapati jam 6:30 pagi.

Di tengah perjalanan, Linda kirim LINE dan bilang, "KAK DEMI APA LO KE BANDUNG YA AMPUN MOTOR DIPAKE BOKAP DAN GUE SAKIT KAK,"

Yah, saya pun pasrah. Apa yang bisa saya lakukan tanpa Linda dan motornya?

Saya sok kalem, melanjutkan tidur di dalam bus. Sebelumnya saya kirim LINE ke Linda, "Gue ntar telpon Ridwan aja Lin. Siapa tahu dia bisa. Tapi gue nggak ada pulsa. Ntar pas turun gue beli,"

Linda hari itu benar-benar bagaikan bidadari. Dia mengisikan saya pulsa sepuluh ribu hahahahaha dan sesampainya di Giant Pasteur, tempat mangkal saya kalo nungguin Linda jemput, saya telpon Ridwan.

"Yah, kak aku mau ke Taman Mini jam satu ada kondangan,"

Baiklah. Saya resmi gelandangan di Kota Kembang.

Saya berusaha tidak panik walaupun saya orangnya panikan. Saya bukan tipe orang yang bisa jalan sendirian. Bukan tipe orang yang suka ngebolang sendiri di negeri orang. Saya orangnya penakut. Bukan takut jalan sendiri tapi takut dianggap aneh sama orang banyak.

Otak saya memang suka lebay.

Saya biasanya kalo jalan sama Dito. Saya bagian pengambil keputusan, dia bagian heboh dan nanya-nanya sama orang. Kelemahan saya adalah bertanya arah. Mungkin karena sebelumnya saya pernah dikecewakan oleh orang-orang yang saya tanya di jalan dengan jawaban yang tidak pasti. Makanya saya jadi males buat nanya-nanya sama orang yang tidak dikenal.

Tidak semua orang Indonesia itu ramah. Walaupun katanya kita ini negeri ramah tamah. Mungkin kebetulan hari itu saya lagi nanya sama mas-mas yang lagi PMS. Saya juga nggak tahu kenapa di PMS padahal dia mas-mas.

Ditambah lagi, nggak semua orang yang ada di lokasi itu tahu betul jalan dan detail soal lokasi itu. Karena bisa saja dia juga kesasar, sama seperti yang nanya.

Tapi kemudian saya duduk di kursi satpam di Giant Pasteur sebentar. Orang-orang disekitar saya lalu lalang pakai baju olahraga. Saya pikir mereka Crayon Pop tapi mereka berjilbab nggak mungkin Crayon Pop karena Crayon Pop kan pake helm.

Saya mencoba berpikir. Kalau nggak nekat sekarang, kapan berani nekat. Gimana mau jadi stalker di Korea kalo di Bandung aja nggak berani nekat. Mending masih di Bandung orang ngerti Bahasa Indonesia. Kalo di Korea?

Sok menguatkan diri padahal tetep panik. Akhirnya saya positif melanjutkan perjalanan saya hari itu. Tidak ke Taman Jomblo, tapi ke Metro Indah Mall. Ya niatnya memang buat nonton Ajie perform kan hari itu. Duh niat banget saya nonton idola saya. Ya mumpung dia belom masuk SM (eh dia audisi Jumat loh) dan masih bisa digrepe, kita grepe saja bersama-sama dan berkali-kali.

Saya menenangkan pikiran dengan sarapan bubur ayam sambil mengirimkan tweet ke beberapa orang untuk minta pertolongan. Bersamaan dengan itu saya juga kirim LINE ke beberapa orang Bandung yang saya kenal, siapa tahu mau diajak main-main dan ngalay nonton cover dance.



Alhamdulillah seseorang bernama Maria (bukan nama sebenarnya) (kalo dia baca dia pasti tahu ini lagi ngomongin dia) membantu saya. Kebetulan dia mau pergi bantuin temennya pindahan kosan dan sedang nunggu angkot di depan gang kosan.

"Lo bareng gue aja kak nanti gue tunjukkin jalan,"

Oke. Akhirnya saya ikutin petunjuk dia naik angkot ke tempat dia dan ketemuan di depan gang kosan dia. Sempat curhat sedikit soal kenekatan hari ini sambil dia menjelaskan saya harus naik angkot yang mana turun di mana naik TMB yang mana turun di mana dan naik angkot lagi sampai akhirnya sampai di Metro Indah Mall.

Ya. Beruntung saya sering bolak-balik Bandung malam hari dan beberapa lokasi di jalan yang saya lalui hari itu sudah saya hapal. Mungkin ini yang namanya berkah tiada tara dari Tuhan. Ingatan saya yang walaupun sudah lama tidak belajar di kelas dan sedikit pikun, tetap berguna, paling tidak ketika saya kesasar.

Maria mengantar saya sampai ke Gunung Batu dan saya harus naik lagi angkot menuju shelter Trans Metro Bandung. Ini pertama kalinya saya naik itu walaupun sih nggak istimewa banget karena sama aja kayak busway.

Ribetnya karena harus oper-oper angkutan, saya memang suka malas kalo bepergian dengan cara seperti itu. Tapi karena kali ini saya tidak ada tebengan dan tidak boleh manja, namanya juga bolang kan masa manja, saya pun bela-belain oper sana oper sini.



Tidak terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Metro Indah Mall. Satu setengah jam? Entahlah saya juga tidak terlalu ingat. Yang saya ingat hanya satu hal: saya belum punya rencana pulang mau bagaimana.

Salah satu teman yang berhasil saya hubungi di LINE namanya Nadya. Kebetulan kita kenal udah lama dan sering ngobrol di Twitter cuma nggak pernah ketemu dan ngobrol langsung. Hari itu dia mau di ajak ngalay dan ya, karena dia bawa motor, mungkin saya bisa nebeng sama dia.

Satu rencana buat pulang paling tidak sudah ada lah ya.....

Sesampainya di Metro Indah Mall, saya mangkal di KFC yang lagi ramai-ramainya karena ada yang ulang tahun. Namanya Dio. Saya pun salah fokus. Kemudian saya nyanyi 'Growl' sambil memerhatikan Chaky yang sedang joget-joget di depan anak-anak berusia 1-5 tahun. Kasihan Chaky. Dia kan ayam, bukan biduan. Kenapa dia harus joget.



Lama menunggu kedatangan Nadya, tiba-tiba Ridwan nge-LINE lagi, "Kak aku gak jadi ke Jakarta. Main yuk!"

Dia pikir saya Bobo, teman bermain (dan belajar).....?!

TAPI YA ALLAH ALHAMDULILLAH!

Tidak pernah saya merasa sebahagia itu berada di negeri orang. "RIDWAN YA AMPUN ALLAHU AKBAR!! BURUAN KE MIM RIDWAN SAYA TUNGGU JANGAN LUPA BAWA HELM DUA SAYA NEBENG PULANG KE PASTEUR,"

Tidak usah basa-basi. Tujuan saya mengajak Ridwan jalan hari itu sebelum dia bilang mau ke Jakarta ya emang buat nebeng. Selain bersenang-senang tentunya.

Semua pun jadi lebih cemerlang. Rencana yang sebelumnya kosong, tidak ada apa-apa sama sekali, langsung cerah ceria. Saya sampai di Mall dengan selamat, dan akan pulang bersama Ridwan dengan (Insya Allah) selamat. Ya.... Nikmat Tuhan yang mana lagi yang mau didustakan?

Ridwan, Nadya dan temannya satu lagi yang juga namanya Nadya pun jadi teman ngalay Minggu (16/2/2014). Kita sama-sama nungguin penampilan Ajie. Dan ini sudah yang kesekian kalinya saya datang ke Bandung buat nonton Ajie. Saya senang sekali.

Bagaimana mengibaratkannya ya.... Saya juga tidak tahu. Tapi setiap kali saya datang dan melihat orang yang saya kagumi tampil di panggung, saya merasa lelah di kepala dan di badan hilang. Walaupun saya tetep tidur dulu sih sebelum dia tampil. Tidur sambil duduk di antara penonton. Hahahaha

Cuma ya itu... puas.

Begitulah ketika saya mengejar S4 kemanapun mereka tampil beberapa bulan yang lalu-lalu. Walaupun sebenarnya saya nggak tahu tujuan saya apa dengan melakukan pekerjaan yang saya rasa sih nggak berguna-guna banget, tapi hati saya puas.

Tipikal fans.
*
Sepanjang hari itu saya banyak merenung. Saya seperti sedang bersama Pak Mario Teguh. Saya jadi bijak sekali hari itu.

Ketika saya memutuskan nekat untuk berangkat tanpa kepastian bakalan dijemput sama siapa dan kenyataan tidak ada yang menjemput, saya dibantu oleh Maria yang bahkan sama sekali tidak pernah saya ajak ngobrol banyak sebelumnya. Itu pertemuan ketiga kita dan selalu sesingkat itu.

Dulu kita pertama ketemu di Bandung juga pas acara S4 di Festival Citylink. Cuma kita nggak sempat ngobrol banyak tapi sempat foto.

Setelah itu, saya lupa bahwa saya masih harus pulang ke Jakarta dari Mall. Tapi saya memutuskan untuk mikir, "Yang nanti dipikirin nanti aja," jadi saya tidak khawatir. Sampai akhirnya Ridwan pun bisa datang dan saya bisa pulang dengan tenang.

Pelajaran yang saya dapatkan hari ini adalah bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan selalu ada resikonya. Tapi jika kita terlalu takut dengan resiko itu, kita seolah jadi lupa bahwa ada banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan ketika berhadapan dengan si resiko itu.

Saya datang dengan resiko bahwa saya akan jadi 'gelandangan'. Tapi saya belajar untuk tahu jalan sendiri dari petunjuk orang baik seperti Maria.

Saya datang dengan resiko bahwa saya mungkin akan terlambat pulang. Tapi saya belajar untuk--apa namanya--tidak terlalu berpikir negatif dan jalani saja apa adanya dulu, yang nanti ya dipikirin nanti, sampai akhirnya Ridwan datang dan bisa nebeng.

Pelajaran lainnya sih sebenarnya lebih ke bagaimana membina hubungan dan koneksi dengan orang banyak. Saya orangnya kuper banget. Pendiem banget kalo misalnya ada di tengah-tengah orang baru. Kecuali kita punya passion yang sama.

Dan hari ini, sekali lagi, karena KPop, hubungan kita jadi nyambung. Nggak cuma KPop aja sih sebenarnya. Apapun bisa. Tapi karena saya suka KPop dan banyak kenal sama orang yang juga suka KPop, itu memberikan kemudahan bagi saya.

Saya kenal Maria karena dia fans Donghae dan saya juga. Kita jadi sering drama-drama lebay di Twitter, dia Maria saya Fernando.

Saya kenal Nadya lewat B1A4, waktu BABA di Jakarta, saya banyak foto B1A4 dan Nadya secara khusus minta ijin share foto jepretan saya di fanbase.

Saya kenal Ridwan karena dia cover dancer EXO. Ya, yang ini sudah tidak perlu lagi dijelaskan karena sudah terlalu banyak cerita tentang itu.

Pelajaran lain yang saya dapatkan hari ini adalah belajar nekat. Kalo bukan sekarang, kapan lagi?

Selagi masih muda, resiko masih bisa dihadapi dengan lapang dada. Kalau sudah tua, semakin sulit kita mikir jalan keluar karena sudah banyak tanggungan. Anak, Istri (aminkan saja yang ini).

Selagi masih muda, mari bersenang-senang. Asal jangan lupa tetap ibadah. Tanpa nikmat Tuhan, apalah arti senang-senang guys....

***

Oh iya ini hasil dari ngalay kemaren. Fancam. HAHAHAHAHA Tapi sori, ini audio-nya diedit karena kalo nggak diedit pasti jelek deh. Selain karena hari itu soundsystem-nya emang agak ajaib, suara teriakan saya juga ajaib. Jadi yah.....


Share:

4 komentar

  1. "Pelajaran yang saya dapatkan hari ini adalah bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan selalu ada resikonya. Tapi jika kita terlalu takut dengan resiko itu, kita seolah jadi lupa bahwa ada banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan ketika berhadapan dengan si resiko itu."

    Walaupun pakek kata 'Saya' tapi tetep enak dibaca ya?... -Penulis Senior beda sama yg baru belajar- haha (tunjuk diri sendiri)...

    Terharu - pengen ketawa -terharulagi...

    "Fabiayyialaa 'irabbikumaa tukadzibaan" surat favorit kag... Ar-Rahman.. :)

    BalasHapus
  2. Ngakak sejadi-jadinya

    BalasHapus
  3. Oke kak ..bisa jadi pelajaran buat saya ngebolang sendiri ke bekasi huweeee.. ngga ada yg mau nemenin kesono sih

    BalasHapus