EXO 'Ko Ko Bop' Teaser #2 [Suho, Chen, Xiumin, D.O]

Mau sotoy dikit. Pasti kalian pernah deh merasakan susahnya beradaptasi di lingkungan baru. Ya kan? Atau kalian semua adalah manusia-manusia yang diberkahi dan dianugerahkan kemampuan menyesuaikan diri dengan sangat mudah oleh Tuhan YME?

Dalam hidup paling nggak kita merasakan yang namanya adaptasi di tempat baru sebanyak enam kali. Waktu masuk TK, masuk SD, masuk SMP, masuk SMA, masuk Universitas dan masuk kerja. Beberapa di antara pengalaman itu mungkin menyenangkan banget. Beberapa yang lain mungkin jadi momok mengerikan yang nggak mau lo ingat sepanjang hidup lo. Mungkin ada juga justru yang menyenangkan dan nggak terlupakan. Tapi bagaimanapun akhirnya, pasti semua diawali dengan sebuah proses adaptasi dan penyesuaian diri yang disertai dengan berbagai macam kegundahan dan ketakutan.

“Gimana kalau gue nggak punya temen?”

“Gimana kalau mereka nggak mau jadi temen gue?”

“Gimana kalau gue yang paling bego di antara mereka?”

“Gimana kalau gue dikerjain karena gue dari daerah?”

“Rambut gue lagi jelek banget ih. Gimana kalau malah gue dijauhin?”

“Ih gue kan suka KPop, gimana kalau mereka semua muggle?”


Dari keenam fase itu, gue pribadi paling takut ketika masuk SMP, SMA dan Universitas. Masing-masing tentu saja ada alasannya.



Kenapa TK dan SD bukan masa-masa penuh ketakutan untuk beradaptasi? Soalnya ya kan masih anak-anak. Masih polos. Temenan sama siapa aja hayuklah. Nggak pernah milih-milih temen. Lagian, pas TK juga gue selalu ditemenin ke sekolah. Bahkan ditungguin sampai pulang selama beberapa waktu juga. Kalau ada apa-apa tinggal ngadu. Hidup tuh rasanya gampang banget. Tinggal bangun, makan, berak, tidur, bangun. Mana ada kepikiran cicilan kartu kredit atau gimana caranya bisa dapat uang untuk nonton konser.

SD juga termasuk masa-masa menyenangkan. Walaupun ada beberapa anak nakal di kelas gue, tapi ah elah, mental kampung. Mereka berani cuma ngomong doang. Toh otak kosong. Dan lagian kalau ada apa-apa juga gue bisa pulang langsung karena sekolah gue di belakang rumah persis. Lebih santai.

Masa-masa rada sulit dimulai dari SMP. Di sini baru berasa susahnya nyari temen. Kondisinya serba salah, men. Lo bego, lo dimanfaatin orang. Lo pinter juga dimanfaatin orang. Perasaan aman ditemenin pas TK dan rumah di belakang sekolah itu nggak ada lagi pas SMP. Gue bener-bener ngerasa sendiri. Gue harus mulai dari nol. Gue harus cari temen. Gue harus punya temen. Tapi masalahnya gue tuh orangnya pemalu banget zaman itu. Apalagi suara gue separo cempreng separo nge-bass tipikal anak baru puber. Untungnya sih nggak jerawatan parah, tapi ya tetep aja namanya ABG kan insecure mulu bawaannya. Dengan modal “re-branding” nama akhirnya gue berani buka omongan sama orang-orang. Dengan memperkenalkan diri gue sebagai Ron.

Yeah, selama ini gue selalu dipanggil Yusron. Because that is my last name. But Ron is my new name. New identity. The new me.

Pas SMP itulah gue mulai mengangkat kepala dan bilang “Hai, nama saya Atmi Ahsani Yusron. Tapi panggil Ron aja. Ron aja lho ya, jangan Atmi soalnya kata orang Atmi itu nama cewek. Jangan panggil Ahsani karena jarang banget orang manggil pake nama itu. Jangan pnggil Yus karena kita bukan teman sekampung. Jangan panggil Yusron karena kamu bukan temen SD saya. Panggil Ron aja, soalnya kan kita baru kenal di sini. Jadi kamu harus panggil saya Ron.”

Nggak heran kan, kenapa gue nggak punya temen?

Canda. SMP adalah masa-masa sekolah yang paling menyenangkan. Gue suka dramanya. Gue suka musuh-musuhannya. Gue suka anak-anaknya. Dan gue suka…. Dia.

Ah. Udah kawin tapi dia sekarang.

Keberanian gue untuk kenalan sama orang-orang dengan nama Ron itu adalah salah satu cara untuk beradaptasi. Dan cara yang lain, yang secara nggak sengaja sebenarnya, adalah dengan hapal lagu Nike Ardila.

Seriously, people? Nggak ada satupun di SMP itu yang tahu dan hapal lagu Nike Ardila? APA CUMA GUE DI DUNIA INI YANG NONTON INFOTAINMENT SEJAK BALITA?!

Tapi Nike Ardila adalah penyelamat pergaulan gue. Jadi ceritanya dulu di kelas pertama Bahasa Indonesia di SMP, guru gue namanya Pak Masrun, dia orangnya sangat oldies banget dan suka nyanyi. Jadi kita kalo di kelas nggak pernah belajar Bahasa Indonesia (yang berujung pada blank di ujian nasional, thanks!). Pak Masrun punya metode mengajar yang lain. Yang beda. Yang menatap ke masa depan, tapi tidak diimplementasikan dengan tepat.

APA PULAK GUE MENULIS KATA IMPLEMENTASI DI BLOG INI. WTF(bukan grup cover dance).

Dan di kelas pertama itu tiba-tiba Pak Masrun nanya gini, “Ada yang tahu lagu ‘Panggung Sandiwara’?”

Seisi kelas diem. Nggak ada yang jawab.

Pak Masrun mulai nyanyi sebait dua bait. Berharap yang lain melanjutkan tapi nggak ada yang ikutan nyanyi. Entah gue kerasukan setan apa hari itu tapi gue angkat tangan tinggi-tinggi dan bilang “Pak saya hapal.”

Terus gue disuruh maju ke depan kelas nulis lirik lagunya di papan tulis dan kita nyanyi bareng sekelas.

Oke gue tahu ini absurd, tapi ini sangat membantu gue dalam hal pergaulan. Karena setelah itu semua orang kenal sama gue di kelas itu sebagai “anaknya Pak Masrun”. Bahkan kabar kalau gue hapal lagu Nike Ardila ini menyebar ke semua kelas yang diajar Pak Masrun sampai-sampai cewek yang dinobatkan sebagai ‘Queen’ di ospek sekolah waktu itu aka cewek paling populer di sekolah nyamperin gue ke kelas minta ditulisin lirik ‘Panggung Sandiwara’.

Gue nggak tahu anak-anak ini hidup di era apa ya kenapa mereka bisa nggak tahu lagu yang begitu populer pada masanya itu. Atau… seharusnya kalimatnya jadi “gue nggak ngerti kenapa ada anak yang dengerin Nike Ardila ketika semua orang sudah mulai beralih ke Rossa dan Agnes Monica”.

Itu hanya sebagian kecil dari cerita masa-masa SMP yang banyak drama. Lalu SMA gimana? OMG…. My high school is suck. SUCK. SUPERSUCK!



Gue nyesel banget tidak melakukan apa-apa ketika this particular male student menjatuhkan gue di depan 3 kelas IPS. Gue nyesel banget nggak, at least, keluar dari ruangan itu ketika dia mulai ngoceh-ngoceh soal gue. GILAK. RON. LO. BEGO. BANGET. Dan gue nyesel banget tidak mengkritisi betapa tidak bergunanya guru Bimbingan Konseling di sekolah pada masa itu. LIKE KEMANA AJA LO KETIKA ADA ANAK MURID LO YANG MENGALAMI KESULITAN BERADAPTASI DI SEKOLAH?! KEMANA AJA LO KETIKA ADA ANAK MURID LO YANG BAHKAN NGAK BERANI KE KANTIN KARENA TAKUT DI-BULLY SAMA TEMEN SEKELASNYA?!

Ehem. Maaf kak, keceplosan. Emosi lama bersemi kembali.

Gue menghabiskan setidaknya dua tahun kayak tahi di sekolah itu dan nggak ada satu gurupun yang peka. Buat sebagian orang—apalagi Abang gue—ini mungkin nggak penting. Kalau gue cerita sama dia pasti komentarnya akan “Ah kamu yang terlalu sensitif.”

Wah gila sih. GILAAAA GILAAAAAAAAAAA. Orang lagi susah beradaptasi sama lingkungan dan merasa tertindas dibilang terlalu sensitif itu lho? Untung aja gue nggak pernah kepikiran buat bunuh diri. Untung gue masih punya mimpi buat jadi diplomat dan duta besar saat itu jadi gue bisa berjuang untuk lulus SMA dan masuk universitas.

Yah… walaupun ujung-ujungnya jadi budak KPop juga… sih… TAPI YA TETEP AJA BUKAN BUDAK KPOP ITU FOKUS KITA KALI INI!

Gue nggak punya banyak kenangan manis di SMA kecuali sama anak-anak segeng. Yang bikin gue survive di sana dan bisa beradaptasi dengan baik dan lebih percaya diri adalah karena di tahun kedua SMA gue jadi penyiar radio swasta yang paling hits di Mataram waktu itu. Orang-orang di sekolah mulai kenal gue walaupun hanya sekedar “Oh itu…” “Oh dia…” doang, tapi setidaknya itu yang bikin gue nggak perlu lagi nunduk pas jalan di koridor sekolah atau takut makan di kantin. 

Lalu bagaimana dengan Universitas?

Ada banyak sekali hal yang harus diproses pada saat yang sama ketika masuk UI. Tapi soal pergaulan nggak lagi jadi sebuah masalah yang terlalu gue pikirkan. Banyak banget pelajaran dari apa yang terjadi pas SMP dan SMA yang bisa diterapkan dalam mencari teman di Universitas. Masalah yang paling penting saat itu adalah menyesuaikan diri karena tinggal jauh dari orangtua untuk pertama kalinya dan harus melakukan semua hal sendirian. Kesulitan untuk beradaptasi bukan lagi soal pergaulan, tapi sama kesendirian dan status sebagai perantau.

Gue nggak lagi punya masalah dalam hal berteman. Waktu kuliah prinsip gue “kalau mereka mau jadi temen gue ya mereka akan datang ke gue, kalau mereka nggak mau jadi temen gue yaudah nggak apa-apa juga”.

Gue bukan tipe mahasiswa yang pinter banget, jadi nggak akan ada banyak orang yang mau berteman dengan gue untuk mendapatkan benefit itu, gue sadar, gue ikhlas. Bukan juga mahasiswa yang mau diajak repot-repot ngerjain tugas ospek. In fact, gue quit ospek jurusan di minggu kedua karena gue nggak mau repot ngurusin hal-hal ekstrakurikuler kayak gitu. Jadi nggak akan ada yang mau ngajak gue buat masuk kelompok mereka, gue sadar, gue ikhlas. Itu sudah menghilangkan 50% kesempatan gue untuk dapat teman.

Mereka yang mau jadi temen lo akan datang ke lo tanpa lo sadari. Dan kalau jodoh, lo akan temenan sama mereka bahkan bertahun-tahun setelah lo melepas toga. Kunci untuk beradaptasi dalam pergaulan di universitas cuma satu: jadi orang baik dan ikhlas.

No. Ini adalah kunci untuk beradaptasi dimanapun lo berada. Kalau lo udah jadi orang baik, lo udah ikhlas, lo nggak akan merasa dibodohi dan lo akan merasakan kedamaian dalam hati. #SabdaKakSuho


Lo mungkin akan bertanya-tanya apa hubungannya judul posting-an kali ini dengan intro yang sangat panjang lebar di atas. Kenapa gue mengawali tulisan kali ini dengan membicarakan soal beradaptasi dengan lingkungan baru karena setahun belakangan ada banyak banget urusan fandom EXO yang mau nggak mau bikin gue harus beradaptasi juga.

Kondisi di mana gue nggak bisa lagi keep up dengan segala hal tentang EXO yang berseliweran di Twitter bikin gue perlu menyesuaikan diri dengan keadaan. Tapi yang paling penting sebenarnya selama setahun terakhir ini gue harus beradaptasi dengan hal yang paling basic dari EXO: musiknya.

Ya, proses adaptasi semua fase kehidupan yang gue tulis di atas sebenarnya nggak jauh beda sama beradaptasi dengan genre musik yang dibawakan EXO yang selalu beda dan selalu ganti setiap comeback. Dan gue pun butuh waktu untuk benar-benar terbiasa dengan semua itu. Sama seperti adaptasi dengan cucian-cucian yang numpuk di bulan-bulan pertama ngekost, gue juga harus beradaptasi dengan serangan EDM yang memuakkan dari SM Entertainment buat EXO di album sebelumnya.

SM memang dari dulu selalu berusaha untuk bikin tren. Bikin sesuatu yang orang pikir jelek pada akhirnya jadi bagus (kayak ‘Sorry Sorry’ dan ‘Gee’ awalnya dianggap jelek oleh penyanyinya sendiri lho. Padahal dua lagu itu yang bikin mereka jadi terkenal). Tapi apa yang berusaha dilakukan SM itu efeknya nggak kena ke semua orang. Karena kadang-kadang ke gue malah tetap jadi jelek. WKWKWKWKWKKW

Ada banyak banget lagu EXO yang gue nggak terlalu suka dan kebanyakan itu dari album ‘EX’ACT’. Gue seneng karena SM selalu inovatif, kekinian, selalu berusaha untuk menampilkan hal baru. Berusaha untuk bikin EXO punya lagu yang “more out there”. Tapi kan penilaian apakah yang baru itu oke atau tidak dan diterima atau tidak balik lagi ke individu yang mendengarkan. Mungkin lo suka sama ‘EX’ACT’ tapi gue nggak. Lo mungkin menikmati ‘Artificial Love’ dan dance-nya yang sensual itu tapi menurut gue musiknya sangat repetitif dan membosankan.

Terlalu naif kalau misalnya gue pengen EXO tetap membawakan lagu-lagu kayak di album ‘XOXO’ atau ‘EXODUS’. Pengen banget sih sealbum nuansanya kayak ‘Don’t Go’ atau ‘El Dorado’ semua. Tapi pasti ujung-ujugnya bakalan boring juga kalau mereka muncul dengan style yang gitu lagi gitu lagi. Mana sekarang persaingan di industri makin kuat. Mainannya udah nggak seantero Korea dan Asia lagi. Sekarang sasarannya jadi lebih luas: AMERIKA. Anjir…. Nggak heran sih kalau genre lagu-lagu KPop sekarang diarahkan supaya lebih ngena ke “masyarakat dunia”. Kiblatnya udah berubah dari sesuatu yang masih terasa original KPop-nya ke sesuatu yang bisa “dimakan” semua orang di belahan dunia manapun. Jangan kaget kalo repackaged nanti ada lagu ala-ala ‘Despacito’.

Inti dari paragraf di atas sebenarnya satu kok: supaya bisa bersaing dengan BTS.

Clear.

#KABOOOOOOORRRRRR

Ini nggak becanda. BTS itu contoh grup yang berhasil lho jadi topik pembahasan di banyak portal berita online di Amerika bahkan yang sebelumnya mungkin nggak pernah nulis soal mereka. Musik mereka yang “so out there” dibantu oleh link yang tepat di sana. Makanya jadi viral banget. Peran fans juga sih. Hehe.

Bukan berarti SM harus meniru mereka dan menjadikan EXO seperti mereka. Bukan berarti juga lo EXO-L harus 24/7 cuma ngepoin EXO doang. Kayak nggak punya kehidupan aja. Hell no. Kenapa EXO harus ngikutin grup yang debutnya belakangan? EXO bahkan lebih dulu terkenal di Korea daripada mereka. Tapi memang BTS ini jagoan banget bisa ngejer dengan cepat. Makanya EXO pun mau nggak mau harus berusaha juga mengejar “ketertinggalannya”. Kalau aja EXO nggak ada masalah sama drama-drama member keluar, kepentok THAAD, berita pacaran dan segala macem, mungkin SM bisa lebih cepat untuk bikin gebrakan. Karena jujur aja kecewa sih kenapa baru sekarang EXO punya emoji dan itu setelah BTS. Jadi kan kesannya kayak ngekor wkwkwkkww.



Dulu gue susah banget buat membiasakan telinga dengan ‘Wolf’ setelah nyaman dengan ‘Mama’. Menyesuaikan kuping mendengar lagu-lagu gloomy emo misterius di ‘XOXO’ itu berat banget karena sudah enak mendengar lagu-lagu kayak ‘History’ dan ‘Angel’. Eh tapi lama-lama semua lagu di ‘XOXO’ malah identik banget sama EXO. Malah jadi EXO banget. Kemudian nyaman deh dengernya. Eh tapi kenyamanan itu nggak berlangsung lama karena muncul lagi mereka dengan sesuatu yang beda di ‘Overdose’.

Kuping dan otak harus dipaksa lagi beradaptasi dengan feel yang baru itu. Dengan tepokan tangan di awal dan suara nyamuk mabok di sepanjang lagu. Buat gue fase ‘Overdose’ itu adalah masa-masa terberat sih. Paling berat tapi paling berperan penting. Karena dari ‘Overdose’ ke ‘Call Me Baby’ dan ‘Love Me Right’ rasanya jadi ngalir aja. Nggak lagi dibawa beban. Entah apakah memang karena efek dua lagu itu yang sangat ringan atau memang karena “oh yaudah, inilah EXO dengan semua kejutannya.” Jadi proses adaptasi dengan style lagu baru EXO pun jadi sesuatu yang sudah biasa.

Ibarat cerita gue di awal, ‘Mama’ itu adalah fase TK, ‘Wolf’ dan ‘Overdose’ itu fase SMP ke SMA banget. ‘Call Me Baby’ dan ‘Love Me Right’ adalah fase Universitas. Lalu ‘Lucky One’, ‘Monster’ dan ‘Lotto’ adalah fase waktu masuk kerja.

Di fase masuk kerja ini, mau nggak mau lo harus suka sama apapun kondisinya. Fase terima aja kenyataan bahwa ini sudah terjadi dan you can do nothing about it gitu lho. WKWKWKW Kan di dunia kerja seringkali gitu, bisa aja Sabtu lo harus masuk, bisa aja ketika lo rencanain mau cuti tapi disuruh piket, bisa aja pas lo lagi nggak mood buat bikin sesuatu tapi dipaksa. Apapun yang terjadi di fase ini, lo akan tetap berusaha survive karena lo butuh uang. HIHIHIHIHI

Ibarat seenggak suka itu gue sama EDM, ‘Lucky One’ gue telen juga akhirnya. In the end, it doesn’t really matter. Gue tetap cinta EXO. Gue toh tetap beli CD-nya dua versi walaupun jelek banget packaging-nya najis. Benci bats gua.



Buat comeback ‘Ko Ko Bop’ ini, seperti yang sudah gue tulis di Part 1, gue menaruh ekspektasi yang sangat tinggi buat lagunya, buat albumnya, buat video musik-nya. Dan gue juga mau menambahkan kalau gue akan mengurangi komplain di comeback ini. Sekali aja dalam riwayat EXO-L gue, gue mau kalem dan nrimo aja. Lapang dada selapang jidat gue. Mungkin itu yang akan membuat gue bisa lebih cepat menyesuaikan diri dengan semuanya. Beradaptasi dengan konsepnya, dengan musiknya, dengan semua lagu yang ada di album ‘THE WAR’ ini.

And guess what, it works! Will talk more about this on the next part.

Mungkin kalian udah ngeh kalau tiga comeback artis SM di tahun ini nggak ada highlight medley-nya di YouTube. NCT, RV dan EXO udah nggak pakai highlight medley lagi. Entah sejak kapan tapi gue baru sadar beberapa hari yang lalu. Ada sebuah perubahan yang dilakukan SM di bagian itu dan lagi-lagi lo harus beradaptasi lagi dengan hal baru ini. Untuk EXO di ‘Ko Ko Bop’ mereka (EXO-L) terbilang beruntung karena member punya individual teaser video. Jadi bocoran track bisa diselipin di situ alih-alih dibuatkan satu video highlight medley.

Seru juga ternyata melihat EXO berkamuflase jadi dedaunan. Kaget juga ngeliat daun singkong ternyata menyimpan rahasia besar bahwa selama ini mereka bisa membentuk logo EXO. Gue kalau lagi bengong gitu ya di kosan suka kepikiran sama apa yang terjadi di meeting setiap comeback artis SM. Apakah terjadi perdebatan seru atau alot. Apakah Lee Sooman marah-marah sambil tepok-tepok tangan dan bilang “MANA KREATIVITASNYA KATANYA KALIAN KREATIF!”. Apakah dipojok ruangan ada seorang laki-laki pendek berambut biru memegang kamera yang berusaha motret CEO Kim Young Min secara candid buat di-upload ke Instagram.

(EH) (HAHAHHA) (MASA LALU GUE) (CURCOL)

Seru aja gitu ngebayangin pembahasan antara tim kreatif NCT, RV sama EXO nyambung-nyambungin konsep Mother Nature ini dari cherry-nya NCT ke buah-buahan segar-nya RV bergeser ke dedaunan bermanfaat untuk lalapan seperti daun singkong-nya EXO. Gimana sih mereka memutuskan semua itu? Nggak mungkin kan kebetulan doang? Sekali lagi gue bukan orang yang percaya sama kebetulan. Karena kalau kebetulan, nggak mungkin kan ini terjadi:




Ok, let’s talk about something serious here. Very serious.

Can we, please, give Suho a comb and alat catok so he can get rid that belah tengah and kriting hair? Can? Kalo can please someone do it. PLEASE TELL HIM TO CHANGE HIS HAIRSTYLE. Kenapa sih. KENAPA SIH?! Kesel. Padahal summer tuh nggak selalu harus gimbal kok. Summer nggak selalu harus dikeriting kok. Atau dikepang kayak bli-bli di Kuta kok. Summer dengan rambut kasual juga kan sebenarnya bisa. Bahkan jauh lebih baik gue rasa kalau untuk Suho. Gak perlulah dikeriting dan terbelah kayak abis ditancap tongkat Nabi Musa begitu. Apalagi itu, siapa sih yang jambangnya dicukur dan rambutnya dibuat semu-semu merah sampai alisnya juga merah. Gausahlah kayak gitu. Biasa ajalah jadi kan bisa dinikmati dan terhindar dari celaan.

(PADAHAL TADI GUE BILANG NGGAK AKAN KOMPLAIN).



Lo mungkin boleh sebal sama ekspresi birahi Kai dalam setiap video teaser-nya. Tapi semenyebalkan apapun ekspresi itu, dia tetap kelihatan sangat natural. It’s Kai. I’m not complained. Suit him well. Anehnya, Suho selalu terlihat awkward. Dari awal debut sampai sekarang pasti deh ada paling nggak satu momen yang dia terlihat awkward. Di shot cut dance di teaser ini juga keliatan kok awkward-nya. Kenapa ya? Mau terlihat asik tapi malah jadi sok asik. Mau tertangkap kamera dengan kesan candid tapi tetap terasa dibuat-buat. Apa cuma gue yang ngerasa kayak gini? Apa cuma gue yang memperhatikan dia? Apa kalian selama ini hanya memperhatikan Baekhyun, Sehun dan Chanyeol doang? AH! KATANYA EXO-L! TAPI MALAH PERHATIANNYA BIAS DOANG! GAK PURE KALIAN!

(lha trus gue apa)

Kalau dipikir-pikir, menurut gue yang paling nggak kelihatan awkward buat gue tuh cuma pas part “She got me going crazy”-nya dia di ‘Monster’. Kalau difoto, gue paling suka dia di teaser ‘Mama’ sama ‘Wolf’. Yang foto sedang pake baju sama monyongin pensil itu terlihat sangat candid dan bagus. Nggak perlu berusaha keras untuk terlihat cool tapi jadinya malah cool. Entah kenapa di teaser ini gue merasa banyak hal awkward sama dia. Nggak tahu deh nanti kalo di MV gimana.

(Sampai gue menulis review teaser ini, gue belom nonton MV-nya sama sekali walaupun udah berhari-hari lalu dirilis. Ini demi dapat feel pas review-nya nanti)



Di EXO nggak cuma Suho kok sebenarnya yang gue lihat awkward. Tapi Chen dan Xiumin juga. Banyak part-part mereka di video yang bikin angkat sebelah alis (walaupun itu susah untuk dilakukan bro). Tonton deh ‘Hey Mama’ berkali-kali. Lo pasti ngerti apa maksud gue. Di situ yang paling menikmati setiap adegan cuma Baekhyun. But good news for Chen, di teaser ‘Ko Ko Bop’ ini dia melesat jauh ke ujung galaxy fanfan bimasakti. Buat gue feel summer mabuk-mabuknya Chen dapet banget. Terlihat seperti mabuk beneran dan tidak dibuat-buat. Chen pun nampaknya sudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan jadi lebih santai sekarang. Lebih enjoy the stage. Enjoying life. Meninggalkan kehidupan relijiusnya sebagai ustad. Ya begitulah memang kalau sering bergaul dengan cabe-cabean seperti Baekhyun. Tinggal tunggu aja CBX bonceng tiga di motor matic dalam comeback selanjutnya.

Xiumin juga sekarang menurut gue way better than Suho dalam mengeluarkan ekspresi. Ada pendalaman karakter (halah) yang luar biasa (halah halah) yang terasa di teaser ‘Ko Ko Bop’ ini. Paling nggak, penampilan Minseok nggak awkward parah kayak di MV ‘yahagosipo’ sama Jimin itu. Di sepanjang teaser ini ada sih yang kelihatannya sedikit kaku. Tapi itu terbantu dan ketutupan sama adegan-adegan lain yang terasa natural. Jadi bikin gue yang nonton pun bisa menikmati.

Maaf, maaf nih, Suho.



Salah satu adegan di teaser Xiumin yang gue suka adalah ketika dia lari-larian di pinggir hutan sama member yang lain. Sama waktu dia merhatiin permen di adegan terakhir seolah-olah permen itu ada bolongannya. Padahal kan udah jelas nggak bolong. Tapi kenapa tetep dikeker gitu deh kak? Jadi siapa yang salah di sini tolong jelaskan. Oh iya, belahan rambut disayang Nabi-nya Xiumin dengan rasio 70:30 ini juga ttak nae style banget.



Setelah ‘EXODUS’, SM mengulang lagi pola yang sama: membuka teaser dengan Kai kemudian menutupnya dengan D.O. Buat para KaiSoo shipper ini sih pasti sesuatu pembahasan yang nggak akan habis sampai kiamat menjelang. Tapi buat gue, jelas ini punya makna sendiri. Ini sebenarnya simbol bahwa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Iya memang nggak nyambung.

Maksudnya, ini adalah simbol dari kekuatan Kai dan D.O dalam universe-nya EXO. Bahwa kemanapun Kai berteleportasi, tetap saja akan kembali ke bumi juga.

Bumi = Earth = D.O’s power.

Dan D.O menutup semua teaser video ini dengan sempurna. Jujur aja dari semua teaser video ‘Ko Ko Bop’ ini, gue paling suka sama teaser-nya D.O. Soalnya dia di situ effortlessly awesome banget. Nggak perlu pamer-pamer dada berlebihan. Nggak perlu pake baju yang nggak dikancing dan bikin masuk angin. Nggak perlu punya rambut gimbal atau keriting. Nggak perlu juga punya alis merah dan cukur jambang. Apalagi joget-joget sok asik kayak Suho ataupun menggerak-gerakan badan seolah mendengar suara musik dangdut dari kejauhan seperti Kim Jongin.

D.O cukup berdiri (atau duduk), pasang ekspresi dikit, kamera melakukan tugasnya dengan bergerak ke kiri atau ke kanan, dia melirik ke kamera, senyum, udah.

Kelar.

Hasilnya bagus. Paling bagus dari semuanya malah. Fix sih D.O akan jadi bias gue di comeback kali ini. Siapa itu Suho. Siapa itu Baekhyun. Apalagi Park Chanyeol. D.O is our king!



Gue tidak mau mengakhiri posting-an ini dengan kesedihan sebenarnya. Tapi entah kenapa setelah teaser D.O keluar kemaren gue berharap akan ada teaser video Lay. Ya walaupun dia nggak bisa balik ke Korea karena dia sesibuk itu, tapi apa kek, gitu kasih video greeting kek gitu. Setidaknya bikin hati ini lega sedikit gitu.

Ngomong-ngomong dia apa kabar sih? 24 jam sehari skejulnya bisa di 24 tempat berbeda ya jangan-jangan?

Hufft. Kita semua pasti punya ketakutan yang sama. Tapi yang jadi concern gue sih sebenarnya rasa terbiasa gue sendiri melihat EXO dengan delapan member, bukan sembilan member. Ketidakhadiran Lay di sebuah comeback besar ini bisa bikin kita terbiasa tanpa dia dan itu sangat bahaya. Nanti pelan-pelan tanpa kita sadari dia beneran keluar dan jeng jeng jeng jeng sejarah terulang kembali.

Ketok ketok jidat.

I don’t know what happen between Korea and China right know and I’m too lazy to find out kenapa Lay punya terlalu banyak kegiatan sampai-sampai nggak bisa comeback sama EXO kayak gini. THAAD? Again? I’m tired. I need Lay. We need Lay. ‘Ko Ko Bop’ is not complete without Koko Lay.

*Koko Crunch*


Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram
LIVE SETIAP SENIN JAM 9 MALAM 'GLOOMY MONDAY!'
Instagram lain: kaoskakibaudotcom
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar