• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron
Waktu gue SMA, nggak ketahuan nyontek pas ujian itu adalah keberuntungan. Suatu hari ketika gue masih TK, dikasih uang kembalian setelah beliin tetangga tepung terigu di toko pinggir jalan adalah sebuah keberuntungan. Waktu jadi mahasiswa, lulus dengan nilai C dan nggak harus ngulang mata kuliah yang sama di semester selanjutnya itu adalah keberuntungan. Dan pas kerja sekarang, bisa libur sehari aja nggak mikirin kerjaan juga sebuah keberuntungan.

Sebagai fans KPop, mendapatkan sesuatu yang berhubungan dengan sang idola, apapun itu, besar atau kecil, penting atau sepele, juga adalah sebuah keberuntungan.

Gue nggak sengaja ketemu dengan seseorang yang sangat dermawan di showcase BTOB di Berastagi bulan Desember tahun lalu (cerita soal ini akan ditulis di artikel yang berbeda). Dan ngomong-ngomong soal keberuntungan, mungkin kondisi gue saat itu bisa masuk kategori yang kalo kata orang-orang "dapat durian runtuh". Atau kalau gue lebih suka menyebutnya sebagai "rejeki yang memang sudah jadi jatah gue". Gue dikasih tiket nonton 'The EXO'luXion' di Singapura.

Waktu dia nyebut kata-kata "satu tiket", "buat kamu" sama "nanti aku kasih", gue kayak diem selama beberapa detik. Bengong. Hah ini apa iya kuping gue nggak salah denger? Soalnya beberapa hari belakangan waktu itu suka berdenging karena sedang demam. Setelah lama bengong akhirnya gue disadarkan oleh cipratan air hujan.

"Hah ini serius?"

"Mana sini LINE kamu, nanti aku kabari via LINE ya,"

Nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

NIKMAT TUHAN YANG MANAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?????????????????


Posting-an ini adalah bagian ketiga dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, silakan baca cerita sebelumnya di sini.

Rasa empuk dan juicy-nya daging yang gue makan di Myeongdong hari itu bener-bener nempel di lidah. Bahkan masih terasa ketika tim Oh!K Channel dan para jurnalis move on dari tempat makan ke hotel. Di luar agak gerimis, tapi karena gue suka hujan, kalau gerimis biasanya gue akan menikmati setiap tetesan air hujannya dengan berlebihan. Nggak sampai nari-nari kok, emangnya film India. Cuma kalo gerimis tuh kesannya romantis gitu. Berasa dicipok.

Dicipok air hujan.

Keluar dari tempat makan, gue kembali harus berhadapan dengan para member EXO yang berdiri kaku di depan kios Nature Republik. Sepanjang perjalanan balik ke hotel, gue bener-bener berusaha menahan ketawa dan berusaha tidak memperhatikan wajah-wajah familiar itu. Berjalan dengan gaya belagak kayak model catwalk di jalanan Myeongdong yang makin siang ternyata makin rame. Bahkan setelah berminggu-minggu, gue masih bisa inget dengan jelas suasananya. Ah! Bikin kangen!

Ada banyak sekali toko-toko kecil yang menjual souvenir dan barang-barang lucu di sekitar tempat kita makan tadi. Banyak juga yang menarik perhatian. Gue melihat salah satu toko menjual kaos kaki bergambar lucu yang pernah dijadikan oleh-oleh sama salah satu temen gue. Pengen mampir, tapi sekali lagi karena ini baru hari pertama, jadi kayaknya harus ditahan dulu keinginan untuk belanja-belanjanya.

Gue bukan orang yang suka shopping. Tapi kalau udah belanja, bisa kalap. Kacau sih. Mental bapak-bapak rumah tangga.

#AH

Kalo sudah berhadapan dengan belanja, gue memang selalu men-sugesti diri gue "ENGGAK RON, ELO NGGAK SUKA SHOPPING! UDAHLAH GAUSAH SOK KAYAK IBU-IBU ARISAN!"

Padahal kalo buka Lazada nggak ada niat beli vacuum cleaner malam dibeli. Berasa tinggal di istana dan duit tinggal metik di kebon belakang rumah.

Menembus gerimis di Myeongdong yang menyenangkan walaupun dingin, sekitar jam satu kita sampai lagi di Lotte Hotel Seoul. Di sana sudah ada bus yang nungguin kita buat berangkat ke daerah Sangam-dong. Seinget gue di jadwal liputan yang dikasi Mbak Dian ketika kita belom berangkat, hari ini harusnya kita ke MBC World. Jadi yang ada di kepala gue semuanya adalah MBC World. Tanpa gue tahu kalau ternyata MBC World ini ada di kawasan DMC (Digital Media City).



Saya selalu bertanya-tanya kapan saya bisa ke Seoul sejak pertama kali jadi fans KPop. Ketika kesempatan itu datang, saya hanya bisa alay bukan kepalang. Posting-an ini adalah bagian kedua dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, silakan baca dulu bagian pertama di sini.

Gue nggak sempat menikmati bagaimana mewah dan meriahnya Bandara Incheon ketika gue mendarat di Seoul, Minggu (29/11/2015). Beberapa hal yang mendadak terjadi karena gue kelamaan tidur di pesawat jadi penyebabnya.

Pertama, gue belum isi kartu pendatang yang harus diserahkan di imigrasi. Kedua, gue nggak prepare pulpen untuk mengisi kartu itu jadi gue harus minjem pulpen dari Mbak Dian, PR dari Oh!K Channel yang mengundang gue ke Korea. Ketiga, karena minjem pulpen dan mengambil kartu isian pendatang yang baru itu gue harus memulai antre dari belakang lagi, padahal tadi udah kayak hampir maju ke loket imigrasi-nya. Sial aja ketika gue selesai ngisi, semua orang kayaknya baru mendarat dan udah antre aja di sana. Sebel.

Ternyata proses imigrasi di Korea nggak deg-degan kayak di Amerika. Ini pasti nih Amerika karena efek 'My Name Is Khan'. Jadi kan takut kalo tiba-tiba digrebek cuma karena bawa tolak angin. Alhamdulillah Korea kayaknya gwencana sarangiya.

But anyway, sekeluarnya dari pintu kedatangan bandara dengan alay dan ber "HAH!" "HAH!" ria seperti anak kampung yang nggak tahu kalau nafasnya ternyata bau, gue akhirnya bisa merasakan udara dingin Seoul yang sebelumnya sama sekali nggak kebayang itu.


Sudah hampir sebulan sejak gue kembali dari workliday (work tapi sok-sok aja biar terasa holiday) di Korea dan gue masih nggak bisa ngerti, kenapa sampai sekarang nggak ada kemauan buat ngetik dan nulis catatan perjalanan kemarin?

Apakah perjalanan ini nggak semenarik waktu kerja ke New York? (ceki-ceki artikel sebelumnya, ada 7 Part! WKWKWKKW)

(Tolong pukul kepala gue pakai palu Thor karena kok takabur banget jadi orang)

(JEDUK!)

Waktu pertama kali posting kalau gue lagi ada di Seoul, gue sangat terharu dengan beberapa komentar dari kalian, para pembaca setia kaoskakibau.com tersayang terkasih yang tak tahu lagi harus kusebut apa saking sayangnya, langsung minta gue buat nulis cerita perjalanan ke Seoul di blog.

"Wah... are you even real, guys? Beneran pengen banget tahu? BENERAN BANGET?"

Gue sangat berterima-kasih kepada kalian yang masih mau buang-buang waktu nih buat baca tulisan gue. Padahal ya, apalah, pengalaman gue masih level cetek.

Request buat cepet-cepet nulis di blog itu rasanya menghantui gue setiap hari. Makanya nih agak-agak sebel juga karena nggak bisa langsung diketik. Belakangan ini gue bener-bener nggak bisa tidur. Bahasa kerennya sih insomnia.

Entah sudah delapan atau sembilan hari terakhir gue nggak bisa tidur cepet. Nggak bisa tidur sebelum jam tiga subuh. Padahal udah di kasur sejak jam 11 malam. Tapi ngantuknya baru berasa kalau udah jelang subuh. Selalu begitu selama sembilan hari ke belakang. Ya efeknya jadi bangun kesiangan dan baru sampai kantor jam sepuluh. Wih... siap-siap dipecat.

Cuma pas ditanya kenapa (sebenernya yang nanya sih diri gue sendiri juga, fyi, gue sering ngomong sendiri), ya gue nggak tahu alasannya. Gue cuma bisa bilang kalau gue nggak bisa tidur. Spesifiknya kenapa, masih nggak paham.

Sebenarnya episode satu dari perjalanan ke Seoul kemarin sudah setengah jadi. Tapi tulisannya gue ulang lagi dan lagi karena merasa setiap kalimatnya belum beres. Padahal kalau dipikir-pikir, kapan sih tulisan gue beres? WKWKWKWKW Dan ini adalah draft keempat untuk kisah perjalanan gue ke Seoul kemarin.

Yah, mari berpikir positif kalau semuanya akan selesai dengan baik.

Oke jadi singkat cerita, dua bulan berselang setelah kepulangan gue dari New York untuk liputan, gue masih diliputi oleh perasaan-perasaan senang dan bahagia karena bisa berkunjung ke New York meski cuma sekejap mata. Bahkan ketika gue nulis ini, feel duduk di kelas bisnis Qatar Airways masih berasa banget. Euforianya tetap terasa setelah berminggu-minggu pulang dari sana. Instagram gue masih berisi posting-an New York, sebagai bukti bahwa pengalaman ini susah banget dilupakan. Sebuah perjalanan yang melekat di hati dan masuk ke long term memory banget.

Ketika gue menulis part terakhir dari perjalanan itu, gue tiba-tiba mikir, "Kerja tiga hari dua malam di New York yang bahkan sebelumnya nggak pernah kepikiran aja bisa sebegini susah move on-nya. Gimana kalau mendadak disuruh ke Korea Selatan beneran?"

Gue berbagi rahasia sedikit deh wkwkwkwk Gue kerja di tempat yang sekarang sebenarnya bukan cuma karena jabatannya sebagai jurnalis KPop. Tapi karena kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri untuk kerja itu terbuka lebar. Termasuk ke Korea. Walaupun tentu saja semua nggak akan terjadi di hari yang sama saat lo masuk kerja, tapi kesempatan itu pasti akan datang.

Waktu pertama kali masuk, temen gue berangkat ke MAMA 2013 sementara gue hanya bisa senyum-senyum iri pas lihat foto-foto dia di email. MAMA 2013 tuh kayak superbanget gak sih, EXO masih ber-12 dan bener-bener menyenangkan banget.

Gue pun menunggu-nunggu, kapan gue bisa dapat kesempatan itu. Termasuk kapan gue bisa dikirim ke Korea buat kerja beberapa hari aja.

Nggak terasa dua setengah tahun berlalu dan gue masih belum dapat kesempatan untuk ke Korea secara resmi dari kantor. Semakin perasaannya terasa menggebu-gebu, kok kayaknya semakin nggak kedengeran apapun soal itu. WKWKWKWKWK. Sampai akhirnya gue pasrah aja dan serahkan semuanya pada ALLAH SWT. Sesungguhnya kalau Dia bilang "SEOUL RON! SEOUL!" maka nggak mungkin gue nyasar ke Alaska. Sesungguhnya hanya Dia yang tahu kapan waktu yang tepat untuk semua hal yang terjadi dalam hidup manusia.

Dan akhirnya suatu hari di bulan November, Allah pun meng-Kun Fayakun-in gue.

Tiba-tiba saja bos gue membisikkan (nggak bener-bener dibisikin kok enggak ini malah kesannya kayak aneh banget) kalimat yang paling gue tunggu-tunggu selama dua setengah tahun terakhir.

"Ron, jadinya elo ya, yang liputan ke Korea."


Dalam hidup, kita nggak bisa memungkiri kenyataan bahwa memang akan selalu ada yang berubah, meski sekecil apapun.

Ahem. Dapet quote pas lagi boker barusan.

Ya maaf-maaf nih kalau misalnya gue mengawali kalimat pertama di posting-an ini dengan agak serius (dan jorok di bagian bokernya. Udahlah nggak usah munafik kalian juga kan harus boker tiap hari). Belakangan memang kepala gue selalu berisi hal-hal yang serius dan bener-bener real life banget! Nggak paham. Ketika biasanya gue cuma bisa ceplas-ceplos di Twitter, sekarang gue harus berhadapan dengan tagihan cicilan kulkas ke Dito (YANG ALHAMDULILLAH SUDAH LUNAS!) dan beberapa hal serius lainnya yang selalu mengganggu pikiran gue setiap harinya:

1) Mau bangun jam berapa hari ini?
2) Mau ngopi berapa mug hari ini?
3) Gimana caranya supaya nggak ngopi tapi nggak ngantuk hari ini?
4) Harus ngabisin berapa reward point di SM Superstar untuk ngawinin kartu hari ini?

Ya, hal-hal serius semacam itu sangat mengganggu pikiran banget. Kalau nggak diselesaikan satu per satu wah! akan sangat memberikan dampat negatif buat kulit wajah. Selamat datang jerawat!

Kesibukan gue belakangan ini (BERASA CEO SM ENTERTAINMENT YAK) membuat gue teringat ke masa-masa bebas lepas kutinggalkan semua beban dihatiku saat semester-semester akhir di kuliah dulu. 2011 dan 2012 bener-bener masa membahagiakan yang secara aneh bertepatan dengan membludaknya produk SM Entertainment.

'The Boys', 'Twinkle', 'Sherlock' sampai teaser demi teaser debut EXO menjadi makanan sehari-hari saat itu. Termasuk juga mengotori timeline Twitter dengan cuitan-cuitan nggak penting soal KPop juga sudah jadi identitas pribadi yang susah untuk dihapuskan. Bahkan kala itu kayaknya kuliah pun jadi hal yang bener-bener sepele.

"YANG PENTING TWITTER NOMOR SATU KULIAH KAPAN-KAPAN!"

Ya walaupun nggak se-ekstrem itu juga sih. Tapi memang, buat lo yang sudah ada di semester akhir dan tidak perlu memikirkan skripsi mungkin kehidupan lo akan kurang lebih sama kayak gue. Atau bisa jadi enggak kalau misalnya lo adalah calon CEO Apple. Tapi kalau misalnya kampus mengharuskan lo buat bikin skripsi (dan sekarang lo ada di semester akhir ataupun akan menjadi mahasiswa semester akhir) maka nikmatilah teori dan metodologi-nya.

Hihihi. AKU CINTA KAMPUSKU!

12 jam dari 24 jam gue saat itu gue habiskan dengan spazzing. Sia-sia sekali ya rasanya. Tapi nggak apa-apa. Yang penting gue bahagia dan nggak stres. Karena hidup sendiri di kosan yang isinya mas-mas penyuka musik rock yang kalo puter lagu bisa volume-nya 100% pake loudspeaker itu bisa banget bikin lo pengen bunuh diri setiap hari. Spazzing adalah jalan keluar terbaik daripada ngerokok.

Hari-hari gue di semester akhir kuliah gue habiskan di depan laptop, ngedit video, internetan, nge-tweet, bikin giveaway, ke kampus (bukan buat belajar) download video, ngumpulin drama Korea, internetan. Begitu seterusnya selama satu setengah tahun di semester-semester akhir. Wah hidup kayak gini bener-bener indah banget! Berasa jadi anak CEO Garuda Indonesia yang kalo kemana-mana nggak mikirin uang sama sekali. Tapi gue lupa, kalau di saat yang sama hidup terus berjalan dan gue pun harus menghadapi realita bernama wisuda.

Semua orang pengen cepet-cepet wisuda. Padahal sebenarnya wisuda adalah gerbang paling menyebalkan dalam fase kehidupan mahasiswa. Karena setelah itu kita harus kerja dan menghadapi dunia yang sebenarnya. Which is so boring. I hate to admit that I hate that part of my life. But you don't have any other choices. Lo nggak bisa selamanya jadi bayi kalau lo pengen punya bayi juga kan?

(apa?)

Ketika wisuda sudah dekat, otomatis orientasi gue sudah berubah. Gue tahu kalau suatu saat gue akan meninggalkan dunia spazzing ini untuk selamanya. Apalagi kalau misalnya gue sudah masuk kerja nanti. Maka dari itu harus ada rencana yang tersusun rapi supaya semuanya bisa berjalan lancar.

"Oke, pokoknya abis wisuda mau pulang kampung aja dan kerja di rumah!" kata gue saat itu.

Tapi manusia hanya bisa berencana, Tuhan juga yang menentukan segalanya. Dan lucunya, Tuhan pun memilihkan jalan yang ternyata masih aja ada hubungannya dengan KPop dan.... EXO.



Suatu siang gue sedang berada di mood yang nggak terlalu fit buat kerja. Iya, walaupun pekerjaan ini adalah pekerjaan yang benar-benar menyenangkan dan sangat gue sukai sepenuh hati karena kerjaan apa lagi yang membolehkan lo spazzing dan digaji, tetep aja ada hari-hari di mana rasanya sangat berat dan menyebalkan. Namanya juga manusia. Gue pernah baca satu update-an status seseorang di LINE yang bilang kalo jadi sosok yang vibrant dan selalu happy itu nggak gampang.

Gue setuju. Bahkan untuk ukuran orang yang sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, gue juga terkadang merasa bosan dan seringkali mengantuk. Nggak, ini bukan berarti tidak bersyukur atau gimana. Kadang-kadang memang badan nggak bisa diajak buat terus-terusan duduk. Dia kadang-kadang lebih memilih untuk tidur.

12 jam.

Minimal.

Ya dan gue biasanya melakukan itu di setiap akhir pekan.

Oke, lanjut ke cerita di awal, suatu siang gue sedang berada di mood yang tidak terlalu fit buat kerja. Baca timeline Twitter adalah salah satu hal yang wajib dilakukan kala boring. Dengan catatan lo sudah tidak mem-follow akun-akun yang tweet-nya nggak sesuai sama kaidah-kaidah hidup lo (supaya lebih tenang dan lebih nyaman). Makanya sekarang gue banyak nge-follow akun-akun yang menyenangkan. Kayak Aa Gym gitu. Adem di hati.

Tapi sayangnya siang itu Aa Gym nggak nge-tweet. Mungkin dia lagi nge-gym gue juga nggak paham karena gue bukan sasaeng-nya Aa Gym. Tapi perhatian gue tertuju pada satu tweet dari Soompi tersayang yang berisi kalau Star Wars akan mengeluarkan video kolaborasi bersama EXO.

Ok. Hold on for one second. WHAT EXACTLY IS THIS ALL ABOUT?!

Kenapa ujug-ujug EXO yang baru aja debut (atau akan debut deh kayaknya waktu itu) di Jepang ini bikin video kolaborasi sama Star Wars? Bagaimana kelanjutan sidang dan mediasi yang tidak ada ujungnya itu? Tiga member loh ini keluar dari EXO dan kenapa nggak ada kelanjutannya sampai sekarang? SM? Sampai kapan fans mau dicekoki kebohongan seperti ini? Kenapa nggak cepetan aja diungkap kalau sebenarnya Tao, Luhan dan Kris keluar karena memang kontrak mereka sudah habis, bukan karena hal-hal busuk yang muncul di media saat itu?

Oke, pertama-tama, ini bukan manajemen baru yang dibuat SM Entertainment untuk SM Rookies. Mentang-mentang Super Junior udah punya label sendiri, terus SM Rookies mau dibikinin juga label baru buat debut mereka? Nggak. Mau dapet modal dari mana. Super Junior aja banting tulang dulu sepuluh tahun baru dapet manajemen sendiri. Bagaimana ELF, senang? Kalo gue sih sebenarnya nggak suka kalo SM ini bikin anak-anak label gitu. Jengah liatnya. Satu manajemen aja melelahkan, gimana kalo banyak.

Oke, tapi kita nggak akan membahas soal perusahaan Lee Soo Man itu di postingan kali ini. Karena, siapa peduli? Toh kita juga nggak dapet uang dari mereka. Kecuali ya emang kita produsen baju-baju KW super (nggak junior) yang kemudian menghasilkan uang. Ya kalo cuma sekedar anak-anak manis yang kerjaannya ngetik dan spazzing doang, kan justru uang kita yang diporotin selama ini. #tjurhat

Kemaren secara nggak sengaja (atau emang nggak ada kerjaan sebenarnya) gue buka folder spam di email gue. Dan kebetulan email itu adalah alamat surat elektronik yang gue gunakan untuk login SMTOWN Nation buat dapetin Passport SMTOWN yang nggak pernah gue klaim dan nggak pernah gue ambil sampai sekarang itu. Di sana ada pemberitahuan kalau beberapa server akan mengalami perubahan bla-bla bla.

Gue nggak baca secara mendetail, tapi di sana dijelaskan juga dalam bentuk tabel kalau beberapa server dari situs-situs di bawah domain SMTOWN akan mengalami maintenance selama beberapa waktu. Nah bersamaan dengan pengumuman itu gue ngeliat ada satu situs yang kayaknya asing banget: smrookiesent.com.
*
Hey there! Hehe... jadi bingung mau manggil apa ke kalian yang sudah setia membaca blog ini dengan tulisan-tulisan absurd-nya. Apakah ini artinya aku harus mencari sebutan untuk pembaca blog ini?

(Gak usah banyak gaya deh).

This post is not gonna be that typical very long post that I always made on this blog. Tapi ini hanya sekedar curhatan pendek yang akan gue tulis soal pengalaman gue masuk ke ruang jumpa pers dua konser Infinite di Jakarta di tahun 2013 dan 2015.

Gue nulis ini dari sudut pandang diri gue sebagai seorang fans tentu saja, di luar dunia profesional dan pekerjaan. Walaupun pembatas antara pekerjaan dan kehidupan spazzing gue sangat tipis, tapi semoga tidak berbenturan dan berjalan di track-nya masing-masing.

(Apa deh).

Oke, singkat cerita kemaren gue dapat tugas untuk datang ke preskon konser 'Infinite Effect' di Jakarta. Lokasinya di salah satu hotel di kawasan Thamrin. Hotelnya cukup terkenal. Walaupun gue tadi sempat Googling juga pas sebelum berangkat untuk memastikan apakah di hotel ini ada mushola atau nggak. Yang gue dapatkan adalah informasi bahwa di toilet hotel ini ternyata nggak ada semprotan buat cebok pas lagi boker.

Alhamdulillah gue tadi udah buang hajat di kantor sebelum berangkat jadi gue aman.

Masalah besar datang ketika gue sedang nunggu kopaja dan gue lupa kalau gue belum minum setelah makan siang. Ya gimana sih rasanya kalo ati ampela masih nempel di kerongkongan. Alhasil gue menahan haus (sambil berkali-kali menelan ludah) sepanjang perjalanan. Tapi efeknya tidak baik. Ternyata tidak minum membuat kepala gue agak pusing. Ini mungkin karena efek kebanyakan tidur dan bangun yang dipaksakan sebelum berangkat.

Lagian... kenapa sih Infinite harus preskon hari Sabtu.

Ini tuh weekend.

(Tidak terpikir sebelumnya kalo "YA KAPAN LAGI LO MALEM MINGGUAN SAMA INFINITE!" walaupun dalam konteks yang benar-benar berbeda).
*
Gue bukan tipikal orang yang suka nonton drama atau film yang happy ending. Kadang-kadang menurut gue, film yang happy ending itu klise. Dibuat seolah-olah dunia ini hanya berisi kebahagiaan. Dibuat seolah-olah semuanya akan baik-baik saja. Bagus sih, punya pola pikir seperti itu. Positif dan selalu menyenangkan. Tapi kadang-kadang ini jadi nggak realistis ketika akhirnya kita menjalani sendiri kehidupan dan merasakan berbagai macam penolakan dan kekecewaan. Walau sekecil apapun.

Gue suka nulis cerpen dan beberapa kali nulis fanfiction juga sejak kenal KPop (sila cek di sini). Menentukan ending bisa jadi adalah yang paling sulit buat gue. Mungkin gue emang masih amatir, tapi gue denger-denger bahkan penulis besar pun katanya agak sulit menentukan bagaimana ia harus mengakhiri kisah yang sudah dia bangun dengan penuh kasih sayang itu.

Maka sulit juga buat gue untuk mengakhiri cerita perjalanan ke New York ini, walaupun perjalanannya harus berakhir juga bagaimanapun. Kecuali gue tiba-tiba diadopsi sama orangtua kaya raya di New York dan diajak pindah kewarganegaraan dan disekolahkan dan bla bla bla bla.... yang akhirnya nggak mungkin kejadian.

Walaupun di beberapa kondisi gue sebenarnya lebih suka ending yang menggantung, tragis, atau mungkin open ending, tapi untuk kehidupan nyata ini, gue tentu ingin ending yang bahagia dari perjalanan gue di New York. Yah... mau nggak mau hukum alam itu terjadi. Semua yang berawal pasti akan berakhir.

Mari berbahagia!!!!

Gue bertekad untuk mengakhiri jam-jam terakhir gue di New York sebisa mungkin membahagiakan dan mengesankan. Kecuali bagian masuk toko oleh-oleh mungkin. Karena itu nggak akan gue ceritakan panjang lebar di tulisan ini, gue hanya bisa menyimpulkan bahwa membeli oleh-oleh adalah hal paling membosankan, membingungkan, menyebalkan, dan semua kata-kata negatif bisa ditulis di sini.

Hari terakhir di New York rasanya sangat aneh. Badan gue bener-bener kecapekan setelah perjalanan ke Central Park malam harinya. Mungkin ini juga karena efek kurang tidur yang sudah sangat berlebihan sejak berangkat dari Doha. Mungkin ini yang dinamakan jet lag tapi gue nggak menyadarinya. Tapi gue meyakinkan setiap sel tubuh gue agar jangan tumbang dulu. Karena masih ada sekitar 20 jam yang masih bisa dinikmati sebelum kembali ke Doha dan terbang lagi ke Jakarta.

Gue tidur cukup cepat malam itu. Padahal keinginan gue untuk begadang dan mem-posting foto-foto yang gue potret di Instagram sangat besar. Tapi karena takut dibilang spamming jadi gue simpan saja untuk di-posting late post selama sebulan ke depan (DAN ITUPUN TERJADI). Sekitar jam sebelas malam gue tidur. Pulas. Tapi sebentar banget. Gue terbangun sekitar pukul dua atau tiga pagi karena ingat gue belum setor kerjaan ke kantor.

Akhirnya gue menghabiskan sekitar satu setengah sampai dua jam di depan laptop sebangunnya gue malam itu. Mengingat-ingat lagi apa yang terjadi sepanjang hari kemarin selama kunjungan di Carlo's Cake Factory, Carlo's Bake Shop, dan juga ketika wawancara langsung sama Randy Fenoli. Ada sekitar 15 artikel panjang yang harus di buat dari perjalanan 3 hari 2 malam ini. Beruntung tidak semuanya harus diselesaikan malam itu tapi bisa dicicil sampai November. Jadi gue masih bisa agak bersantai.

Setelah selesai ngetik dan mengirim email (SET SET SET WIFI HOTEL SUPERCEPET MAU NANGIS YA ALLAH), gue buru-buru mandi dan sembahyang subuh ketika sudah masuk waktunya. Karena Selasa (29/9/2015) itu adalah hari terakhir di New York yang penuh kebahagiaan ini, maka gue bertekad akan menghabiskannya dengan sebaik-baiknya. Setepar-teparnya. Sampai teler kalau bisa.

Gue masih penasaran dengan Central Park sebenarnya. Jadi hari itu, tujuan utama gue adalah Central Park. Kerjaan di hari terakhir dimulai sekitar jam setengah 10 pagi. Itu berarti dari jam enam gue punya sekitar tiga jam untuk mengarungi jalan dari hotel ke Central Park dan kembali lagi ke hotel. Karena siangnya akan wawancara Theresa Caputo di kawasan Broadway, jadi gue pikir itu sudah terhitung jalan-jalan. Senengnya lagi, hari itu kerjaan akan selesai jam 1 siang. Means, masih bisa jalan-jalan sekitaran kota.

"Oke, hari ini pokoknya gue mau random!" kata gue. Ketika mandi gue udah kebayang akan sarapan di McDonald (oke maafin gue tapi kemanapun gue pergi kayaknya gue mentok di fast food kesukaan gue ini) dan setelah itu membawa kopi berjalan dari McDonald sampai ke Central Park. Setelah itu, biar Tuhan yang menentukan. Pas mandi gue juga inget kalau ternyata gue belum sikat gigi dari gue mendarat di New York sampai hari ini.
*
*

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • Final Destination 5: REVIEW!
  • Mimpi, Mimpi, Mimpi
  • Are You Ready for Your SM Global Audition Jakarta?
  • EXO: 'Call Me Baby' Music Video Review
  • Awkward itu...
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes