Multi-Fandom, NCT, dan Ngobrol sama Doyoung


Kalau lo adalah orang yang kayak gue, lo pasti ngerti gimana susahnya jadi fans artis-artis SMTOWN. Oke sih nggak semua artisnya tapi mostly boygroup sama girlgroup mereka. Kenal Kpop pertama kali dari manajemen yang bersangkutan kemudian keterusan kecemplung di dunia fana yang nggak berujung tapi menyenangkan ini bikin gue nggak bisa lepas dari SM Entertainment. Dulu waktu masa-masa suka Super Junior, agak malu nyebut diri ELF karena beli CD aja nggak pernah. Pas akhirnya mutusin buat komitmen beli CD, eh udah nggak sesuka itu lagi sama mereka. Walaupun sebenarnya waktu itu beli CD-nya pun sebagai “persembahan terakhir” karena curiga mereka akan bubar setelah 2011. LMAO. Akhirnya mereka malah ke Indonesia 2012 dan ke sini terus sampai 2015.

Persembahan terakhir paledut.

Di masa-masa gue suka Super Junior gue juga dengerin SNSD. Tapi nggak pernah berani menyebut diri Sone. Bahkan walaupun SHINee yang memperkenalkan gue ke Kpop sejak 2008 dan gue sudah mendengarkan mereka sejak debut, gue nggak pernah mau sok-sokan menyebut diri gue Shawol. Dulu buat gue identitas fandom itu nggak terlalu penting. Apalagi kalau misalnya itu akan membatasi lo untuk suka atau mendengarkan grup-grup lain. Dulu, ada masanya ketika multi-fandom itu dianggap sebagai sesuatu yang najis dan hina.

“Lo kan ELF, kok lo dengerin SNSD sih! Mereka kan musuhnya SJ! Mereka tuh ngambil daesang-nya SJ tauk!”

Ya lo makan deh tuh daesang.

Fanatisme ELF zaman dulu tuh memang khas banget sih. Tapi nggak bisa lo compare sama fanatisme grup-grup generasi sekarang. Kalau gue lihat-lihat, se-iyuh-iyuh-nya kelakuan ELF dulu masih dalam taraf yang lo bisa mengerti dan maklumi. Tapi ngeliat anak-anak sekarang yang mengidolakan satu grup tertentu dan menunjukkan fanatisme yang sudah masuk ke another new level... wah nggak habis pikir. Mungkin karena memang gue sama mereka-mereka yang baru ini beda generasi kali ya.

Karena stigma negatif soal multi-fandom itu semakin menjadi-jadi pada masa itu, gue pun akhirnya nggak pernah mau mengungkit-ungkit identitas gue sebagai ELF kecuali di blog. Itu pun bukan self-proclaimed gitu. Tapi orang yang menilai “oh si Ron ini ELF soalnya dia banyak review soal Super Junior di blog-nya” kayak gitu. Tapi di saat yang sama orang juga pasti akan melihat gue sebagai fanboy SNSD dan f(x) karena gue pun menulis soal grup itu di blog, nggak cuma Super Junior doang. Gue pun “terpaksa” menulis soal TVXQ walaupun gue buta banget tentang mereka (karena mereka debut sebelum gue suka Kpop dan pisah kubu di tahun-tahun pertama gue suka Kpop; jadi nggak pernah keep up apapun soal itu) karena tuntutan pembaca. Beberapa sih. Tapi gue tetap enjoy.

Baru sejak EXO debut gue berani memproklamasikan bahwa gue adalah EXO-L. Ke mana-mana bawa identitas EXO. Nggak malu-malu lagi kalau misalnya pakai identitas fandom buat ke tempat-tempat umum. Semacem gue sendiri udah pernah berada di fase-fase “menutup diri” itu dan sekarang waktunya buat ngasih tau ke dunia kalau “Ya gue EXO-L terus kenapa?” "Ya gue suka Kpop lalu apakah ada yang keberatan?" Tapi di saat yang sama gue pun tetap dengerin grup lain. Gue tetap punya bias di grup lain meski di manajemen yang berbeda. Gue juga jadi salah satu orang yang punya prinsip bahwa lo sebagai fans “tidak resmi” di luar Korea memang sudah ditakdirkan untuk jadi multi-fandom. Dan nggak ada dosanya.

Kalau multi-fandom lo anggep sebagai dosa, sebenarnya keberadaan lo di dunia ini dengan mengidolakan manusia-manusia idol itu juga udah dosa. Jadi gausah terlalu banyak mengatur kesukaan orang lain deh. Perlu diingat juga kalau multi-fandom nggak seberdosa lo bawa kabur duit orang yang sudah percaya sama lo untuk beli merchandise dan semacemnya lalu lo bersenang-senang tanpa rasa bersalah.

Ups?


Nggak ada rules untuk penggemar industri entertainment Korea yang ada di Indonesia ini untuk tidak boleh jadi multi-fandom. Karena lo nggak hidup di Korea dengan lingkungan fandom yang keras di sana. Yang kalau mau jadi official harus bayar. Wajar rasanya kalau mereka hanya memilih satu buat jadi fandom karena kan mereka bayar. Kalo ada uang banyak ya mereka bisa bayar buat beberapa fanclub. Kalo di sini ada yang kayak gitu juga sih standing applause banget! Tapi mostly kita kan sebenarnya fans fakir (nggak sih ini gue doang). Daripada gue harus bayar keanggotaan fanclub (atau harus bayar keanggotaan fanclub promotor WAHAHAHAHAHAHAHHA TEKUCING) yang gue sendiri nggak bisa merasakan benefitnya setiap saat di Indonesia, ya mending gue nabung buat cicilan rumah kan.

Ngomong-ngomong soal multifandom, gue sendiri saat ini sedang mencoba untuk merambah ke fandom lain selain EXO-L. Cobaan terberat gue ada tiga: Uaena, Reveluv, NCTzen.

Yang terakhir sih stres banget.

“Sebenarnya lo NCTzen bukan sih?”

Entah kapan gue pernah baca tweet itu ditujukan ke gue pada suatu pagi yang teduh dan sedikit gerah di Jakarta. Gue yang belakangan selalu bangun kesiangan tapi selalu menyempatkan diri untuk buka semua medsos setiap bangun tidur agak terbelalak sedikit. Belum bisa konsen dan masih agak ngantuk walaupun tweet itu membuat gue yang tadinya males-malesan untuk melek jadi ngucek-ngucek mata juga.

Sepenting itu ya?

Makin ke sini kalau dilihat-lihat standar jadi fans Kpop di Indonesia itu makin naik. Kalau lo belum bisa ada di level mereka ya lo hanyalah fans fakir. Seperti aku. Makin banyak sunbaenim-sunbaenim yang punya uang buat beli tiket pesawat yang sama dengan idola mereka supaya bisa lebih dekat dengan oppa dan eonni. Makin berhamburan para senpai yang bisa dateng ke fansign lalu fotonya jadi viral di media sosial. Yang beneran dateng ada. Yang delu pun tersedia. Tapi kalau delu sih sudah sejak lama ya sejak era Super Junior. Bahkan si delu masih hidup sampai sekarang dan masih menyebarkan kedeluan dan kebohongannya ke masyarakat muda kpop masa kini. Maka berhati-hatilah kawan. Orang-orang delu ini tuh racun dunia banget.

Tapi gue masih sama seperti dulu. Masih kere. Masih mikir lebih baik nabung buat nikah dan beli rumah daripada beli tiket fansign misalnya. Tapi semua itu sejatinya adalah soal prioritas dan soal bagaimana lo memberi reward ke diri lo sendiri yang sudah bekerja keras selama ini. Nggak ada yang salah kok.

Dan soal fandom gue juga masih sama seperti dulu, bukan orang yang gampang ngomong “Oh gue Shawol!” “Oh gue Reveluv!” Gue masih dengan keyakinan kalau fandom gue cuma satu yaitu EXO-L, tapi gue suka sama yang lain juga. EXO-L inipun sebenarnya itungannya bukan official yang di Korea atau Jepang sana. EXO-L gue ini yang yah... gimana sih menjelaskannya... masa abal-aba sih. Yang keanggotaannya dapet dari situs internet yang sekarang bahkan udah nggak jarang gue akses. Global fanclub apa gitu istilahnya. Which is yaudah, geunyang fan, sama aja nggak ada istimewa-istimewanya. Cuma dapet kartu digital sebagai bukti membership. Itupun pake nama palsu. Tapi yang bikin gue bisa bilang gue EXO-L dan ada di fandom ini adalah segala perjuangan dan kerja keras buat ngumpulin duit ke CD dan konser. Sementara yang lain? CD aja nggak punya. Konser ngincer gratisan. Ya masa mau nyebut diri NCTzen, Uaena, atau Reveluv sih?

Tapi gue inget gimana gemeternya gue ketika hidup gue bersinggungan dengan NCT. Dan itu ada dua kali yang paling berkesan:

Semua momen ketika ngikutin mereka dari SM Rookies, nulis berita mereka di detikHOT selama beberapa tahun, menyambut WinWin dan Kun dengan gembira dan bahagia hati, sampai main SM Rookies Entertainment kayak orang gila setiap hari cuma mencet-mencetin kalender buat ngambil koin nggak ada apa-apanya dibandingkan saat lo ketemu dengan seseorang yang benar-benar asing, di Seoul, pas event Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, terus dikasih CD bertanda-tangan NCT 127 tanpa lo minta.

Gue merasa ganteng hari itu karena untuk pertama kalinya gue tampil dengan jas/blazer yang gue pinjam dari Marge, salah satu teman di lingkaran pergaulan Pancoran. Di hari pertama event Asian Cultural Young Leaders’ Camp 2017 itu gue harus presentasi materi soal media sosial di Indonesia (dari sudut pandang fans kpop, karena gue fans kpop). Makanya gue pake jas sama kemeja. Padahal mah kalau bisa pake t-shirt sama celana pendek sih gue prefer begitu aja. Presentasi gue berjalan lancar walaupun dengan bahasa Inggris yang terbata-bata dan pas-pasan. Dan setelah itu ada sesi break yang gue manfaatkan dengan nge-vlog. Kebetulan kemarin gue semobil sama Ma Huaqing, peserta dari Singapura. Dan kita pisah meja di sesi presentasi, jadi gue nyamperin dia ke mejanya. Dia lagi ngobrol sama Giri Glover, peserta dari Australia, saat itu.


Kiri sempat memuji presentasi gue walaupun gue merasa itu nggak layak dipuji. Hey, bahasa Inggris gue jelek banget anjir! Gue malu sebenarnya. Setelah sempat memperlihatkan tools yang digunakannya untuk melacak hashtag di media sosial, Kiri tiba-tiba keingetan sesuatu. Sebuah grup kpop yang dia pernah tonton di Seoul, di sebuah acara penting juga, tapi dia lupa namanya.

“I know almost every mainstream kpop group,” kata gue ketika Kiri sedang mencoba mengingat-ingat nama grupnya tapi dia nggak bisa memanggil memori itu ke kepalanya. Akhirnya dia ingat kalau dia pernah nge-post video mereka di Instagram. Kiri pun nge-backtrack Instagram-nya dan nemu satu postingan video yang belum juga keputer udah bikin gue histeris sendiri. Karena dari sudut layar ponsel itu gue bisa mengenali wajah Taeyong.

“OH MY GOD! THAT’S NCT 127! AND I LOVE THEM!” kata gue.

“Really?” kata Kiri. Dia nge-scroll Instagram-nya lagi dan nunjukkin sebuah CD yang ditandatangani oleh semua member. “I got this that day,” katanya. Tapi yang akan dia katakan di kalimat selanjutnya pasti nggak akan kalian sangka-sangka. Nggak pernah gue sangka-sangka juga. Mengingat itu adalah hari pertama kita ketemu (kedua lebih tepatnya). Baru kenalan beberapa jam. Dia bener-bener orang asing. Tapi dia bisa bilang kayak gitu ke gue.

Kaki gue lemes.

“I still have this CD at my house in Australia. I will give it to you,” katanya.

Inilah yang dinamakan berkah lebaran di Korea Selatan. Karena kebetulan hari itu adalah hari pertama Idul Fitri.

“Seriously?!” gue histeris.

“Yes sure. But you have to remind me because I think keep it somewhere in my room. I need to try to find it tho. Will sent it to Indonesia.”

Dan beberapa bulan setelah itu Kiri menepati janjinya lalu CD NCT 127 ‘Fire Truck’ bertanda-tangan itu sampai ke kantor gue. Sampai sekarang masih nggak bisa lupa bagaimana perasaan membuka bungkusan dari Australia itu. Bahkan gue masih simpen amplopnya di laci kantor. Nggak akan gue buang dan akan gue pajang di museum di rumah nanti sebagai salah satu kenangan tak terlupakan dari orang asing yang baru gue kenal di summer camp.


Dan kalian tahu, “kebetulan” apa yang terjadi nggak lama setelah CD itu sampai ke tangan gue? NTC 127 datang ke Jakarta buat Spotify on Stage! Dan nggak cuma itu, gue dapet kesempatan buat round table interview sama mereka!

Gue sedang duduk santai di depan laptop di kantor memikirkan cuti yang akan gue ambil di tengah minggu demi Spotify on Stage itu ketika bos gue di Creative Disc ngirim WhatsApp yang isinya bener-bener bikin gue ingin teriak kenceng-kenceng: undangan press conference dan interview bersama NCT 127. Wah gila sih. Dunia rasanya seperti berhenti sesaat sebelum gue menjerit dan loncat dari kursi untuk berbagi kehebohan bersama angin dan kekosongan. Karena waktu itu gue masih anak baru di kantor dan gue belum akrab sama anak-anak yang lain jadi gue hanya bisa memendam kehebohan sendiri.

Gue berangkat pagi-pagi banget ke hotel lokasi interview itu karena nggak mau telat. Di undangan soalnya acaranya akan dimulai jam 8. Padahal pada kenyataannya baru mulai jam 11 siang. Kondisi gue udah sangat mengantuk karena tidurnya juga telat banget di malem sebelumnya. Tapi nggak apa-apa deh buat NCT 127 dibela-belain. Walaupun WinWin nggak akan ada di meja interview karena dia datengnya belakangan, nggak apa-apa deh. Gue masih bisa lihat member-member yang lain. Para hyung-line.

Setiap kali mau wawancara artis kayak gini gue pasti gemeteran. Waktu gue exclusive interview sama BTOB di tahun 2015 dulu di Berastagi, gemeterannya kayak mau ngelamar kerja. Sebelum masuk ke ruang interview gue ngerasa deg-degan parah. Alasannya sih simpel aja: gue mau berhadapan sama orang-orang yang sering gue lihat di acara-acara TV Korea yang gue tonton di YouTube. Dan simply karena, untuk kasus BTOB ini, gue sedikit mengidolakan mereka. Untungnya wawancara bareng BTOB waktu itu berjalan sangat santai dan menyenangkan. Gue bisa ngasih mereka blangkon, gue bisa minta tanda tangan di album mereka langsung, bahkan bisa ngecengin Changsub soal Irene.

A post shared by RON (@ronzstagram) on


Tapi yang NCT 127 ini....

Suasana wawancaranya bener-bener tegang dan serius. Nggak santai sama sekali. Yang kali ini beneran kayak sedang ada di ruang ujian. Gue bareng sama entah delapan atau sembilan wartawan yang lain masuk ke ruangan yang nggak terlalu besar di hotel itu dan di ujung ruangan sudah ada backdrop Spotify on Stage dan anak-anak NCT 127 sudah duduk di kursi di depan backdrop itu. Dalam ketegangan itu gue masih deg-degan. Gue hari itu pakai baju merah bertuliskan Red Velvet yang gue tutupi pakai jaket abu-abu berukuran XL (yang oversized banget di gue) dan celana pendek. Kelihatannya nggak seperti wartawan tapi beneran seperti fans aja gitu. Tapi karena gue harus profesional (halah taik) jadi gue behave sedikit.

Gue memilih untuk duduk di tengah-tengah di antara bangku para pewawancara. Posisi duduk gue persis di antara Taeyong dan Jaehyun (yang ketusnya minta ampun ih amit-amit). Sementara dari kiri ke kanan posisi duduk para member adalah Johnny, Yuta, Taeyong, Jaehyun, Taeil, Doyoung.

Pertama kali berhadapan dengan mereka yang ada di pikiran gue adalah: make up-nya tebel banget anjir. Maafin. Mungkin kalau off camera memang kelihatannya seperti itu. Padahal mungkin biasa aja. Padahal kan mereka juga udah berkulit putih gitu kan ya tapi kenapa harus berlebihan sih make up-nya?! Gitu sih gue mikirnya. Maafin otak nggak bisa dipaksa untuk tidak mikir macem-macem. Dan yang paling menarik perhatian gue adalah Doyoung, karena bias. Mungkin nggak banyak yang tahu kalau sebelum gue bias WinWin gue udah bias ke Doyoung duluan. Karena di situ WinWin nggak ada (dan kalaupun dia ada, dia pasti nggak akan bisa ngomong juga sih) jadi yaudah ke Doyoung aja.

Dari enam member yang hadir di sesi wawancara hari itu, Yuta dan Johnny adalah member dengan aura yang paling luar biasa. Terlepas dari baju dan warna baju yang mereka pakai sangat norak dan mencolok banget hari itu, tapi aura Yuta dan Johnny benar-benar kayak BOOOOOOOM!!!!! TERPANCAR CERAH BAGAIKAN SINAR MATAHARI.

Terus mereka orangnya kayak gimana sih?
 

Di sesi wawancara kayak gini lo nggak akan bisa menilai sebenarnya. Lagipula hari itu kondisinya benar-benar serius banget. Mungkin sebelumnya ada masalah antara staf Korea sama staf sini, nggak tahu juga. Yang jelas semua muka orang-orang pada mengkerut. Mungkin juga efek capek karena terbang, entahlah. Alasan klise sih, tapi mereka sama sekali tidak menunjukkan kesan ramah gitu lho. Kayaknya ketus banget. Kecuali Taeyong yang banyak banget senyum. Tapi sayang gue nggak bias Taeyong jadi senyumnya cuma selewat aja.

Ketika sesi pertanyaan udah dimulai, gue hanya kebagian nanya tiga pertanyaan doang. Dua dari tiga pertanyaan itupun sebenarnya sudah diatur sama manajemen. Jadi lo nggak boleh nanya macem-macem. Apa lagi nanya yang nyeleneh. Itulah nggak enaknya kalau wawancara artis Korea (kecuali artis-artis tertentu yang memang santai dan nggak banyak peraturan kayak pas gue wawancara Park Bo Young waktu itu--klik di sini buat baca blogpost-nya). Wawancara sama artis Korea gini selain pertanyaannya sudah diatur, jawabannya juga kadang sudah diatur. Jadi kehadiran lo ke ruang wawancara itu sebenarnya cuma formalitas aja. Cuma buat tatap muka aja. Kalau buat gue sih bodo amat karena hari itu gue nggak dalam mode kerja juga. Tapi ketika gue masih kerja di detik.com sih hal kayak gitu nyebelin banget.

Pertanyaan pertama gue adalah soal lagu Cherry Bomb, yang kedua soal dance di Fire Truck yang bagian gerakan Phoenix itu, lalu yang ketiga pertanyaan soal NCT 127 yang tampil di acara Apple di New York. Nah di pertanyaan ketiga inilah gue bisa sedikit improvisasi dan “ngajak ngomong Doyoung”. Soalnya sepanjang sesi tanya jawab itu, Doyoung adalah orang yang paling jarang ngomong. Biasanya kan dia tengil ya? (sotoy) Tapi hari itu dia diem aja di pojokan, bengong, gerak-gerakin kaki, muter-muterin kursi, ngelirik ke Jaehyun, gerak-gerakin kaki, monyong-monyong, sampai akhirnya ketika dia lagi zoned out banget gue langsung menyerang dengan pertanyaan dalam bahasa Korea sederhana yang gue bisa, “Doyoung ssi neun otteyo? Kibuni otteyo?” Mengenai pertanyaan soal tampil di New York.

Sebelumnya pertanyaan gue dijawab oleh beberapa member. Johnny, Yuta, terus ke Jaehyun. Karena Taeil sama Taeyong sudah ngomong di pertanyaan sebelumnya. Tapi pas Jaehyun sedang jawab, kesannya itu pertanyaan sudah akan berhenti dijawab di Jaehyun. Padahal kan di sebelah kiri Jaehyun, di ujung barisan member, ada Doyoung. Makanya gue langsung aja nyamber “ngomong sama Doyoung” langsung, nanya bagaimana perasaannya. Kebayang nggak lo muka Doyoung pas dia lagi zoned out, mainin kaki gitu terus orang rese kayak gue gini nyerang dengan satu pertanyaan yang gue rasa dia sendiri nggak dengerin dari awal. WKWKWKWKWKWKWK Mukanya kocak! Langsung melotot gitu dan bilang “Ne?” Sampai akhirnya entah Jaehyun atau Johnny gitu yang ngejelasin pertanyaannya ulang dan akhirnya dia jawab. AKHIRNYA DIA NGOMONG JUGA! DARI TADI SOALNYA DIA DIAM AJA KAN, BETE!!!!!!

Sepanjang sesi wawancara itu, Johnny keliatan dewasa banget yang mengarahkan alur wawancaranya dan sesekali mengoreksi translator. Menjelaskan dalam bahasa Inggris apa yang dikatakan oleh para member kalau translator-nya miss menjelaskan. Sementara Jaehyun ketus banget. Ih! Amit-amit!

Sebelum keluar dari ruangan wawancara itu gue sempat meracau dengan tidak tahu malu ke mereka “Well, I’ll see you on the stage!” gitu. Tapi nggak cuma sampai situ. Gue lanjut dengan nyanyi, “I’m the biggest hits, I’m the biggest hits, on the stage!” sambil sok-sok begaya heb-hab gitu. Fak banget sih. Gue liat ada beberapa member yang ketawa, tapi yang paling keinget sih Taeil. Karena pas gue begaya heb-hab (mana gue lagi pake jaket overized lagi kan! Kurang heb-hab apa lagi coba!) Taeil persis ada di depan gue. Gue juga nggak tahu kenapa jadi nyanyi lagu itu padahal masih banyak lagu NCT lain yang lebih bagus dan gue suka. Gue nggak terlalu suka Cherry Bomb soalnya. Kenapa gue nggak teriak “GET IT LIFTED!” aja sih ya padahal supaya lebih cetar membahana.

(langsung diseret keluar dari ruangan) (lalu dijebloskan ke penjara) (baca artikel wawancaranya di sini)



Sama seperti Cherry Bomb, gue juga sebenarnya nggak terlalu suka Fire Truck. Karena apaan sih ini dua lagu nggak jelas banget?! Begitu pikir gue pada awalnya. Gue memang nggak pernah terlalu suka lagu-lagu yang yang heb-hab atau di-heb-hab heb-hab-in. Gue anaknya lebih ke Kpop yang ngepop. Yang kayak ‘Call Me Baby’ atau lagu-lagu Kpop masa lalu kayak ‘Bonamana’. Yang quirky tapi easy listening. Yang kalo dinyanyiin di karaoke paling nggak gue nggak perlu mengeluarkan usaha buat nge-rap atau ngomong cepet gitu. Gue kan bukan Park Chanyeol. Selain itu karena WinWin juga nggak punya banyak part nyanyi di dua lagu itu (in fact di semua lagu sih, f**k you SM). Tapi karena ini NCT, gue tetap mendengarkan title track dari dua album yang berbeda itu. Lama-lama malah terngiang-ngiang terus. Walaupun tetap sih gue nggak pernah berhasil menyanyikan Fire Truck dan Cherry Bomb di karaoke dengan 100% berhasil tanpa ngos-ngosan atau tanpa belepotan. Tapi dua lagu ini sudah jadi playlist berangkat kantor gue sekarang, bersama beberapa lagu NCT yang lainnya.

Gue jarang dengerin NCT sealbum kecuali pas awal-awal album mereka rilis. Tapi kalau ngomongin title track ada beberapa yang gue suka. Kalau mau diurut-urutkan dari nomor satu sampai nomor akhir mungkin begini kira-kira:

  1. Limitless
  2. The 7th Sense/Without You
  3. Fire Truck
  4. Cherry Bomb

Gue tahu NCT mulai dikenal karena Cherry Bomb (soalnya mereka sempat menang di acara musik karena lagu itu). Tapi Cherry Bomb nggak akan pernah jadi lagu kesukaan gue dari grup yang kepanjangan namanya aneh banget ini. Buat gue, Cherry Bomb adalah konsep yang dipaksakan dan nggak memaksimalkan vokal dari masing-masing vokalis. Yang “di-stabilo-in” cuma Mark sama Taeyong. Sementara Johnny sama Yuta cuma kebagian “ooh” dan “aah” harmonisasi di belakang. Dan WinWin cuma kebagian capek. Walaupun begitu lagu ini adalah racun yang sejati. Biar sering banget gue “lecehkan”, tapi gue nggak akan bisa berhenti nyanyi setiap bagian “Na na na, nanana,” lalu ngangkang di lantai itu. Dan walaupun gue nggak suka Taeyong, tapi dia nggak pernah gagal bikin gue meniru cara nyanyinya di part “rising in the sky-HIGH~~~” sama “we gonna make it, HAHA!” itu. Bangke tikus sih memang. Dan terlepas dari lagunya yang aneh, dance-nya sangat breathtaking.

Gue sebenarnya lebih suka komposisi NCT 127 di Fire Truck. Membernya nggak terlalu rame, masing-masing vokalis baik main vocal atau sub-vocal tetap dapat part yang rata. Bahkan Jaehyun dengan rakusnya nge-rap sedikit dengan suara soft dan emosionalnya itu. Senengnya juga karena Yuta dapat part meski hanya segitu aja. Gausah bahas Taeyong sama Mark karena NCT 127 ini diciptakan buat mereka berdua. Jangan juga berani-berani bahas WinWin karena yaudah terima aja dia mungkin nggak terlalu bisa nyanyi. Tapi WinWin di sini dance-nya on point sih. Dan jujur saja karena Fire Truck gue mulai ngebias WinWin.



The 7th Sense punya andil besar dalam khazanah permusik yang gue dengarkan. Gue baru tahu kalau musik-musik chill kayak gini tuh enak banget kalau didengerin pas emosi sedang tidak stabil dan keinginan untuk bangun dari tempat tidur tidak ada sama sekali. Gue mulai mendengarkan lagu-lagu dengan genre future bass lain karena lagu ini. Walaupun gue sudah tahu genre-nya apa, tapi The 7th Sense tetap gue deskripsikan sebagai lagu “nyamuk” (karena intronya kayak dengerin suara nyamuk terbang di telinga) dan lagu “sange” karena entah gimana ada nuansa sensual yang susah dijelaskan ketika mendengarkan lagu ini. Mungkin yang kedua agak susah dimengerti kalau lo masih di bawah umur. Kecuali kalau selama ini lo kebanyakan baca fanfic dewasa. #NC2Juta

Lo nggak akan nggak suka Without You sih kalau menurut gue. Karena dari semua lagu NCT, ini adalah yang paling beda menurut gue. Kombinasi suara Jaehyun, Doyoung (!!!!!) dan Taeil di lagu ini benar-benar oke banget! Gue nggak terlalu mendengarkan Timeless karena memang belum ada waktu buat meresapi lagu itu. Tapi Without You jadi lagu debut yang oke banget buat sub-unit vokalis NCT U ini. Yang lebih bikin gue seneng lagi (walaupun gue jarang mendengarkannya) adalah karena di versi Mandarin-nya ada Kun. Dan di MV-nya ada WinWin.

Dan kita sampai di lagu NCT paling bagus sejauh ini: Limitless! Terlepas dari kekecewaan gue kenapa NCT 127 harus nambah member ketika comeback Limitless karena formasi Fire Truck menurut gue udah paling pas (makin banyak member, makin banyak yang nggak nyanyi selama Taeyong dan Mark masih merajalela), tapi lagu ini seolah-olah jadi obatnya. Yang lucu adalah, ketika Limitless memberikan banyak ruang buat member-member sub-vokalis buat nyanyi, WinWin tetap nggak dapet part. HAHAHAHAHAH TAIK. Agak susah buat gue mendeskripsikan lagu Limitless ini tapi ketika mendengarkannya ada feel yang campur aduk. Lagunya bersemangat tapi tidak sesemangat Fire Truck. Kalau mau dibilang calm sebenarnya enggak juga karena beat-nya cukup cepat. Tapi pas didengerin ada perasaan kalem yang aneh gitu lho. Nyaman di kuping dan sedikit emosional kalau boleh gue bilang begitu. Lagu-lagu di album ini juga bagus semua!

Honorable mention: Chewing Gum! Wah parah sih gue nggak pernah nggak senyum sendiri setiap kali denger lagu ini. Bocah, polos, nothing but happiness, bikin kangen masa-masa SD padahal yang nyanyi nggak pula anak SD kan, dan selalu menginspirasi gue untuk menggunakan celana pendek. Thanks, Jisung!

Terus, BOSS ada di posisi ke berapa dong?

 
Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram / KaosKakiBauDotCom / roningrayscale
LIVE SETIAP SENIN JAM 8 MALAM 'GLOOMY MONDAY!'
Instagram lain: kaoskakibaudotcom
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar