Arti Keberuntungan

gHey! Kemaren, 20 Juli 2010 adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak Shawol di seluruh dunia. Jelas dong, kemaren adalah hari dimana Full Music Video-nya SHINee yang judulnya LUCIFER di rilis. Sebelumnya, tanggal 19 Juli 2010 nya, satu album full dari album kedua SHINee itu dirilis secara Online. Tentu saja ini dirilis untuk dijual bukan di download, walaupun demikian juga banyak yang sudah punya album itu secara gratis melalui download. Hahahaha... termasuk gue mungkin. Silahkan cari di 4shared udah ada tuh yang emang mau gratisan. Tapi sekali lagi (dan berkali-kali akan gue bilang) kalau lo emang Shawol sejati dan nggak pengen anak-anak SHINee mati kelaparan, mari beli CD original. Kasian si Taemin noh, kurus kerempeng butuh makan dan butuh uang buat perawatan rambutnya yang panjang, Minho butuh uang untuk ke RS karena cedera, Joonghyun butuh kain untuk bajunya yang bolong di bagian belakang, Onew butuh sisir karena rambutnya udah belah pantat ala Charly ST 12 sekarang, dan Key butuh obat penumbuh rambut :P Dan ini adalah link video HD yang ada di YouTube langsung dari page-nya SM Entertainment. Silahkan download sepuasnya dari page itu karena pasti gratis. Buat yang mau download, jangan lupa pake IDM dulu yah, dan sudah diintegrasikan dengan Mozila Firefox masing-masing :D



Yuk, back to the topic yang udah gue tulis judulnya di atas!

Keberuntungan. Sebenarnya apa sih makna dari kata itu sebenarnya? Keberuntungan bisa berarti banyak hal. Bisa berarti berhasil mendapatkan sesuatu, bisa berarti bebas dari masalah, bahkan bisa berarti terlibat dalam sebuah masalah. Apa saja yang bisa membuat kita merasa bahwa kita masih punya kesempatan untuk melakukan hal lain yang lebih baik adalah keberuntungan. Keberuntungan banyak diartikan berhasil mendapatkan materi, uang, harta, dan semacamnya. Padahal kalau dipikir-pikir, banyak loh hal yang ternyata merupakan keberuntungan buat kita.

Ini adalah pengalaman gue sendiri. Sekitar tahun 2006, gue baru masuk di SMAN 5 Mataram dan waktu itu gue duduk di kelas X.1. Di kelas itu gue termasuk orang yang bener-bener outsider banget. Nggak ada anak laki-laki satupun di kelas itu yang mau deket dan mau jadi temen gue. Satu-satunya alasan mereka adalah karena banyak orang yang bilang gue dulu adalah banci. Well, kata itu benar-benar kasar buat siapa aja gue rasa. Kenapa gue bisa dibilang banci? Karena gue nggak kayak mereka. Gue nggak suka olahraga, gue nggak suka bergaul dengan anak-anak seperti mereka dan gue lebih suka menyendiri yang ujung-ujungnya banyak anak-anak cewek yang deket sama gue. Kriteria inilah yang akhirnya membawa gue ke neraka bernama hinaan. Terima kasih anak-anak X.1! Gue masih inget banget muka-muka kalian. Hmmm... OOT yee, lanjot!

Waktu itu sepupu gue nikah, dan kebetulan suaminya punya usaha penginapan di sebuah pulau indah bernama Gili Trawangan. Gue sama sekali belum pernah ke pulau itu karena memang dulu gue belum cukup umur  dan belum dipercaya untuk pergi jauh-jauh tanpa orang tua. Tapi dikesempatan ini, gue nggak mau sia-siain karena ini adalah pertama kalinya gue ke pulau itu. Dan pergilah gue ke pulau yang sekarang tampilannya kayak gini:


Bisa pergi ke Gili Trawangan adalah salah satu keberuntungan gue saat itu karena itu adalah pengalaman pertama gue ke sana. Perjalanan ke Gili Trawangan kami (gue dan keluarga besar sepupu gue) tempuh dengan menggunakan angkutan desa yang akan membawa kami dari jalan di deket rumah sampai ke Pelabuhan Bangsal. Tapi... gila, waktu itu gue lagi dengerin musik di N-Gage gue dan tertidur sebentar di mobil itu sampai akhirnya semuanya pada teriak histeris dan gue terbangun. Mau tahu kenapa? Tiba-tiba aja setir mobil itu lepas dan mobil yang gue dan keluarga (termasuk kakak gue di dalamnya) hampir aja masuk jurang. Jreng... waktu itu gue udah nggak bisa napas dan nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Tapi Alhamdulilahnya semuanya selamat. Sumpah, tipis banget jaraknya dan mobil itu akan bener-bener masuk jurang. FYI, jalan menuju Pelabuhan Bangsal adalah Pusuk Pass di mana jalannya berkelok-kelok dan menanjak. Otomatis jurang sudah menanti di kiri dan kanan jalan. Dan selamatnya kita sekeluarga adalah keberuntungan lain yang gue dapatkan waktu itu.

Sampai di Gili Trawangan dengan selamat, makan malam, tidur lalu besok paginya berjalan-jalan menikmati matahari pagi di tepi pantai. Angin hangat dari pantai sangat nyaman sekali rasanya. Pagi itu gue dan beberapa sepupu jalan-jalan ke pelabuhan dan di sana, dari pantai kita bisa melihat ikan Blue Marlin yang sedang berenang ke permukaan. Jujur (dengan rasa malu) gue belum pernah lihat ikan itu sebelumnya. Dan itu adalah keberuntungan lain yang gue dapatkan saat itu.

Sekitar jam sembilan pagi, gue dan beberapa sepupu berencana untuk berenang di laut yang tenang itu. Sudah lama juga nggak basah-basahan di pantai. Pasti bakalan asik. Akhirnya gue siap dengan baju lengkap untuk berenang: Kaos, Kaos dalem, Celana jins pendek, celana dalem. Lengkap banget kan? Entah kenapa sejak kecil gue nggak pernah berani atau lebih tepatnya malu memamerkan tubuh gue di depan orang banyak. Pasti karena tubuh gue yang hanya tulang dilapisi kulit ini yang bikin gue nggak pede. Alhasil gue berenang dengan pakaian lengkap.

Awalnya acara berenang ini biasa-biasa saja. Air laut, gelombang dan ombak sangat bersahabat. Sampai akhirnya gue penasaran untuk mencari tempat yang lebih enak untuk berenang, gue berjalan sendiri ke tempat yang kurang lebih sepuluh meter lebih jauh dari tempat sepupu-sepupu gue. Gue mulai masuk ke dalam air. Merasakan gelombang membentur badan gue. Membentur badan gue lagi. Dan setiap kali gue merasakan gelombang laut itu membentur badan gue, entah kenapa gue semakin menjauh dari pantai. Dan akhirnya, kaki gue udah nggak bisa lagi berpijak di pasir. Semakin jauh gue terbawa arus dan gue nggak bisa berdiri lagi. Oh My God. Gue bakalan tenggelem. Pikir gue. Gue mencoba untuk berenang ke pinggir tapi nggak bisa. Gelombang laut itu menarik gue lebih jauh dan lebih dalam (kayak dihipnotis aja). Tapi serius. Gue bener-bener terbawa arus.

Gue panik. Gue mencoba untuk manggil bapak-bapak yang waktu itu sedang main bola air di deket gue. Gue manggil dia buat minta tolong tapi bapak-bapak itu nggak nolongin gue. Mungkin dia nggak denger atau gimana gue nggak tahu. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke pantai dan keluar dari air.

Mati gue.

Gelombang semakin kenceng narik gue dan gue semakin nggak bisa menyentuh pasir di kaki gue. Gue positif tenggelam. Dengan sekuat tenaga gue mencoba berenang lagi tapi tetep aja nggak bisa. Setiap kali kepala gue muncul di permukaan air, gue teriak.

"TOLONG! TOLONG!" Tapi nggak ada yang denger gue.

Salah seorang sepupu gue kebetulan menoleh, mungkin karena mendengar gue minta tolong. Senang karena akhirnya ada yang lihat, gue mencoba untuk melambaikan tangan dan teriak lagi.

"TOLONG!!" sekuat tenaga gue teriak Tapi apa yang gue dapet?

"HEY!! Halo!! Ron!! Hebat lo!"

Zzzzzz... mereka pikir gue sedang sombong karena bisa berenang sejauh itu.

Sekali lagi, MATI GUE! Oh Tuhan... Gue inget banget waktu di dalem air itu gue sesek, kaki gue lemes kecapean berenang untuk mencapai pantai, mata gue perih karena air laut yang asin. Gue nggak bisa bernapas dalam air karena gue bukan ikan dan gue juga nggak ahli berenang dan mengatur napas. Seinget gue, gue sempat menelan 15 teguk air asin itu yang bikin tenggorokkan gue sakit. Gue tenggelam. Sesekali kepala gue keliatan di permukaan, gue minta tolong lagi. Tapi nggak ada yang denger. Ya Allah... inikah tanda-tanda kematian? Inikah akhir dari hidup gue? Nggak ada yang gue pikirkan waktu itu selain pasrah. Gue inget banget, gue berkata ke diri gue, "Kalau memang sekarang aku harus mati, aku ikhlas dan, yah, aku akan mati." Baru saja gue selesai dengan kata-kata gue itu, tiba-tiba seseorang menarik tangan gue. Kepala gue kembali ke permukaan, gue bisa bernapas lagi, mata gue bisa terbuka lagi dengan normal walaupun masih perih. Alhamdulilah... Sepupu gue menyelamatkan gue. Allah masih memberikan gue kesempatan buat hidup. Dan Alhamdulilah, gue selamat...

Setelah keluar dari air, gue berbaring di pasir, beberapa penjaga pantai nyuruh gue buat minum air kelapa. Tapi boro-boro ada keinginan buat minum, gue sama sekali nggak ada tenaga! Tangan, kaki, badan gue lemes semua. Semua energi gue terkuras abis dan nggak bersisa. Gue seperti pingsan, tapi gue masih bisa ngoceh.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Hah? Menurut lo?"

"Kamu juga sih, ngapain mandi pake pakaian lengkap?! Ya kebawa arus. Secara pakaian kamu berat. Mana pake celana jins!"

Dan sejak saat itu gue dapet pelajaran baru bahwa berenang tidak boleh pakai celana jins karena berat. Pantesan orang-orang yang sering gue liat berenang di Water Boom Mall itu pake celana ketat yang membuat  alat kelamin mereka terlihat dari luar. Gue nggak suka pake celana kayak gitu. Nggak nyaman sama sekali. Tapi kalau udah kayak gini... kayaknya lain kali gue harus coba pake celana itu daripada gue harus mati tenggelam.

Dekat dengan kematian membuat gue sadar bahwa Allah masih punya jalan yang panjang buat gue. Jalan yang mungkin akan gue isi dengan dosa dan dosa, tapi Allah masih ngasih gue jalan itu. Dan itu adalah salah satu keberuntungan buat gue. Masih bisa hidup walaupun gue sudah dekat dengan kematian. Alhamdulilah...

Sejak kejadian itu gue sama sekali nggak berani deket-deket sama air kolam renang ataupun air laut. Setiap kali gue lihat air kolam yang menggenang dan gelap, gue berasa kayak ditarik sama seseorang, ataupun dipaksa buat masuk dan ditenggelamkan. Gue takut... bener-bener takut.

Lalu? Apa arti keberuntungan?

Pengalaman gue yang paling deket sama kematian adalah yang udah gue ceritain di atas. Dan keberuntungan menurut gue adalah bahwa detik ini paru-paru gue masih bisa membantu gue bernapas, kelopak mata gue masih bisa berkedip yang bikin bola mata gue nggak kering karena udara, mata gue masih bisa melihat dan menangkap cahaya, telinga gue masih bisa mendengar suara-suara, lidah gue masih bisa merasakan manis asam asin dan pahit, mulut gue masih bisa gue gunakan buat makan dan bicara, pita suara gue yang menghasilkan suara cempreng ini masih bisa berguna buat orang lain, terutama pendengar setia gue kalau gue siaran.

Gue nggak butuh uang yang berlebih, gue nggak butuh harta yang belimpah, cukup dengan ada di antara Ayah, Ibu, kakak-kakak, adik-adik, dan dekat dengan Allah maka gue akan selalu menjadi orang yang beruntung. Insya Allah...



Jadi, apa arti keberuntungan buatmu?


PS: bisa menulis adalah keberuntungan lain buat gue. yay!

Share:

2 komentar

  1. wauu. kalo lo lebih elitan ya, di laut
    lah gw dulu di sungai kampung, untung ada batang bambu menjulang menyelamatkan gw
    ehehe

    lah kenapa foto lo di blur, macam penjahat
    :P

    BalasHapus
  2. foto diburemin -___- krisis pede ya ron? >_<

    q jg pernah hampir mati tenggelam, dan itu bkn sekali. dulu pas umur 5-6 tahunan, di daerah dieng, di kolam renang yang aernya dinginnya ampun2. masih pake piayama eh kepleset en nyemplung ke kolam. untung q ditolongin sama omku.

    pas smp jg pernah (akibat g bs renang -___-) hampir mati jg, nelen aer udh banyak bgt. untung kolamnya masih sepi jd blm terkontaminasi urin yaiks.

    lg2 ditolongin om yang sama. ah... kapok deh.

    kalau memang blm waktunya untuk dijemput, apapun yg menimpa kt g akan bkin kt mati. tp seringkali org gak ngapa2in eh tiba2 mati. krn memang udh ajalnya.

    mngkin yg km alami itu sbg titik balik dmana km jd tahu artinya diberi nafas kehidupan. biar lbh menghargai hidup dan bisa laksanain kewajiban sbg seorang hamba Allah. *sok ustazah bgt gw, -___-

    intinya, kl gak ad lo, TL gue gak rame, ron. XD

    i'm glad you're the boy who lived *harpot banget g seh?

    *lagi2 maaf, q sllu ngerusuh. i hate being a silent reader.so, sabar2 yah

    BalasHapus