“Joshua!” - “Hi!”


Gue sudah bisa meramalkan kalau bulan Agustus ini akan jadi salah satu bulan paling hectic di sepanjang tahun. Alasannya sudah pasti karena kerjaan baru. Setiap kali pindah kerja gue selalu punya kekhawatiran untuk tidak adanya waktu buat menulis. Dulu waktu pindah ke detikcom juga gitu. Blog sempat keteteran beberapa bulan dan pas juga comeback EXO yang ‘Wolf’. Sekarang pindah ke tempat baru (dan EXO comeback ‘Lotto’ hahahaha) berasa déjà vu. Tetapi bersenang-senang sangat diperlukan dalam kondisi seperti ini. Selain kasih sayang Tuhan, apalagi yang bisa membuat hati dan pikiran santai sejenak selain bersenang-senang (di jalan yang benar)?

Aneh rasanya menjalani hidup selama nyaris sebulan di luar ladang gandum KPop. Gue yang biasanya berkutat dengan Notepad setiap harinya dan ngetik 10 berita per hari, sekarang harus beralih ke Microsoft Excel. Mencoba untuk memanggil lagi memori-memori lama ketika gue SMP dan belajar aplikasi itu untuk pertama kalinya di ruang komputer SMPN 2 Mataram. Perubahan mendadak ini benar-benar bikin shock. Keluar dari zona nyaman tentu saja tidak mudah. Tapi sekarang saatnya membuat zona nyaman yang baru.

Tempat kerja gue yang baru ini sangat menyenangkan. Ada banyak orang-orang yang seru dan juga orang-orang penting di industri hiburan Indonesia. Gue bertemu dengan orang-orang di balik sebuah poster film keren, orang-orang di balik casting sebuah film box office, sampai ketemu bocah-bocah pemain sinetron remaja seangkatan Randy Martin. Tapi seperti yang gue jelaskan di awal, sebulan terakhir ini benar-benar hectic. Gue sendiri sedang mencoba untuk menyesuaikan diri dengan ritme kerja yang baru dan bener-bener cepat ini. Walaupun itu berarti gue udah nggak punya lagi banyak waktu di depan Twitter dan situs-situs gosip KPop.

“Gue udah nggak bisa lagi nonton Laura in the Kitchen nih! Coba lo bayangin, gue udah lima hari nggak liat resep baru di YouTube-nya!” kata gue ke Ajie—member grup dance cover paling hits se-Asia Afrika (setidaknya di hati hamba yang receh ini)—di halte TransJakarta sepulang kantor di suatu malam.

Di detikcom biasanya gue bisa nonton lebih dari 6 video memasak dalam sehari dengan 6 resep yang berbeda. Tapi sekarang, buka YouTube aja rasanya agak susah. Walaupun pelan-pelan mulai longgar dan senggang sih. Tapi seringkali sibuk. Welcome to real life! #pencitraan. But anyway, inilah hidup yang sesungguhnya, bukan? Harus dinikmati. Pekerjaan tuh nggak ada yang berat kalo dinikmati. Memang kali ini agak lebih komplikasi dari sebelumnya tapi lebih menantang.

Di suatu pagi ketika gue sedang hectic mengejarkan laporan (dalam kondisi sangat suci karena selama beberapa hari di awal bulan Agustus gue nggak pernah lagi spazzing di Twitter) tiba-tiba gue menerima notifikasi chat dari abang KPop baik hati paling hits se-Nusantara. And he delivered a good news that I’ve been waiting for these past few weeks.

“Aku ada dua tiket Seventeen di Singapore. Kamu masih mau gak?”

Gue nggak pernah ngerasain ditimpa durian runtuh jadi gue nggak bisa mengibaratkan kondisi gue pagi itu dengan kiasan “bak ketiban durian runtuh”. Mungkin yang lebih pas adalah “bak dua bias yang selama ini bagaikan mustahil bisa bersatu tiba-tiba bertemu dalam sebuah produksi drama dan jadi dekat satu sama lain di dunia nyata bukan lagi dalam delusi semata”. Seketika gue juga lupa diri. Siapa gue? Apa itu kerja? Sedang apa gue di sini? Siapa itu Britney Spears? Apa itu EXO?! SEVENTEEN IS LIFE!

FTW!

Kaki gue nggak bisa diem sejak nerima LINE itu. Bergerak-gerak sendiri, tremor kayak adegan film Warkop DKI ketika salah satu dari mereka turun dari bajaj dan badannya geter-geter nggak berenti karena di sepanjang jalan bajaj-nya geter-geter nonstop juga. Laporan gue cuekin. Excel gue kesampingkan. Mata gue fokus ke LINE sambil gemeteran memikirkan banyak hal. Termasuk dari mana gue akan mendapatkan puing-puing receh untuk berangkat ke Singapura. Tapi kalau menolak kesempatan kayak gini tuh semacem nggak bersyukur banget. Karena kesempatan kayak gini nggak mungkin dateng dua kali. ITS NOW OR NEVER!

“MAU!”

Udah gue jawab gitu aja. 99% gemeter, 1% nge-dance AJU NICE dalam hati. Tetapi kekuatannya bisa meruntuhkan gedung kantor yang dari luar keliatan sangat ppanjak ppanjak ini. Kenapa dance-nya dalam hati dan nggak teriak-teriak seperti biasa? Karena gue harus behave. Kantor ini formal banget. Jadi gue harus bisa terlihat seperti Raline Shah ketika sesi photoshoot: kalem dan bersahaja. Di saat yang sama, tangan gue nggak bisa disetop untuk buka situs penjualan tiket pesawat dan nge-tag penerbangan ke Singapura untuk menjemput Joshua.

HONG JISOO, I HYUNG BERKUMIS-EUN WASOYOOOO!!!!



Oke, sebut gue fans karbitan. Yes. Gwencana Sarangiya. Gue bukan Carat? Gak apa-apa. Malu juga sih gue mau nyebut diri Carat. Karena sampai sekarang gue aja belom punya CD Seventeen sama sekali. Prinsip gue masih sama: kalo lo belom punya CD mereka, belom bisa nyebut diri masuk fandom. Rasanya memang kok kayak “APA SIH!?!?!” tapi ini sih prinsip gue pribadi doang. Kayak misalnya gue suka banget SHINee sejak mereka debut tapi gue sama sekali nggak punya CD mereka loh. BYE, GUE BUKAN SHAWOL. GUE CUMA FANS KARBITAN. Seventeen juga demikian.

Awalnya gue suka Seventeen juga sebenarnya karena temen-temen main. Karena pas kumpul mereka semua selalu bahas Seventeen. Jadi kan gue penasaran juga. Walaupun sebenarnya konsep besar grup Seventeen sendiri gue sudah tahu sejak lama. Ya, namanya juga jurnalis KPop kan. Pastilah cari tahu dan kepo-kepo. Sebisa mungkin harus netral dan nggak boleh bias (walaupun banyak juga berita gue yang bias LOL). Dan ketika akhirnya acara mereka di MBC Music itu tayang, gue juga ikutan seneng karena akhirnya grup ini pecah telor juga (walaupun NU’EST akhirnya malah jadi flop banget--SEDIH YA ALLAH KEMBALIKAN KEJAYAAN REN!!!!!).

Waktu awal debut gue sama sekali nggak tertarik mendengarkan lagu ‘Adore U’ itu. Pernah temen gue nyanyi di karoke dan gue nggak bisa ngikutin sama sekali. Baru banget ini gue suka sama ‘Adore U’ dan nontonin video dance practice mereka satu per satu. Dari situ gue menemukan alasan kenapa akhirnya gue memutuskan untuk suka mereka. Dan alasan itu sejalan dengan waktu gue ngeliat dance practice ‘Mansae’. Apalah arti fans karbitan seperti gue tanpa lagu ‘Mansae’ yang ternyata kalo lagunya diganti ‘Diobok-obok’-nya Joshua ternyata koreografinya tetep masuk.

Karena ‘Mansae’ gue jadi suka Seventeen. Dan karena penampilan dance mereka yang sangat asyik dan meriah dan kayak penampilan menyanyi dan menari anak-anak SMA ekskul teater musikal itu juga gue suka mereka.

Kesukaan seseorang pada sebuah grup tentu saja akan diikuti dengan seonggok daging berjalan yang disebut bias. Gue sendiri sebenarnya adalah tipikal orang yang receh banget untuk urusan per-bias-an ini. Waktu belom kenal satu per satu member-nya, pertanyaan pertama gue adalah “Leader-nya siapa?”

Selama ini gue memang termasuk yang selalu mengidolakan leader atau sebutan kasarnya Leader Whore. Sederet bias gue leader semua kayak Suho, Irene, Onew, Taeyeon, bahkan sampai Babysoul-nya Lovelyz. Ketika temen gue ngasih liat S.Coups, gue langsung yang, “Yaudah nge-fans dia aja.” Padahal ngeliat mukanya aja belom. Eh pas liat, spontan nyanyi “Bila kita mencintai yang lain. Mungkinkah hati ini akan tegar.” Sambil berlari-lari menggunakan rok dari taplak meja di Kawah Putih, Ciwidey.

Selain leader, gue biasanya suka member yang paling nggak banyak tingkah. Lelah dengan kelakuan cabe-cabean macem Byun Baekhyun, gue berniat untuk cari member yang paling alim di grup ini. Dan waktu ditanya siapa yang paling relijius yang setidaknya bisa diajak ngaji setiap malem Jumat, mereka kompak menjawab Joshua.

“Yaudah gue ngefans dia aja.”



Kalau yang ini, gue udah tahu mukanya. Karena temen gue juga ada yang spazzing dia mulu. Jadi gue hapal. Dan sebenarnya waktu gue sok-sokan milih bias itu gue juga yang biasa aja sama si Jojo (akrab). Nggak terlalu yang gimana banget. Yaelah, kan gue nggak masuk fandom juga, yaudah gausah diseriusin. Sampai akhirnya gue nonton video cut yang dia ngomong bahasa Inggris di suatu siang yang panas dan perut lapar.

Pertahanan gue langsung runtuh. Gue ketawa kenceng banget sampai usus gue berserakan. Padahal videonya sama sekali nggak lucu. Dan di video itu dia juga nggak berniat untuk ngelucu. Dia cuma memperkenalkan diri doang. Tapi gue ketawa. Lama. Sampai sesak. Akhirnya bengek.

“Hi, my name is Joshua. My hobbies are singing, eating and sleeping.”

Mungkin kondisi mental gue lagi receh banget hari itu sampai video kayak gitu doang bikin gue ngakak. Terlebih ketika dia nyebut namanya sendiri yang di kuping gue kedengerannya kayak ‘Jawswa’ gitu.

“FIX YAUDAH NGEFANS DIA AJA. LEVEL RECEHNYA SAMA KAYAK GUE.”

Dan sepertinya dia adalah sosok yang keju. Kayak Suho. Biasanya kan bule kalo dipaksa nge-boyband aegyo gitu kan suka keju. Coba lihat Kris dulu. Keju banget. Tapi bismillah, semoga ini pilihan yang terbaik untuk masa depan.

#eapa #seriusamat

Berawal dari video sialan itulah akhirnya gue bahagia banget waktu dikasih tiket gratisan untuk nonton ke Singapura. Pertahanan gue hancur (dua kali). Gue cuma pernah nonton EXO di luar negeri dan itupun juga dikasih gratisan oleh kakak yang sama. Dan karena itu EXO makanya gue bela-belain untuk berangkat. Tapi ini… Seventeen… yang notabene-nya gue hanyalah fans karbitan…. Tapi entahlah, gue sekali lagi merasa bahwa ini kesempatan yang langka dan yes, ITS NOW OR NEVER (DUA KALI). Jadi yuk, Josh, demi elo, gue terbang nih!

Untuk urusan terbang sebenarnya gue sendiri termasuk orang yang ribet banget. Walaupun cuma dua hari tiga malam, persiapan gue tuh udah kayak orang yang mau tinggal sebulan. Apalagi kalau udah bawa koper. Duh! Gue termasuk yang hobi banget bawa barang-barang yang nggak penting. Kayak misalnya dulu pas gue liputan acara party pinggir pantai di Langkawi gue bawa buku tebel banget yang niatnya mau dibaca pas waktu luang. Ujung-ujungnya itu cuma berat-beratin tas gue doang. Sial!

Makanya untuk perjalanan kali ini gue mau keep eerything simple aja. Karena gue pernah ke Singapura sebelumnya dan gue tahu negara itu panasnya nggak jauh beda sama Margonda, Depok, jadi gue fix nggak usah bawa baju yang terlalu tebel. Nggak usah juga bawa banyak baju kalau bisa satu baju dipake dua kali deh. Sama satu baju buat tidur. Bodo amat bau juga. Daripada berat?! Eh tapi akhirnya gue nyerah sama kompleksitas(?) gue dan akhirnya gue bawa satu baju tidur, satu buat main, dan satu lagi yang gue pake dari Indonesia. Gue juga cuma bawa ransel karena nggak ada rencana buat belanja macem-macem. Cuma nonton fanmeeting dan sudah.

Etapi secara kebetulan ada dua orang temen gue yang pergi ke Singapura di waktu yang bersamaan. Oke, sebenarnya satu di antara mereka sudah janjian sama gue sih. Tapi satu lagi kayak murah banget yang mau aja diajak pergi ke luar negeri. Yang satu namanya Ambar, yang satu namanya Mamal (biasa dipanggil Yayang di keluarga HAHAHAHAHAHAHAHA). Gue sama Ambar terbilang cukup sering main bareng. Bahkan kita pernah nonton konser SNSD juga kemaren. Tapi sama Mamal tuh jarang. Terakhir ketemu dia pas buka puasa bareng di kosan Ambar dan kita jarang banget ngobrol. Tapi udah kenal sih.



Mereka berdua ini, fyi, belom pernah ke luar negeri. Dan mereka berniat untuk “merawanin” paspor. Akhirnya Ambar memaksa gue untuk mencari flight yang sama dengan mereka atau paling nggak deketan dengan flight mereka baik datang dan pulang. “Biar bisa jadi guide!” katanya.

Karena emang gue juga nggak ada jadwal lain selain ke Seventeen, gue nggak bisa menolak cewek-cewek rumpi ini. Sebagai “bayaran”, Mamal akan meminta izin kepada sepupunya yang tinggal di Singapura untuk membolehkan gue menginap di sana selama akhir pekan. Means gue nggak perlu bayar hostel. ASSA!

Yang lucu dari Mamal dan keluarganya ini adalah bahwa mereka nggak pernah ketemu selama lebih dari 20 tahun. Mamal sendiri nggak pernah tahu wajah sepupunya ini kayak gimana. Semua itu akan jadi kejutan. Ya. Dan benar-benar kejutan. Banyak sekali.

Setelah urusan tiket berangkat dan pulang kelar (dan ngutang, demi Jojo, gue ngutang! INNALILAHI! NO FUTURE BANGET?!?!??!?!) gue pun berangkat ke bandara setelah jam pulang kantor. Mepet banget. MEPET BANGET. Gue takut banget nggak bakalan bisa sampe ke Bandara tepat waktu. Tau kan, Jakarta tuh nggak bisa ditebak. Giliran ngarep macet eh enggak. Giliran buru-buru eh macetnya kayak tai. Tapi Alhamdulillah jalanan sangat bersahabat malam itu dan gue bisa sampai di CGK tepat waktu. Bahkan masih bisa makan di Hokben sama mereka berdua. Perjalanan ke Singapura malam itu berjalan mulus dan kamipun mendarat di sana sekitar jam setengah satu dini hari.

Lagi-lagi gue nggak pernah lucky soal urusan bandara. Padahal gue mendarat di hari yang sama dengan Seventeen. Tapi karena jeda jam yang terlalu jauh, ya nggak ketemu. Gue baru turun pesawat, mereka udah keluar bandara. Duh! Emang nggak pernah rejeki. Ini membuat gue menunggu-nunggu, artis mana yang akan jadi yang pertama yang gue temui di bandara dalam kondisi mendarat di saat yang sama, berada di imigrasi dan keluar di pintu yang sama. Gue ngarep Irene atau IU sih. AAAAMMIIIIN.

Gue emang cupu soal perbandaraan. Tapi bukan berarti gue mau belajar. Gue merasa hal itu cukuplah jadi sebuah kejadian tak disengaja yang mengejutkan suatu saat nanti. Kalau emang jodoh (sama IU) ya nggak kemana. Kalau nggak jodoh (sama IU) yaudah ikhlasin aja (sama Irene).

Untuk kesekian kalinya gue menginjakkan kaki di Changi Airport. Selalu senang dan kagum sama tempat ini. Walaupun banyak bule-bule yang tidur serampangan, tapi Changi selalu memberikan kesan yang berbeda di setiap kali gue datang. Misalnya pas pertama kali tahun 2015 lalu, Changi memberi kesan yang mewah. Pas kedua kali Januari 2016 kemaren, Changi membuat gue bete. Dan yang ketiga ini Changi membuat gue rindu pulang ke Lombok.

“KAMU YA BELA BELAIN KE SINGAPURA TAPI PULANG NGGAK PERNAH DIBELA-BELAIN!”

Terbayang Mama di kepala berteriak membawa sapu lidi.

Maafkan aku Ma.

Aku masih jadi budak KPop.



Kita keluar dari imigrasi dan langsung berjumpa dengan Teh Yum (sepupunya Mamal) dan Abang (suaminya). Adegan pertemuan Mamal dengan Teh Yum bener-bener berasa kayak tali kasih dua keluarga yang tidak pernah bertemu selama puluhan tahun (dan emang begitu adanya). Meski mereka berdua sepupuan, tapi usia mereka terpaut jauh banget. Mamal itu tiga atau empat tahun lebih muda dari gue sementara Teh Yum kayaknya sih hanya terpaut lima atau enam tahun lebih muda dari nyokap gue. Anaknya aja udah empat.

“Iya jadi aku sama Teh Yum tuh terakhir kali ketemu pas aku umur satu tahun,” kata Mamal sambil berlinang air mata, memeluk Teh Yum. Hampir saja ingusnya membanjiri Terminal 1 Changi Airport.

Adegan emosional itu gue tinggalkan sejenak bersama Ambar untuk mencari jual SIM Card. Tapi ternyata banyak yang tutup akhirnya nggak dapet. Yaudah, kitapun langsung meluncur ke rumah Teh Yum di kawasan Marsiling Drive. Naik taksi. Dibayarin. EDAN! Setelah sampe rumah niatnya mau tidur langsung karena besok pagi-pagi mau ke patung singa eh malah nggak bisa karena diajakin ngobrol sampe jam 4 subuh. HAHAHAHAHAHAHAHAHHA BANGUN LAGI JAM 7 HAHAHAHAHA SUBUH TELAT HAHAHAHAHAHAH EH ENGGAK DENG HAHAHAHA DI SINGAPUR JAM 7 MASIH GELAP HAHAHAHAHAHA

Satu hari sebelum fanmeeting gue beneran jadi guide buat Ambar dan Mamal. Gue cukup khatam-lah sama tempat-tempat mainstream di Singapura. Jadi nggak terlalu awam kalo jadi guide juga. Dan di hari berikutnya, waktunya untuk Jojo dan Cucup.

Cucup maksudnya S.Coups.

Mengejar bias sampai ke negara tetangga bukanlah hobi gue. Yah, fans kere kayak gue nggak akan bisa melakukan itu kalau nggak dimodali oleh kakak baik hati pujaan semua fans KPop. Tapi ketika kesempatan itu datang, gue biasanya melakukan persiapan yang cukup oke untuk urusan tetek-bengek konser. Biasanya fanboard dan segala macam sudah gue siapkan. Tapi kali ini rasanya bener-bener kosong. Karena gue nggak bawa apapun. Bahkan fanboard receh yang mungkin bisa menarik perhatian Joshua. Gue nggak sempat bikin karena hectic kerjaan kantor dan juga mikirin gimana caranya bisa bertahan hidup di Singapura dengan sisa-sisa duit di akhir bulan lalu setelah resign. Alhasil gue cuma bisa menyiapkan photocard yang sudah gue niatkan untuk dibagi di venue di hari H.

Photocard gue cukup laris. Walaupun terhitung biasa aja dan nggak seniat para fansite ataupun fan-support yang lain. Maklum, kerjainnya sendiri dan malem-malem. Seadanya aja. Yang penting menunjukkan kalau gue nih ngefans Jojo walaupun nggak punya CD-nya.



Selain Mamal dan Ambar, di Singapura gue juga udah janjian sama Teh Yani aka Mami Luhan. Sahabat EXO-L uzur hamba yang juga bertandang ke Singapura untuk mengejar Seventeen. Biasnya Mingyu sama Wonwoo. Selain Teh Yani, ada juga Rizka yang hari itu liputan. Huhuh… gue jadi kangen masa-masa ketika masih berprofesi sebagai jurnalis.

Gue sampai di venue sekitar jam 4 sore lebih, setelah perjalanan panjang dan deg-degan dari Johor, Malaysia, bersama Teh Yum, Mamal, Ambar dan Dayat, anak laki-laki Teh Yum. Tapi nggak seperti konser di Indonesia yang masuknya aja lama dan lambat banget, antrean masuk ke venue di Singapura tuh selalu rapi dan enak banget. Nggak ribet dan cepet. Dan karena gue dapetnya tiket gratisan dari Abang Felix yang notabenenya adalah sponsor dari acara itu, posisi gue pun mantab bin yahud. Bener-bener di depan panggung (Row A) dan di tengah-tengah.

REJEKI TUH YA EMANG KALO UDAH BUAT KITA GAK AKAN KETUKER DEH SAMA YANG LAIN!

Sekitar jam lima lebih gue sama Teh Yani masuk venue. Dan seperti halnya konser-konser sebelumnya yang pernah gue datangi, tas gue juga sudah penuh. Penuh dengan persiapan fancam dan segala macam. Singapura nggak pernah melakukan pemeriksaan tas yang berlebihan. Setidaknya setelah dua kali nonton di sana tas gue nggak pernah digeledah. Nggak heran gue nggak merasa deg-degan atau takut ketika masuk ke venue padahal gue bawa kamera Fujifilm Finepix SL1000 yang sama yang gue bawa waktu TLP 2014 di Jakarta dan konser-konser lain juga. Dan yang jadi masalah—well, not really—adalah gue belom tahu apakah gue akan dapat hi-touch atau group photo. Karena kan random.

Setelah tiket disobek dan masuk ke ruangan agak gelap, tiba-tiba ada mbak-mbak yang ngebagiin satu kartu kayak kartu ATM gitu. “Nanti ini jadi surprise-nya!” kata dia. Gue dapet warna biru muda dan Teh Yani dapet warna pink.

“Kayaknya sih ini nanti yang bakalan nentuin apakah kita dapet hi-touch atau foto,” kata Teh Yani dan gue cuma manggut doang karena nggak terlalu mikirin. Dapet yang manapun sebenarnya oke-oke aja. Nggak terlalu bermasalah karena toh gue kan fans karbitan juga. Waktu masuk gue juga dikasi project dari fanbase lokal yaitu kertas tebal berbentuk tangan yang diangkat pas ‘Mansae’ sama satu cincin yang bisa nyala-nyala.

Setelah menerima semua itu, gue masuk ke lokasi fanmeeting dan tercengang karena ternyata rame juga untuk ukuran grup baru. Gue berjalan dengan percaya diri ke tempat duduk gue yang ada di depan panggung banget. Bahkan saking depannya sampai harus mendongak parah dan layar utama yang ada di tengah-tengah panggung nggak keliatan sama sekali karena tinggi panggungnya yang luar biasa. HAHAHAHAHAHAHAHAHA ALHAMDULILLAH TAPI PALING NGGAK KALO UPIL JOSHUA JATOH BISA DIPUNGUT BUAT DIJADIIN PRASASTI.



Panggungnya memang cukup tinggi. Ya kalo misalnya gue berdiri, hidung gue mungkin mentok sama puncak panggungnya. Tapi karena posisi penonton duduk, kan otomatis itu jadi mendongak banget. Sementara kursi tempat penonton nggak lebih tinggi dari 40 cm. Walaupun posisi gue juara banget untuk urusan “yang terdepan” tapi sebenarnya posisi ini nggak terlalu asyik buat mereka yang bayar untuk menonton acara secara keseluruhan dengan nyaman. Alasannya? Di depan itu banyak banget penghalang: soundsystem, lampu, kamera staf, staf foto yang mondar-mandir, security. BLAAAAAAHHHHHH. Bahkan ketika Seventeen perform di tengah-tengah panggung, yang keliatan cuma rambut mereka doang. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHA

Pengen banget ngeluh sama dunia. “KENAPA SIH VIEW-NYA JELEK BANGET?!” tapi kemudian nggak jadi karena rasanya tuh kayak “EH SIBANGSAT, NGGAK BERSYUKUR BANGET UDAH DIKASI TIKET GRATIS, PALING DEPAN, TERUS MASIH MAU NGELUH JUGA?!”

Gue tidak dalam posisi yang berhak ngeluh. Karena seringkali mengeluh berarti tidak bersyukur. Jadi sekarang mendingan gue mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ini fanmeeting-nya dimulai. Kebetulan gue punya niatan untuk LIVE di Facebook KaosKakiBau hari itu. Jadi semua persenjataan buat LIVE dan juga buat motret sudah disiapkan. Sebisa mungkin terjangkau di dalam ransel: kamera Fujifilm Finepix SL1000, Microsoft Lumia 1020 yang kameranya ajaib banget itu, ASUS Zenfone 2 untuk live Facebook, dan Brica B-Pro Alpha Plus yang gue beli beberapa waktu lalu untuk cadangan. Yang terakhir adalah penyelamat sih. And you’ll know why.

Memang, posisi paling depan paling berbahaya buat kamera besar. Kecuali lo fansite raksasa yang kalo ke mana-mana bawa tim jadi kalo ketauan bisa langsung gercep. Kalo sendiri ya semua harus lo tanggung sendiri. Makanya pas awal-awal gue sama sekali nggak berani ngeluarin itu kamera Fujifilm karena bodinya lumayan gede. Di depan gue sebenarnya nggak ada security, tapi ya kan kalo keasyikan dan hilang fokus, mana tahu dari belakang ada yang sergap. Makanya di menit-menit awal gue nggak mau bermasalah jadinya cuma mengandalkan Lumia dan Brica aja.

Punya banyak peralatan tempur kayak gitu ternyata bikin ribet juga. 95% keribetan gue hari itu karena kamera dan hape. Bener-bener harus hati-hati karena takut ilang dan jatuh. Makanya gue ngerasa ini konser paling ribet tapi juga paling nyantai di saat yang sama. Gue nggak perlu mikirin lagi soal tempat strategis karena emang numbered seating. Dan gue nggak bawa fanboard sama sekali. Menyesal sebenarnya, karena itu posisinya kayak BANGKE TIKUS JOSHUA DEPAN MATA PASTI BISA BANGET NOTICE! HUH! BENCI SAMA DIRI SENDIRI!



Seperti biasa, MV-MV dulu yang diputer. Dan sepanjang jeda antara MV yang satu ke MV yang lain tuh ada yang bisik-bisik dengan suara keras “SEVENTEEEEEEEEEEEEEEEEEN” sama “SLIP INTO THE DIAMOND LIFE!” dan ketika lampu sudah gelap, deg-degannya mulai berasa. FINALLY, JOSHUA!!!!!!!!

Keribetan terjadi di kepala gue. Pertanyaan-pertanyaan yang bikin nggak fokus nonton kayak “harus apa nih?” “live facebook nggak nih?” “kamera mana nih yang harus on?” ini mengganggu banget. Tapi janji adalah janji. Jadi yaudah, gue harus live facebook dulu karena gue pikir ini yang paling ribet (dan pegel) karena harus megang handphone selama beberapa menit dan nggak boleh terlalu asyik menikmati penampilan opening mereka yang udah bikin semua orang teriak kenceng banget. Sisanya gue giliran aja Brica, Lumia, Brica, Lumia. Yang nyebelinnya sih pas di awal-awal security-nya nggak mau jauh-jauh dari depan gue. Jadi yaudah penampilan Seventeen bercampur wajah security di depan mata.

Mungkin karena sudah lama nggak nonton konser kali ya, jadi agak kagok dan bingung ini gue sebenarnya harus ngapain. Padahal kan simpel aja, ya tinggal nonton. Tapi emang dasar fans Indonesia, kalo nggak ngerekam nggak afdol, jadilah gue ribet sendiri sama gadget dan kamera. Sampai-sampai lupa faedah dari semua ini adalah bisa melihat Seventeen langsung dari jarak yang sangat dekat sekali.

Karena gue fans karbitan, gue sama sekali nggak tahu Joshua posisinya kalo di lagu ini ada di mana, kalo di lagu itu ada di mana. Jadi agak susah buat gue untuk mengikuti pergerakan si orang ini. Sementara kalau mau fokus ke dia aja kan ya sayang banget karena yang lain juga sebenarnya nggak kalah asyik untuk diperhatikan.

BISA NGGAK GUE KANTONGIN WOOZI TERUS GUE MASUKIN BOTOL DAN DIJADIIN GANTUNGAN KUNCI?!?!?!?!



Ketika mereka membuka showcase dengan ‘Shining Diamonds’ gue mangap sambil ngerekam di dua kamera yang berbeda. Mangap karena yes, ini jarak antara gue sama Seventeen nggak terlalu jauh. Kalau misalnya keringet mereka nggak sengaja keciprat ke depan sangat bisa dipastikan gue akan kena. Kalau S.Coups muncrat pas nge-rap sangat bisa dipastikan juga gue akan kena. Alhamdulillah nggak kejadian. Mangap yang kedua karena mereka bisa gitu tampil dengan power sebegitunya.

Gue jadi inget pertama kali gue dengerin lagu ini adalah ketika dalam perjalanan outing bareng detikHOT ke Anyer tahun lalu. Dan komentar pertama gue adalah “INI SHINee?!?!?!” karena feel lagunya sangat SHINee banget (WHICH MEANS I LOVE IT!). Dan senjata kedua mereka langsung bikin gue terkapar: ‘ROCK’. Gue nggak hapal sama sekali lagu ini. Faktanya, gue nggak hapal lagu Seventeen manapun kecuali title track mereka. Itupun hapalnya nggak setiap lirik, paling ya cuma bisa bergumam dan salah-salah liriknya. Tapi gue tahu flow lagunya kayak gimana. Sama kayak ‘Rock’ ini, yang gue inget malah lirik salah denger yang selalu gue nyanyikan setiap kali denger lagu ini. Ituloh, reff-nya yang “Mamah dedeh, mamah dedeh, mamah dedeh, mah, mah mah mah.”

Waktu adegan body-roll, kayaknya nggak ada yang nggak teriak. Kecuali gue. Beneran, karena itu gue sendirian banget nontonnya (Bang Felix belum dateng) jadi mau teriak alay juga enggak enak sama dunia sekitar. Walaupun sebenarnya nggak ada juga yang kenal sama gue, tapi ya tetep aja. Gue agak malu sama kumis.

Sepanjang acara itu sebenarnya gue mau mencoba untuk fokus aja ke Joshua. Tapi member lain justru bikin fokus gue buyar. Masing-masing member punya pesona yang nggak bisa ditolak. Hoshi misalnya, untuk urusan dance kayaknya dia yang paling all out. Dino di satu sisi keliatan sangat lucu tapi di sisi lain punya aura swag yang parah kalau dance. D.K dan Seungkwan karena emang vokalis utama, jadi banyak juga muncul di depan-depan di setiap lagu. Yang paling bikin salah fokus dari D.K adalah cuping hidungnya, kalau Seungkwan emang tipikal gag-man yang diem aja udah mengundang tawa sepertinya.

Wonwoo kebanyakan diem sementara Mingyu justru nggak bisa diem. Seriusan ini anak emang jual murah ya, receh banget. Nggak pernah berenti senyum, enggak pernah berenti cari perhatian fans. Tipikal idola panggilan. Yang dipanggil langsung noleh dan begaya. Gue nggak terlalu merhatiin The8 tapi Jun kayaknya sebentar lagi bakalan debut jadi aktor deh. Gaya-gayanya pas banget buat memerankan salah satu member geng anak SMA di drama tapi bagian yang bodoh-bodohnya gitu. Yang paling gue inget dari Jun adalah part dia di ‘Rock’.



Woozi selain minta dikantongin dan dijadiin gantungan kunci, dia juga keliatan sangat dewasa. Meskipun secara wajah sangat terlihat penuh aegyo, tapi dia cool dan hyung banget. Sementara S.Coups memberikan kesan leader yang ceria dan tipikal bodor. THAT BLONDE HAIR SUIT HIM WELL!

Jeonghan dan Joshua punya banyak kesamaan. Tapi yang paling sering keliatan adalah mereka sama-sama ribet dengan rambut sendiri. Jeonghan kan image-nya bener-bener mirip Ren ‘NU’EST’ banget dari awal gue liat juga. Efek rambut dan wajah yang emang terlihat feminin. Dan potongan rambutnya itu bikin dia keliatan makin feminin. Walaupun kalo dance sih tetep aja powerful dan manly.

Vernon nggak kalah cool sebenarnya dari Wonwoo (dan Joshua). Tapi Vernon masih mau do something funny and trying to be funny walaupun di dalam hati gue merasa dia juga pasti merasa awkward melakukan hal-hal seperti itu. Gue selalu punya keyakinan bahwa semua member bule di grup KPop pasti merasa awkward harus bersikap seperti kemauan masyarakat, sementara di hati kecil mereka “YA ALLAH KENAPA AKU HARUS MELAKUKAN INI.”

Joshua termasuk yang interaktif sama fans. Kalau dia ngeliat ada yang bawa fanboard dia, dia pasti akan bereaksi. Dia juga terbilang cool dan nggak terlalu yang menye-menye kayak Mingyu atau Seungkwan gitu. Maksudnya, bereaksi seperlunya, kalau nggak perlu yaudah benerin rambut aja. Dalam semenit mungkin ada kali dia empat kali benerin rambut pake jari. Entah poni, entah bagian samping. Pokoknya setiap ada kesempatan dia pasti benerin rambut. Padahal sebenarnya nggak dirapiin juga itu rambut udah jatoh dan rapi.



Bereaksi seperlunya itu yang memberikan kesan bahwa Joshua ini sangat memposisikan dirinya sebagai artis. Profesional, begitu. Bukan tipikal bias yang receh walaupun dia interaksinya juga nggak yang jarang-jarang banget. Gimana ya… mungkin tipe orang yang liat-liat mau ngelambai ke mana dan harus bereaksi ke fans yang mana. Kalau ada mas-mas berkumis yang bawa foto dia dan nempel pager di tengah-tengah acara sampai abis acara mungkin dia takut juga buat memberikan reaksi atau sekedar melambaikan tangan.

Walaupun akhirnya dia melambai juga sih. Dua kali.

Secara keseluruhan, anak-anak ini (EH AKRAB BANGET GUE HAHAHAHA) penampilannya bener-bener keren. I can feel their energy hanya dengan duduk diam melihat mereka. Bahkan gue juga ikutan capek ngeliat mereka bergerak. Apalagi kalo ngeliat Hoshi (dan Dino). Their power was just……… DAAAAAAAMNNNN!!!!!!!!!!

Selain itu, Seventeen mungkin bisa dibilang grup KPop pertama yang memberikan kesan ke gue bahwa mereka in real life sama in YouTube video itu sama aja. Karena biasanya gue selalu ngerasa ada perbedaan yang sangat terasa antara bentuk seorang artis Korea di video sama di dunia nyata. Kayak misalnya pas pertama kali gue ngeliat SUJU dan EXO. Tapi ngeliat Seventeen ini kayak yah sama aja gitu bentuknya. Persis kayak yang gue liat di ‘One Fine Day’.

YA GIMANA SIH MASA TIBA-TIBA JOSHUA KAKINYA ADA TIGA KAN GAK MUNGKIN. RON?!

Nggak…. Bukan gitu….

Maksud gue, feel-nya tuh sama. Atmosfer yang muncul ketika mereka perform dan ketika mereka sedang di sesi bercanda itu sama persis sama yang gue lihat di ‘One Fine Day’ atau video-video backstage mereka di acara musik. Seventeen memang semenyenangkan itu. Chemistry antara satu dan yang lainnya teras kuat dan real. Well, even if they’re faking it, I can’t see it anyway. Walaupun sepanjang acara sih Wonwoo keliatan kayak orang sakit dan males banget ngomong gitu ya, tapi pas diajak becanda ya dia mau becanda. Pas dia harus bermain-main ya dia bermain-main.

Yang paling awkward dari acara ini sebenarnya waktu games yang tebak-tebak gaya itu. Karena jelas-jelas member bisa ngintip ke layar gede di belakang (karena beberapa kali gue liat mereka ngintip) but they still managed to made the game as fun as possible. For the sake of fans. Walaupun gue tahu bahwa setiap adegan yang mereka lakukan di panggung itu sudah ada skrip-nya, tapi Seventeen berhasil membawa gue tenggelam lebih jauh untuk menikmati setiap skrip itu. Yes. Gue terbawa suasana dan gue sangat menikmatinya. Untuk ukuran fans karbitan, gue sangat menikmati acara ini dan semua ke-cheesy-annya.



Setelah pertengahan acara gue baru bisa ngeluarin kamera besar. Dan bersyukur karena abis itu pengamanannya jadi nggak lebay. Bahkan ketika kondisi chaos orang-orang yang di row A pada berdiri semua (termasuk gue dan langsung nemplok pager dengan posisi kamera Fujifilm on dan itu bener-bener kalo ditangkep udahlah nggak ada harapan lagi) security-nya pun nggak peduli sama kamera kita. Di situlah gue banyak ngerekam Joshua dan focus ke si orang ini. Sementara pas duduk gue sembunyi-sembunyi motret juga.

Ada empat momen penting gue sebagai fans Joshua di acara ini.  Waktu di awal yang dia pake baju hitam-putih, dia sempat melambai ke kamera gue dan itu posisinya gue lagi fokus motret. Dan yang terakhir waktu encore yang dia abis benerin rambut terus ngeliat ke kamera gue juga dan itu lagi video-in. Yang ketiga pas adegan lempar-lemparan bola. Gue sempat teriak ke dia manggil nama dia gitu, terus dia ngelempar bola ke gue. Pas gue mau tangkep, eh bolanya nggak masuk ke tangan malah ketepis. Untung mbak-mbak staf di depan baik dan mungutin bola itu terus dikasih ke gue. Gue dapet dua, satu warna ijo satu warna ungu. Tapi nggak satupun dari dua bola itu bertanda-tangan Joshua. HAHAHAHAHAHAHAHAHAH Dan yang keempat waktu hi-touch.

Setelah acara berakhir, promotor mengumumkan akhirnya siapa yang berhak untuk dapat hi-touch dan siapa yang berhak untuk dapat group photo.

“Yang dapet kartu biru berarti hi-touch ya, dan yang dapet pink berarti group photo ya!” gitu kata Chris, front-man promotor Three Angles Pro.

Kondisi sekitar saat itu bener-bener chaos. HAHAHAHAHAHHAHA Semua pada sibuk pengen tukeran kartu. Semua pada pengen foto ternyata.

Gue punya biru dan gue pegang sambil bengong dan bingung. Haruskah gue foto aja biar ada kenang-kenangan? Tapi gue tipikal yang selalu berpikir bahwa apa yang sudah gue dapet harusnya gue syukuri dan nggak usah muluk-muluk lah. Apalagi ini gratisan. Jadilah keinginan gue untuk tuker ke foto gue abaikan. Dan gue juga sempat tanya sama Kak Icha di kakaotalk, haruskah gue hi-touch atau foto?

“Mending hi-touch aja!” kata dia. Dan ya, akhirnya gue pilih hi-touch.

Agak lama gue diem di kursi sebelum akhirnya gue bergerak menuju antrean orang-orang yang sudah bersiap ke belakang panggung untuk hi-touch. Setelah semua barang-barang gue beres dan aman di dalam ransel gue pun berjalan menuju antrean. Awalnya gue ada di barisan paling depan, tapi kemudian gue bilang “I’m in the first row.” Dan akhirnya gue dipindah ke paling belakang.



Gue enggak tahu bedanya apa berdiri di paling depan antrean sama di paling belakang. Toh pasti semuanya dapet tos sama Seventeen. Tapi berada di antrean paling belakang memberikan gue cukup waktu untuk mempersiapkan kamera Brica kecil yang sangat bermanfaat itu. Ya, gue berniat untuk ngumpetin kamera itu di tangan dan merekam semua yang mungkin bisa gue rekam sepanjang event hi-touch. Ini ilegal, tentu saja. Tapi gue gatel. Gue pengen juga dong mengabadikan momen ini. Kapan lagi gitu kan?!

Butuh sekitar lima menit untuk gue menghilangkan rasa deg-degan karena takut ketahuan sampai akhirnya bisa santai ngumpetin kamera di tangan. Kalau kamera besar aja bisa gue pake pas acara tadi, masa kamera kecil gini nggak bisa gue akalin?

Ukuran Brica ini kurang lebih sama dengan Go-Pro dan Xiaomi Yi. Yang berarti nggak lebih besar dari telapak tangan lo. Target gue hari itu kan Joshua. Jadi gue mengeluarkan photocard Joshua yang gue cetak dari Jakarta untuk dibawa berjalan sampai proses hi-touch selesai. Photocard ini juga adalah penyelamat hidup, karena berkat ini kamera kecil itu jadi makin ketutupan. Gue mencoba membaca situasi dan memerhatikan posisi staf. Kebanyakan dari mereka berdiri di sebelah kanan dan gue berpikir tos-nya akan pake tangan kanan. Jadi gue taroh kamera itu di tangan kiri dengan posisi begini:



Dan sepanjang perjalanan dari antrean ke backstage itu tangan kanan gue berusaha untuk menutupi bagian lensa yang menonjol. Dalam posisi tangan seperti di atas, gue naroh tangan kiri di depan dada dan tangan kanan nutupin (kayak posisi sedekap gitu). Eh pas masuk malah ternyata tos-nya pake tangan kiri. EGILAAAAKKKKKK BUYAR BANGET ITU UDAH BUYAR BANGET.

GIMANA NIH GUE HARUS PINDAHIN INI KAMERA TANPA PANIK DAN TANPA KELIATAN SAMA STAF.

Akhirnya dengan gerakan secepat kilat, gue pindahin ke tangan kanan tetap dengan posisi itu kamera di belakang photocard yang gue bawa.


Nggak sampai dua detik setelah mas-mas staf-nya bilang “I need your left hand please!” dan itu udah kayak sedetik sebelum gue tos pertama sama Wonwoo. Makanya pas Wonwoo, Vernon, Seungkwan sama The8 kameranya madep ke bawah karena emang nggak siap sama sekali. Dan pas Joshua…..

Sumpah sih nggak tahu apakah emang rejeki atau gimana dah itu pokoknya tapi paaaaaaas banget kamera gue langsung mendongak dan nangkep semua muka member dari Joshua sampai ke Mingyu.

Gue sendiri awalnya nggak nyangka kalau ternyata proses hi-touch itu sangat cepet sekali. NGGAK NYAMPE 15 DETIK MEEEEENNNN!!!!! Dan sama sekali nggak nyangka kalo ternyata gue berhasil merekam semua kejadiannya. Setelah Mingyu, gue berjalan keluar dari backstage kayak orang abis ngeliat setan.

Mau heboh tapi gak bisa heboh sendirian. Mau diem aja tapi pengen teriak. Tangan kanan gue masih megang kamera sambil gemeteran. Tangan kiri gue udah kayak yang kesemutan ini abis tos sama tiga belas orang. Iseng gue endus ternyata wangi. Ya sebelumnya mungkin mereka semprot disinfektan dulu. Dan abis itu pasti mereka semprot lagi.

Dan sambil berjalan gontai setelah berhasil melihat semua member dari jarak kurang dari 40 cm, gue pencet tombol ‘stop record’ di kameranya. Dan gue denger suara Teh Yani manggil dari tempat nunggu dia yang mau foto grup. Gue buru-buru lari ke sana dan bilang “GUE NGEREKAM NIH TAPI GAK TAHU BAGUS ATAU NGGAK!” kata gue. Dan pas gue puter lagi videonya, udah harap-harap cemas, karena di bagian awal yang keliatan bokong mbak-mbak yang ada di depan gue doang. Tapi pas kameranya menengadah ke wajah Joshua…

Lemes.

LEMES.

ASTAGA KEREKAM!!!!!

“MAM KEREKAM MAM! KEREKAM! JOSHUA MAM!” kata gue dan langsung nunjukin ke Teh Yani. KITA BERDUA HEBOH! KARENA YANG KEREKAM PAS BANGET JOSHUA DAN SAMPAI ABIS, WOOZI, SIAPA, SIAPA, HOSHI, SIAPA, MINGYU.

YA ALLAH.

HAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAH INILAH YANG DINAMAKAN SURGA DUNIA?!?!?!

Gue puter video itu berulang kali sampai gue gemeter sendiri. Dan ketika gue perhatikan, itu sama sekali nggak hi-touch. Karena gue sama sekali nggak hi-touch sama mereka. Nggak tos! gitu. Pas gue liat lagi, itu malah yang ada gue ngebejek tangan mereka satu-satu. Dan waktu gue buka di laptop, makin jelas bahwa ngebejek-nya nggak kira-kira. Gue juga baru sadar belakangan setelah gue liat videonya lagi ternyata gue ngabsenin member satu per satu. Dan pas di Joshua suara gue kenceng banget “JOSHUA!” dan dia langsung “HI! HUH HUH?!?!” dengan suara yang terdengar seperti kaget dan bingung kemudian pasrah karena tangannya udah gue bejek.



Nggak heran kalau dia takut. Mungkin baru pertama kali dia ketemu sama fans yang kumisan. Mungkin dia kira gue predator atau tukang nagih hutang. Mungkin penampilan gue hari ini agak serem dan reaksi gue terlalu berlebihan. Tapi yah… namanya juga fans, Josh… Mau gimana lagi……..

Terlepas dari spekulasi tentang makna dari “HI.”-nya Joshua yang agak kaget dan pasrah itu, gue seneng banget. Nggak cuma karena hi-touch-nya tapi karena gue berhasil rekam momen langka itu.

“Pokoknya nggak mau cuci tangan selamanya!” kata gue kenceng-kenceng. Langsung juga gue tweet kata-kata itu bersama cuplikan videonya. Tapi……

Sayangnya setelah itu gue kebelet pipis.

Dan tadi tos-nya pake tangan kiri.

Dan.

Yah……

Harus cebok kan.

Pupus sudah.


Follow Me/KaosKakiBau in everywhere:
Subscribe on my YouTube Channel: kaoskakibau TV
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram
Steller: ronzzykevin
Snapchat: snapronzzy
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar