• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron
*
Ada perbedaan yang terpampang nyata (?) antara 'berpikir positif' dengan 'berharap'. Gue sendiri kadang-kadang juga susah membedakannya. Salah satu permasalahan terbesar dalam hidup gue selain cucian celana dalam enggak kering karena Jakarta selalu hujan belakangan ini adalah mindset yang selalu mengarah ke hal-hal negatif.

Gue jadi inget pas gue masih kerja di penerbit buku di awal tahun 2013 kemaren. Di sana gue dipertemukan dengan salah satu motivator yang keren banget yang selalu mengingatkan gue untuk berpikir positif dalam kondisi apapun. Dan yang paling penting dari semua itu adalah memandang positif diri sendiri.

Katanya, "Ketika kita sudah memandang diri kita sebagai sosok yang positif, maka akan mudah untuk kita memandang dunia secara positif juga,"

Kadang-kadang kan dunia enggak selalu memandang kita sebagai sosok yang positif. Walaupun sebenarnya kalimat pertama gue di paragraf ini adalah salah satu contoh yang negatif karena mengarah pada prasangka buruk terhadap bagaimana dunia memandang diri kita.

Bingung? Iya gue juga sama.
*
D.O tahu betul soal konsep perputaran bumi termasuk perubahan yang terjadi setiap harinya. Dia sadar bahwa semua hal yang ada di sekitarnya akan berubah. Cepat atau lambat.

Ya. Begitulah dunia. Sekeras apapun kita berusaha untuk mempertahankan sesuatu yang kita pikir sudah jadi milik kita, terkadang tanpa kita sadar selalu ada celah yang tidak terlihat dan dia bisa pergi begitu saja.

Dunia tidak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan. Dunia tidak berjalan seperti apa yang D.O inginkan. Sekeras apapun dia berusaha untuk mempertahankan 11 forces agar selalu bersama-sama, dia tidak bisa. Semua sudah terlambat sekarang.

Yang pergi, tidak selalu bisa kembali. Meski selalu bisa dikenang walaupun meninggalkan sakit hati.
*

Berasa banget ada perbedaan perasaan ketika teaser Kai dirilis dengan teaser Lay ini. Pas Kai excited-nya kayak maksimal banget. Ya mungkin bukan cuma gue tapi semua orang karena memang kan ini udah ditunggu-tunggu sejak Desember 2014. Walaupun kualitas videonya 3gp banget dan cerita yang ditampilkan juga bikin kita ngeraba-raba, tapi peduli setan. Yang penting heboh dulu.

Fans KPop kan gitu. Apa-apa yang penting heboh dulu. Di timeline lewat foto si T heboh. Lewat foto si B heboh. Pas lewat berita si T sama si B pacaran, beuh, hebohnya sampai ke antariksa. Heboh marah-marah dan ngebash.

Tapi nggak apa-apa. Itu kan ekspresi pribadi ya. Bebas aja. Gue juga selalu kayak gitu kok. Sedikit-sedikit heboh. Apa-apa heboh. Tapi biasanya gue hebohnya liat-liat dulu kalo orang lain udah heboh karena topik X gue biasanya nggak mau ikutan heboh. Gue cari topik lain supaya topik hebohnya bisa lebih beragam.

Ketika teaser member lain menyusul dirilis, gue pribadi kemudian dipenuhi dengan ekspektasi-ekspektasi yang sebenarnya sia-sia. Gue mengharapkan akan terjadi seperti ini, akan terjadi seperti itu. Gue berharap ada hal yang lebih dan lebih lagi di setiap teaser. Ibarat kata teaser ini gunung yang bisa di daki, teaser Kai itu adalah bagian kakinya. Jadi semakin ke atas semakin terjal dan semakin seru.

Tapi itulah hidup. Ekspektasi sama realita memang tidak selalu sejalan. Kadang kita pengen punya pacar, tapi nyatanya orang yang pengen kita pacarin udah pacaran sama yang lain. Kadang kita suka sama orang yang sudah lama jadi temen kita, tapi dia malah suka sama yang lain.

Ekspektasi gue yang besar di teaser-teaser EXO ini menurut gue cukup beralasan. YA KAPAN LAGI GITU SM NGELUARIN VIDEO YANG BREATHTAKING KALO ENGGAK TEASER?! MV-NYA AJA BISA CUMA DI KOTAK INDOMI KAN BETEK. Hanya lewat teaser pendek kayak gini biasanya SM menyuguhkan sesuatu yang berbeda dan keren.

Puncak ekspektasi gue itu pas di teaser Tao sama Sehun. Menurut gue dua teaser ini yang paling keren dari semuanya kan ya. Terus gue berharap yang sesudah-sudahnya juga bisa lebih nendang gitu. Yah tapi kenyataannya malah menurun. Gak terus-terusan menurun sih. Ala-ala EXID lah. Up and Down. Ada yang bagus banget (Sehun) ada yang biasa aja, turun ke Suho, terus naik dikit ke Baekhyun dan turun lagi di Lay.

Yah....
*
Apa yang pertama kali terpikir di kepala lo kalo denger nama Baekhyun?

Kalau misalnya gue ditanya begitu, jawabannya mungkin bisa berubah-ubah. Tergantung mood aja sebenarnya. Kalau lagi seneng, mungkin jawabannya bisa bagus. Kalau lagi galau mungkin jawabannya bisa nggak jelas. Kalau lagi taubat mungkin malah gue akan ngajak lo pada ke majelis taklim.

Tapi kalau sekarang, jawabannya ada dua:

*
Pernah nggak lo merasa hidup lo nggak seimbang?

Mungkin selama ini lo terlalu banyak main-main dan terlalu sedikit belajar. Terlalu sering mikir negatif ketimbang positif. Terlalu sering berandai-andai dan 'coba kalo' 'coba kalo' daripada bergerak dan melakukan apa yang bisa dilakukan. Terlalu sering mengeluh ketimbang tertawa dan tersenyum.

Terlalu banyak menghabiskan waktu membaca hal-hal yang nggak penting seperti blog fanboy kuper yang beraninya ngejek-ngejek grup KPop yang dua suka ketimbang ngebaca buku yang membuka wawasan lo tentang dunia.

Atau mungkin terlalu banyak menghabiskan uang untuk hal-hal yang nggak penting sementara cuek sama hal-hal penting yang membutuhkan uang. Terlalu cuek dengan keluarga tetapi perhatian banget sama orang yang bukan keluarga yang secara random lo temui di jalan dan kemudian jadi deket sama lo karena lo anggap nyambung.

Mungkin selama ini lo ngerasa terlalu sering begadang untuk sesuatu yang tidak banyak menghasilkan hal positif di dalam hidup lo daripada bangun lebih pagi dan berolahraga. Mungkin juga selama ini lo terlalu banyak memberi, memberi dan memberi tapi merasa menerima kembali dalam jumlah yang sangat sedikit.

Mungkin juga selama ini lo terlalu banyak memberi cinta tapi sedikit menerima cinta. Atau mungkin... selama ini lo terlalu sibuk sama dunia, sampai-sampai lo lupa sama akhirat.

Hmmm...

*
"Leaders grow; they are not made." - Peter F. Drucker
"A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way." - John C. Maxwell
"Leaders are the ones who keep faith with the past, keep step with the present, and keep the promise to posterity." - Harold J. Seymour

Tiga quote ini jadi clue di Twitter @pathcodeexo pas sore-sore teaser Suho dirilis. Setiap kata LEADER di tweet-nya sih dikosongin. Terus kita disuruh nebak untuk membuka foto-foto di situs resmi kayak biasa. Kalau yang sebelum-sebelumnya kan clue-nya ada di video (katanya), yang kali ini akun Twitter itu berguna sebagaimana mestinya.

Waktu tiga tweet itu muncul, gue baca terus berulang-ulang. Maksudnya apa. Sampai akhirnya gue perhatiin bagian kosong itu baik-baik dan ngeliat muka Suho di video background terus langsung kepikiran: "LEADER". Pas gue ketik dan enter, eh berhasil.

Gue langsung berlinang air mata diawali dengan menjerit keren di kantor. Untung tidak ada yang memperhatikan. Setelah teaser Jongin, ini adalah kedua kalinya gue menebak dengan benar dipercobaan pertama. Yang sebelum-sebelumnya gue malas mikir soalnya.

Iya sih sebenarnya ini juga nggak terlalu susah. Gue terlalu jauh berpikir soal orang yang membuat quote itu ketimbang objek yang sedang jadi fokusnya.

Dia adalah Kim Junmyeon. Suho. Leader. Si Beser karena suka ngeluarin air.

Gue pada awalnya kayak selewat aja sih pas paca lagi quote-nya dengan lengkap setelah ditambahkan kata leader. Tapi pas dipahami baik-baik, ternyata dalam juga ya. Ngena gitu sama kejadian-kejadian masa lalu yang seharusnya memang nggak usah diingat-ingat lagi itu. (walaupun terus akan gue bahas hahahaah)

"Leaders grow; they are not made." - Peter F. Drucker

*
Di keseharian lo, walaupun lo bukan orang yang bisa melihat hantu atau bukan orang yang lahir dengan kemampuan supranatural semacem itu, pasti ada momen di mana lo ngerasa bahwa di tempat lo berada sekarang lo nggak sendiri. Ada yang menemani lo. Walaupun dia bukan orang.

Gue hidup di keluarga yang bisa dikatakan 'sensitif' terhadap hal-hal yang kayak gini. Bukan berarti semuanya bisa ngeliat setan, tapi kadang-kadang ada aja di antara anggota keluarga gue yang pernah mengalami hal-hal seperti itu atau yang berhubungan dengan apa yang disebut orang makhluk astral.

Kakak gue yang cowok misalnya. Dia bisa dibilang sangat sensitif sama hal-hal kayak gini sejak dia SMP dulu. Berkali-kali dia pulang malam dan membawa cerita horor yang ditemuinya di jalan. Mulai dari kakek-kakek tua putih mengkilat yang loncat-loncat di jembatan gantung tua yang dia lewatin tengah malam, sampai kuku-kuku panjang yang mencuat dari balik dinding reruntuhan kosong yang ada di deket rumah gue.

Gue walaupun takut, tapi senang mendengarkan cerita seperti itu. Tapi ketika gue mengalaminya sendiri, NO THANKS GAK USAH LAGI-LAGI DEH.

*
Waktu SMA dulu, guru Agama gue bilang kalau misalnya masa muda itu harus diisi dengan banyak kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Karena masa muda itu nggak bisa dibeli dan nggak bisa terulang. Tapi beliau tidak menjelaskan sebenarnya range umur untuk menikmati masa muda itu dari berapa sampai berapa.

Gue menyimpulkan: menikmati masa muda itu tidak terbatas usia.

Kesimpulan itu sebenarnya muncul juga baru-baru ini. Ketika SMA dulu, di kampung, di sebuah kota kecil di pulau kecil di Indonesia Tengah, ketika internet dan teknologi belum secanggih sekarang, gue hanyalah sebutir kerikil yang terkungkung di dalam dunia novel teenlit dan VCD Harry Potter.

Ketika yang lain nge-band, gue nonton film India. Ketika yang lain nongkrong-nongkrong gaul dengan motor keren mereka yang dimodifikasi sedemikian rupa, gue memilih ngetik cerita pendek dan mengkhayal.

Ya... cara orang menikmati masa muda pun berbeda-beda kan ya. Tapi sekarang gue sedikit menyesalinya nih. Apalagi kalau ngeliat anak-anak muda jaman sekarang yang ngeri banget dikit-dikit cover dance, dikit-dikit ke Korea. Duh. Iri jaman gue nggak ada cover-coveran. Adanya cover buku tulis bergambar Diana Pungky.
*
Pernah nggak sih lo ngerasa sendiri? Maksud gue, berada dalam kondisi yang benar-benar terasa seperti: walaupun elo berada di keramaian, tapi lo tetap aja kesepian? Kadang-kadang gue merasakan hal seperti itu. Belakangan ini, malah bisa dibilang sering.

Beberapa orang yang gue tanya bilang kalau ini adalah efek nggak punya pacar. Tapi, masa sih?

Waktu SMA dulu, gue selalu merasa pelajaran Sejarah dan Matematika adalah yang paling sulit. Gue sama sekali enggak pernah suka pelajaran Sejarah karena (1) materinya kebanyakan, (2) membosankan, (3) harus dihapal nggak bisa dikarang seperti lo ngarang fanfiction atau cerita demi cerita teaser EXO dan gue adalah orang yang paling nggak bisa menghapal materi pelajaran.

Suruh gue hapalin apa yang terjadi sepanjang hari ini dan tulis itu semua maka gue akan tulis, suruh gue hapalin bagaimana wajah orang yang baru gue ajak ngobrol di busway hari ini maka gue akan jabarin. Tapi kalo hapalin materi Sejarah, yah, bunuh saja Tao di rawa-rawa.
*
Gue cukup menikmati setiap jam yang berlalu di hari Kamis kemarin. Mungkin alasan terbesarnya karena gue bisa curi-curi nulis blog di jam kantor. Hehe. Jangan khawatir, pekerjaan gue selesai sesuai target kok sebelum akhirnya gue menghabiskan sekitar empat jam ngetak-ngetik ngarang bebas soal teaser Kai.

Setelah beberapa jam berlalu sejak posting-an pertama naik ke blog, secara mendadak--lagi-lagi di saat gue tidak siap dengan apapun--teaser berikutnya dirilis. Mengejutkannya lagi, yang dirilis adalah Dia-Yang-Namanya-Kalo-Gue-Sebut-Kadang-Gue-Sendiri-Suka-Kesel-Soalnya-Pasti-Keinget-Dia-Lari-Lari-Di-Namsan-Tower-Sambil-Teriak-Teriak-Genit.

KZL.
*
Gue tidak sedang dalam kondisi siap mental lahir batin ketika menerima kabar bahwa teaser comeback EXO terbaru sudah dirilis. Iya. Siapa sih sekarang yang tahan mental lahir batin menerima kabar apapun dari EXO setelah lawsuit-lawsuit bertebaran di planet ini.

Belakangan ini gue kalo baca timeline Twitter suka takut. Suka deg-degan kalo tiba-tiba keluar kabar siapa keluar atau siapa lawsuit. Suka ngeri kalo tiba-tiba siapa terbang ke Tiongkok terus enggak balik lagi ke Korea bersama badannya tapi yang balik cuma surat lawsuit-nya. Ngeri aja.

Gue sekarang punya hati yang lemah sekali. Ibaratnya sudah dalam kondisi yang sama sekali tidak percaya pada apapun yang terjadi di dunia. Gue tidak percaya lagi akan guna matahari yang dulu mampu terangi sudut gelap hati ini.

Pft.
*
Sejak Kris mutusin buat ninggalin EXO, ada banyak banget hal yang berubah. Nggak cuma dari dalam EXO-nya saja, tapi juga dari cara gue melihat kedua belah pihak. Perubahan yang sangat besar terjadi pada bagaimana gue ngeliat EXO sebagai sebuah grup, dan bagaimana gue ngeliat Kris sebagai individu.

Hal yang sama juga terjadi ketika Luhan akhirnya menyusul Kris ke dunia fana. Yah... grup ini tidak lagi jadi grup yang sama seperti dulu.

Gue ketemu sama beberapa orang yang suka banget EXO sejak awal, setelah beberapa kejadian menyakitkan di 2014 kesukaan itu berkurang. Bahkan, salah satu fans Kris dengan sangat menggebu-gebu bercerita ke gue dia tidak lagi menyukai EXO dan ikut pergi bersama Kris ke dunia fana.

Dalam hidup, akan selalu ada kenyataan yang menyedihkan dan tidak bisa dihindari. Seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Enggak bisa bohong. Kalo lo ngikutin grup ini dari zaman teaser keluar, lo nggak akan bisa semudah itu membenci salah satu dari mereka. Well, walaupun di beberapa kondisi lo mungkin akan eneg kalo ada orang di timeline lo kebanyakan membicarakan Kris, terlebih ketika lo sedang dalam fase 'tidak suka' ke dia.

Ketika Kris keluar dari EXO, gue sendiri pernah bilang kalau akan ada masa-masa di mana gue akan kesel sampai taraf yang tidak terkira ke Kris. Tapi nanti, setelah itu, akan ada masa juga dimana gue akan kangen sama kebersamaan mereka.

Kebersamaan yang, yah entah kenapa, dengan penuh maaf, terlihat seperti diatur-atur sih sebenernya. Kebersamaan yang sepertinya diliputi oleh kebohongan yang tak benar-benar tampak di antara satu sama lain, namun tersirat. Kebohongan yang kalau misalnya terkuak, atau tercium oleh orang-orang yang salah bisa menghancurkan segalanya.

Yak. Demikianlah. Gue berhasil memulai postingan kali ini dengan sedikit curhat dan drama. Tapi emang, EXO sekarang jadi penuh drama sejak lawsuit demi lawsuit ditujukan ke manajemen. Kalo ada penghargaan dengan kategori 'Idola K-Pop Terdrama 2014', EXO mungkin masuk nominasinya.

Well, tapi apalah artinya hidup tanpa 'sedikit' drama?
*
Gadis itu menatap cincin yang sudah satu jam terakhir ada di tangannya hari ini. Bukan terpasang di jarinya, tapi diantara telunjuk dan ibu jarinya. Bingung. Apa yang harus dia lakukan pada cincin itu? Dia juga tidak tahu. Rasanya beberapa hari ini dia tidak enak makan. Tidak enak tidur. Penyebabnya adalah cincin itu. Atau... orang yang memberikan cincin itu lebih tepatnya. Apa rasanya mencintai tetapi tidak pernah bahagia bahkan sedikitpun? Oh tidak. Dia pernah bahagia. Dulu sekali (sebelum sebuah jarak akhirnya menghalangi mereka). Sampai-sampai dia lupa bagaimana rasanya. Banyak sekali keraguan yang menghantui pikirannya belakangan ini dan sepertinya semua itu juga berasal dari benda yang sama: cincin yang ditatapnya itu. Sebuah simbol komitmen yang sebenarnya telah lama pupus. Sudah lama tidak berarti lagi. Dan hari ini gadis itu sudah memutuskan untuk menghentikan semua omong kosong dan kebodohan ini. Sudah saatnya untuk berkata pada laki-laki itu bahwa dia sudah tidak ingin lagi menjalani apapun dengannya. Tapi... apakah dia akan sanggup? Laki-laki itu sudah seperti satu-satunya orang yang mengisi ruang hatinya selama beberapa tahun belakangan ini. Laki-laki itu sudah seperti sumber mata air yang bisa menyegarkan setiap kali dia merasa gerah dan kehausan. Laki-laki itu sudah seperti acara komedi di televisi yang selalu membuatnya tertawa (walaupun tidak bisa dipungkiri juga pada saat yang sama laki-laki itu juga selalu membuatnya menangis diam-diam beberapa waktu terakhir ini). Tapi ya... laki-laki itu adalah satu-satunya laki-laki yang dicintainya. Bagaimana mungkin dia akan meminta putus? Sanggupkah? Hanya saja rasa sakit ini sudah tidak bisa ditahan lagi... Bodoh rasanya jika terus dipertahankan.

Sudah waktunya untuk memutuskan. Pikirnya.

Gadis itu memasang kembali cincin itu ke jari manis sebelah kirinya. Semuanya masih bisa berubah. Dia berpikir begitu. Sebelum dia mengucapkan kata-kata perpisahan itu langsung dari mulutnya di depan laki-laki itu (yang kemungkinan sepuluh atau lima belas menit lagi akan ditemuinya) semuanya bisa saja berubah. Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sebuah tempat makan yang sepertinya sudah menjadi tempat yang wajib didatanginya dengan laki-laki itu. Tempat itu terlalu banyak kenangan. Dan sekarang apakah dia harus menuliskan catatan lain yang jujur saja menyakitkan di tempat yang menjadi favoritnya sepanjang masa? Apakah dia bisa melakukan itu?

Dalam otaknya sekarang dia sudah bisa membayangkan bagaimana suasana ketika dia membuka pintu dan melihat laki-laki itu duduk di sebuah meja menunggunya. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu sejak laki-laki itu memutuskan pergi dulu? Dua tahun? Tiga tahun? Entahlah... Menghitung semua waktu yang berlalu sama saja mengurai satu per satu rasa sakit itu lagi. Tapi, dalam pikirannya, laki-laki itu menyambutnya, tersenyum rikuh dan menyambutnya dengan segelas kopi hangat favorit mereka berdua.

Gadis dan laki-laki itu kini duduk berhadapan. Hening sepersekian detik sebelum akhirnya laki-laki itu bertanya "Apa kabar?" dan gadis itu menjawab "Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" kemudian laki-laki itu menjawab lagi "Aku juga baik-baik saja." lalu kemudian hening kembali. Biasanya gadis itu bukanlah tipe orang yang menanti seseorang untuk mengajaknya berbicara atau menunggu seseorang melontarkan sebuah topik pembicaraan yang menarik. Dialah yang biasanya memiliki ide dan sesuatu untuk dibicarakan. Tetapi kali ini rasanya dia tidak mau. Dia memaksa otaknya untuk meminta bibirnya agar tidak bicara satu patah katapun. Dia ingin melihat sebesar apa keinginan laki-laki itu untuk mempertahankan hubungan ini. Dia ingin tahu bagaimana perasaan laki-laki itu terhadapnya kini.

Hening cukup lama. Kalau saja ponsel laki-laki itu tidak berdering saat itu suasana akan tetap rikuh (meskipun suara dering ponsel itu tidak mencairkan suasana sama sekali tetapi semakin membuat gadis itu kesal). Gadis itu tidak membahas apapun soal ponsel ataupun meminta laki-laki itu untuk menjawab teleponnya kalau memang itu telepon ataupun membalas pesan singkatnya kalau memang itu pesan singkat. Dia benar-benar tidak mau bicara sepatah katapun. Dia sudah lelah memulai. Dua atau tiga tahun belakangan ini sepertinya semua yang ingin dimulainya kembali seperti diabaikan. Kini giliran laki-laki itu untuk memulai apapun yang terjadi. Atau paling tidak kalau dia mau mengakhirinya saat ini juga, dia seharusnya mengatakan itu daripada harus menggantung seperti ini karena gadis itu sudah siap apapun yang terjadi pada hubungan akhir mereka ini.

Cangkir kopi itu disentuhnya meskipun tidak ada sedikitpun keinginan untuk menyesap isinya walaupun itu adalah minuman kesukaannya. Dia bersumpah, lebih lama lagi dia duduk di tempat itu dia akan menangis lalu pergi dari tempat itu berurai air mata. Tapi pentingkah? Sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Jadi ayolah, hey laki-laki di depanku! Katakan sesuatu... Ataukah aku yang harus mengatakannya terlebih dahulu? Kalau begitu baiklah...

Dia baru saja akan mengatakan sesuatu, gadis itu, ketika semua memori tentang kebersamaan mereka menyerbu pikirannya seperti ribuan semut yang menyerang sebongkah black forest yang ditinggalkan begitu saja di atas meja makan. Tawa itu, bahagia itu, pelukan itu, genggaman tangan itu, semuanya tiba-tiba saja melayang-layang di depan matanya bagaikan ribuan gelembung-gelembung sabun ajaib yang entah bagaimana berubah fungsi menjadi proyektor dan menampilkan semua kenangan masa lalu itu.

Jika dia mengatakannya saat ini, untuk menyudahi hubungan ini, lalu bagaimana dia? Bagaimana dia bisa menghapus semua kenangan yang baru saja kembali di bawa oleh gelembung sabun khayalannya sendiri yang sialan itu? Bagaimana bisa dia melupakan laki-laki ini? Butuh berapa lama dia untuk bisa menghapus semuanya? Satu tahun? Dua tahun? Selamanya? Dia yakin akan sulit. Walaupun... ponsel yang berdering tadi itu sudah bisa jadi bukti jelas bahwa laki-laki itu akan melupakannya sedetik setelah dia mengatakan kata-kata 'ajaib'-nya nanti.

"Sudah cukup. Kita sebaiknya sudahi semua ini."

Kurang lebih begitukah? Atau kalimat itu terlalu sederhana? Sederhana, mungkin, tapi mengucapkannya seperti menelan ratusan pil sakit kepala dalam satu waktu. Sulit.

Entah dia sadar atau tidak tapi baru saja dia mengucapkan kalimat itu (OH TUHAN BAGAIMANA MUNGKIN DIA BISA?) dan... tak ada kalimat lain lagi yang meluncur dari bibirnya ataupun laki-laki itu. Itu artinya dia berhasil? Semua ini sudah berakhir? Hanya begitu sajakah?

Otaknya memerintahkan tubuhnya untuk bangkit dan tangan kanannya terjulur ke arah laki-laki itu. Menawarkan sebuah jabatan tangan. Untuk apa? Tanda persahabatan? Ataukah sebuah persetujuan? Tapi laki-laki itu menjabatnya dalam diam dan gadis itu melangkah pergi sebelum akhirnya semuanya buyar dan dia sadar dia berada di depan sebuah pintu yang butuh dibuka untuk dapat masuk. Dia melihat laki-laki itu menunggu di dalam, duduk di depan sebuah meja dengan dua cangkir kopi panas yang tersedia di atasnya. Ketika gadis itu masuk, laki-laki itu menyambutnya dengan tersenyum. Gadis itu bisa bernapas lega sekarang dan berharap semua isi kepalanya tadi tidak akan pernah menjadi sebuah kenyataan. Dia hanya mencintai laki-laki itu. Hanya dia. Satu-satunya.
"Maret lagi..."
Suara Rina memecah keheningan pagi itu. Dia baru sampai di sekolahnya. Hanya ada dia dan seorang laki-laki bernama Vino­--Putra seorang anggota dewan yang mengklaim dirinya sebagai keluarga terkaya di kota kecil itu.
"Ada apa dengan Maret?" tanya Vino. Dia melirik ke sekeliling kelas yang kosong sebelum akhirnya pandangannya berhenti di wajah Rina.
"Blue tidak begitu menyukai bulan Maret,"
Blue adalah nama sahabat Rina yang juga teman sekelasnya di SMA itu.  Vino menyukai Blue sejak pertama kali pindah dari sekolah lamanya ke sekolah Rina.
"Blue? Kenapa dia tidak menyukai bulan Maret?"
"Banyak hal yang dibencinya dari bulan ini..."
"Apa itu?"
"Ayahnya meninggal empat tahun yang lalu di bulan Maret, setahun kemudian ibunya ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya. Setelah itu Blue tinggal bersama dengan nenek dan kakeknya, tetapi Maret tahun lalu, rumah tempat tinggalnya itu terbakar dan membunuh kakek juga neneknya..."
"Benarkah?"
"Ya... begitulah, dia jadi agak membenci bulan Maret. Maksudku, benar-benar membencinya, bukan agak benci..."
"Aneh... setahuku, dia juga lahir bulan Maret kan?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku melihat datanya di ruang tata usaha beberapa hari yang lalu. Aku menyukainya, ingat?"
"Ya... ya... dan kau pikir kau bisa melakukan apa saja di sekolah ini karena kau orang paling kaya di kota?"
"Bukan begitu... maksudku, aku sudah berusaha untuk tahu lebih banyak tentang Blue. Apakah itu salah?"
"Tidak, tidak salah, hanya terdengar sedikit menyeramkan. Seperti penguntit..."
"Ah..."
Hening sebentar. Sepertinya seisi kelas tidak akan penuh sebelum jam delapan lewat.
"Kenapa kau datang sepagi ini?" tanya Rina pada Vino.
"Agar para bodyguard itu tidak mengikutiku. Mereka masih tidur,"
"Aku baru tahu bodyguard juga boleh tidur, bukankah mereka seharusnya siap menjaga selama dua puluh empat jam penuh?"
"Ya kalau mereka ingin tampang mereka terlihat seperti zombie. Maksudku, yang seharusnya bertugas mengantarku sekolah pagi ini yang tidur,"
"Oh... Aku tidak tahu, maaf. Hidupku sudah susah bahkan hanya untuk mengerti kesulitan hidupmu..."
"Hey, Rina. Aku punya rencana Maret ini, apa kau mau membantuku?"
"Apa?"
"Aku akan menyatakan cinta pada Blue, bagaimana menurutmu?"
"Aku tidak yakin..."
"Kenapa?"
"Ini Maret..."
"Lalu?"
"Kau tidak mengerti? Blue sangat menghindari apapun yang berhubungan dengan bulan ini,"
"Ah... dia tidak bisa menghindari pertambahan usianya kan? Itu berarti aku masih punya kesempatan..."
"Maksudmu?"
"Ya, aku akan menyatakan cinta pada hari ulang tahunnya,"
"Aku tidak tahu apa hubungan antara dua hal itu,"
"Aku juga..." kata Vino tertawa. "Kau mau membantuku?"
"Baiklah..."

***

Esoknya sepulang sekolah, Vino mengejar Blue sebelum Blue keluar gerbang sekolah.
"Hey!"
Blue tidak menoleh.
"Biru! Hey!"
Blue berhenti dan memutar kepalanya.
"Vino?"
"Hey, apa kabar?"
"Hah? Kita baru saja selesai mengerjakan tugas bersama di kelas dan kau baru menanyakan kabarku?"
"Well, konteksnya sudah berubah. Sekarang aku bertanya kabarmu secara pribadi,"
"Oh ya? Lucu sekali. Kabar baik, bagaimana denganmu?" Blue melihat ke sekeliling halaman depan sekolah. Di depan gerbang sudah menunggu enam orang berpakaian hitam dan berbadan tegap. "Masih menjadi anak manja?" Blue tertawa.
"Kalau aku bisa memilih untuk pulang bersamamu dan berjalan kaki, aku akan mengambil jalan itu. Tapi... belakangan ini ada saingan bisnis ayah yang menaruh dendam pada keluarga kami dan mengancam akan melakukan hal buruk..."
"Bukankah ayahmu pejabat di daerah ini? Aku tidak tahu kalau dia juga pebisnis?"
"Yeah, ayahku sekarang direktur utama sebuat perusahaan provider seluler,"
"Wow... pantas..."
"Apa?"
"Pantas saja hidupmu tidak pernah bebas,"
"Maksudmu?"
"Yeah, kebanyakan orang-orang sepertimu selalu merasa was-was jika keluar rumah. Tidak pernah merasa aman,"
"Aku tahu, itulah sebabnya mereka selalu bersama ku,"
Blue tertawa.
"Kalau begitu, aku pulang dulu. Aku harus membereskan beberapa hal di rumah,"
"Tunggu," Vino menahan Blue dengan menarik tangannya. "Lusa hari ulang tahunmu, kan? Boleh aku mengajakmu makan malam?"
Blue mematung. Ulang tahun...
"Maaf?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam di hari ulang tahunmu, kau mau?"
"Errr... maafkan aku, Vino, aku tidak merayakan ulang tahun,"
"Kenapa?"
"Kau tidak perlu tahu, sebaiknya sekarang kau pulang saja. Sampai jumpa besok!"

***

"Kau yakin?" tanya Rina ketika pagi itu sekali lagi hanya dia dan Vino sudah ada di sekolah. Hari ini hari ulang tahun Blue dan Vino sudah siap dengan rencananya untuk menyatakan cintanya pada Blue.
"Tentu saja... kita akan membuat lapangan basket ini penuh dengan bunga. Blue menyukai mawar kan? Aku sudah menyiapkannya..."
Vino memanggil beberapa orang bodyguard yang membawa banyak sekali karung berisi mawar beraneka warna.
"Karung? Kau menaruh semua bunga mawar itu di dalam karung? Kupikir kau orang kaya..." Rina mengejek.
"Aku tidak tahu harus bagaimana... Aku seharusnya menggunakan apa?"
"Bodoh... sudahlah jangan dibahas. Sebaiknya segera lakukan kegiatan mengotori lapangan sesuai dengan rencanamu. Aku akan menelpon Blue dan memintanya untuk datang setengah jam lagi,"
"Tentu, tentu," jawab Vino. "Tolong tutupi semua lapangan dengan kelopak mawar ini. Jangan sampai ada bagian lapangan yang terlihat, oke? Dan, sesuai dengan yang aku katakan semalam, mawar putihnya akan menjadi bagian yang paling terlihat. Lakukan dengan baik,"
"Siap tuan," jawab bodyguard-bodyguard itu bersamaan.
"Semua sudah kuatur, Blue akan datang setengah jam lagi..."
"Bagus! Kalau begitu, aku akan bicara pada satpam, guru-guru, dan semua anak-anak untuk tidak merusak rencanaku pagi ini..."
Rina tertawa geli.
"Kenapa?"
"Aku hanya merasa, terkadang menjadi seorang kaya raya sepertimu sangat riskan... Selain kau selalu jadi target pembunuhan rekan bisnis ayahmu yang dendam, kau juga akan mendapat banyak makian dari anak-anak satu sekolah,"
"Ah... aku hanya memperjuangkan Blue... Aku benar-benar menyukainya,"
"Yeah, kalau begitu lakukan sesuai dengan kemauanmu..."

***

Blue masuk ke gerbang sekolah. Aneh sekali, tidak ada satupun di sana. Bahkan satpam yang biasanya berjaga-jaga juga tidak ada. Ponsel Blue berdering,
"Halo?"
"Kau sudah di sekolah?"
"Iya, Rina, aku sudah di sekolah. Di mana orang-orang? Kenapa sepi sekali di sini?"
"Sebaiknya bergegas ke lapangan basket..."
"Ada apa?"
"Sudah... sebaiknya segera..."
Blue merasa Rina mengerjainya.
"Oh tentu saja, ini ulang tahunku... Itulah kenapa Rina terdengar sangat bersemangat. Oh Tuhan... kenapa harus ada tanggal lahir sih?"
Keluhan yang tidak berguna... Blue bergegas menuju lapangan basket dan ketika dia tiba di lorong yang menghubungkan lapangan basket dengan halaman depan sekolah, seluruh siswa dan guru-guru di SMA itu bertepuk tangan menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Rina muncul dari kerumunan dan langsung memeluk Blue.
"Selamat ulang tahun!"
"Rina... oh tidak... apa-apaan ini?"
"Tenang saja, kau tidak akan kenapa-kenapa, sayang... Dan kau tidak bisa marah padaku, bukan aku yang membuat semua ini,"
"Lalu?"
Kerumunan itu kemudian membuat sebuah jalan menuju lapangan basket dan Blue syok ketika melihat lapangan basket telah disulap menjadi lautan bunga mawar berbagai macam warna dan di tengah-tengahnya ada rangkaian kelopak mawar putih bertuliskan, "SELAMAT ULANG TAHUN, AKU MENCINTAIMU"
"Apa yang--?"
TIba-tiba dari atap gedung sekolah sebelah utara, Vina berdiri dengan percaya diri. Dia membawa sebuah megaphone dan bicara.
"Selamat ulang tahun, Blue! Hari ini... Aku ingin mengatakan padamu..."
"Vino?"
"...bahwa aku ingin kau jadi pacar--"
TAR!
Pandangan semua yang ada di sekeliling lapangan basket tertuju pada Vino yang ada di atas atap gedung sekolah. Megaphone yang dipegangnya terlepas dari tangannya. Darah keluar dari dada sebelah kirinya dan dia tumbang jatuh ke tanah persis di atas lapangan yang penuh dengan bunga mawar.
Tewas...


@ronzzykevin
http://kaoskakibau.tumblr.com

“Eh eh, gue punya kabar bagus nih!”
“Apaan?”
“Soal si Edward Curut….”

Dua cewek itu langsung heboh teriak-teriak kayak orang gila. Mereka lagi ngobrol di sebuah meja di teras gedung PAU FISIP UI. Biasanya tempat itu memang sering banget jadi tempat ngegosip. Nggak cuma buat cewek-cewek, tapi juga buat beberapa cowok. Bahkan baru aja di deket dua cewek itu ada tiga cowok boyband yang sedang melatih dance mereka. Tampang mereka sebelas dua belas lah dengan personil Boyband SM*SH yang sekarang lagi booming itu. Ya… FISIP UI memang tempatnya orang-orang eksis.
“Emang si Edward kenapa?”
“Iya, kemarin kan gue ketemu tuh sama dia waktu mau pulang, dia lagi jalan sama cowok gitu. Cowoknya pendek pake kacamata gede banget. Kayaknya sih bukan anak FISIP,”
“Trus?”
“Tampang mereka berdua serem banget. Edward keliatannya lagi nahen boker gitu, soalnya mukanya pucet abis, terus si anak pendek itu mukanya kayak gelandangan. Lo pernah liat Raditya Dika nggak di cover Babi Ngesot? Ya mukanya mirip-mirip kayak gitu…”
“Lah? Jangan-jangan itu Radit!”
“Odong… Gue kan bilang dia bukan anak FISIP. Emangnya Radit masih kuliah di FISIP?”
“Masih tuh! Heran juga sama senior yang satu itu kok nggak lulus-lulus ya?”
“Kenapa jadi ngomongin Radit sih?”
“Iya, terus Edward gimana?”
“Nah itu dia… gue kemaren ketemu gitu kan, gue sih mau sapa dia sebenarnya, cuma nggak tahu kenapa gue rada-rasa salah tingkah gitu. Soalnya kemaren lagi panas, terus kulitnya Edward, ya lo tahulah, kalau panas dia kan suka mengkilat-kilat gitu kayak pantat penggorengan. Akhirnya gue menjauh soalnya silau banget. Males gitu gue…”
“Lah terus anak pendek itu? Diem aja?”
“Kayaknya sih dia buta deh…”
“Oh dia pake kacamata item gede maksud lo?”
“Nggak, dia pake kacamata biasa, yang kacanya warna putih,”
“Terus kenapa dia nggak silau di samping Edward?”
Dua cewek itu masih terus berspekulasi tentang Edward Curut dan siapa anak laki-laki yang jalan sama cowok vampir yang paling terkenal seantero UI itu. Belakangan ini memang keluarga Curut lagi banyak gosip. Entah itu gosip rumah tangga, gosip rumah kardus, dan gosip rumah boneka. Mereka lagi berada dalam krisis. Katanya sih Edward yang menyebabkan semuanya. Tapi kenapa dan masalah apanya itu orang-orang masih bertanya-tanya. Sempat terdengar kabar Edward sama Bella Siwer putus gara-gara Edward masih juga nggak mau jadiin Bella vampir. Cuma lagi-lagi kejelasan berita itu masih dipertanyakan soalnya terakhir Bella Siwer muncul di kampus, dia keliatannya lagi nggak semangat dan kayaknya udah berada di ujung kehidupan gitu. Mungkin Bella lagi ngetes Edward kali ya? Edward lebih milih mana, Bella mati atau jadiin Bella vampir.
“Jangan-jangan si Edward—-“
“Sssttt! Orangnya dateng!”
Dua cewek itu langsung noleh ke belakang dan di parkiran PAU, mobil Edward masuk dan parkir di sebuah tempat kosong. Hari ini mendung, itu artinya Edward bebas keliaran kemana aja dia mau. Depok ternyata juga bisa jadi alternatif tempat sembunyi buat Edward karena cuaca belakangan ini suka mendung-mendung gaje dan juga sering banget hujan badai. Edward hari ini berpenampilan seperti biasa: t-shirt longgar, celana jins ketat, rambut acak-acakan, trus bawa tas ibu-ibu. Orang-orang pada ngeliatin Edward dan bertanya-tanya apakah itu benar-benar Edward Curut si vampir atau personil SM*SH.
“Bang…” anak kecil yang dimaksudkan dua cewek itu muncul di belakang Edward. Mukanya sekarang nggak kalah pucat sama Edward. Tapi pucatnya aneh. Kalau Edward kulitnya putih kayak marmer terus pucat, kalau anak itu kulitnya hitam kayak cincau dan pucat. Entah seperti apa bentuknya itu tapi wajahnya terlihat lebih putih daripada sekujur badannya. Ternyata pendapat cewek-cewek tadi salah. Anak itu bukan mirip Raditya Dika, tapi lebih mirip kambing.
“Cepetan deh, Go, lu jalan suka lama deh…”
“Aduh bang, repot nih, leher gue masih pegel-pegel….”
Anak pendek itu melakukan gerakan senam kepala ke kiri dan ke kanan untuk membuat lehernya terasa lebih baik.
“Ya makanya lu kalau gue bilang istirahat di rumah, istirahat aja… Jangan ikut-ikut ke kampus!”
“Aduh bang, gue ada kuis nih jam sebelas. Kalau gue nggak masuk, nanti gue malah nggak lulus!”
“Yaudah ah, terserah lu aja…. Cepetan!”
Edward berjalan dua langkah lebih cepat daripada si anak pendek. Ketika Edward dan si anak pendek yang ternyata bernama Diego itu melewati tempat duduk dua cewek yang sedang ngegosip tadi, semua perhatian tertuju ke anak pendek itu.
“Eh, eh, lu liat deh… Kok lehernya agak aneh gitu ya?”
“Dia vampir juga?”
“Gue nggak tahu… tapi bisa jadi sih dia vampir juga… Tapi…”
“Edward yang gigit?”
Mereka berdua saling tatap.
“AAAAA NGGAK RELAAAAAA!!!!!!” teriak salah satu dari mereka.
“IYA SUMPAH! GUE NGGAK RELA!!! ADUH… EDWARD KAN HARUSNYA GIGIT GUE DULUAN!! MASA DIA GIGIT COWOK!!! Ih…”
“Atau jangan-jangan…?”
“EDWARD GAY?!” dua cewek itu teriak-teriak heboh sampai-sampai semua orang yang ada di sekitar mereka ngeliatin mereka, tapi dua orang itu emang sudah nggak punya urat malu.
“Sumpah lo dia Gay? Demi apa?”
“Aduh gue nggak tahu juga! Terus gimana dong? Masa kita kalah sama anak kecil, butut, item, jelek, dekil, pendek, buta kayak gitu?”
“Iya gue nggak rela! Gue nggak rela! Bahkan dengan tidak ikhlas gue lebih memilih Edward sama Bella daripada sama anak kecil itu!”
“Eh eh, pantesan! Gue tahu sekarang!”
“Tahu apa?”
“Bella kan sejauh ini belum jadi vampir kan? Lo inget nggak film terbaru mereka kemaren?”
”Kelilipse?”
“Iya yang itu! Bella kan belum jadi vampir disitu!”
“Jadi maksud lo?”
“Bella itu belum digigit sama Edward karena selama ini Edward Gay! Edward itu nggak mau gigit Bella karena dia… nggak napsu sama Bella!”
“Lah? Tapi dia cium-ciuman kok disitu…”
“Itu kan akting! Bisa jadi kan itu cuma kamuflase?”
“Aduh gue bingung deh… Sebenarnya film itu beneran nggak sih?”
“Beneran dong! Lo kan tahu sendiri Edward Curut terkenal banget di UI kan? Dia vampir satu-satunya disini,”
“Tapi film itu?”
“Jadi kemaren gue sempat denger dari senior gue gitu katanya memang film itu dibuat berdasarkan kisah nyata si Edward….”
“Jadi semuanya beneran?”
“Iya…”
“Termasuk Bella sering pacaran sama Rusa jadi-jadian? Si Yakub?”
“Iya!”
“Astaga Tuhan…”
Dua cewek itu masih tidak  bisa memercayai kenyataan bahwa ternyata Edward Curut adalah seekor vampir yang homoseksual. Mereka berdua selama ini sangat ingin jadi vampir. Bahkan di beberapa kesempatan kalau lagi ketemu Edward di halte bikun atau lagi ngantri beli piscok di stasiun, mereka sebisa mungkin menunjukkan ke Edward leher-leher mereka yang seksi terus diolesin saos tomat sebagai pengganti darah. Kabarnya Edward sekarang hobi makan saos tomat karena dia udah bosen makan daging binatang sama darah binatang. Tapi… Kenapa Edward harus  gigit si anak pendek itu? Dua cewek itu masih bete karena kenyataan itu.
“Udah ah, gue mau pulang aja. Ntar malah ujan lagi. Mumpung ujannya belum jatoh. Lo mau sekalian pulang aja?”
“Iya deh… Edward sudah menghancurkan hati gue…”
Mereka berdua bangkit dari duduknya dan berjalan menuju halte bikun MUI. Secara tidak sengaja, mereka ketemu sama Bella Siwer di sana. Bella juga lagi nunggu bikun.
“Eh, Bella…”
“Halo…” Bella tersenyum.
“Darimana Bell? Kok sendiri? Lo nggak kuliah? Edward mana?” tanya salah seorang cewek itu.
Bella cemberut.
“Gue lagi break sama Edward…”
“Loh kenapa?”
“Gue nggak tahen sama gosip-gosip yang beredar belakangan ini… Gue nggak tahen jadi bahan ketawaan pacaran sama cowok yang nggak mau gigit gue dan jadiin gue vampir…”
Dua cewek itu saling pandang.
“Jadi beneran Bell?”
Bella mengangguk yakin. Dua cewek itu terlihat sangat kecewa sekali.
“Lo yang sabar ya Bell. Bagaimanapun, kita berdua dukung lo sama Edward… Kita juga nggak suka sama anak pendek item dekil yang dipilih Edward itu…”
Bella mengernyit.
“Maksud kalian?”
“Hah? Maksud lo?”
“Iya, maksud kalian apa?”
“Loh tadi kan kata lo, Edward beneran gay?”
Bella tiba-tiba kepeleset terus jatuh dengan posisi kepala masuk ke selokan.
“Bukaaan… emang gue pernah bilang gitu?”
“Lah? Tadi kata lo? Lo nggak tahen gara-gara Edward gak mau gigit lo? Itu artinya dia gay kan?”
Bella diam sebentar.
“Bener juga sih…” kata Bella.
“Yaelah… lo gimana sih Bell!”
“Jadi kelanjutan hubungan kalian gimana?”
“Gue juga nggak tahu nih… Gue lagi rajin berdoa sama Allah supaya Edward dibukakan mata hatinya dan mau gigit gue dan jadiin gue vampir… Ini gue baru abis solat. Kalian nggak solat sekalian?”
Dua cewek itu cengar-cengir.
“Entar aja deh Bell…”
Mereka bertiga diam-diaman beberapa saat.
“Jadi kalau boleh gue tahu, anak dekil item jelek itu siapa Bell? Dia vampir baru?”
“Iya… namanya Diego. Vampir peranakan Brazil. Bokapnya orang Brazil, nyokapnya orang Indonesia…”
“Itu beneran dia jadi vampirnya karena Edward yang gigit?”
“Iya bener…”
“Kok Edward malah gigit cowok itu sih, bukan malah lo…”
Bella diam. Dia keliatannya mau nangis. Cewek-cewek itu merasa, Bella minta break sama Edward pasti karena masalah ini.
Sebuah sepeda motor butut tiba-tiba berenti di depan halte MUI. Yakub Belek yang dateng.
“Bella! Yuk pulang sama abang aja!”
“Eh, gue duluan ya, Yakub udah dateng…”
“Bye Bell…”

—-

Di rumah Bella, Edward Curut tiba-tiba muncul dari lobang pembuangan air kotor dan langsung masuk ke kamar Bella. Bella kaget banget dan langsung membuang muka.
“Mau apa kamu dateng lagi? Aku kan udah bilang kita break dulu. Itu artinya kamu nggak boleh dateng ke sini, nyusup lewat got atau lewat manapun!”
“Bella… dengerin aku dulu…”
“Dengerin apa lagi? Aku nggak mau dengerin kamu nyanyi. Nyanyian kamu kalah bagus sama Yakub!”
“Aku nggak mau nyanyi… Aku mau jelasin soal Diego…”
“Oh, jadi ternyata bener kamu itu gay dan lebih milih gigit Diego daripada gigit aku?” Bella mulai nangis bombay macem sinetron.
“Bukan gitu ceritanya, sayang… jadi kemaren itu…”

—-

“Go, coba kamu ambilin botol wiski yang ada di kamar Emmet dong…” Carlisle minta tolong ke Diego. “Mau papah kasih ke temen papah yang dari Alaska. Dia vampir sahabat papah sejak playgroup…”
“Iya pah..” Diego patuh. Tak lama kemudian dia kembali dan meletakkan wiski itu diatas meja dekat Carlisle.
“Papah, tolong mamah dong…” Esme teriak dari lantai atas kamar.
“Iya, tunggu…”
Carlisle meninggalkan meja itu dan langsung naik ke lantai atas sementara Diego keluar buat main gundu. Tak lama, Edward muncul. Dia baru selesai joging di hutan UI, baru selesai kejar-kejaran dengan seekor musang. Dia merasa sangat haus dan ketika melihat botol wiski itu, dia langsung minum semua isi botol seperti kesetanan. Edward pikir itu air tapi tak lama setelah itu dia merasa sangat pusing. Semua yang ada di depannya berputar-putar.
“Bang Edward? Kenapa bang?” tanya Deigo yang masuk karena mendengar suara sesuatu pecah. Edward ternyata menjatuhkan botol wiski kosong dan pecah.
“Bella… Bella… Kamu kapan dateng?”
“Bella? Saya bukan Bella bang! Saya Diego!”
“Bella… aku sayang banget sama kamu Bell…” Edward menggenggam kedua bahu Diego. “Kamu pengen jadi vampir kan? Sini biar aku gigit aja sekarang…”
“Bang! Bang! Tunggu dulu bang! Saya bukan Mbak Bella! Saya Diego!”
“Oh Bella…”
Diego tidak bisa menghentikan Edward karena genggaman tangan Edward di bahunya sangat kencang sekali. Dia sampai tidak bisa bergerak. Tiba-tiba…
Jleb…
Taring Edward menembus kulit dan daging leher Diego yang hitam keras dan banyak dakinya.
Diego berteriak keras sekali. Dia bergerak-gerak aneh. Guling-guling di lantai. Lari-larian kesana-kemari. Tangan dan kakinya bergerak tanpa perintahnya. Tangannya kadang naik kadang turun dan kakinya yang kanan jalan sendiri ke kiri dan yang kiri jalan sendiri ke kanan. Dia masih berteriak kesakitan.
“ADOOOHHH!!! PAPAAAH!!! BANG EDWARD GIGIT DIEGOOO!!! SAKIIT PAPAAAAAH!!!!”

—-

“Jadi gitu Bell… aku kemaren itu khilaf… Maafin aku yah…”
Bella diam dengan air mata memenuhi pelupuk matanya dan akhirnya jatuh membasahi pipinya.
“Beneran?”
“Iya… masa aku bohong sih?”
“Yaudah aku percaya… Aku maafin kamu…”
“Beneran Bell?”
“Beneran…”
“Janji kelingking?”
“Janji kelingking!”
Dan merekapun menautkan kelingking mereka.
“Jadi kamu kapan mau gigit aku?” tanya Bella masih berharap.
“Kalau nanti aku udah nafsu sama cewek ya Bell… Sekarang aku lagi seneng banget sama cowok soalnya…”
@ronzzykevin
http://kaoskakibau.tumblr.com
Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • Tutorial dan Cara Main Game Superstar SMTOWN
  • Girls' Generation: "I Got A Boy" Music Video Review Saya!
  • Superstar SMTOWN Tips & Trik: Jual Kartu yang Numpuk
  • On Repeat: Billkin (I Told Sunset About You OST)
  • EXO K: HISTORY Music Video REVIEW SAYA!
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes