Gue agak menyesal buru-buru buka DM ketika Jeno (nama handphone gue) memberitahu ada notifikasi dari Instagram. Kalau isinya cuma kayak gitu mending gue swipe kiri aja terus dibaca nanti-nanti. Gue bukan tipe orang yang suka ngebiarin notifikasi numpuk sampai puluhan baru dibaca kecuali kalau kondisinya sangat sibuk banget. Gue mungkin orang yang paling fast response di seluruh dunia bahkan ngalahin online shop kesayangan lo. Tapi ya kadang-kadang agak kesel aja kalau misalnya udah buru-buru dibuka terus isinya cuma komentar pendek yang terkesan sok tahu.
Mungkin gue terdengar agak nyolot di bagian “sok tahu” tapi memang begitu adanya. Dan mungkin lo agak bingung kenapa tiba-tiba gue kayaknya marah-marah dibilang galau di DM Instagram. Sebenarnya ini mau ngomongin apa sih? Sebenarnya siapa sih yang ngatain gue galau? Sebenarnya posting-an kali ini tentang apa sih?
Nggak kerasa tahun ini gue udah resmi jadi anak kosan selama delapan tahun berturut-turut. Sejak 2009 gue pertama kali pindah dari Mataram ke Depok untuk kuliah di UI sampai 2017 ini gue jadi salah satu pegawai rumah produksi di Jakarta. Yang mana, sepertinya akan gue tinggalkan dalam waktu dekat, mohon doanya. Wah, selama delapan tahun ini gue udah hapal banget deh naik dan turunnya hidup sendiri tanpa keluarga. Jauh dari masakan Mama. Nggak pernah bisa ketemu tiap hari sama temen-temen SMP dan SMA (meanwhile mereka di grup LINE tengah merencanakan untuk kumpul-kumpul) (dan membicarakan pernikahan).
Selama delapan tahun ini gue belajar banyak hal banget tentang kesendirian. Masak sendiri, makan masakan sendiri. Tidur sendiri, beresin tempat tidur sendiri. Perbaiki keran kamar mandi yang rusak juga harus sendiri sampai masang kawat di ventilasi kamar mandi supaya nggak masuk tokek kayak kejadian di Depok tahun 2010 dulu. Karena nggak mau manja (ceileh) gue juga belajar nyuci seprai dan selimut sendiri. Dua hal ini kayaknya sih jangan dilakukan setiap minggu. Karena mijetnya sampai jari-jari gue mau patah. Selama delapan tahun terakhir gue banyak melakukan hal-hal yang nggak pengen gue lakukan sendiri, tapi gue nggak punya pilihan.
Sebagai anak rantau sebenarnya ada sih, opsi untuk tinggal bareng temen. Setidaknya jadi nggak merasa sendiri terus. Tapi gue tuh orangnya ribet sendiri dan terlalu labil. Apalagi pas baru lulus SMA dulu. Kalau diinget-inget rasanya pengen pecut diri sendiri pake rotan. Kelabilan gue itulah yang bikin gue belum siap untuk bisa berbagi apapun dengan Dia-Yang-Disebut-Teman-Sekamar. Lagipula, gue juga selalu menganggap diri gue sebagai alien. Orang aneh. Yang kesukaannya bisa jadi nggak sama dengan kebanyakan orang saat itu (bahkan saat ini). Ya rasanya belum siap aja berada di satu kamar dengan orang yang belum lama gue kenal. Berbagi bau keringat sampai kentut.
Waktu itu gue mikir gini, gue baru lulus SMA, pindah ke Depok sendiri dan menjalani hari-hari sebagai mahasiswa baru yang selama dua minggu pertama sudah muak dan stres dengar teriakan senior yang nggak ada faedahnya itu: “THINK FAST DONG DEK! KREATIF DONG DEK! BISA LEBIH CEPET GAK DEK LARINYA?!” najis. Gue kira UI nggak ada gini-ginian ternyata ada juga. Hal-hal kayak gitu, termasuk kehidupan mahasiswa baru yang terombang-ambing nggak jelas di kampus bikin gue males mikir macem-macem yang ujung-ujungnya bikin kepala gue sakit. Ya, gue emang gampang banget stres. Manajemen emosi gue waktu itu masih kacau banget. Makanya gue pikir wajar kalau waktu itu gue nggak mau dibebani dengan keharusan untuk berbagi bau kentut dengan manusia lain.
Seiring waktu berganti, gue jadi lebih dewasa dalam hal ini. Jadi lebih wise—ahelah—gitu. Malah gue jadi penasaran. Semacem bisul yang gatel tapi nggak boleh digaruk. Nggak tahu hubungannya apa. Lulus kuliah dan nggak lagi dibebani dengan hal-hal kampus, sudah punya penghasilan sendiri dan mulai bisa menabung membuat gue jadi less-stress than before. Gue pun penasaran gimana rasanya punya roommate ya? Apalagi sehabis nonton variety show flop Korea yang judulnya ‘Roommate’ itu, gue jadi makin pengen tahu rasanya.
“Seru kali ya? Bisa punya temen makan. Temen ngobrol sebelum tidur gitu?”
Katanya udah dewasa tapi pikirannya kayak anak SMP.
Pernah nggak, kalian suatu hari duduk di sebuah kursi kayu, di teras rumah yang halamannya luas banget, ngeliatin cahaya matahari pelan-pelan menghilang dan tenggelam di sebelah barat, sambil menghirup aroma teh mint hangat dari meja kecil yang ada di sebelah kanan kalian, dan memikirkan soal apa saja yang sudah terjadi selama tiga tahun terakhir?
Gue nggak pernah. Karena di teras rumah gue nggak ada kursi kayu, tapi adanya sofa tua yang udah bau dan berdebu. Halaman rumah gue juga nggak luas-luas banget. Cuma dua kali lompat kodok juga kebentur tembok. Dan cahaya matahari jelang terbenam nggak pernah terlihat jelas dari sana karena kehalang sama tembok rumah-rumah lain. Tapi kadang-kadang cahayanya bagus juga. Cuma, di jelang akhir kalimat paragraf pertama sih gue pernah. Ya nggak sambil duduk minum teh mint juga.
Belakangan ini gue sering banget memikirkan “the good old days”. Seolah nggak mau menerima kenyataan bahwa setiap individu yang ada di sekitar gue pasti berubah. Sekecil apapun itu. Perubahan-perubahan yang tanpa kita sadari bikin hubungan pertemanan jadi merenggang dan pelan-pelan semakin menjauh. Kenyataan itu kemudian bikin kerinduan akan masa-masa pas bareng dulu makin berasa.
Kalau lo termasuk pembaca setia blog ini, lo pasti tahu kalau gue nggak terlalu punya banyak teman. Sebagai perantau yang kehidupan masa kecil dan masa remajanya dihabiskan di Mataram, Lombok, membuat gue nggak terlalu punya hubungan yang sangat dekat dengan teman-teman sekolah gue dulu. Teman waktu kuliah dulu juga sekarang sedang giat-giatnya bekerja, jadi beneran jarang banget bisa ketemu dan menghabiskan waktu berkualitas. Jadilah teman-teman yang sering kontak dan komunikasi sama gue sekarang adalah mereka yang memang punya satu kesanaam: sama-sama suka KPop.
“Introvert itu nggak sama dengan
pemalu.”
Itu yang gue baca di artikel sebuah
media online beberapa waktu lalu. Semakin gue cermati, semakin gue berpendapat
sama dengan tulisan itu. Semakin juga gue punya pandangan yang jelas tentang
sifat alami gue yang memang introvert, tapi bukan pemalu.
Mana ada pemalu yang mau membungkus
dirinya dengan konfeti dan joget-joget nggak jelas di lokasi konser demi untuk
di-notice sama Lee Jin Ki.
Melanjutkan tulisan di artikel tadi,
introvert adalah orang yang lebih menyukai kesendirian kadang-kadang, meski
mereka ada di tengah keramaian. Dan gue kembali mengamini tulisan itu.
Belakangan ini gue sering merasakan hal ini. Belakangan ini gue sering merasa
ingin sendiri. Entah kenapa apapun yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar
gue, walaupun itu lingkaran pertemanan gue sendiri, jadi nggak seru lagi. Gue
merasa semangat gue untuk berinteraksi dan beramah-tamah dengan sekitar
mendadak hilang. Dan ini adalah sebuah masalah besar.
Ke orang-orang yang sudah lama gue
kenal (atau sudah lama kenal gue) pastilah gue akan banyak ngomong dan ngoceh
tentang banyak hal. Di satu momen gue bisa jadi sangat menyebalkan karena
kebanyakan ngomong. Sering banget gue menyinggung roommate gue karena gue
terlalu banyak omong. Walaupun dia mungkin nggak teriak “ANJING LO, GUE TERSINGGUNG!”
tapi gue bisa melihat itu dari mimik wajah dan perubahan sikapnya yang mendadak
dingin kayak Arandelle waktu Elsa masih labil.
Karena keberisikan gue yang to the
max inilah pernah suatu hari salah satu temen kantor, namanya Nabila, nanya ke
gue. “Lo lagi sakit ya?” cuma karena gue hari itu nggak sebanyak omong
biasanya. Nggak seberisik biasanya.
Nggak. Gue nggak sedang sakit. Gue
sedang pengen sendiri dan diem.
Tapi nggak bisa mengeluarkan kalimat
seperti itu. Gue hanya bisa faking smile dan “Nggak Bilaaaa gue lagi pusing
nih. Biasalah anak muda. Labil.” Dan pembicaraan itu akan terputus saat itu juga
dan semuanya akan memaklumi. Karena kadang dalam kondisi seperti ini, kejujuran
itu bisa dinilai berbeda. Kalau gue bilang, “Tolong, gue lagi pengen sendiri.”
Bisa-bisa ditanggepin “Yaudah sana ke toilet. Lebih private.” Kan nggak enak.
Berharap setinggi-tinggi langit itu memang salah. Apalagi berharapnya sama SM Entertainment. Hanya karena mereka bikin video klip ‘View’-nya SHINee jadi bagus banget, bukan berarti video-video klip artis lain yang ada di bawah manajemen mereka juga akan sebagus itu. Permakluman sedikit, tolong untuk tidak memasukkan ‘Devil’ ke dalam kasus ini karena review ini ditulis jauh sebelum ‘Devil’ dirilis.
Masalah terbesar SM kadang-kadang adalah bahwa mereka tuh sering banget bikin ketimpangan antara grup yang satu sama grup yang lain dari segi video klip. Yang pada akhirnya membuat mereka dapat tuduhan “menganaktirikan” salah satu artis mereka.
Memang sih, keputusan untuk bikin MV dengan konsep science fiction, fantasy, drama atau kotak indomie itu semua berkaitan dengan budget yang dipunya manajemen. Atau mungkin lebih spesifik lagi budget yang dipunya sama artis yang bersangkutan. Makanya nggak usah heran kalau f(x) selalu dekat dengan predikat “anak tiri” karena memang mereka selalu dapet video klip yang begitu-begitu aja.
Alasannya cukup simpel: grup ini nggak punya pemasukan yang sebegitu banyaknya untuk dibuatkan video klip yang terkesan “modal”.
Nuff said. *
*
Ya... tapi semua itu memang rahasia perusahaan. Ya SM juga nggak bakalan blak-blakan ngomong ke publik kalau “Tadinya sih, kita mau bikinin f(x) video klip yang #kekinian gitu dan konsepnya IMAX 3D dengan kamera supercanggih dan efek-efek luar biasa. Tapi sayang sekali yah, rencana hanya tinggal rencana. Maklum, f(x) masih kere.”
Biasanya walaupun MV-nya superbiasa dan membosankan, manajemen akan tetap mengeluarkan press release dan bilang semacem, “f(x) mau comeback nih, lagu barunya fresh dan nunjukkin warna musik f(x) banget! Dan tentu saja lebih baik dari yang sebelumnya. Tunggu aja!” seperti itu. Walaupun pada akhirnya itu hanyalah, apa sih, yang biasa anak-anak Kpop sekarang sebut dengan “Media Play” atau simpelnya “kata-kata manis dari manajemen buat publikasi artisnya semata”.
Kenapa kata-kata manis? Karena seringkali para kenyataannya nggak sebagus itu. Iya sih, ada beberapa yang memang worth to wait dan worth to believe gitu kalo lagi baca berita. Tapi karena kita lagi ada di topik f(x), sering banget SM tuh nge-troll parah. Kenyataannya nggak sebagus itu, enggak selayak itu untuk ditunggu-tunggu, enggak semenarik itu untuk dilihat.
Tapi waktu ‘Red Light’ bagus sih. Berhasil sih. Nah semoga di comeback mereka yang berempat nanti—oh, Sulli bye! Finally... tak ada yang menggantung di antara kita ya kelar semua urusan—SM mempersiapkannya dengan sebuah kemasan menarik sebagai re-branding dari f(x) dengan formasi baru.
Seperti halnya SNSD yang akhirnya mendapatkan momen re-branding mereka lewat ‘Party’. *
* (90% Curhat, 10% Review)
Perubahan itu sebenarnya baik. Tapi kadang-kadang, kita
sebagai manusia yang punya ego agak susah menerimanya. Alasannya bisa
macam-macam. Salah satunya mungkin karena sudah terbiasa dengan sebuah kondisi
yang sudah berjalan selama ini.
Semua orang bisa berubah tanpa aba-aba. Ujug-ujug udah beda
aja, padahal kayaknya kemaren nggak gitu. Semua orang tiba-tiba aja bisa jadi
nggak seperti sosok yang kita kenal dulu. Tapi ya... dunia memang semengejutkan
itu. Sama kayak kita nggak pernah tahu siapa yang akan mati duluan, apakah
mereka yang sudah lanjut usia atau kita yang masih remaja berdosa.
Kita? ㅋ Lo aja kali Ron, sama sumpit
bambu.
Gue inget banget waktu itu gue sedang menunggu-nunggu berita
Luhan keluar dari EXO. Tepatnya 30 September 2014. Soalnya, abis konser EXO di
Jakarta tahun yang sama, udah kedengeran rumor kalo Luhan mau keluar. Walaupun
banyak yang nggak percaya (atau mungkin lebih ke denial) tapi gue kayak yang “Ya
tinggal nunggu gong aja dipukul,” gitu.
Beberapa saat sebelum gue tidur di malam tanggal 29
September, gue entah kenapa berpikir kalo besok pagi pasti akan ada berita yang
mengejutkan.
Eh bener aja. Ternyata beneran ada. Tapi bukan Luhan.
Jessica Jung.
*
Untuk beberapa orang di dunia Kpop ini, bias dan fandom adalah sebuah hal yang sangat serius. Saking seriusnya, nggak jarang mereka bahkan bisa adu bacot sama temen sendiri soal ‘cara mereka memandang idolanya’.
Seserius itu sampai-sampai mungkin ada yang berantem karena “Gue nggak suka banget deh sama si X karena dia kayaknya kok centil banget deket-deket sama Y. Kayak ngarep banget buat dijodohin gitu,” sementara yang diajak ngomong kayak “Lah, menurut gue malah mereka cocok.”
Kemudian mereka nggak pernah ngomong lagi setelah itu.
Entah kapan persisnya beberapa orang di dunia Kpop ini mulai memandang serius masalah fandom. Sampai-sampai isu ini jadi sangat sensitif. Kalau dulu ada era di mana Super Junior mungkin jadi satu-satunya topik sensitif di dunia fana ini, sekarang bisa jadi semuanya sensitif. Serba gampang baper kalau terjadi perbedaan pendapat.
Gue sendiri sebenarnya cukup mengerti bagaimana rasanya jadi fans yang kayak gitu. Gimana ya nyebutnya? Overprotektif? Bisalah kita sebut kayak gitu. Soalnya, dulu gue juga kayak gitu banget.
Waktu zaman-zaman gue lagi gandrung banget sama Harry Potter, gue sama temen sekelas gue pas SMA—dia fans Kurt Cobain—pernah yang sampe berantem parah cuma karena dia ngatain Harry Potter itu kayak semacem cerita nggak penting.
"Ih apaan sih Harry Potter puter-puter tongkat terus jadi. Kayak mustahil banget!"
YAELAH NYET NAMANYA JUGA KISAH FANTASI. YA GIMANA SIH.
*
Suatu hari gue dikejutkan oleh notifikasi dari message Facebook di hape. Kebetulan, baru beberapa minggu belakangan ini gue aktif menggunakan Facebook Messenger. Biasanya males install aplikasi kayak gini karena kayak, yah, kebanyakan banget aplikasi serupa di hape. Notifikasi yang masuk ini dari seseorang yang namanya pakai huruf Arab.
Wah gue bingung. Kayaknya di Facebook gue nggak temenan sama orang Arab. Tapi pas gue buka message-nya, ternyata dia bisa bahasa Indonesia. Atau memang mungkin orang Indonesia yang menggunakan nama Facebook dengan huruf Arab.
Gue coba baca pelan-pelan sampai tiba-tiba gue gemeteran. Isinya sangat serius. Seserius itu sampai-sampai gue nelen ludah berkali-kali. Deg-degan. Seserius itu sampai-sampai gue mau balas aja nggak tahu harus memilih kata-kata yang mana. Soalnya, kalo gue bales seadanya, gue takut dikira menggampangkan isinya. Gue bingung.
Bingung karena kata-kata yang dia pake di situ terlalu serius.
Waktu ngebaca itu gue lagi di kantor. Itu persis dua hari setelah gue melewatkan hari Minggu (3/5/2015). Salah satu hari yang idealnya sih membahagiakan, tapi juga sekaligus membingungkan. Ditambah lagi bingung sama message itu masuk ke inbox dan mempengaruhi isi kepala gue sepanjang hari itu.
Ini isinya:
Assalamu'alaikum.
Kak kevin, mau tanya.
Kakak terlihat sangat tertarik dengan KPop? dan kelihatannya sangat suka sekali membahasnya..
Apakah Kakak tidak tertarik untuk mempelajari Agama?
Mempelajari Agama yg bisa menyelamatkan kakak? bukankah kehidupan di Dunia ini hanya sementara? disana ada negeri yg kekal (Akhirat).
Maukah kakak menukar kehidupan kekal dengan Dunia yg hanya sekejap saja?
*Maaf bukannya sedang menggurui, hanya ingin menasehati.
Ini bukan pertama kalinya gue
bikin Giveaway atau kuis di Twitter. Faktanya, ini adalah gievaway ke-22 yang
gue adakan sejak pertama kali terpikir untuk meramaikan akun @ronzzykevin di
Twitter dengan hadiah-hadiah lucu bernuansa KPop. Giveaway pertama gue adalah
tahun 2012, bertepatan dengan debut EXO.
Awal pekan ini, gue kembali
mengadakan giveaway sambil merayakan perilisan album terbaru EXO. Seperti
halnya yang gue lakukan ketika ‘XOXO’ dirilis tahun 2013 lalu, gue juga
membagi-bagikan dua album ‘EXODUS’ kali ini. Bedanya, di giveaway ini gue
mengambil sebuah keputusan yang berisiko.
Bukan... bukan keputusan untuk ngejorokin Tao ke rawa-rawa lagi. Itu memang berisiko tapi sepertinya Tao sudah lelah. Tapi keputusan berisiko lainnya. *
*
Belakangan ini gue nggak suka sama hal-hal yang berhubungan dengan nostalgia. Belakangan ini, masa lalu bikin gue rada-rada ketakutan. Takut, kalau-kalau nanti terjebak terus nggak bisa keluar dari jebakan itu. Yang ada cuma berbaring di tempat tidur dan berurai air mata sambil mendengarkan lagu-lagu galau.
Oke lebay.
Memang, menggali kenangan-kenangan masa lalu, dengan cara yang paling sederhana seperti membuka-buka galeri atau folder foto-foto lama di laptop itu menyenangkan. Gue pribadi adalah orang yang hobi motret. Termasuk juga hobi nyimpen foto yang gue potret, walaupun itu kebanyakan adalah foto orang lain (karena kalau gue minta orang lain yang foto, pasti hasilnya nggak sebague gue fotoin mereka) (kenyataan).
Gue punya kepercayaan bahwa nggak ada foto yang gagal ataupun foto yang jelek. Sejelek apapun foto itu pasti gue simpan. Karena suatu saat nanti, entah setahun atau dua tahun ketika gue melihatnya lagi, foto itu akan tetap jelek, tapi penuh kenangan.
Pernah kan, ngeliat foto dan tiba-tiba semua berubah jadi kayak adegan film? Suasana di sekitar lo tiba-tiba berubah jadi suasana yang persis ketika foto itu diambil? Mungkin gue kebanyakan mengkhayal, tapi memang setiap kali gue melihat foto-foto lama, gue akan merasa kembali ke suasana saat itu. Bahkan aroma spagheti saos tomat dengan ikan dori yang gue makan di Bakerzin bulan Desember lalu akan tiba-tiba tercium.
Yang paling nyebelin adalah ketika tiba-tiba lo inget aroma parfum orang yang lo ambil fotonya.
Dem. Itu adalah jebakan nostalgia paling parah!
Setelah lebih dari dua minggu, gue pikir kabar ini akan dilupakan banyak orang. Tapi ternyata nggak. Ini terlalu sakit untuk beberapa orang dan terlalu membahagiakan untuk orang-orang yang lainnya. Jadinya nggak bisa dilupakan begitu saja.
Kamis (19/6/2014) itu seharusnya jadi hari yang nggak istimewa. Hari lain yang biasa aja di kantor terlebih karena hari itu gue masuk pagi (kalau gue masuk pagi, gue bisa jalan dari kosan jam 6 dan sampai kantor sebelum jam 7 walaupun sering juga sih terlambat). Ngantuk selalu jadi masalah gue di pagi hari. Terlebih rasa enggan untuk meninggalkan kasur itu membuncah sesaat sebelum kaki melangkah ke kamar mandi. Everyone's problem.
Nggak ada yang istimewa karena pagi itu mata gue bener-bener nggak bisa tertolong lagi. Malamnya gue begadang nonton 'How To Train Your Dragon 2' sama Ajie, Afif, Dito dan mbak Septi. Belum lagi masalah MEIS yang cukup bikin kerjaan gue jadi bertambah dua kali lipat setidaknya satu hari sebelumnya.
Yah. Kamis pagi seharusnya jadi Kamis yang biasa. Kalau saja nggak ada artikel menarik yang datang dari Baekhyun dan Taeyeon.
Tarik napas dulu. Hembuskan.
Lalu tertawa. "Is this even real?" *
Lebih dari satu bulan sudah sejak 15 Mei 2014. Hari yang, yah, bisa jadi hari yang nggak akan gue lupain sepanjang perjalanan gue sebagai fans EXO. Oh iya... tentu saja... Bagaimana mungkin gue bisa lupa hari libur Hari Raya Waisak 2014 itu....
Gue sedang menikmati alam mimpi berenang bersama Hyorin, tidur lelap di kasur tipis kosan gue hari itu ketika hape gue nggak berhenti bergetar di sebelah kepala. Jagat media sosial sedang heboh. Banyak mention masuk ke gue dan nyebut-nyebut sebuah nama. Sebuah kasus.
Seorang artis dari manajemen superbesar di Korea mengajukan gugatan penghentian kontrak ke manajemen. Yang lebih parah dari semua itu, grupnya adalah grup idola gue. *
Foto ini diambil di sebuah acara KPop di Mall Taman Anggrek tahun 2013 lalu. Saat dimana CARES4US lagi panas-panasnya. Gue lagi seneng-senengnya ngejer ngintilin sampe yang freak banget nyelinep ke backstage cuma buat sekedar dapet foto S4. Hahahahahaha dan sekarang..... ah......
*
Kalo baca judulnya, kesannya gue lagi mau ngumumin giveaway ya? Padahal sih sebenarnya nggak. Tapi ya secara teknis emang lagi ada giveaway sih tapi bukan itu poin dari postingan kali ini. Hehehe
Belakangan gue merasa blog ini terlalu KPop terlalu SM dan kehilangan fungsi utamanya sebagai ladang curhat. Walaupun yah, siapa sih yang mau baca curhatan mas-mas rambut bercabang dengan kacamata buram dan kumis tipis? Tapi dengan keyakinan yang hakiki, kita percayakan saja semuanya pada Tuhan.
s Al Fatihah....
Ada banyak hal yang belum sempat gue tulis dan ingin gue tuliskan saja daripada membusuk di kepala. Salah satunya adalah soal giveaway. Hehehe....
Gue banyak menerima pertanyaan seputar giveaway dari beberapa orang. Beberapa dari temen-temen yang nge-follow gue di Twitter, beberapa dari pacarnya temen yang gue kenal dari temen gue yang lain yang juga follow gue di Twitter, beberapa lainnya dari temennya temen gue yang temennya suka sama temennya pacar temen gue yang tetangganya suka banget pacaran sama pacar temennya temen pacar gue.
Pertanyaannya sih simpel, kayak misalnya, "Kenapa sering ngadain giveaway?" atau "Emang lo sekaya apa sampe rajin banget ngadain giveaway?" atau "Lo kerja dimana sih gue mau dong kerja di tempat lo supaya gue bisa juga ngadain giveaway kayaknya gaji lo banyak?"
atau "Bagaimana sih caranya kalo mau bikin giveaway?" atau ada juga yang "Akun lo pasti bekas fanbase ya makanya followers lo banyak?" atau "Lo pasti ngadain giveaway supaya followers lo banyak kan?" *
source: thesabahsociety.com
*
Waktu tahu Shane Filan mau ke Jakarta, gue cukup excited walaupun nggak pernah berharap bisa ketemu langsung. Shane Filan bisa dibilang adalah salah satu idola masa kecil yang nggak pernah bisa tergantikan. Beruntung gue punya kakak cewek yang dulu freak banget sama Westlife dan gue akhirnya dikenalin sama para member boyband yang bisa dibilang legend itu.
Ngomong-ngomong soal Westlife, grup ini sudah dipastikan adalah boyband luar negeri pertama yang gue idolakan. Bahkan sampai sekarang. Nggak cuma sekedar itu, Westlife adalah salah satu alasan kenapa dulu waktu SD gue pengen bisa lancar ngomong Bahasa Inggris. "Biar kalau ketemu Westlife nanti bisa ngobrol banyak sama mereka," begitu pikir gue. Ditambah lagi waktu itu gue lagi seneng-senengnya sama Sherina (siapa sih yang nggak), dan mereka ada lagu duet (yang padahal cuma nempel suara Sherina doang), gue makin demen lah sama grup ini.
* Banyak hal menarik yang terjadi sepanjang bulan Mei dan banyak dari hal-hal tersebut melibatkan aktivitas fanboying gue. ㅋㅋㅋ Mungkin sampai sekarang istilah fanboying ini semacem belom terlalu eksis, tidak seperti fangirling ya. Hahaha Alasanya jelas mungkin karena ada lebih banyak jumlah populasi perempuan di dunia ini dibandingkan dengan laki-laki.
* Secara teori kan sebenarnya fanboying dan fangirling itu adalah istilah yang sama, yang membedakannya cuma jenis kelamin pelakunya saja. Jenis idolanya justru (seharusya) nggak dipermasalahkan. Sering kali banyak yang tanya sama gue di ask.fm, "Mau sampai kapan jadi fanboy?" Sebenarnya ini pertanyaan sih agak aneh ya. Semacem bertanya, "Ron, mau sampai kapan jadi cowok?" Jawabannya ya jelas akan jadi fanboy selamanya. Nggak mungkin kan di usia ke-35 misalnya tiba-tiba gue terbangun dan gue sudah punya dua melon bergelantungan di depan dada.
Beberapa orang mungkin mengartikannya berbeda. Semisal, fangirling adalah istilah untuk seorang fans perempuan ketika spazzing grup laki-laki dan fanboying hanya digunakan saat fans laki-laki spazzing grup perempuan. Dan seringkali arti ini yang digunakan makanya ketika gue spazzing EXO atau yang lainnya, orang-orang mungkin bertanya-tanya. Kenapa lebih milih boygroup daripada girlgroup?
Thanks Rizkyrose for this :)
* Sudah bulan Juli aja. Bener-bener nggak berasa banget waktu berlalu begitu cepat, eh? Beberapa bulan belakangan ini gue juga jadi jarang update blog, kalo nggak karena EXO comeback dan komitmen untuk bikin review hahaha itupun di review terakhir juga buntu setengah mati karena MV-nya yang polos-polos aja. Alhasil berujung dengan banding-bandingin MAMA dan WOLF (but it works, I guess).
Seiring dengan memasuki tengah tahun, gue jadi ingin menceritakan apa-apa yang terlewatkan selama beberapa bulan terakhir. Hmmm banyak. Banyak banget yang terlewatkan dan terlalu indah untuk ditulis. Hehe Part 1 ini mungkin akan lebih banyak bercerita tentang..... Ah.
Mei terlewati begitu saja tanpa cerita tertulis. Biasanya kalau sudah masuk bulan Mei, gue akan sangat sibuk memikirkan hal-hal seperti apa yang akan gue lakukan setelah tanggal 3, bagaimana hidup gue setelah tanggal 3, target apa yang ingin gue capai setelah tanggal 3, apa yang sudah tercapai selama setahun terakhir dan apa yang belum tercapai. Ya biasanya seperti itu. Dan 3 Mei terlewati begitu saja tanpa menulis sedikitpun tentang harapan dan pencapaian.
Bosan?
Sebenarnya nggak juga. Kalau misalnya gue bosan menulis, itu artinya gue akan keluar dari pekerjaan gue sekarang dan berhenti ngetweet untuk selama-lamanya.
Bukan kebosanan yang membuat gue berhenti menulis resolusi seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Mungkin lebih kepada.... mager? Permasalahan terbesar gue adalah itu. Setelah negara api menyerang dan Chanyeol muncul dengan rambut pendek dan Kris semakin kece gue jadi mager. Trus jadi nyalahin orang.
여러분~ 오랜만이다 요즘 뭐해? 갑자기 여러분들 너무 보고 싶네~! :3
Apa kabar semuanya? Semoga semua dalam keadaan baik-baik saja dan selalu dalam lindungan Tuhan YME. Amin Amin Amin. Udah hampir seminggu sejak dirilis (UDAH LEBIH YA SEKARANG ADUH INI DRAFT UDAH BERAPA MINGGU MENGENDAP), baru sekarang nih gue bisa nulis review C-Clown dengan mini album terbaru mereka 'Shaking Heart'! YAY! YAY! YAY! *
*
It's hard to be a fanboy.
Jelas. Banyak orang yang nggak bisa atau mungkin nggak mau buat sekedar meng-oke-kan aja gitu loh kita suka sama siapa suka sama apa. Kenapa sih mereka harus banget menunjukkan ketidaksukaan mereka itu secara online gitu misalnya (efek baru baca komen di YouTube-nya S4). Yaudahlah. Lo punya idola, gue juga punya idola. Gue nggak pernah ngerecokin urusan lo, jadi jangan sok sok ngerecokin urusan gue juga dong.
Ceritanya curhat. Tapi emang, nggak gampang melawan judgement dari orang. Apalagi orangnya nggak cuma satu tapi banyak. Udah banyak batu semua pula. Mau bela diri malah jatuhnya ngomong sama patung. Patung pancoran. Mereka tuh sebenarnya terbuat dari apa sih? Hati mereka maksud gue. Udah berkerak juga jangan-jangan kayak patung pancoran. *
*
Kata orang kalau yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, maka carilah yang lain. Kalau yang dicintai tak membalas cinta, ya masih banyak orang lain yang berhak menerima cinta. HAHAHA AUUU ASARANGHAEYO. Tiba-tiba mengawali postingan ini dengan kata-kata gombal. Sebenarnya nggak bermaksud buat gombal sih, ini lebih kepada menanggapi mention-mention dari temen-temen yang selalu bilang 'Kak Suho sekarang ngefans S4 ya? Pasti pelarian karena EXO gak comeback deh!' atau semacem 'Kak lupa ya sama Baekhyun sekarang mainnya sama Jeje ya? Apa Jeje cuma sekedar pelampiasan hawa nafsu belaka?' Ya semacem itu. Padahal sebenarnya nggak. Nggak persis begitu.
Gue tetep menunggu EXO comeback, tentu saja. Gue nggak pernah berpindah ke lain hati. Sumpah deh. Gue gak pernah berpindah ke rival-rival rookie-nya EXO. Nggak pernah. Cuma ke-S4 doang. Beda cerita kan? EXO kan K-Pop sementara S4 kan bukan K-Pop. Iya ini ngeles. Well apapun, yang jelas inilah adanya sekarang. Adanya EXO tidak kembali dan banyak fans diluaran sana resah gelisah menunggu sampai akhirnya harus melirik dulu yang lain. Gue juga.
Bulan April ini bisa jadi bulan yang sangat banyak momen buat gue. Beberapa minggu yang lalu gue mencoba apply lamaran kerja ke salah satu situs online terbesar di Indonesia dan lolos ke tahap wawancara pertama, psikotes dan wawancara kedua (yang katanya wawancara terakhir). Jadi sebenarnya kalo misalnya gue lolos wawancara terakhir ini gue tinggal taken kontrak gitu. Tapi sampai sekarang belom ada kabar jadi biar Tuhan yang menentukan saja. Selain itu, bulan April ini bisa dibilang bulan-nya S4 buat gue pribadi. Pas banget ya. April kan bulan ke 4. Trus S4. Yagitu deh gak nyambung.
Kalau mau dipikir-pikir, kesannya memang agak two thousand twelve and late gitu kalo gue baru heboh S4 sekarang. Maksudnya yang heboh sampe gue membuat postingan tentang mereka seperti ini. Tapi kalau mau dipikir-pikir lagi, nggak deh, gue nggak hebohnya cuma sekarang. Gue hebohnya dari dulu-dulu. Bahkan dari Showcase pertama mereka yang bareng sama 4Minute tahun lalu. Disanalah pertama kalinya ngeliat S4 dan langsung WOW WOW gitu. Ya, awalnya emang nggak tahu sama sekali siapa member-membernya, tapi kemudian jadi tahu juga pada akhirnya. Terakhir nonton performance mereka di Gandaria City Maret lalu, gue langsung yang kayak orang kesetananlah gitu gimana sih kalo orang kerasukan. Mengerang? Menggelinjang? Yang jelas sih melanglangbuana ke seantero Jakarta dan sekitarnya.
Performance mereka waktu itu di Gancy meningkat banget kalau dibandingkan dengan pas Showcase 4Minute waktu itu. Jelas. Kan jam terbang udah tinggi. Dan kalau mau jujur, Gandaria City 31 Maret 2013 itu adalah momentum banget buat gue. Semacem bersumpah gitu, kalo sempat dan ada waktu ketika S4 perform gue akan ada di sana buat at least foto-foto mereka gitu. Dan entah kenapa sumpah yang sebenarnya sesumbar itu perlahan-lahan kok ya jadi kenyataan. Semacem dikasi jalan aja gitu..... *