Sebete-betenya Cewek Lagi Datang Bulan, Lebih Bete Gue
Tulisan ini buat bapak bapak berbaju cokelat sewarna lumpur bertopi bewarna pramuka dengan perut gendut kayak badut.
Hal yang paling gue gak suka dari Mataram adalah ketika gue harus dihadapkan dengan pilihan pergi naik motor atau tidak pergi sama sekali. Disini nggak ada yang namanya angkot jurusan mana ke jurusan mana, dari mana transit ke mana dulu. Angkot disini bocok semua. Nggak sampe malem, nggak ada yang jalurnya deket sama rumah, nggak ada yang bisa dipake pas pulang lewat dari jam delapan malem. Ah, bener-bener ngebetein. Hasilnya kemana-mana harus pake motor dong. Oke, bukan gue nggak bisa naik motor, tapi gue gak punya SIM C. SIM C gue mati tahun lalu. Dikarenakan gue nggak punya motor di Depok dan cuma pake motor pas di rumah aja, akhirnya gue memutuskan untuk tidak memperpanjang SIM gue. Akhirnya.... Sial.
Kurang lebih satu minggu yang lalu, gue mau nganterin Mom buat memperpanjang STNK. Awalnya gue sendiri nggak percaya diri harus menghampiri kawasan yang memang jadi tempat tinggal, tempat menjarah, dan tempat sampah nya polisi. Tapi akhirnya gue pergi juga. Bener aja, hari itu, persis di depan tempat memperpanjang STNK, ada razia kendaraan bermotor khususnya roda dua. Ah, gue udah bete banget. Nggak tahu kenapa, Polisi itu nggak pernah punya aura yang bagus. Polisi itu nggak pernah punya aura yang nyenengin. Polisi itu nggak pernah punya aura yang bikin lo merasa bahwa dia adalah sahabat masyarakat dan selalu melayani dengan senyum.
Gue sudah tahu kalau alasan apapun gak ada diterima sama polisi. Ya, jadi percuma aja Mom beralasan dan berdalih panjang lebar tentang dia yang seharusnya jadi yang mengendara dan gue yang menumpang tapi kemudian kami bertukar posisi karena dia pusing. Ah polisinya tidak pernah peduli... Tentu saja. Karena kalau istri atau ibu mereka yang ditilang, kan mereka bisa dengan mudah mengeluarkan STNK tanpa membayar denda ataupun mengikuti prosedur. Toh mereka sendiri adalah polisi. Dan akhirnya, STNK gue ditahan dan gue harus sidang tanggal 29 Juli besok.
Gue nggak pernah suka polisi. Jangankan berurusan sama polisi, ngeliatnya aja udah eneg. Kalau ada orang yang pake baju cokelat lumpur lewat depan gue dengan perut buncit dan hampir gak bisa dikancing, gue pasti langsung merinding, kadang juga pengen banget muntah.
Pernah suatu hari gue kecelakaan parah, motor gue rusak parah dan posisi jatuh gue sangat lucu sekali saat itu dan gue harus dibawa ke kantor polisi. Beruntung surat- surat semuanya lengkap dan gue juga jadi orang yang ditabrak, bukan menabrak. Tapi apa coba? Pas di kantor polisi, si polisinya minta gue buat bayar uang administrasi padahal kata om gue yang seorang Jaksa senior, kalo masalah kayak gitu kita nggak akan dimintain uang apapun. Ya males lah mau bayar-bayar sama tuh polisi. Ngeliat perutnya aja bikin pengen kabur buru-buru dari ruang interogasi. Masa setiap kali gue ngomong bela diri, pembelaan gue selalu dijatuhkan. Pokoknya bagaimana caranya biar gue salah aja gitu.
Menurut gue, kayaknya polisi ini harus ganti slogan deh! Percuma slogan gede-gede gitu di pajang di depan kantor. Tulisannya aja udah muna banget, "Melayani Dengan Senyum". Kok yang selama ini gue rasain malah pelayanan yang penuh dengan tekanan, trus penuh dengan monolog dalam hati, "Kayaknya bakalan dimintai uang nih, kayaknya bakalan dimintain uang nih, 1000x", atau perasaan takut kayak mau kehabisan Cinemags edisi Harry Potter. Beberapa kali berhadapan dengan polisi, gue nggak pernah dilayani dengan senyum. Oke, fine, Razia memang ada surat izin melakukan razia atau semacamnya. Tapi bukan berarti dengan razia lo juga nggak bisa senyum kan? Bukan berarti gue gak punya SIM lo nggak senyum kan? Razia juga termasuk salah satu cara lo melayani negara ini! Melayani kesalahan gue! Lo juga harus senyum!
Ah, semacem pengen ngumpat tapi nanti dikira gue menjelekkan nama polisi. Ah, nggak sih, ini kenyataan. Pengalaman gue.
Jadi kalau menurut gue, mending ganti slogan aja deh, daripada pajang slogan dengan baliho gede gitu tapi gak dijalanin. Well, oke di sana emang lo senyum, tapi cuma di foto doang. Anak kecil juga senyum kalo di depan kamera. Ponakan gue dari umur tiga bulan udah senyum depan kamera. Siapa juga gampang diatur depan kamera. So, please... DO NOT FAKE YOUR SMILE! OR MAYBE FAKING UP YOUR SLOGAN, SIR! Ini negara yang harus lo layani dengan senyum. Bukan senyum waktu lo nerima gaji lo doang. Makasi.
Gue nggak pernah suka sama polisi, bukan cuma karena aura negatifnya, lagaknya, perutnya yang gede, dan tingkahya yang nyebelin kayak misalnya dengan sengaja melewatkan seorang yang naik motor tanpa helm hanya karena dia kenal sama orang itu ataupun takut sama orang itu karena satu dan lain hal (pernah kejadian di depan Mall, padahal jelas-jelas dia lagi nilang dua cowok nggak pake helm, tapi bapak-bapak gak pake helm yang ngelambai kedia cuma dibales lambaian doang...). Gue nggak pernah suka sama polisi karena menurut gue mereka hanya memasang slogan, tidak menjalankannya dengan baik.
Semua ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi gue. Makasi...
Kurang lebih satu minggu yang lalu, gue mau nganterin Mom buat memperpanjang STNK. Awalnya gue sendiri nggak percaya diri harus menghampiri kawasan yang memang jadi tempat tinggal, tempat menjarah, dan tempat sampah nya polisi. Tapi akhirnya gue pergi juga. Bener aja, hari itu, persis di depan tempat memperpanjang STNK, ada razia kendaraan bermotor khususnya roda dua. Ah, gue udah bete banget. Nggak tahu kenapa, Polisi itu nggak pernah punya aura yang bagus. Polisi itu nggak pernah punya aura yang nyenengin. Polisi itu nggak pernah punya aura yang bikin lo merasa bahwa dia adalah sahabat masyarakat dan selalu melayani dengan senyum.
Gue sudah tahu kalau alasan apapun gak ada diterima sama polisi. Ya, jadi percuma aja Mom beralasan dan berdalih panjang lebar tentang dia yang seharusnya jadi yang mengendara dan gue yang menumpang tapi kemudian kami bertukar posisi karena dia pusing. Ah polisinya tidak pernah peduli... Tentu saja. Karena kalau istri atau ibu mereka yang ditilang, kan mereka bisa dengan mudah mengeluarkan STNK tanpa membayar denda ataupun mengikuti prosedur. Toh mereka sendiri adalah polisi. Dan akhirnya, STNK gue ditahan dan gue harus sidang tanggal 29 Juli besok.
Gue nggak pernah suka polisi. Jangankan berurusan sama polisi, ngeliatnya aja udah eneg. Kalau ada orang yang pake baju cokelat lumpur lewat depan gue dengan perut buncit dan hampir gak bisa dikancing, gue pasti langsung merinding, kadang juga pengen banget muntah.
Pernah suatu hari gue kecelakaan parah, motor gue rusak parah dan posisi jatuh gue sangat lucu sekali saat itu dan gue harus dibawa ke kantor polisi. Beruntung surat- surat semuanya lengkap dan gue juga jadi orang yang ditabrak, bukan menabrak. Tapi apa coba? Pas di kantor polisi, si polisinya minta gue buat bayar uang administrasi padahal kata om gue yang seorang Jaksa senior, kalo masalah kayak gitu kita nggak akan dimintain uang apapun. Ya males lah mau bayar-bayar sama tuh polisi. Ngeliat perutnya aja bikin pengen kabur buru-buru dari ruang interogasi. Masa setiap kali gue ngomong bela diri, pembelaan gue selalu dijatuhkan. Pokoknya bagaimana caranya biar gue salah aja gitu.
Menurut gue, kayaknya polisi ini harus ganti slogan deh! Percuma slogan gede-gede gitu di pajang di depan kantor. Tulisannya aja udah muna banget, "Melayani Dengan Senyum". Kok yang selama ini gue rasain malah pelayanan yang penuh dengan tekanan, trus penuh dengan monolog dalam hati, "Kayaknya bakalan dimintai uang nih, kayaknya bakalan dimintain uang nih, 1000x", atau perasaan takut kayak mau kehabisan Cinemags edisi Harry Potter. Beberapa kali berhadapan dengan polisi, gue nggak pernah dilayani dengan senyum. Oke, fine, Razia memang ada surat izin melakukan razia atau semacamnya. Tapi bukan berarti dengan razia lo juga nggak bisa senyum kan? Bukan berarti gue gak punya SIM lo nggak senyum kan? Razia juga termasuk salah satu cara lo melayani negara ini! Melayani kesalahan gue! Lo juga harus senyum!
Ah, semacem pengen ngumpat tapi nanti dikira gue menjelekkan nama polisi. Ah, nggak sih, ini kenyataan. Pengalaman gue.
Jadi kalau menurut gue, mending ganti slogan aja deh, daripada pajang slogan dengan baliho gede gitu tapi gak dijalanin. Well, oke di sana emang lo senyum, tapi cuma di foto doang. Anak kecil juga senyum kalo di depan kamera. Ponakan gue dari umur tiga bulan udah senyum depan kamera. Siapa juga gampang diatur depan kamera. So, please... DO NOT FAKE YOUR SMILE! OR MAYBE FAKING UP YOUR SLOGAN, SIR! Ini negara yang harus lo layani dengan senyum. Bukan senyum waktu lo nerima gaji lo doang. Makasi.
Gue nggak pernah suka sama polisi, bukan cuma karena aura negatifnya, lagaknya, perutnya yang gede, dan tingkahya yang nyebelin kayak misalnya dengan sengaja melewatkan seorang yang naik motor tanpa helm hanya karena dia kenal sama orang itu ataupun takut sama orang itu karena satu dan lain hal (pernah kejadian di depan Mall, padahal jelas-jelas dia lagi nilang dua cowok nggak pake helm, tapi bapak-bapak gak pake helm yang ngelambai kedia cuma dibales lambaian doang...). Gue nggak pernah suka sama polisi karena menurut gue mereka hanya memasang slogan, tidak menjalankannya dengan baik.
Semua ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi gue. Makasi...
@ronzzykevin
http://kaoskakibau.blogspot.com
2 comments
kalo menurut gw yg penting kan bawa surat izin mengemudi masalah berlum diperpanjang itu urusan samsat, dan kalo ditilang lihat surat tilangnya warna merah apa biru .. kalo warna merah yg dikasih minta yg warna biru paksa aja gak papa
BalasHapusuntuk STNK pajak juga , pajak habis polisi gak ada hak nya .. karena yg terpentingkan lengkap atau enggaknya , gak ada pasal mengenai SIM MATI DAN PAJAK MATI ...
Yang sudah terjadi sayangnya gak bisa di ulang ya... kasian...
BalasHapus