Summer in Seoul [Part 1]: Kejutan dari Adhan

Kalau lo pernah baca novel Ilana Tan mungkin lo akan sangat familiar dengan title di atas. Novel ini mungkin bisa jadi awal dari semua obsesi gue tentang Seoul. Bahkan jauh sebelum gue tenggelam dalam drama-drama Korea, gue sudah mengenal sedikit tentang Seoul dari novel ini. Kalian udah pernah baca belum? Kalau belum, gue rekomendasikan banget untuk baca karena ceritanya drama Korea banget.

Lo yang kembali ke blog ini untuk baca ‘Finally, Seoul!’ mungkin akan kaget. Kenapa cerita musim dingin itu sudah berpindah ke musim panas aja? Kenapa nggak dilanjutin dulu aja sampe abis baru nulis cerita baru? Hihihi… Gue pun nggak pernah tahu kalau ternyata nasib membawa gue kembali ke Seoul lebih cepat dari apa yang gue rencanakan. Bahkan sebelum gue menyelesaikan series ‘Finally, Seoul!’ yang sudah gue mulai dua tahun yang lalu itu, gue sudah harus menulis lagi cerita lain tentang Seoul yang kali ini terjadi di musim panas.

Ya, jadi awal musim panas ini gue mendapat kesempatan lagi untuk mengunjungi Seoul, Korea Selatan. Dan ya, seperti kunjungan pertama gue di tahun 2015 lalu, kunjugan yang kali ini pun gratis. Kok bisa sih? Kok lo beruntung banget sih? Kok lo dapat gratisan terus sih? KOK BANGSAT SIH LO BISA KE KOREA GRATIS DUA KALI?!

Pertanyaan lo akan terjawab satu per satu sampai akhir posting-an gue kali ini, jadi, silakan baca sampai habis.





Jujur aja gue sebenarnya bingung bagaimana harus memulai cerita kali ini. Karena draft di kepala gue adalah menulis soal perjalanan gue ke Ihwa Mural Village di musim dingin dua tahun lalu. Nggak gampang buat gue menyediakan waktu khusus untuk nge-blog setiap hari di antara pekerjaan utama di kantor. Buat gue, nge-blog butuh ketenangan hati dan kejernihan pikiran. Ketika sudah tahu mau mulai dari mana pasti akan ngalir. Tapi kalau nggak tahu bagaimana memulainya, dan seringkali ini terjadi saat sedang capek atau terlalu banyak pikiran, jangan harap satu posting-an bisa kelar dalam semalam. Istikomah nge-blog di sela-sela waktu kerja itu nggak gampang. Apalagi ketika lo harus menerima telepon dari pak CEO di waktu luang lo sekalipun, di akhir pekan sekalipun, nggak gampang sama sekali.

Dalam kurun waktu dua tahun ini gue selalu menyempatkan diri untuk menyendiri dan menulis. Demi menyelesaikan ‘Finally, Seoul’ secepat gue bisa. Walaupun pada akhirnya Desember sudah nyaris datang lagi (masih lama sik) cerita itu belum juga selesai. Tapi ternyata ini ada hikmahnya. Ketika gue sedang running cerita soal kunjungan pertama gue ke Seoul di tahun 2015 itu, tawaran untuk pergi ke Seoul lagi itu datang tiba-tiba.

Kalian percaya kebetulan?

Ada banyak sekali kejadian-kejadian dalam hidup gue yang pada akhirnya bikin gue nggak pernah percaya sama apa yang orang-orang sebut kebetulan. Gue lebih suka menyebutnya sebagai takdir. Memang sudah seharusnya terjadi. Bukan sebuah kejadian yang sesuai dengan “mood Tuhan”. Memang sudah seharusnya seperti itu. Satu hal kecil yang lo lakukan hari ini bisa jadi adalah awal dari hal besar yang akan lo dapatkan di masa depan.

Gue kasih contoh sedikit dari apa yang gue alami.

Kalau lo baca blog gue dari lama, lo pasti tahu kalau gue sempat ngikutin boyband Indonesia yang namanya S4. Kesukaan gue pada grup itu kemudian membawa gue ke sebuah event di Gandaria City dan di situ gue ketemu sama satu grup cover dance bernama Anonymous (baca selengkapnya di sini). Kebetulan salah satu teman dari anak-anak di grup ini adalah followers gue di Twitter. Dari dia kemudian gue kenalan sama semua member grup cover dance EXO itu. Dari S4 ke Anonymous, gue kemudian ketemu lagi sama seseorang yang istimewa bernama Adhan. You guys might know him kalau kalian suka nonton event KPop di Jakarta dan Bandung, because he is everywhere!!! Gue sama Adhan pernah nge-MC satu acara gathering bareng di Bandung dan gue banyak belajar dari dia. I’m a fan of him, actually. Karena buat gue Adhan adalah sosok yang menyenangkan, original, dan superbaik. Dari pertemuan pertama gue dengan Adhan di acara gathering itu kemudian kita ketemu lagi di berbagai kesempatan. Dan gue pun tahu belakangan kalau Adhan adalah temen baik dari salah satu anggota inner circle gue.

Dari S4, Anonymous, Adhan. Trus bagian mana Korea-nya?


Gue hidup di sebuah komunitas Korea yang cukup besar. Gue nggak akan tertarik dengan S4 kalau mereka bukan jebolan manajemen Korea. Gue nggak akan mau nonton Anonymous kalau mereka nggak cover EXO. Gue nggak akan kenal Adhan kalau gue nggak punya keinginan untuk jadi MC sebuah acara KPop di Bandung. One thing lead me into another things.

Adhan aktif banget juga di komunitas dan punya network yang sangat luas di sana. Sementara gue posisinya cuma fans yang kebetulan aja punya blog dan aktif di media sosial. Suatu hari, Adhan diminta untuk nyari orang yang punya blog aktif dan banyak menulis tentang Korea.

“Dan aku kepikiran aja sama kak Ron,” katanya di suatu malam ketika gue sedang sama Ais di Mall Bassura, curhat tentang rencana resign gue dari MD.

Awalnya gue nggak ngeh sama apa yang dimaksud Adhan di chat LINE-nya hari itu. Karena kepala gue sedang dipenuhi dengan pikiran-pikiran soal resign dan memulai kehidupan di kantor baru. Gue nerima chat Adhan sekitar pertengahan Mei, beberapa hari sebelum gue resign dari MD dan ngebacanya kayak yang selewat aja. Gue pikir itu cuma kayak kompetisi nulis di blog yang berhadiah ke Korea. Which is gue nggak akan mungkin menang karena kalau urusan kontes gitu bisa dijamin deh gue adalah orang yang paling nggak beruntung.

Tapi kemudian gue baca ulang chat-nya dan gue maru ngerti apa yang dia maksud.

“BENTAR KAK JADI INI MAKSUD KAMU AKU TINGGAL APPLY KARENA KAMU DIMINTA CARI BLOGGER TERUS NANTI AKU BISA KE KOREA KALAU AKU LOLOS SELEKSI CV SAMA PORTO FOLIO?”

Gue literally pake capslock di chat itu.

“Iya kak Ron. Tapi harus malam ini kak, kak Ron kirim CV sama Portofolio-nya. Pakai bahasa Inggris tapi. Gimana, bisa nggak?”

HELL YEAH WHY NOT?! Setelah obrolan gue sama Ais malam itu selesai, gue buru-buru pulang ke kosan dan menyiapkan semua yang dibutuhkan. Adhan sih bilangnya cuma CV sama portofolio. Dan guess what, another kebetulan: gue baru aja update CV dan bikin portofolio buat ngelamar kerja sebulan yang lalu! Jadinya gue nggak yang harus mulai dari nol banget karena hanya tinggal mengalihbahasakan CV sama portofolionya aja. Makanya malam itu langsung gue kirim via email dan gue hanya tinggal menunggu.

Gue resmi mendaftar sebagai salah satu calon kandidat Asian Cultural Young Leaders’ Camp 2017 di Seoul di tanggal 25 Juni sampai 30 Juni. Itu pas banget sama hari Lebaran dan libur lebaran. Matilah gue. Gue kan belum setahun di kantor baru. Apakah gue akan dapat jatah cuti yang sama dengan pegawai lama? Mulailah gue galau. Kalau gue nggak dapat libur, gimana? Karena banyak sekali ketidakpastian saat itu akhirnya gue nggak ngasih tahu siapapun soal rencana ini. Yang jelas nothing to lose aja. Kalau emang rejeki nggak akan kemana, kan? Karena gue yakin KTO dan KCC juga nggak cuma nyari kandidat dari Adhan. Pastilah ada kandidat lain yang juga apply di saat yang sama.

Photo by @TianChad


Belakangan gue merasa lebih wise dalam menanggapi kekhawatiran-kekhawatiran gue. Prinsip gue sekarang sih “kalo bakal buat lo, nggak akan ketuker sama yang lain”. Itu bisa banget bikin tenang. Selalu. Makanya setelah gue kirim email malam itu, nggak pernah gue pikirin lagi bagaimana hasilnya.

Gue resmi resign dari MD sekitar tanggal 20 Mei dan pulang kampung untuk beberapa hari. Untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir gue bisa menjalankan puasa hari pertama di rumah sama keluarga. Nggak satu haripun sejak gue menjejakkan kaki ke Lombok gue kepikiran masalah Asian Cultural Young Leaders’ Camp 2017 ini. Sampai pada suatu sore ketika gue sedang malas-malasan di kamar baru nunggu waktu buka puasa, tiba-tiba aja gue kepikiran soal chat Adhan waktu itu.

“Gue nggak lolos kali ya? Udah lama banget nggak ada kabar soalnya.” Gue ngomong sendiri. Lo pasti tahu gue sering ngomong sendiri. Dan biasanya di kondisi-kondisi bosan seperti itu gue pasti ngomong sendiri. Kalau nggak ngomong sendiri paling banter ngomong sama tembok. Yang gue pikirkan saat itu adalah kalau memang gue kepilih pastilah ada email resmi dari KTO atau nggak KCC yang isinya “SELAMAT! KAMU TERPILIH SEBAGAI WAKIL INDONESIA UNTUK BLA BLA BLA BLA.” Tapi beberapa hari berlalu setelah itu nggak ada apa-apa di email gue.

Entah gimana deh sore itu gue lagi ngantuk dan mendadak ngecek email lewat handphone dan kaget banget lihat ada satu email belum kebaca di inbox. Dan email itu dari seseorang dengan nama yang ditulis dalam hangul.

“OH GOD.”

“OH MY GOD.”

“OH SEHUN.”

Yang paling bikin shock sebenarnya sih subject emailnya: 2017 Asia’s Cultural Young Leaders’ Camp flight info. Demi apapun ini udah ngomongin flight info berarti gue keterima ya? Gue salah satu kandidat ya? SERIUS INI DEMI APA?!

Gue menahan diri banget supaya nggak teriak karena itu udah jelang buka puasa dan teriakan-teriakan di rumah itu berarti nggak baik kalau didengar tetangga. Gue baca berulang-ulang email itu sebelum gue balas dan di antara perasaan meletup-letup itu gue mendadak down. Bagaimana kalau ini penipuan?

Ron mulai parno.

Masalahnya gini, kalau memang ini beneran, kenapa nggak ada info sama sekali dari KTO atau KCC yang dari awal nyari kandidat kalau gue lolos seleksi? Kenapa tiba-tiba ada email dari Korea dan dari perusahaan bernama Kdot yang mengaku meng-handle urusan penerbangan? Ya kan gue bingung ya. Mana lagi gue udah ngasih scan paspor gue waktu kirim CV kemaren jadi bisa aja bocor atau gimana kan.

Wah gila sih. Kalau beneran penipuan ini sih nggak termaafkan.

Perasaan gue mendadak campur aduk. Gue nggak membalas email itu dengan segera karena gue masih ragu-ragu apakah itu memang beneran atau gue kena tipu apa gimana. Gue parnoan anaknya dan hari itu keparnoan gue sudah masuk taraf internasional. Gue baca lagi email itu dan kepikiran untuk googling ‘K-Dot’. Apakah benar ada perusahaan di Korea bernama K-Dot? Dan gue dapat jawabannya: Ada.

Perasaan gue jadi sedikit tenang. Mungkin ini bukan penipuan. Tapi ini mungkin mereka salah kirim email. Karena nggak ada ‘Dear Mr. Atmi Ahsani Yusron’ di bagian atas emailnya. Jadi bisa aja mereka salah kirim email. Trus gue harus gimana dong ya?

Setelah berpikir lama, gue inget kalau waktu gue kirim CV dan Portofolio itu ada sederet email yang di-cc-in ke orang KCC. Jadi gue bongkar lagi email-email yang kemaren dan menemukan salah satu email pihak KCC. Tanpa pikir panjang gue kirim email ke beliau yang isinya pertanyaan: (1) Apa bener gue lolos? (2) Ini penipuan bukan? (3) Gue harus gimana? Dan ketika email gue dibalas dengan jawaban (1) Ya gue lolos, (2) ini bukan penipuan, (3) balas aja emailnya, gue baru merasa tenang dan gue baru bisa berteriak happy dan heboh jelang buka puasa.

“MOM!!!!!! SAYA LEBARANAN DI KOREA!!!!!!!!!!!”


Nyokap agak heran kenapa gue mendadak bilang kalau gue lebaranan di Korea. Agak kecewa sedikit mungkin dia karena gue nggak memilih untuk lebaranan di rumah. Tapi sejak awal gue memang udah niat nggak pulang lebaran kali ini dan kalau ketidakpulangan gue diganti dengan sebuah perjalanan gratis ke Korea, kenapa nggak?

“Nggak apa-apalah, kamu masih bujangan juga, nggak ada yang dipikirin. Kecuali kamu udah berkeluarga terus mendadak kamu ke Korea pas lebaran sih mama nggak akan izinin.” Katanya.
FIX GUE NGGAK AKAN BURU-BURU NIKAH KALAU GINI. “URI SARANGEUN BUJANGAN~”

Gue pun membalas email itu dengan segera tanpa pikir panjang.

Dear Emma,

thank you so much for the email. Here are the information that you might need regarding the flight:

<Flight information>

- Prefer Departure date : 24 June 2017 (Saturday)
- Departure City / Airport name : Jakarta/Tangerang. Soekarno-Hatta International Airport.
- Prefer flight time : Late Night

- Any Request for flight meal(dietary restrictions) or any seat preference : Muslim meals (no pork & lard).

“Sebentar. Ini kan acaranya tanggal 26 sampai 30 Juni…”

Gue buru-buru buka kalender dan baru ngeh kalau 26 itu hari Senin dan 30 itu hari Jumat. Means gue masih punya hari Minggu (24/6) dan masih ada Sabtu (1/7) dan Minggu (2/7). Daripada gue pulang nanggung di hari Jumat (30/6) mending gue extend aja kan sampai Minggu?

Akhirnya gue lanjutin email itu dengan permohonan untuk extend sampai 2 Juli dengan ongkos sendiri kecuali flight. Ya kan siapa tahu bisa jadi gue masih bisa jalan-jalan free selama dua hari.

I have a question, is it possible if I want to extend my visit until 2nd of July? So I can flight back to Jakarta on 2nd of July instead of June 30? Every spend on the extended date will be my personal expenses except the flight. Please do inform me if this possible and if its not, it's totally ok.

Please find my passport on the attachment section.

Thank you very much and have a nice day.

Dan ketika emailnya dibalas: of course you can extend your visit. We can arrange your flight back to Jakarta on July 2nd. Rasanya gue pengen nangis sambal meluk Adhan.



Lo mungkin mikir kalau semuanya kok berjalan enak dan baik-baik saja ya? Nyatanya nggak. Sebelum akhirnya gue bisa berangkat ke Seoul di tanggal 24 Juni kemaren, ada banyak sekali drama yang mengikuti. Ya lo kan nggak bisa menjamin semuanya akan berjalan lancar kan?

Lo pasti pernah deh belajar giat buat ujian dan pas hari H lo ngeliat soal nggak ada satupun yang lo pelajari keluar di lembar soal itu.

Pengalaman gue ini persis kayak gitu.

Bedanya gue sudah tahu dan sudah maklum dengan apapun yang akan muncul selama beberapa hari ke depan setelah gue menerima email itu sampai ke hari keberangkatan. Gue sedikit banyak sudah menyiapkan mental. Parah-parahnya kalau misalnya gue nggak bisa berangkat pun gue siap. Nothing to lose kan? Namanya juga gratisan.

Gue kembali ke Jakarta dengan 50% perasaan bahagia karena gue akan punya kesempatan lagi buat ke Korea (dan gratis!!!!!) dan 50%-nya lagi perasaan khawatir.

Awal Juni ini gue resmi masuk kantor baru. Persisnya hari Senin, 5 Juni 2017. Kalau lo penasaran gue kerja di mana, silakan tonton #VRON di YouTube gue (klik di sini). Tentu saja sebagai pegawai baru ada banyak hal yang harus dilakukan, right? Selain memang melakukan pekerjaan utamanya sesuai kontrak, gue juga harus bisa menyesuaikan diri dengan tempat baru. Dengan lingkungannya. Dengan orang-orangnya. Dengan bagaimana cara kerja mereka. Dan segala hal yang nggak tertulis di kontrak. Dan ini bisa jadi sangat tricky.

Gue sebenarnya bukan orang yang sulit bergaul. Kalau gue masuk kerja dengan mental yang sama saat gue SMA dulu mungkin dua hari gue langsung resign. Tapi untuk bisa menjadi diri sendiri di sebuah lingkungan baru kan lo juga butuh membaca situasi dulu. Dulu waktu di MD gue nggak terlalu khawatir soal ini karena gue adalah salah satu orang yang membangun tim itu. Jadi gue bisa cuek banget dan bisa beradaptasi dengan lebih cepat. Orang-orangnya gue udah kenal dan sebagian dari mereka bahkan gue yang pilih dan interview waktu mereka ngelamar kerja. Nggak terlalu butuh pencitraan berlebihan deh.

Di kantor baru kan banyak senior dan orang-orang yang udah lama kerja di sana. Penerimaan mereka ke gue bisa jadi berbeda. Makanya gue memutuskan untuk jadi orang alim aja. Dalam artian nggak terlalu yang hyperaktif. Ini jadi bikin gue agak buta sama informasi-informasi seputar libur lebaran. Karena itu adalah hal berikutnya yang gue khawatirkan. Dari pengalaman kerja sebelumnya, selalu ada kemungkinan buat karyawan baru kayak gue untuk masuk kantor di hari lebaran. Kalau gue diharuskan masuk, bye Korea. Bye everything. Bye semua kebahagiaan beberapa hari yang lalu.

Pikiran gue dipenuhi dengan kekhawatiran-kekhawatiran ini selama beberapa hari. Ditambah lagi miskom soal Visa yang juga bikin gue makin senewen. Kenapa semuanya jadi datang secara bersamaan dan bertubi-tubi kayak gini sih?

Gue sama sekali nggak tahu kalau Visa harus gue urus sendiri. Dan nggak ada informasi dari awal soal itu. Ketika gue gali lebih dalam lagi lewat email ke pihak Korea-nya, mereka menegaskan kalau urusan Visa akan dipermudah dan gue nggak perlu apply sendiri. Tapi sampai H-14 sebelum keberangkatan, nggak ada kejelasan soal itu. Sama juga belum ada kejelasan soal libur lebaran nanti gue nasibnya akan gimana.

Oke sampai di sini lo mungkin akan bingung dengan foto-foto yang gue post di sini. Tapi nanti lo pasti akan dapat maksudnya kalau lo ngikutin ceritanya. Hihihi...


Lo bayangin aja, Visa gue baru jadi H-2 sebelum gue berangkat. Dan itu persis H-1 sebelum Embassy tutup untuk libur lebaran. Kalau aja miskom-nya berlanjut itu bisa-bisa gue nggak berangkat sama sekali. Padahal gue udah dapat surat rekomendasi dari MOFA (Ministry of Foreign Affairs) lho! Yang menjelaskan bahwa gue datang ke Korea atas undangan MOFA dan fully sponsored. Tetep aja nggak ngaruh sama kecepatan keluarnya Visa. Itu ngurus Visa-nya bener-bener deh gue deg-degan minta ampun. Ya kan meski udah ada tiket pesawat, kalo nggak ada Visa ya mau gimana?

Untung banget kantor gue sama Embassy Korea tuh deket banget. Jadi urusan per-Visa-an ini bisa gue selesaikan juga dengan pergerakan yang cepat. Ya kan pasti ada pengorbanan dulu sebelum mendapatkan sesuatu jadi gue nggak boleh terlalu banyak ngeluh. Setelah urusan Visa kelar, sekarang urusan libur lebaran nih!

Karena gue belum punya banyak temen ngobrol di kantor jadi gue nggak tahu harus nanya sama siapa soal ini. Dan karena kesibukan dengan kerjaan baru juga jadi agak terlupakan sedikit. Sampai akhirnya gue kepikiran lagi setelah orang-orang merencanakan mudik. Dan di situlah gue baru kepikiran buat nge-WhatsApp orang HRD buat mendapatkan kepastian. (1) Libur lebaran dari kapan sampai kapan? (2) Anak baru kayak gue bakalan libur lebaran nggak? Dan ketika dia ngasih tahu ke gue soal libur lebarannya mulai tanggal berapa sampai tanggal berapa, rasanya mau loncat dari lantai 18.

“Liburnya dari tanggal 23 Juni sampai 2 Juli, Ron.”

KOREA, HERE I COME!!!!!

Photo by @TianChad.


Tapi…

Gue pikir dramanya akan selesai…

Ternyata enggak juga…

Sabtu, 24 Juni 2017 – 17:00 WIB – Ron’s Greenie Dormitory

“Assalamualaikum,” gue baru abis solat Ashar dan lagi nelpon nyokap. Kondisi gue sehat walafiat. Tinggal nunggu adzan maghrib dan buka puasa terakhir. Malam ini gue terbang ke Seoul jam 23:30 WIB naik Garuda Indonesia (WEDAN!!!!! BAIKNYA MOFA & KF!!!)

“Walaikumsalam. Udah di bandara?” tanya nyokap dari ujung telepon. Kedengerannya di sana udah pada buka puasa dan lagi rame-rame sekeluarga. Biasanya memang kalo buka puasa terakhir selalu kumpul. Dan gue nggak ada di sana. Sedih tapi gak sedih-sedih banget juga. Tapi sedih.

“Belom. Mungkin nanti abis maghrib baru berangkat,” kepala gue tiba-tiba kayak kesundut rokok gitu. Penglihatan gue tiba-tiba goyang. “Lagi pada kumpul ya?”

“Iya ini lagi kumpul. Udah packing belom?”

“Udah sih tinggal perintilan dikit-dikit,” kepala gue mendadak pusing. Mata gue tiba-tiba berkunang-kunang. “Yaudah deh salam sama yang lain. Nanti kalau aku udah sampe bandara aku telepon lagi.” Gue mengakhiri telepon itu dan berniat mau baca Quran sebelum Maghrib.

Ada yang aneh sama kondisi gue setelah telepon itu gue tutup. Kepala gue mendadak pusing parah dan mata gue berkunang-kunangnya semakin menjadi-jadi. Tulisan di Quran itu jadi dobel-dobel. Dobel-dobelnya juga berwarna merah dan biru kayak film 3D di bioskop.

Gue istigfar berkali-kali. Apakah ini tanda-tanda kematian? Nggak lucu banget gue mati sebelum buka puasa. Nggak lucu banget juga gue mati beberapa jam sebelum gue berangkat ke Seoul. Gue berbaring sebentar di atas sajadah. Gila sih itu kalo gue mati beneran mungkin akan sangat dramatis. Mati abis baca Quran di atas sajadah. Kepala gue migrain. Sakitnya kayak ditusuk-tusuk paku. Mungkin begini rasanya jadi Sundel Bolong. Gue merayap ke atas kasur sambil perhatiin jam apakah sudah masuk waktu berbuka atau belum. Gue nggak yakin ini karena gue kurang makan karena ini udah puasa terakhir men, kemana aja lo selama 28 hari terakhir kalo teparnya baru sekarang? Kata gue dalam hati. Setelah buka puasa pakai air dan kurma gue kira semua akan membaik. Tapi ternyata enggak.

Ya Allah... mati beneran dah gue ini mah.

Gue lemesnya minta ampun. Bahkan angkat handphone aja nggak sanggup. Ajie udah nggak ada di kosan. Jelaslah, dia udah balik kampung dan berlebaran bersama keluarga. Emangnya gue berlebaran di Korea yang mungkin aja nggak jadi karena malam ini mungkin adalah hari terakhir gue di dunia. Gue butuh obat sakit kepala. Apakah gue masih punya stok di kosan?

Berusaha berdiri gue bongkar-bongkar stok obat-obatan di atas kulkas. Nggak ada. Gue harus ke Alfamart. Dalam kondisi sempoyongan dan mendadak di luar hujan, gue pun maksain diri buat beli parasetamol ke Alfamart. Rambut gue udah awut-awutan karena sepanjang sejak gue mulai migrain sampai gue keluar kamar gue jambakin terus. Ditambah lagi angin kenceng mendadak aja malam itu dan payung yang gue pake sampe ketiup dan rusak.

Indah banget kan malam sebelum keberangkatan gue? Migrain, jalan ke Alfamart mau beli obat di tengah angin kencang yang bertiup, terus payungnya rusak pulak. INDAH BANGET!


Sekembalinya gue dari Alfamart dan minum obat itu kondisi gue sama sekali nggak membaik. Malah makin parah. FIX BANGET INI GUE AKAN MENINGGAL.

Oke lupakan dulu Korea gue mending solat maghrib aja deh. Siapa tahu setelah solat gue akan lebih kuat dan lebih baik. Atau kalaupun gue mati, at least gue sudah solat. Dan gue berusaha untuk berdiri tegak ambil wudhu di kamar mandi lalu solat maghrib. Bisa tuh gue menyelesaikan 3 rakaat tapi abis itu gue langsung jatuh ke kasur tidak berdaya.

18:45 WIB dan gue masih di kosan. Terkapar. Kepala gue sakit banget. Sekarang bukan cuma paku yang nancep di sana. Tapi sobekan seng panas. Nggak cuma nancep, tapi digesek-gesekin sampai berdarah dan infeksi. Memikirkan ini gue jadi mau muntah.

Muntah.

MUNTAH! IYA, ITU YANG AKAN MENYELAMATKAN GUE! ITU YANG AKAN MEMBUAT HIDUP GUE LEBIH BAIK! ITU YANG AKAN MENYELAMATKAN GUE DARI KEMATIAN!

Gue mulai memikirkan hal-hal menjijikkan supaya gue bisa muntah. Walaupun sakit, tapi otak gue masih bisa dipake mikir. Dan alhamdulillah perut gue mau bekerja sama. Keinginan untuk muntah itupun mulai muncul. Perut gue mulai bergejolak. Dan “HUEK”-an pertama sudah terdengar.

Ayo Ron. Lo pasti bisa. AYO CEPET!!!!! LO HARUS BERANGKAT MALAM INI KE KOREA! JANGAN CUMA KARENA MIGRAIN TERUS NGGAK JADI!

Persis di akhir kalimat itu (dalam pikiran gue) refleks kaki gue lari ke kamar mandi dan jackpot!

Karena sejak sahur nggak makan apa-apa, yang keluar cuma air doang. Parasetamol yang tadi gue minum fix ikutan keluar. Tapi I feel better. Way better! Walaupun masih nggak bertenaga dan masih pusing, gue ngeberesin koper gue yang belom kelar di pack. Gue ambil selimut dari lemari dan jejelin ke ransel. Gue pakai jaket dan langsung pesen Uber. Setelah mobilnya dateng, gue bersusah payah nurunin koper dari lantai 2 dengan kondisi lemes najis kayak gitu, gue masuk ke mobil dan “Mas bandara.” Langsung tidur sambil selimutan. Persis ketika gue turun di Terminal 3, gue berangsur pulih. Setelah makan malam gue makin pulih. Setelah duduk di dalam pesawat gue bisa memastikan bahwa gue 100% sembuh.

Kuasa Allah. KUN FAYAKUN! Maka sakitlah. KUN FAYAKUN! Maka sembuhlah. KUN FAYAKUN! Maka terlelaplah aku di kursi A28 penerbangan GA878 Jakarta-Seoul selama 8 jam. Apalah hidup tanpa drama, ya kan?



PS: Salah satu agenda dari Asian Cultural Young Leaders' Camp 2017 adalah mengunjungi lokasi Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang 2018! I'm so excited! Kuharap kalian juga se-excited aku. Hihihi... sebelum gue menulis soal itu, lo bisa dapat banyak informasi soal #Pyeongchang2018 di situs-situs ini: pyeongchang2018.com, nowpyeongchang.com, atau di facebook.com/PyeongChang2018


Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram
LIVE SETIAP SENIN JAM 8 MALAM 'GLOOMY MONDAY!'
Instagram lain: kaoskakibaudotcom
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar