Tuwalet Saja - Kelilipse (Twilight Saga Eclipse Spin-Off)


“Eh eh, gue punya kabar bagus nih!”
“Apaan?”
“Soal si Edward Curut….”

Dua cewek itu langsung heboh teriak-teriak kayak orang gila. Mereka lagi ngobrol di sebuah meja di teras gedung PAU FISIP UI. Biasanya tempat itu memang sering banget jadi tempat ngegosip. Nggak cuma buat cewek-cewek, tapi juga buat beberapa cowok. Bahkan baru aja di deket dua cewek itu ada tiga cowok boyband yang sedang melatih dance mereka. Tampang mereka sebelas dua belas lah dengan personil Boyband SM*SH yang sekarang lagi booming itu. Ya… FISIP UI memang tempatnya orang-orang eksis.
“Emang si Edward kenapa?”
“Iya, kemarin kan gue ketemu tuh sama dia waktu mau pulang, dia lagi jalan sama cowok gitu. Cowoknya pendek pake kacamata gede banget. Kayaknya sih bukan anak FISIP,”
“Trus?”
“Tampang mereka berdua serem banget. Edward keliatannya lagi nahen boker gitu, soalnya mukanya pucet abis, terus si anak pendek itu mukanya kayak gelandangan. Lo pernah liat Raditya Dika nggak di cover Babi Ngesot? Ya mukanya mirip-mirip kayak gitu…”
“Lah? Jangan-jangan itu Radit!”
“Odong… Gue kan bilang dia bukan anak FISIP. Emangnya Radit masih kuliah di FISIP?”
“Masih tuh! Heran juga sama senior yang satu itu kok nggak lulus-lulus ya?”
“Kenapa jadi ngomongin Radit sih?”
“Iya, terus Edward gimana?”
“Nah itu dia… gue kemaren ketemu gitu kan, gue sih mau sapa dia sebenarnya, cuma nggak tahu kenapa gue rada-rasa salah tingkah gitu. Soalnya kemaren lagi panas, terus kulitnya Edward, ya lo tahulah, kalau panas dia kan suka mengkilat-kilat gitu kayak pantat penggorengan. Akhirnya gue menjauh soalnya silau banget. Males gitu gue…”
“Lah terus anak pendek itu? Diem aja?”
“Kayaknya sih dia buta deh…”
“Oh dia pake kacamata item gede maksud lo?”
“Nggak, dia pake kacamata biasa, yang kacanya warna putih,”
“Terus kenapa dia nggak silau di samping Edward?”
Dua cewek itu masih terus berspekulasi tentang Edward Curut dan siapa anak laki-laki yang jalan sama cowok vampir yang paling terkenal seantero UI itu. Belakangan ini memang keluarga Curut lagi banyak gosip. Entah itu gosip rumah tangga, gosip rumah kardus, dan gosip rumah boneka. Mereka lagi berada dalam krisis. Katanya sih Edward yang menyebabkan semuanya. Tapi kenapa dan masalah apanya itu orang-orang masih bertanya-tanya. Sempat terdengar kabar Edward sama Bella Siwer putus gara-gara Edward masih juga nggak mau jadiin Bella vampir. Cuma lagi-lagi kejelasan berita itu masih dipertanyakan soalnya terakhir Bella Siwer muncul di kampus, dia keliatannya lagi nggak semangat dan kayaknya udah berada di ujung kehidupan gitu. Mungkin Bella lagi ngetes Edward kali ya? Edward lebih milih mana, Bella mati atau jadiin Bella vampir.
“Jangan-jangan si Edward—-“
“Sssttt! Orangnya dateng!”
Dua cewek itu langsung noleh ke belakang dan di parkiran PAU, mobil Edward masuk dan parkir di sebuah tempat kosong. Hari ini mendung, itu artinya Edward bebas keliaran kemana aja dia mau. Depok ternyata juga bisa jadi alternatif tempat sembunyi buat Edward karena cuaca belakangan ini suka mendung-mendung gaje dan juga sering banget hujan badai. Edward hari ini berpenampilan seperti biasa: t-shirt longgar, celana jins ketat, rambut acak-acakan, trus bawa tas ibu-ibu. Orang-orang pada ngeliatin Edward dan bertanya-tanya apakah itu benar-benar Edward Curut si vampir atau personil SM*SH.
“Bang…” anak kecil yang dimaksudkan dua cewek itu muncul di belakang Edward. Mukanya sekarang nggak kalah pucat sama Edward. Tapi pucatnya aneh. Kalau Edward kulitnya putih kayak marmer terus pucat, kalau anak itu kulitnya hitam kayak cincau dan pucat. Entah seperti apa bentuknya itu tapi wajahnya terlihat lebih putih daripada sekujur badannya. Ternyata pendapat cewek-cewek tadi salah. Anak itu bukan mirip Raditya Dika, tapi lebih mirip kambing.
“Cepetan deh, Go, lu jalan suka lama deh…”
“Aduh bang, repot nih, leher gue masih pegel-pegel….”
Anak pendek itu melakukan gerakan senam kepala ke kiri dan ke kanan untuk membuat lehernya terasa lebih baik.
“Ya makanya lu kalau gue bilang istirahat di rumah, istirahat aja… Jangan ikut-ikut ke kampus!”
“Aduh bang, gue ada kuis nih jam sebelas. Kalau gue nggak masuk, nanti gue malah nggak lulus!”
“Yaudah ah, terserah lu aja…. Cepetan!”
Edward berjalan dua langkah lebih cepat daripada si anak pendek. Ketika Edward dan si anak pendek yang ternyata bernama Diego itu melewati tempat duduk dua cewek yang sedang ngegosip tadi, semua perhatian tertuju ke anak pendek itu.
“Eh, eh, lu liat deh… Kok lehernya agak aneh gitu ya?”
“Dia vampir juga?”
“Gue nggak tahu… tapi bisa jadi sih dia vampir juga… Tapi…”
“Edward yang gigit?”
Mereka berdua saling tatap.
“AAAAA NGGAK RELAAAAAA!!!!!!” teriak salah satu dari mereka.
“IYA SUMPAH! GUE NGGAK RELA!!! ADUH… EDWARD KAN HARUSNYA GIGIT GUE DULUAN!! MASA DIA GIGIT COWOK!!! Ih…”
“Atau jangan-jangan…?”
“EDWARD GAY?!” dua cewek itu teriak-teriak heboh sampai-sampai semua orang yang ada di sekitar mereka ngeliatin mereka, tapi dua orang itu emang sudah nggak punya urat malu.
“Sumpah lo dia Gay? Demi apa?”
“Aduh gue nggak tahu juga! Terus gimana dong? Masa kita kalah sama anak kecil, butut, item, jelek, dekil, pendek, buta kayak gitu?”
“Iya gue nggak rela! Gue nggak rela! Bahkan dengan tidak ikhlas gue lebih memilih Edward sama Bella daripada sama anak kecil itu!”
“Eh eh, pantesan! Gue tahu sekarang!”
“Tahu apa?”
“Bella kan sejauh ini belum jadi vampir kan? Lo inget nggak film terbaru mereka kemaren?”
Kelilipse?”
“Iya yang itu! Bella kan belum jadi vampir disitu!”
“Jadi maksud lo?”
“Bella itu belum digigit sama Edward karena selama ini Edward Gay! Edward itu nggak mau gigit Bella karena dia… nggak napsu sama Bella!”
“Lah? Tapi dia cium-ciuman kok disitu…”
“Itu kan akting! Bisa jadi kan itu cuma kamuflase?”
“Aduh gue bingung deh… Sebenarnya film itu beneran nggak sih?”
“Beneran dong! Lo kan tahu sendiri Edward Curut terkenal banget di UI kan? Dia vampir satu-satunya disini,”
“Tapi film itu?”
“Jadi kemaren gue sempat denger dari senior gue gitu katanya memang film itu dibuat berdasarkan kisah nyata si Edward….”
“Jadi semuanya beneran?”
“Iya…”
“Termasuk Bella sering pacaran sama Rusa jadi-jadian? Si Yakub?”
“Iya!”
“Astaga Tuhan…”
Dua cewek itu masih tidak  bisa memercayai kenyataan bahwa ternyata Edward Curut adalah seekor vampir yang homoseksual. Mereka berdua selama ini sangat ingin jadi vampir. Bahkan di beberapa kesempatan kalau lagi ketemu Edward di halte bikun atau lagi ngantri beli piscok di stasiun, mereka sebisa mungkin menunjukkan ke Edward leher-leher mereka yang seksi terus diolesin saos tomat sebagai pengganti darah. Kabarnya Edward sekarang hobi makan saos tomat karena dia udah bosen makan daging binatang sama darah binatang. Tapi… Kenapa Edward harus  gigit si anak pendek itu? Dua cewek itu masih bete karena kenyataan itu.
“Udah ah, gue mau pulang aja. Ntar malah ujan lagi. Mumpung ujannya belum jatoh. Lo mau sekalian pulang aja?”
“Iya deh… Edward sudah menghancurkan hati gue…”
Mereka berdua bangkit dari duduknya dan berjalan menuju halte bikun MUI. Secara tidak sengaja, mereka ketemu sama Bella Siwer di sana. Bella juga lagi nunggu bikun.
“Eh, Bella…”
“Halo…” Bella tersenyum.
“Darimana Bell? Kok sendiri? Lo nggak kuliah? Edward mana?” tanya salah seorang cewek itu.
Bella cemberut.
“Gue lagi break sama Edward…”
“Loh kenapa?”
“Gue nggak tahen sama gosip-gosip yang beredar belakangan ini… Gue nggak tahen jadi bahan ketawaan pacaran sama cowok yang nggak mau gigit gue dan jadiin gue vampir…”
Dua cewek itu saling pandang.
“Jadi beneran Bell?”
Bella mengangguk yakin. Dua cewek itu terlihat sangat kecewa sekali.
“Lo yang sabar ya Bell. Bagaimanapun, kita berdua dukung lo sama Edward… Kita juga nggak suka sama anak pendek item dekil yang dipilih Edward itu…”
Bella mengernyit.
“Maksud kalian?”
“Hah? Maksud lo?”
“Iya, maksud kalian apa?”
“Loh tadi kan kata lo, Edward beneran gay?”
Bella tiba-tiba kepeleset terus jatuh dengan posisi kepala masuk ke selokan.
“Bukaaan… emang gue pernah bilang gitu?”
“Lah? Tadi kata lo? Lo nggak tahen gara-gara Edward gak mau gigit lo? Itu artinya dia gay kan?”
Bella diam sebentar.
“Bener juga sih…” kata Bella.
“Yaelah… lo gimana sih Bell!”
“Jadi kelanjutan hubungan kalian gimana?”
“Gue juga nggak tahu nih… Gue lagi rajin berdoa sama Allah supaya Edward dibukakan mata hatinya dan mau gigit gue dan jadiin gue vampir… Ini gue baru abis solat. Kalian nggak solat sekalian?”
Dua cewek itu cengar-cengir.
“Entar aja deh Bell…”
Mereka bertiga diam-diaman beberapa saat.
“Jadi kalau boleh gue tahu, anak dekil item jelek itu siapa Bell? Dia vampir baru?”
“Iya… namanya Diego. Vampir peranakan Brazil. Bokapnya orang Brazil, nyokapnya orang Indonesia…”
“Itu beneran dia jadi vampirnya karena Edward yang gigit?”
“Iya bener…”
“Kok Edward malah gigit cowok itu sih, bukan malah lo…”
Bella diam. Dia keliatannya mau nangis. Cewek-cewek itu merasa, Bella minta break sama Edward pasti karena masalah ini.
Sebuah sepeda motor butut tiba-tiba berenti di depan halte MUI. Yakub Belek yang dateng.
“Bella! Yuk pulang sama abang aja!”
“Eh, gue duluan ya, Yakub udah dateng…”
“Bye Bell…”

—-

Di rumah Bella, Edward Curut tiba-tiba muncul dari lobang pembuangan air kotor dan langsung masuk ke kamar Bella. Bella kaget banget dan langsung membuang muka.
“Mau apa kamu dateng lagi? Aku kan udah bilang kita break dulu. Itu artinya kamu nggak boleh dateng ke sini, nyusup lewat got atau lewat manapun!”
“Bella… dengerin aku dulu…”
“Dengerin apa lagi? Aku nggak mau dengerin kamu nyanyi. Nyanyian kamu kalah bagus sama Yakub!”
“Aku nggak mau nyanyi… Aku mau jelasin soal Diego…”
“Oh, jadi ternyata bener kamu itu gay dan lebih milih gigit Diego daripada gigit aku?” Bella mulai nangis bombay macem sinetron.
“Bukan gitu ceritanya, sayang… jadi kemaren itu…”

—-

“Go, coba kamu ambilin botol wiski yang ada di kamar Emmet dong…” Carlisle minta tolong ke Diego. “Mau papah kasih ke temen papah yang dari Alaska. Dia vampir sahabat papah sejak playgroup…”
“Iya pah..” Diego patuh. Tak lama kemudian dia kembali dan meletakkan wiski itu diatas meja dekat Carlisle.
“Papah, tolong mamah dong…” Esme teriak dari lantai atas kamar.
“Iya, tunggu…”
Carlisle meninggalkan meja itu dan langsung naik ke lantai atas sementara Diego keluar buat main gundu. Tak lama, Edward muncul. Dia baru selesai joging di hutan UI, baru selesai kejar-kejaran dengan seekor musang. Dia merasa sangat haus dan ketika melihat botol wiski itu, dia langsung minum semua isi botol seperti kesetanan. Edward pikir itu air tapi tak lama setelah itu dia merasa sangat pusing. Semua yang ada di depannya berputar-putar.
“Bang Edward? Kenapa bang?” tanya Deigo yang masuk karena mendengar suara sesuatu pecah. Edward ternyata menjatuhkan botol wiski kosong dan pecah.
“Bella… Bella… Kamu kapan dateng?”
“Bella? Saya bukan Bella bang! Saya Diego!”
“Bella… aku sayang banget sama kamu Bell…” Edward menggenggam kedua bahu Diego. “Kamu pengen jadi vampir kan? Sini biar aku gigit aja sekarang…”
“Bang! Bang! Tunggu dulu bang! Saya bukan Mbak Bella! Saya Diego!”
“Oh Bella…”
Diego tidak bisa menghentikan Edward karena genggaman tangan Edward di bahunya sangat kencang sekali. Dia sampai tidak bisa bergerak. Tiba-tiba…
Jleb…
Taring Edward menembus kulit dan daging leher Diego yang hitam keras dan banyak dakinya.
Diego berteriak keras sekali. Dia bergerak-gerak aneh. Guling-guling di lantai. Lari-larian kesana-kemari. Tangan dan kakinya bergerak tanpa perintahnya. Tangannya kadang naik kadang turun dan kakinya yang kanan jalan sendiri ke kiri dan yang kiri jalan sendiri ke kanan. Dia masih berteriak kesakitan.
“ADOOOHHH!!! PAPAAAH!!! BANG EDWARD GIGIT DIEGOOO!!! SAKIIT PAPAAAAAH!!!!”

—-

“Jadi gitu Bell… aku kemaren itu khilaf… Maafin aku yah…”
Bella diam dengan air mata memenuhi pelupuk matanya dan akhirnya jatuh membasahi pipinya.
“Beneran?”
“Iya… masa aku bohong sih?”
“Yaudah aku percaya… Aku maafin kamu…”
“Beneran Bell?”
“Beneran…”
“Janji kelingking?”
“Janji kelingking!”
Dan merekapun menautkan kelingking mereka.
“Jadi kamu kapan mau gigit aku?” tanya Bella masih berharap.
“Kalau nanti aku udah nafsu sama cewek ya Bell… Sekarang aku lagi seneng banget sama cowok soalnya…”
@ronzzykevin
http://kaoskakibau.tumblr.com

Share:

1 komentar