First Impression: BLACKPINK DDU-DU DDU-DU (Jangan Dengar Lagu Ini!)


Gue bukan Blink.

Oh ya, gue bahkan bukan fans artis-artis dari YG Entertainment in general. Maksudnya secara manajemen gitu. Biasanya kan anak-anak Kpop kalau udah bias sama satu grup dari manajemen tertentu, mereka juga akan bias sama grup lain dari manajemen yang sama. Gue contohnya, yang lo sendiri mungkin sudah tahu karena sudah sering main ke blog ini dan baca-baca tulisan gue tentang Kpop yang lain, adalah fans artis-artis SM Entertainment. Berawal dari kesukaan gue pada SHINee yang kemudian membawa gue jadi seorang ELF dan kemudian malah suka banget sama SNSD lalu jadi ngefans Krystal dan ngikutin f(x) kemudian sekarang mendeklarasikan diri sebagai EXO-L (bukan Eros ya soalnya jijik sama nama itu) yang juga menjabat sebagai fans berat Irene dan Red Velvet dan teman curhat Kun dan WinWin (tapi ini rahasia aja) di NCT. Oh gue juga diam-diam ngebias Doyoung. Kecuali kalau dia sudah mulai ke-Jaehyun-Jaehyun-an atau ke Chanyeol-Chanyeol-an, gue istirahat dulu ngebiasnya, biasanya sih geser dikit ke Mark atau Yuta meskipun belakangan ini gue lagi suka nyanyiin ‘Havana’-nya Camilla Cabello dan liriknya diganti jadi “Na Jaemin oh Nana...”. Gue juga suka beberapa artis JYP Entertainment but never been a big fan. Cuma sekedar-sekedar doang. Tapi dibandingkan dengan yang lain. Mungkin artis-artis YG Entertainment adalah yang paling gue hindari. Jangan tanya kenapa, mungkin ini cuma masalah selera. Seperti semisal lo ditanya kenapa lo suka sama artis-artis YG, lo pasti punya jawaban yang beda sama yang lain. Pasti punya alasan sendiri. Begitu juga gue. Punya alasan kenapa gue not really into YG’s artists sejak pertama kali gue suka Kpop ratusan juta tahun cahaya yang lalu.

Gue nggak suka iKON. Nggak suka bukan karena tidak suka lalu kemudian jadi hater. Nggak suka karena gue tidak berada di frekuensi musik mereka. I like WINNER tho! Thanks to Kang Seung Yoon and High Kick 3. Kalau bukan karena sitkom itu mungkin gue agak males nungguin debut mereka lewat reality show. Maaf, bukan penyuka reality show semacem itu. Gue juga bukan penikmat BigBang walaupun kalau lo tanya gue lagu lagu-lagu BigBang yang hits gue pasti bisa jawab. Kalau lo tanya berapa member di BigBang yang sedang wajib militer saat ini gue juga bisa jawab. Tapi gue nggak pernah benar-benar mendengarkan lagu-lagu mereka sealbum. Nggak pernah juga ngikutin perkembangan seputar membernya satu per satu. Ya sesekali lah. Kalau misalnya Seungri lagi foto sama Sehun, Raline Shah, atau sama Red Velvet. Atau kalau T.O.P lagi gaul sama Kyungil eks HISTORY. Atau ketika G-Dragon sepanggung sama IU. Ya yang standar-standar aja. Nggak sampai yang ke dalem-dalem banget. Intinya ya gue ini cuma fans Kpop yang hanya sekedar tahu soal itu. Tidak menyelaminya lebih lanjut.

Tapi agak sedikit beda kasus sama 2NE1.

Seperti halnya gue bukan Blink, gue juga tidak berada di fandom 2NE1. Gue inget banget ketika salah satu kenalan gue di Facebook beberapa tahun yang lalu selalu update soal 2NE1, gue selalu jadi orang yang “Kenapa sih harus 2NE1?” padahal kan ya suka-suka dia dong Ron, gimana sih?! Dan dia bilang ke gue “Mereka bagus lho!” dan gue yang “Tapi kayaknya nggak gue banget gitu. Mereka tuh ada aura nyeremin gitu lho nggak fun.” YA BODO AMAT DIA SAMA PENDAPAT LO RON. Dan dia bilang “Wah salah banget, mereka justru fun banget kalo off-stage.” Dan gue sama sekali pada saat itu nggak tertarik untuk cari tahu lebih lanjut seperti apa off-stage mereka.

Salah satu temen gue pas kuliah juga sempat membahas 2NE1, itu waktu 2NE1 baru-baru debut banget. Dia sempat nyuruh gue dengerin lagu mereka dan gue yang “Ya nanti deh kalau sempat.” Yang sebenarnya berarti nggak akan. Baru sampai gue gabung Hangugo Dongari, kelab pecinta Korea di UI, dan mereka ada proyek dance cover dan MV cover dulu, akhirnya gue dengerin 2NE1 dan hapalin membernya dan yah, lo tahulah akhirnya ini akan ke mana. Gue jadi kepoin lagu-lagu mereka satu per satu dan beberapa tahun kemudian nonton konser mereka di Jakarta. Beberapa bulan yang lalu gue bahkan nungguin CL waktu tampil solo di salah satu festival musik di JCC. Itu mungkin jarak terdekat gue dengan dia. Bener-bener di depan mata udah nggak perlu terlalu zoom in pas mau motret pakai hape juga keliatan.


Tapi lagi-lagi gue cuma suka ya sebatas itu doang. Gue nggak bangun pagi dan langsung merasa seperti The Baddest Female. Yah, karena, yah, gimana sih, kan gue bukan female juga ya. Gue juga nggak mendengarkan WINNER ‘EVERYDAY’ karena belakangan lagu-lagu WINNER agak kurang bisa dicerna oleh kepala gue. Gue merindukan WINNER di era ketika Nam Tae Hyun masih ada di grup itu dan lagu-lagunya masih yang pop biasa aja nggak yang pop ke ‘Shape of You’-‘Shape of You’-an.

Dan untuk BlackPink, jujur aja, sebagai fans SM Entertainment, gue termasuk yang sangat awas dan perhatian dengan kompetitor. Ada pola pergerakan manajemen di industri musik yang kebaca banget. Kalau satu manajemen bikin apa, yang lain sebisa mungkin harus ngikutin dengan niat menyaingi. Pergerakan satu manajemen di industri musik pasti akan diikuti oleh manajemen saingannya. Masih inget banget waktu YG dan JYP udah mulai pamer-pamer trainee secara terang-terangan lewat reality show survival mereka, SM mulai (entah) ikut-ikutan (atau memang sudah direncanakan) ngeluarin SM Rookies. Di era Kpop “kekinian” ketika SM memperkenalkan Red Velvet, YG mulai ngasih clue-clue untuk mendebutkan girlband penerus 2NE1 sementara JYP sibuk bikin reality show survival buat Twice. Makanya nggak heran kalau kemudian debut girlband dari tiga manajemen itu akhirnya urut-urutan. Red Velvet (2014) – Twice (2015) – BlackPink (2016).



Ada jeda yang cukup lama sejak lagu debut mereka dirilis sebelum akhirnya gue mau mendengarkan ‘BOOMBAYAH’. Sebagai fans SM, ada perasaan enggan yang mendalam untuk mendengarkan lagu kompetitor. Tapi di era internet ini lo nggak bisa lari sama sekali dari trending topic. Sekuat-kuatnya lo kabur dari satu topik, selama lo masih terhubung dengan internet, cepat atau lambat lo akan tahu juga.

“Oke, mari lihat MV-nya, dengarkan lagunya, kemudian lupakan,” kata gue ketika akhirnya gue search YouTube BlackPink dan nonton ‘BOOMBAYAH’ dan ‘WHISTLE’. Beneran, abis itu gue berusaha melupakan apa yang sudah gue lihat dan apa yang sudah gue dengarkan. Kecuali... yeah, shit happened. Salah satu temen kantor gue di kantor yang lama ternyata YG biased parah dan dia setiap hari nyanyi ‘BOOMBAYAH’. Di satu momen karaoke bareng sama anak-anak kantor lama dia nyanyi lagu itu (dan gue, meski sudah bersumpah ketika pertama kali mendengarkan lagu itu dan melihat MV-nya, akan melupakan semua yang gue lihat dan gue dengar) ikutan nyanyi bahkan sampai tiduran di lantai dan ngesot dengan punggung seperti Rose.

Gue sudah kalah. Walaupun gue belum mau mengaku kalah.

Baru setelah era ‘As If Its Your Last’ gue punya playlist lagu-lagu BlackPink di Jeno (nama handphone gue). Itu pun karena dalam periode setahun terakhir, gue jadi rutin karaoke sama anak-anak JYP Nation dan salah satu di antara kita suka banget BlackPink. Jadi lagu mereka selalu ada di playlist untuk dinyanyikan. Yeah, gue nggak mau hapal lagu itu tapi pada akhirnya gue hapal. Gue nggak mau lancar nyanyiin part rap di lagu ‘WHISTLE’ tapi tanpa sadar gue akhirnya lancar juga. Gue nggak mau sedikit pun bergerak setiap kali musik dangdut ‘Playing With Fire’ keputer tapi pinggang gue tetap goyang.

Inilah setan yang sebenarnya.

Dan setelah gue punya playlist BlackPink di Jeno (kemudian juga di Spotify), lagu-lagu BlackPink ini selalu keputer setiap kali gue berangkat dan pulang kantor lewat headset: ‘As If Its Your Last’, ‘WHISTLE’, ‘Playing With Fire’.

Baru kemarin, sebelum gue posting tulisan ini, ‘Ddu-du Ddu-du’ masuk ke playlist itu.



Gue sudah menyucikan diri dari Soompi, Allkpop dan Koreaboo sejak lebih dari setahun terakhir. Means, gue nggak update apapun soal apa yang terjadi di industri musik Kpop kecuali grup-grup yang gue suka dan penyanyi-penyanyi yang jadi bias gue aja. Tapi ya balik lagi karena gue masih sering buka Twitter dan punya LINE Today dan segala rupa, mau nggak mau ada aja informasi terbaru yang gue dapatkan soal comeback grup-grup yang gue nggak ikutin sama sekali. Kayak misalnya gue kemaren siang baru ngomong ke temen gue yang Monbebe dan mengkonfirmasi ke dia soal Monsta X yang konser di London dan sempat nonton konser Beyonce di Paris. Internet memang semengerikan itu. Dari temen gue yang di JYP Nation itulah gue akhirnya tahu kalau BlackPink bakalan comeback dan bertepatan dengan Lebaran tahun ini. Well, this song might sounds like qasidah.

Nungguin? Nggak sama sekali. Tapi waktu ada temen gue yang update sedang nonton MV-nya, buru-buru juga gue cari di YouTube. Gue sebenarnya nggak suka dengerin Kpop sambil nonton MV. Karena MV-nya akan sangat membuat gue terdistraksi dan nggak benar-benar menikmati lagunya. Itulah yang terjadi ketika gue nonton ‘Ddu-du Ddu-du’ ini. Visualnya sangat mencolok dengan warna-warna kontras yang nun busyo kalau kata orang Korea mah. Gue berusaha mengikuti setiap detik perubahan frame di MV-nya serta berusaha untuk konsentrasi. Pada akhirnya gue berkesimpulan bahwa ini mungkin adalah MV BlackPink yang paling 2NE1. 2NE1 banget. 2NE1 parah. 2NE1 abesssssssssss. Is that a bad thing? No. Not at all.



Secara MV, gue nggak mau bilang “pengulangan” karena sebenarnya BlackPink nggak benar-benar mengulang konsep yang sudah pernah dipakai oleh 2NE1 sebelumnya (atau juga siapapun di manajemen itu atau siapapun di industri musik ini). Kalau ada yang terasa sama atau mirip ya wajar. Kalau ada yang kesannya mirip ya nggak apa-apa. Makanya nggak apa-apa juga kalau gue bilang dari semua lagu dan MV BlackPink, kombinasi ‘Ddu-du Ddu du’ ini yang paling berasa 2NE1-nya. Gue tidak sedang mencoba membandingkan karena ngapain sih coba-coba, orang udah jelas beda. 2NE1 swag di era mereka. BlackPink swag di era mereka juga. Ke-swag-an 2NE1 yang dulu kalau lo bawa ke era yang sekarang rasanya kurang relevan.

Ambil contoh lagu 2NE1 yang paling populer kayak ‘I Am The Best’ misalnya, buat lo yang sudah pernah lihat MV itu ketika era perilisannya dulu, kesan mewah dan futuristiknya mungkin masih bisa lo rasakan sampai sekarang. Karena memori lo memanggil lagi pendapat-pendapat lama lo tentang MV itu dan akan tetap ada di sudut kepala lo saat ini. Tapi buat mereka yang nggak pernah tahu 2NE1 apalagi nggak pernah nonton MV mereka satupun, kemudian selama dua tahun terakhir mereka dengerin dan lihat BlackPink, ya pasti 2NE1 akan jadi sekatrok itu. Cuma ya kalo lo lihat-lihat, banyak adegan di MV BlackPink yang sebenarnya terinspirasi dari apa yang sudah 2NE1 lakukan. Mungkin itu yang bikin mereka jadi kayak selalu akan terus-terusan dibanding-bandingkan. Dan ini hanya kan related kalau lo memang sudah familiar dengan hits-hits dan MV dari 2NE1.

Teddy menyutradarai MV ‘Ddu-du Ddu-du’ ini jadi pastilah sedikit banyak (juga tidak bisa disalahkan) ada yang nyerempet-nyerempet punya senior. Secara dia juga yang dulu bikin lagu-lagu 2NE1. Dia juga yang sekarang bikin lagu-lagu BlackPink.


Dalam proses menulis ini gue nonton berkali-kali MV ‘I Am The Best’ dan ‘Ddu-du Ddu-du’ lalu disadarkan bagaimana 2NE1 di MV itu terlihat sangat mature dan dark dengan konsep “illuminati” dan “we’re gonna rule the world”-nya. Videonya didominasi oleh warna-warna hitam dan perak mulai dari set, background props, kostum, properti, dan lampu-lampunya. Aksen warna lain yang kontras kayak gradasi warna galaxy dan shocking pink diselipkan untuk melengkapi kesan hip-hop, badass, dan tentu saja femininnya (meski tetap berusaha dibuat swag). Sementara tone warna di kebanyakan MV BlackPink jauh dari kesan gelap yang misterius gitu (kecuali mungkin yang ini). Warna-warnanya selalu cerah, mencolok, cenderung kayak cotton candy. Tone dan feel warnanya kayak foto-foto di Instagram-nya moodygrams gitu lho. Warna-warna yang akan mengingatkan lo dengan ‘Come Back Home’ tapi dengan Vibrance yang lebih ditarik ke kanan dan filter yang lebih nendang lagi. Filter yang akan membuat masing-masing member kelihatan lebih Barbie bahkan dari Barbie-nya sendiri. Spesial di ‘Ddu-du Ddu-du’, ada sedikit aksen hitam eyecatching dan sudah terasa sejak awal MV.

Yah, namanya juga hitam-merah muda. Pastilah ada aksen hitamnya.



Jennie di sini sangat berasa CL-nya. Berasa leader-nya. Meski, yah, katanya BlackPink nggak punya leader. Di 2NE1 gue selalu merasa CL sangat mendominasi entah itu dari segi musik sampai konsep besar dari grup ini. 2NE1 itu ya CL. Dia tuh udah kayak soul dari grup. Jennie mungkin belum sampai ke level itu tapi gue yakin rasa dia cepat atau lambat akan dibentuk jadi kayak gitu juga. Jennie di MV ini berusaha untuk menunjukkan “derajat” yang lebih tinggi, tapi di saat yang sama dia juga masih punya wajah beraura princess yang bikin image dia jadi nggak menakutkan. She can be swag but also a princess in the same time (oh hey, look at that crown!). Jennie nggak memberikan aura “menakutkan” seperti yang selalu gue tangkap dari CL.



Kesan berkuasa Jennie kembali ditunjukkan di adegan ketika dia tiduran di atas tank bermotif mosaik di menit 01:35. Sesuatu yang kayaknya bakal dilakukan CL di MV baru 2NE1 kalau mereka belum bubar dan merilis video klip baru. Jangan lupa topi lebar warna putih yang dipakai Jennie di sekitar menit segitu juga pernah dipakai di ‘Missing You’ meski dengan warna yang berbeda. Dan yah, mungkin ukuran yang nggak identik juga sih. WQWQWQWQ.




Shot Jennie duduk di atas bidak catur berwarna pink sambil memeluk anjing di MV-nya membawa gue kembali ke ‘I Am The Best’, ketika CL duduk di kursi berputar dan menggendong seekor kucing. Dan nggak lengkap rasanya kalau kita nggak ngebahas anjing yang diajak jalan Bom di awal MV itu sebagai hewan lain yang ada di ‘I Am The Best’. BlackPink juga punya dua binatang di MV-nya tapi bukan kucing melainkan burung kakak tua unik yang bulunya sangat pas dengan tone dari video klip ini. Apakah itu dicat sendiri pakai airbrush?

Fun fact: Dara pernah main catur juga di MV ‘Missing You’ dan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Jennie di MV ini. ANYWAY, gimana sih ngejelasin gerakan “makan” di permainan catur ini?

Waktu mereka debut dua tahun yang lalu, gue kira yang akan dibuat jadi the next CL itu Lisa. Mungkin karena kesan pertama gue waktu dia debut tuh kayak rapper yang ke CL-CL-an kali ya. (Entah kenapa kok gue ngerasa banyak banget nulis ke-anu-anu-an di posting-an ini) Dia lebih punya kesan dan aura menakutkan dibandingkan Jennie. Tapi semua pikiran tentang itu buyar setelah ‘Majimak Chorom’ sebenarnya (karena gue nggak pernah benar-benar nontonin video-video BlackPink di antara ‘WHISTLE’ dan ‘Majimak Chorom’). In some ways, Lisa memang terasa seperti CL terutama ketika sedang nge-rap. Tapi ada sesuatu dari Lisa yang membuat auranya nggak semenyeramkan CL. Walaupun kalau malem-malem di kamar kosan gue tiba-tiba ada sosok Lisa muncul dengan wajah full make up sih gue akan teriak kenceng-kenceng. Bisa gak sih request ke make up artist-nya BlackPink supaya Lisa dikasih make up yang lebih natural aja gitu? Terlalu Barbie lama-lama jadi serem juga.


Lisa menampilkan sisi superiornya di 00:40. Duduk di setting ruangan kayak ruangan bos-bos gitu, dengan burung kakak tua hinggap di tangan kanannya “karena siapa yang butuh jendela kalau tangan kanan gue bisa dijadikan tempat hinggap juga?”, sepatu yang sangat cocok digunakan kalau sedang ketemu orang jahat walaupun mungkin akan susah untuk berlari dengan heels seperti itu, tapi kalau orangnya mulai macem-macem itu sepatu bisa nusuk ke selangkangan dan menciptakan beberapa lubang yang mungkin permanen.

Kalau tadi gue sempat bilang Jennie sedang berusaha untuk memberikan kesan bahwa dia yang jadi princess, Lisa di sini mungkin pangkatnya satu tangga di bawah princess.

Wakil princess.

Pertanyaan gue cuma satu sih, apakah masih butuh ATM kalau di rak itu sudah diisi oleh uang bergepok-gepok?


Setiap kali melihat Jisoo gue nggak bisa melarang otak gue untuk membandingkan dia dengan Sandara Park. Di lagu-lagu tittle track dia mungkin member yang dapet part nyanyi sedikit, seperti halnya Dara. Jabatannya di grup mungkin juga visual, seperti Dara. Tapi yang gue suka dari lagu baru mereka ini adalah Jisoo tampil membuktikan bahwa dia bisa menyanyikan part yang sama dengan yang dinyanyikan Rose sebagai vokalis. Itu langsung mencoret semua pendapat tentang “Jisoo just a visual.” “She is another Sandara Park” dsb. Gue nggak punya bias di grup ini dan biasanya kalau gue nggak punya bias di grup, visual adalah orang yang pertama kali kesebut kalau ditanya “siapa member favorit lo?”. Ketika nulis paragraf Jennie gue udah jatuh cinta sama Jennie sebenarnya. Pas sampai di bagian Jisoo gue nggak bisa milih salah satu.

Ya gak ada juga sih yang nyuruh milih.

Mereka kan bukan pilihan.



Gue selalu seneng kalau MV Kpop sudah mulai nyindir-nyindir budaya di dunia entertainment Korea Selatan seperti adegan Jisoo yang menggunakan wig pink yang mungkin sama dengan yang digunakan Minzy di ‘Falling In Love’. Di sini juga YG kembali menghidupkan kesan ‘I Am The Best’-nya 2NE1 (atau yah MV yang lain juga deh) dengan menggunakan beberapa orang model berbusana hitam-hitam, memotret poster Jisoo berambut panjang yang ada di dinding. Sementara Jisoo yang asli dicuekin aja jalan di tengah-tengah mereka, sampai dia jatuh akibat sepatu hak tingginya. Kalau menurut artikel portal berta millennials sih katanya itu menggambarkan kehidupan selebriti yang kalo cantik dipuja-puja, kalo berbuat baik dipuji-puji, tapi sekalinya ketahuan negatif, orang-orang lupa sama yang baik-baik dari mereka. Ya sebenarnya bukan cuma di industri entertainment, ini sebenarnya di kehidupan rakyat jelata juga relevan.


Kalau Jisoo adalah Sandara, maka Rose adalah Park Bom. Suaranya khas banget dan nggak tahu deh kekhasan itu langsung bikin gue keinge Park Bom. Dia punya suara sengau-sengau bertenaga kayak Pinkan Mambo gitu yang akan bagus banget kalo nyanyi lagu-lagu patah hati menyayat dan merajuk-rajuk gitu. Gue agak bertanya-tanya sih beneran, apakah kalau nyamuk atau lalat hinggap di wajah Rose di detik 00:57 itu akan langsung terpeleset ke pelataran surga saking licinnya?



Walaupun kadang-kadang mengganggu, tapi gue suka bagaimana beberapa adegan lipsync di MV ini dibuat slow-motion tapi gerakan-gerakan di sekitarnya normal. Hanya saja tetap bingung bagaimana bisa gerakan mulut yang malas-malas itu menghasilkan suara sekeren suara Rose. Sama bingungnya dengan bagaimana dia naik ke ayunan di chandelier itu. Terus gimana turunnya?


MV ini ditutup dengan cara yang nggak jauh beda juga dari bagaimana YG mengakhiri MV ‘I Am The Best’. Empat member dance di depan sebuah segitiga. Bedanya di ‘I Am The Best’ segitiganya berwarna monokrom, di ‘Ddu-du Ddu-du’ lebih colorfull. Warna-warna terang seperti yang ada di kostum Katy Perry di video ‘Dark Horse’. Warna-warna bernuansa Mesir, Cleopatra dan Firaun. Sesuatu yang dekat dengan piramida dan bisa lo kait-kaitkan dengan illuminati kalau lo mau. Walaupun itu sudah isu basi sih. Tapi kalau mau dibikin rame lagi nggak apa-apa. Biar kita kembali lagi ke tahun 2010 ketika Super Junior disebut-sebut pemuja setan, begitu juga dengan 2NE1 (oh ya, dengerin deh musik penutup ‘I Am The Best’ dan lihat juga bagian terakhir MV-nya yang nampilin penabuh drum di sisi kiri dan kanan piramida, lalu empat member dance di tengah-tengah, seperti sedang melakukan pemujaan, WQWQWQWQWQWQWQ).



Seperti yang tadi gue bilang, gue belum konsen ke lagunya ketika pertama kali nonton video klip ‘Ddu-du Ddu-du’ ini. Jadi bisa dikatakan lagunya sekedar lewat aja. Kalau kata buku pelajaran Bahasa Indonesia zaman gue sekolah dulu, masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Di beberapa kasus, lagu-lagu Kpop kadang nggak bisa langsung dicerna kepala dan harus didengarkan berkali-kali sebelum akhirnya lo sadar kalau lagu ini tuh bagus. Ini mungkin masalah bias dan tidak bias sih. Hanya saja kalo udah lagu YG (atau lagu apapun dari Teddy—oh halo ‘Gashina’!) gue kadang harus mikir lama dulu sebelum akhirnya itu lagu ke-repeat one di playlist gue. ‘WHISTLE’ dulu kayak gitu. Awalnya “Apaan sih BlackPink lagu debutnya nggak nendang kayak ‘Fire’-nya 2NE1!” tapi pas karaoke gelendotan juga di lantai niru dance-nya Rose. “Lha ini grup kenapa bukan title track debutnya sih yang populer malah follow up track-nya!” kata seonggok daging sotoy bernama Ron ketika membaca berita beberapa tahun lalu, begitu julidnya dia ke BlackPink dan ‘WHISTLE’. Satu setengah tahun setelah itu, dia nggak berenti muter ‘WHISTLE’ di Spotify-nya bahkan setiap karaoke selalu dinyanyiin. Bahkan dia sekarang bisa niruin rap-nya Lisa dan Jennie.

Fak.

Gue sudah terpengaruh godaan setan!

INI SEMUA PENGARUH SETAN!

GODAAN SYAITON BEGITU NYATA!

“Gue nggak akan suka lagu ini. Nggak seasyik ‘Majimak Chorom’ ah!” kata gue waktu pertama kali mendengarkan ‘Ddu-du Ddu-du’. Soalnya, “Apaan, yang nempel di telinga cuma bagian yang teriak ‘BlackPink!’ yang malah kedengeran kayak teriakan ‘TWICE!’ di ‘Like Ooh-Ahh’. Masa lagu sepanjang tiga menit tiga puluh lima detik itu yang nempel di kuping cuma bagian ‘Aye aye!’-nya aja. Nggak asik nih lagu.”

Tapi satu jam setelah itu gue nggak berhenti teriak ‘BlackPink!’ sama ‘Aye aye!’ sepanjang Lebaran hari kedua.

“ASTAGFIRULLAH!!!!! SIA-SIA SAJA SUDAH PUASAKU 30 HARI KALAU SETAN MASIH MERASUK KE DALAM KALBUQ.”

Lo pasti ngerti kan, kalau ada lagu-lagu di Kpop yang sebenarnya lo sendiri nggak pernah berniat untuk mau menghapal liriknya atau secara khusus meluangkan waktu untuk mendengarkannya, tapi secara aneh lo tahu dan lo bisa nyanyiin lagu itu.

Gue udah bilang gue nggak pernah ngikutin BigBang dan nggak terlalu suka juga sama lagu-lagu mereka. Tapi kalau ‘Bang Bang Bang’ secara random keputer ketika gue sedang berada di mal atau sedang nonton TV atau sedang karaoke terus ada orang di ruangan sebelah yang lagi nyanyi itu, gue nggak bisa nggak ikutan nyanyi di bagian ‘Bbangya Bbangya Bbangya!’ itu. NGGAK BISA NGGAK. NGERTI NGGAK SIH MAKSUD GUE?! INI TUH KAYAK GUE GAK SUKA BANGET ED SHEERAN DAN NGGAK SUKA BANGET ‘SHAPE OF YOU’ TAPI SEMUA MCDONALD’S YANG GUE KUNJUNGI SELALU MUTER LAGU ITU DAN GUE PUN JADI HAPAL SAMA LAGU ITU. NGERTI GAK SIH PENDERITAAN GUE?!?!?!?!?!?!?!

ASTAGFIRULLAH INILAH GODAAN SYAITON YANG TERQUTUQUE.

Setelah itu gue langsung nggak bisa berhenti mendengarkan lagu ini. Sampai ketika gue menulis bagian ini. Di satu sisi gue merasa agak kesal kenapa YG nggak menjadikan lagu ini sebagai lagu debut mereka aja sih?! Gue merasa lagu ini tuh lagu debut material banget. Soalnya nama BlackPink disebut berulang-ulang which is sangat pas buat lagu-lagu debut supaya orang yang mendengarkan lagu itu tanpa mengikuti latar belakang mereka bisa tahu ini lagu siapa (oh hey ‘TWICE!’). Kalau aja lagu ini dijadikan lagu debut mungkin gue nggak akan berpikir Jisoo kopiannya Sandara karena part nyanyinya yang sedikit. Gue nggak akan berpikir kalau dia cuma visual semata. Ini akan sangat menguntungkan buat Jisoo. HIDUP JISOO!

HONG JISOO!

EH.

BEDA GRUP YA.



Gue selalu suka bagaimana Teddy mengemas lagu-lagunya dengan menyelipkan banyak unsur musik di dalamnya. Ketika gue mencoba untuk menelaah (halah) lebih jauh kenapa gue akhirnya jadi suka sama lagu ini, jarang-jarang lho ya gue berusaha menelaah kenapa gue jadi suka sama lagu di luar lagu artis SM, gue baru sadar kalau bukan cuma bagian ‘BlackPink!’ sama ‘Aye aye aye aye!’ itu yang bikin lagu ini jadi catchy. Tapi bagaimana genre trap dan hip-hop di dalamnya digabungkan dengan intro yang mirip-mirip ‘WHISTLE’ (yang mana gue udah suka duluan), dicampur sama nuansa-nuansa perkusi dan siulan-siulan ala lagu India (yang mana adalah lagu kebangsaan gue sejak SD) di latar belakang, lalu dibumbui sama aksen musik Timur Tengah serong-serong ke padang pasir Mesir yang unik dan khas. Memang deh paduan musik India sama Timur Tengah di lagu pop itu nggak ada yang bisa ngalahin!

Coba deh dengerin ‘Ddu-du Ddu-du’ tapi fokus sama musiknya, jangan ke liriknya. Atau cari instrumental aslinya di YouTube dan nikmati setiap alunan musik semi-semi dangdut dan qasidah itu. Tidak akan membuat hati lo adem memang, tapi yah, enak aja gitu. Yang paling racun dan paling menghipnotis buat gue adalah 35 detik terakhir sih. Persis banget detik-detik terakhir musik di latar belakang lirik ‘Bam ratatata tatatatata’-nya ‘I Am The Best’. Yang muncul di kepala gue setiap kali part itu keputer adalah sebuah ritual pemujaan dengan orang-orang berpakaian hitam dan bertudung berdiri melingkari para penari perut yang bawa sesajen di atas nampan berwarna emas, sedang memberi persembahan buat patung berhala.

Serius deh, ini pesan untuk semuanya: jangan dengerin lagu ini!

Jangan dengerin lagu ini karena lo akan ketagihan. Kayak sedang dicuci otak. Kayak lo nggak mau dengerin lagu yang lain lagi. Kayak lo akan lupa kalau BlackPink masih punya ‘WHISTLE’ dan ‘Majimak Chorom’ dan maunya cuma dengerin yang ini aja. Jangan dengerin kalau nggak mau terhipnotis dan jadi suka sama lagunya!

Gue bisa membayangkan di konser lagu ini dibawakan live dengan real instruments bukan rekaman dari lagunya. Pasti epik banget. Apalagi kalau konsepnya pakai para penabuh gendang/perkusi persis kayak ritual-ritual gitu. SUPEREPIC! Semoga kalau nanti YG mau sedikit niat di acara musik akhir tahun, BlackPink dibuatkan special stage yang menampilkan ‘Ddu-du Ddu-du’ versi gendang dengan konsep ritual itu.

Akhir kata, MV ini sebenarnya punya makna yang jauh lebih dalam dan berarti daripada tulisan-tulisan gue di atas. Tapi poin dari posting-an ini jelas bukan membahas seberapa dalam makna setiap adegan dalam video klipnya. Poinnya adalah bahwa sekarang, setelah bertahun-tahun gue menulis review Kpop di sini, akhirnya tiba masa gue menulis review untuk artis YG Entertainment yang sangat gue hindari sejak lama.

Well, sebuah perkembangan yang berarti.



 
Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Instagram: ronzstagram / roninredconverse / roningrayscale
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar