Dont Mess Up My Tempo, Review Dua Bulan Kemudian


Salah satu resolusi gue di tahun 2019 ini selain menjauhkan diri dari orang-orang toxic sekaligus selalu berusaha untuk tidak jadi makhluk toxic di muka bumi ini adalah memperluas khazanah permusikan gue. Soalnya gue tuh termasuk orang yang paling susah untuk mencoba mendengarkan sesuatu yang baru dan cenderung stuck di satu lagu atau artis yang sama.

Sebagai contoh, gue bisa mendengarkan satu lagu seharian tanpa diganti-ganti sama sekali. Di kondisi yang sudah parah, itu bisa berlanjut sampai berhari-hari. Pernah di suatu masa gue mendengarkan lagunya Taeyeon yang ‘Rain’ sampai tiga hari berturut-turut nggak diganti lagu yang lain sama sekali. Makanya temen kantor gue, namanya Dita yang juga suka Kpop, selalu berusaha untuk memberikan rekomendasi lagu-lagu Kpop baru ke gue. Dia nggak terlalu mendengarkan EXO jadi gue juga kadang-kadang memberikan rekomendasi lagu EXO ke dia. Mostly sih dia maksain gue buat dengerin Monsta X (yang mana gue lakukan dan pada akhirnya gue tahu beberapa lagu Monsta X yang enak dan gue suka), tapi di banyak kesempatan gue juga jadi dengerin lagu-lagu dari penyanyi kayak Minseo atau grup-grup kayak fromis_9 gitu yang normalnya gak akan gue sentuh.

Ya gue memang sepemalas itu. Atau mungkin gue lebih suka disebut sebagai orang yang susah move on. Nah kalau yang ini nggak cuma soal lagu aja deh, soal banyak hal termasuk soal perasaan. Hihihi...


Makanya enggak heran—kembali soal lagu-lagu yang didengarkan—ketika Spotify bikin throwback daftar lagu yang paling sering gue dengarkan sepanjang tahun 2018 kemaren lewat spotifywrapped.com, lagu-lagu yang muncul kebanyakan adalah yang memang selalu gue repeat one. Atau kalau nggak yang kayak gitu, pasti lagu-lagu dari satu artis yang sama yang gue bikin playlist-nya sendiri dan gue dengerin antara seharian di kantor atau sepanjang jalan dari kosan ke kantor dan dari kantor ke kosan. Sejak awal tahun 2018 gue seneng banget dengerin soundtrack film ‘Call Me By Your Name’ yang judulnya ‘Vision of Gideon’ dari Sufjan Stevens. Entah kenapa lagu ini sangat membantu gue berkonsentrasi dalam bekerja di kantor dan dalam beberapa waktu juga pernah menjadi lagu pengantar tidur. Soalnya lagunya memang chill banget sih. 


Mendengarkan satu lagu berulang-ulang buat gue juga membantu kalau lagi sedang butuh fokus untuk nulis. Daripada gue harus memikirkan perpindahan satu lagu ke lagu lain misalnya kalau nge-shuffle beberapa lagu dalam sebuah playlist, atau mikirin buat pencet tombol next karena lagu yang sekarang sedang keputer tidak memberikan kontribusi banyak dalam proses menulis gue, mending kan gue denger satu lagu aja. Satu lagu yang memang gue suka dan memang akan bikin gue fokus. Gue nggak tahu deh sejak kapan ini jadi kebiasaan. Tapi gue inget di tahun 2013 ketika awal-awal gue jadi wartawan dan diharuskan untuk menulis 10 berita dalam sehari, gue pernah ngulang-ngulang lagu ‘The Red Shoes’-nya IU sampai temen sebelah gue kayaknya ngeh dan “Kok kayaknya lagu lo nggak pernah ganti ya?” gitu. Dan dalam proses menulis posting-an ini pun gue mendengarkan lagunya Taeyeon yang ‘Time Walking on Memories’ dalam mode repeat one.

Lagu lain yang jadi heavy rotation di Spotify gue sepanjang 2018 adalah ‘Gashina’-nya Sunmi. Oke, gue termasuk orang yang sangat telat kena racun lagu ini soalnya ini kan bisa dibilang lagu udah lama banget dirilisnya, tapi gue baru tergila-gila sekitar semester kedua tahun 2018 gitu. Sebenarnya sudah basi, tapi gue ulang-ulang terus di Spotify. Nggak tahu suka aja gitu. Sekarang, setelah Jennie rilis ‘SOLO’ malah gue bikin playlist private di Spotify yang isinya cuma ‘Gashina’ sama ‘SOLO’ doang dan gue ulang-ulang terus sampai gumoh. Muahahahahha. Untungnya Kai belum ada lagu solo ya, jadi belum bisa gue bikinin playlist berdua sama Jennie.

#KayangDiEiffel


‘Vision of Gideon’ dan ‘Gashina’ adalah dua lagu teratas yang gue dengarkan sepanjang tahun 2018 melebihi lagu manapun. Tapi dari total 70.136 (tujuh puluh ribu seratus tiga puluh enam) menit gue mendengarkan Spotify, ada kira-kira 100 lagu yang paaaaaaling sering gue ulang-ulang. 100 lagu ini datang dari berbagai genre termasuk Pop Indonesia, Pop Barat, Pop-Rock, Disco, Latin Pop, dan tentu saja Kpop. Kpop-nya sendiri mulai dari IU, Taeyeon, BLACKPINK (surprisingly lmao), GFRIEND (surprisingly juga LMAO), Red Velvet, f(x) (KANGEN BANGET GUAAA!!!!!), dan of kors ada EXO. Yang lucu malah sebenarnya ya EXO ini. Soalnya seinget gue, lagu-lagu lama EXO tuh selalu ada di handphone gue karena sudah di-download sejak lama. Terakhir gue download lagu mereka adalah album ‘For Life’ jadi lagu-lagu yang udah gue download biasanya nggak gue dengarkan di Spotify. Makanya jangan heran meskipun gue suka banget sama album ‘The War’ (dan ketika gue bilang gue suka banget berarti akan gue ulang-ulang terus) lagu-lagu dari album ini nggak ada di Top 100 Spotify 2018 gue.

Tapi ‘Tempo’ ada.



Gue shock juga sebenarnya. Soalnya Spotify Wrapped itu kan baru mulai trending kayak awal-awal Desember gitu. Gue sendiri baru mencoba itu di 6 Desember 2018. Sementara ‘Tempo’ dirilis bulan November. Kebayang kan tuh berapa kali gue ngulang-ngulang itu lagu sampai akhirnya dia bisa ada di Top 100 lagu yang gue dengarkan sepanjang 2018? Ya tapi ini sebenarnya juga karena gue nggak terlalu banyak dengerin lagu lain sih, kayak yang tadi gue bilang, jadinya mungkin itu alasan kenapa ‘Tempo’ naiknya cepet banget. Meski begitu gue bangga lho. Soalnya biasanya gue tipikal yang nggak akan mendengarkan lagu EXO terus-terus di awal-awal perilisannya untuk menghindari kebosanan, jadi gue kasih jeda antara sebulan atau dua bulan dulu sebelum akhirnya gue bener-bener mendengarkan satu albumnya. Tapi yang album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ ini memang agak beda.

Entah ini mungkin karena efek udah nungguin banget comeback mereka kali ya? Atau karena gue juga udah sekangen itu sama grup ini? Atau mungkin efek karena Zhang Yixing yang sudah lama berpulang ke Tanah China akhirnya bisa meluangkan waktu untuk kembali ke Korea sekejap dan ikutan syuting MV? Ya semuanya mungkin sih. Tapi yang jelas, momen awal gue mendengarkan album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ ini agak-agak mirip sama ketika gue mendengarkan album ‘The War’ dulu.

Walaupun gue suka banget sama kebanyakan lagu-lagu yang dirilis EXO, ada beberapa lagu yang terbilang jarang gue dengarkan. Kebanyakan lagu itu ada di album ‘EX’ACT’ sama ‘Lotto’. Sebenarnya bukan karena lagu-lagunya jelek (muehehehehe), tapi mungkin nggak masuk aja di gue entah gimana. Dua album ini mungkin adalah album EXO yang paling jarang gue dengarkan sejak perilisannya. Gue juga termasuk yang jarang dengerin single-single solo atau kolaborasi gitu. Ya nggak kepikiran aja sampai ke situ. Mungkin abis ini gue akan coba dengerin deh. Kecuali ‘Best Luck’-nya Chen ya. Itu sih kayak lagu karaoke kamar mandi gue meskipun suara gue jelek. Muahahahaha.

Kalau ‘EX’ACT’ adalah album EXO yang paling jarang gue dengerin, maka album EXO yang paling gue suka pastinya ‘EXODUS’. Kalau soal album ini gue tuh udah yang bias banget sih sebenarnya. Soalnya di zaman-zaman ini, gue masih aktif banget nulis di blog soal review teaser, foto, sampai MV-nya meskipun pada akhirnya mengecewakan karena nggak sebagus teaser-nya. Tapi secara tracklist, nggak ada satu lagu pun di ‘EXODUS’ yang gue nggak suka. Mendengarkan album ini tuh kalau buat gue kayak dengerin album ‘Millennium’-nya Backstreet Boys. Full of pop music, less experimental, and EXO just being EXO. ‘EXODUS’ adalah album yang menurut gue menjadikan standar untuk lagu-lagu EXO di album berikutnya.



As expected, gue stuck di ‘EXODUS’ dalam waktu yang lama banget. ‘El Dorado’ is one of my favorite song from this album. Nggak cuma lagu ini tuh EXO banget karena konsep power-power itu masuk masuk dan terasa di sini, tapi lirik lagunya juga ngena untuk perjalanan karier EXO dari 12 member ke 9 member di repackaged album itu. Selain itu, dan ini gue baru sadar beberapa bulan yang lalu di 2018 sih sebenarnya, gue jadi suka banget sama lagu ‘What If...’. Gue nggak bisa menjelaskan alasan pastinya kenapa, tapi ceritanya di suatu hari gue tuh sedang mencoba mencari satu lagu yang bisa gue dengarkan untuk membantu konsentrasi ketika mau baca ulang Harry Potter. Ketika gue shuffle semua lagu yang ada di handphone gue, tiba-tiba lagu ‘What If...’ ini yang ngasih momen ‘DEG!’ gitu. Dan akhirnya gue ‘repeat one’ lagu ini dan wow, ternyata lagunya bagus dan enak buat diajak bersantai duduk di coffee shop, mojok, baca Harry Potter, tidak memperhatikan dunia sekitar dan tenggelam bersama fantasi-fantasi di Hogwarts. Sejak itu ‘What If...’ pun jadi lagu lain yang gue suka di ‘EXODUS’.

Nah tadi kan gue bilang kalau pengalaman dan perasaan gue mendengarkan album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ ini agak-agak mirip dengan ketika gue mendengarkan ‘The War’. Soalnya gini, ketika gue dengerin ‘The War’ dulu gue nggak expect kalau lagu-lagunya bakalan beda banget dari ‘EX’ACT’. Album ‘EX’ACT’ ini bener-bener merusak segala kenikmatan mendengarkan album EXO kalau buat gue (pada saat itu lho ya! Soalnya efeknya jadi beda nih ketika gue mendengarkan ‘EX’ACT’ setelah ‘Don’t Mess Up My Tempo’ dan ‘The War’ dirilis. Belum lama ini gue dengerin lagi album itu dan ternyata, yah, memang gue tidak jadi suka banget kayak album yang lainnya, tapi sekarang feel-nya better-lah). Gue sempat berpikir kalo EXO nih pasti dalam beberapa tahun ke depan bakalan terus-terusan punya lagu ala-ala EDM ganggu gini nih. Sebenarnya asyik juga kalau EXO terus bereksperimen dengan musik-musik mereka. Jadi mereka punya range genre yang luas dan nggak akan bikin pendengar bosan. Terlebih pendengar-pendengar baru yang nggak ngikutin mereka dari awal. Karena kalau fans lama kan pastilah akan tetap tertarik meski ya kayak gue juga, julid dulu awalnya. Tapi kalau terus-terusan EDM kan membosankan juga lama-lama. Fase sih itu. Di tahun perilisan ‘EX’ACT’ itu kan semua lagu orang-orang ini sama aja feel-nya. Untungnya di ‘The War’, EXO nampilin sesuatu yang beda banget.

Gue sama sekali nggak pernah menyangka gue akan suka banget sama album ‘The War’ (flow tracklist di album repackaged-nya di sisi lain belum terlalu bisa gue nikmati karena masih stuck di tracklist original). But without a doubt, ‘The War’ sangat bisa menggantikan posisi ‘EXODUS’ sebagai the best EXO album ever versi gue. Men, lagu-lagu di album ini tuh feel-nya pantai banget. Gue bisa membayangkan diri gue memutar lagu-lagu ini di headset sambil duduk di kafe di pinggir pantai, menyeruput air kelapa langsung dari buah kelapanya, menikmati deburan ombak dan angin sejuk pantai meski matahari sedang terik-teriknya. Abis itu kalau ada cewek cantik lewat gue akan, “Yo, nice skirt!” sambil naikin satu alis, mainin kaca mata hitam, benerin topi, dan nyengir sok cool. Dan kabar baiknya buat gue, untuk pertama kalinya gue bisa menikmati rap-nya Chanyeol. Muahahahahha.

I mean... admit it. He’s not the best rapper in Kpop scene, but the producers of every EXO’s song always gave him the right part with the right portion within the song. In the other hand, Sehun juga jadi dapat porsi yang nggak lagi cuma segitu-segitu aja. Kombinasi Chanyeol dan Sehun makin ke sini makin harmoni dan makin bisa gue nikmati. Walaupun gue akan tetap julid sama Chanyeol sih. Nggak tahu kenapa.

#RonSedangToxic


Gue kesulitan untuk memilih salah satu dari tracklist di ‘The War’ untuk jadi lagu favorit gue karena semua lagu kayak berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain. Tapi kalau memang harus banget memilih, definitely ‘Going Crazy’ sih. This is like the final song of the album and when I first listened to this I was like, “Shit, I don’t understand the lyrics except that ‘I hate you, neaga michyeo’ part but this song and its’ lyrics must be good!” Penutup yang sempurna dan penuh kebencian wahahahhahaha. Dan bener aja dong pas gue baca liriknya, gue langsung ya, WAAAAAA BANGSAT SEKALI PEMIRSA. HAHAHAHAHAHAHHAAHA. Beberapa lirik (terjemahan) yang muter-muter di kepala gue ketika gue baca liriknya adalah kayak:


“My scars are getting deeper, it keeps hurting. But it was you.”

“I hate you, I’m going crazy. Only a thick scar called you remains, not even able to erase it. I’m going crazy.”

“You drive me crazy. Is my body even my own? I can’t control it.”


Dan makin menuju akhir, gue kayak yang, WAGELASEH EXO HAHAHAHAH OKE BAIK.


“My heart is racing as if it’ll explode. I wanna know what’s next. Adrenaline rush spreading all throughout my body. Don’t know what you do to me.”

“Call me crazy but I still want you.”

“Call me crazy but I still want you.”

“Call me crazy but I still want you.”

“Call me crazy but I still want you.”

“CALL ME CRAZY BUT I STILL WANT YOU.”




Wow.

Gue gak tahu apakah ada lagu EXO lain yang lebih related sama kehidupan gue lima tahun terakhir selain lagu ini. Seo Lim dan JQ did a very great job with the lyrics. Ini lagu judulnya ‘Going Crazy’ dan gue mendengarkan dan membaca liriknya beneran kayak jadi orang gila saking gue pengen banget teriak “I HATE YOU!!!!!!!!” tapi di saat yang sama “BUT I STILL WANT YOU!!!!!!!”

Sigh. Ok. Calm down.

Tarik napas.

Kentutin.



Sudah dua bulan nih sejak ‘Tempo’ dirilis, tanpa sadar gue sebenarnya ngasih jeda yang cukup lama untuk nggak mendengarkan lagu-lagu lama EXO. Sehingga (ya Allah sehingga hahaha) gue bisa fokus dulu ke album baru. Nggak tahu kenapa juga ya, mungkin memang lagi mood, gue mendengarkan lagu-lagu di album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ ini lebih relijius dibandingkan album-album sebelumnya. Ditambah lagi karena ‘The War’ berhasil banget ninggalin “that feeling” di gue. Ninggalin kesan yang mendalam banget gitu, jadi ada perasaan positif yang bikin gue yakin album kelima ini juga bakalan terdengar menyenangkan. Gue semacem sudah mengantisipasi kalau akan ada lagu-lagu lain yang nggak kalah menarik dari ‘Going Crazy’. Yang paling penting sih, gue penasaran sekaligus berharap apakah album ini bisa ngalahin ‘EXODUS’ sebagai album EXO terbaik versi gue?

Ada ritual aneh yang mendadak gue amalkan (kwkwkw) ketika ‘Don’t Mess Up My Tempo’ dirilis: gue harus suka dulu sama title track albumnya sebelum gue dengerin lagu-lagu lain di album tersebut.

Makanya, di minggu pertama perilisan album ini, gue sengaja banget cuma repeat one lagu ‘Tempo’ di Spotify. Sengaja nggak mendengarkan dulu B-side track-nya supaya bisa fokus ke lagu ini dan dengan harapan berujung suka. Ada lagu-lagu EXO yang memang sekali dengar gue akan langsung suka kayak ‘Ko Ko Bop’ sama ‘Love Me Right’. Tapi beberapa lagu yang lain tuh kayak butuh didengarkan dulu berkali-kali untuk bisa suka. Nah, biasanya kalau gue udah suka sama title track-nya pasti lagu-lagu yang lain akan lebih enak untuk diikuti. Kebetulan di album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ ini kan ‘Tempo’ jadi track pertama/pembuka. Yang paling penting kedua sebenarnya juga lagu pembuka albumnya. Ini terbukti berkali-kali sih ke gue kayak misalnya baru-baru ini, dengan niatan untuk memperluas khazanah musik gue di 2019, gue mulai mendengarkan abum pop Amerika kayak Charlie Puth gitu misalnya. Ada dua album Charlie Puth di Spotify dan dua-duanya dibuka dengan lagu yang nge-hooked gue banget buat stay dan mendengarkan sampai di track terakhir.

Tbh untuk suka sama ‘Tempo’ sebenarnya nggak butuh waktu lama. Waktu pertama kali gue denger lagu ini, gue nyaris teriak soalnya di setiap part dan perubahan beat itu tuh kayak ikonik banget. Gue nggak merasakan ini sebelumnya ketika menonton teaser dan mendengarkan potongan-potongan lagunya di teaser. Tapi waktu lagu full-nya keluar, wah asli gue teriak. Bahkan dua bulan setelah lagu ini dirilis, feel-nya masih sama kayak pertama kali mendengarkannya. Which is a good sign.


Alasan kenapa itu bisa terjadi kalau menurut gue, walaupun ini akan terdengar sangat bias banget sih, karena di lagu ini EXO tuh kayak loncat ke level yang berbeda dari segi musikalitas dan vokal mereka. Men, siapa yang menyangka enam tahun kemudian part Sehun di title track jadi sebanyak ini? Walaupun gue sama sekali nggak akan bisa menyanyikan part itu kalau lagi karaoke ‘Tempo’. Dan jokes-jokes soal “Kasih Sehun lebih banyak line!” udah nggak berlaku lagi sekarang. (Hello WinWin, jalanmu masih panjang nak.) Soalnya kalau didenger-denger kayaknya sekarang part dia jauh lebih lama dan lebih banyak dari Kyungsoo.

Ada banyak banget suara tabrak-tabrak yang kemudian menciptakan harmoni menyenangkan buat telinga gue di lagu ini. Bahkan di part rap Sehun itu pun terasa banget harmonisasinya. Suara Sehun yang rendah dihantam suara vocalists tuh jadinya kayak “OH PLEASE DON’T STOP SINGING!!!!!!!” Lagu ini tuh ibarat lo lagi di jalan raya deh kalau kata gue. Ada banyak banget suara-suara dari sana sini, dari depan dan di latar belakang, tapi nggak ganggu dan malah bikin lagunya jadi lengkap dan makin enak didengar. Dari awal “I CAN’T BELIEVE’ aja udah langsung ada suara “dum dum dum dum dum” sama “aw aw aw aw”. Pas chorus pertama “Don’t mess up my tempo~” ada suara cekit-cekit kayak kursi kantor rusak yang dipaksa didudukin dan digoyangin ke depan ke belakang “nyit nyit nyit nyit” gitu tapi enak juga jadinya nih kalo dimasukin ke lagu ini. Semua vocalization entah Kyungsoo, Chen, Baekhyun atau Suho enak banget tolong! Dengerin juga di detik 00:45 ke 01:00 itu ada banyak banget suara berisik di belakang mulai dari yang jerit-jerit sampai yang entah kecetit atau gimana. Lho tapi kok enak aja?! SIAL!

Awalnya gue agak gimana gitu pas bagian Xiumin/Baekhyun yang suaranya terdistorsi sebelum akhirnya Sehun/Chanyeol nge-rap. Tapi lama-lama itu jadi aksen yang malah bikin lagu ini jadi nyatu. Bersamaan dengan suara-suara random “AYY AYY AYY”, “WHAAT?!”, “AWWW!” dan apapun deh yang lo bisa tangkap ketika lo mendengarkan lagu ini. Tapi yang jadi favorit gue adalah part akapela sih. Wah gila gila gila gila gila!!!!! Gue sama sekali nggak pernah membayangkan EXO akan memasukkan elemen akapela ini di dalam lagunya. Dari awal gue udah curiga sih sama suara “dum dum dum dum dum dum dum dum dum” itu karena masa sih cuma di awal doang? Eh pas udah masuk ke bagian-bagian akhir lagu, kita dikasih yang lebih lama plus balutan suara Suho dan Baekhyun.

Maaf, mz. Saya nyerah mau mati aja.



Terlalu banyak hal yang terjadi dalam satu menit lagu ‘Tempo’ tapi nggak berarti itu bikin lagu ini jadi susah diproses. Semua elemen-elemen yang bertabrakan itu justru membuat lagunya jadi nge-mix dan nge-match banget yang ketika lagu ini selesai, akan bikin lo ngerasa kayak abis naik roller-coaster; ada perasaan capek tapi puas dan “WOW GUE MAU LAGI DONG!” gitu. Ya, ketika mendengarkan ‘Tempo’ rasanya memang kok lagu ini kayak nggak berhenti-berhenti sih? Tapi pas berhenti, lo akan merasa puas banget.

Hey, welcome to EXOGASM!

Tapi gue nggak mau bahas lirik lagunya deh soalnya buat gue ‘Tempo’ ini terlalu cheesy dan tipikal lirik yang kayak nggak appealing buat gue gitu. Jadi kali ini gue sudah cukup puas mendengarkan lagunya tanpa tahu liriknya. Sementara MV-nya sendiri buat gue berada di level cukuplah untuk sebuah album yang ditunggu-tunggu selama berbulan-bulan. Porsi Yixing memang sangat kurang banget sih tapi cukup termaafkan daripada nggak ada sama sekali. Gue malah sebenarnya sangat ingin berterima kasih ke Zhang Yixing aka Lay karena di antara plan-plan album internasionalnya dia masih bisa menyempatkan waktu buat album ini, menyempatkan waktu untuk “reuni” sama para member EXO. Walaupun gue sangat merindukan suara khas Lay ada di antara harmonisasi suara-suara itu, tapi segini aja sebenarnya sudah cukuplah. Sebagai fans yang sudah ngikutin karier mereka sejak awal (walaupun sekarang sudah tidak se-freak dulu buat tahu berita-berita terkait mereka—atau yang lebih suka gue sebut dengan casual fan), gue bisa menilai kalau posisinya sekarang antara EXO dan Lay ini sudah jadi dua entitas yang terpisah.

Pas lagi mandi gitu biasanya gue suka kepikiran nih sama hal-hal yang kayak gini. Kenapa sih SM Entertainment nggak lebih ambisius dalam mempromosikan EXO? Kenapa sih EXO tuh nggak dibawa ke Amerika gitu kayak NCT misalnya? Kenapa cuma Lay doang? Padahal kan kalau misalnya EXO dan Lay bisa dibawa ke pasar Amerika di saat yang sama at least mereka bisa promosi bareng di sana gitu maksudnya. Tapi kemudian pas kapan gitu gue gak sengaja nonton satu acara yang ada EXO-nya dan pas ditanya soal sub-unit, mereka jawab kalau guru vokal Baekhyun, Chen sama Xiumin yang pertama kali ngide soal sub-unit CBX itu. Terus salah satu dari mereka bilang kalau “kami coba buat ngomong ke manajemen dan manajemen setuju”. Di situlah gue mulai mikir, apa jangan-jangan sebenarnya bukannya SM nggak mau mempromosikan EXO berlebihan sampai ke Amerika. Mungkin member EXO yang ngerasa kayak “Udahlah, cukup di sini aja. Capek kali ke Amerika cuy. Mending waktu buat promo di sana itu kita manfaatin buat me-time aja. Gimana?”

Dan melihat beberapa bulan terakhir setelah ‘Tempo’ dirilis mereka jadi banyak main dan liburan ke mana gitu gue jadi kayak, “Oh yaudah nggak apa-apa banget deh lo pada jarang muncul dan jarang ngeluarin album. Asal lo pada bahagia dan menikmati hidup. Karena kan hidup nggak selalu buat bekerja dan nyari duit men. Lagipula lo EXO gitu, udah nggak usah mikirin utang ke manajemen lagi. Semua utang udah lunas sekarang ya waktunya buat nikmatin hasil aja deh. Chill aja gitu. Gue setuju dan gue dukung lo kayak gitu!”

(Di sisi lain, SM: “Lay, anak-anak nggak mau nih ke Amerika. Kalau lo sendiri, mau nggak?”)

(Lay: “KENAPA AKU TIDAK DIKEMBALIKAN SAJA KE HARIBAAN MEMBER-MEMBERKU?! KENAPA MALAH AKU YANG DILEMPAR KE AMERIKA, MZ?!?!?!?!?”)


Ya kalau dipikir-pikir mau ngejer apa lagi sih EXO-EXO ini? Fans mereka termasuk yang setia juga. Nggak takutlah mereka kehilangan fans. Lagian kalau pun pada akhirnya mereka kehilangan fans ya berarti mereka sudah waktunya untuk regenerasi. Memang 6 tahun ini nggak berasa banget sebenarnya. Cepet banget gitu lho gue ngerasanya. Bentar lagi member tertua udah harus wamil, dan itu juga berarti akan membuat banyak banget perubahan dari segi formasi. Tapi ya harusnya nggak perlu terlalu dipikirin sih. Soalnya comeback ‘Call Me Baby’ aja masih 10 terus repackaged ‘Love Me Right’ udah 9 fine-fine aja kan.

Gue akan bahas sedikit soal MV tapi nggak mendetail soalnya selama dua bulan berselang pasti sudah ada banyak teori-teori fans soal MV ini. Gue cuma mau bilang kalau ini adalah salah satu MV yang ada di level ‘Okelah’ yang dibuat SM Entertainment untuk EXO. ‘Wolf’(bukan drama version) sama ‘Overdose’ masih masuk kategori MV EXO paling jelek. Yang ini masih lebih bagus dan lebih niatlah. Tempo perubahan dari adegan satu ke adegan lainnya cepet banget. Walaupun kesannya kayak nggak ada yang ingin disampaikan dari MV ini tapi sebenarnya kalau diperhatikan lagi ada hidden message dalam setiap adegan itu. Hidden message yang dibawa oleh mas-mas bermotor yang datang entah dari mana di awal MV, masuk ke area kotak berwarna merah yang ternyata sebuah portal untuk menuju ke universe yang lain mungkin, mengangkat kunci motornya kemudian menghilang. Lalu sesekali dia muncul di lokasi-lokasi yang berbeda (teleportasi?), berubah-ubah dari satu member ke member lain.

Sama seperti lagunya, ada banyak detail di latar belakang dalam MV ‘Tempo’ yang entah kenapa gue ngeliat MV ini kayak versi dark dari ‘Ko Ko Bop’. Kalau di ‘Ko Ko Bop’ kan mereka nampilin warna-warna yang cerah dan kontras banget. Di sini warna-warnanya sedikit lebih kalem dan nuansa hitam-merah (atau Black-Pink muahahahha) bener-bener nyolok mata banget. Detail-detail di MV ini, kalau kita nggak terlalu fokus sama member pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan. Tapi ya nggak perlu dijawab. Biar fans-fans yang bikin teori aja yang menjawabnya.

Salah satu detail yang gue suka adalah orang-orang yang terperangkap di dalam kubus-kubus berwarna putih yang ada di latar belakang itu. Walaupun adegan itu muncul ketika member sedang nyanyi atau sedang dance, tapi buat gue kesan misteriusnya terasa banget. Malah ketika gue nonton lagi MV ini di Januari 2019, dua bulan setelah perilisannya, fokus gue nggak ke member lagi. Tapi ke detail-detail apa yang ada di belakang mereka. Salah satunya ya orang-orang di belakang kubus putih ini. Dan bicara soal kubus, ada banyak banget kubus yang muncul di MV ini, seolah jadi penghubung antara satu sama lain (atau penghubung dengan Jennie mungkin mz) dengan portal yang membawa mereka ke universe yang berbeda. This concept of moving into another universe with a single cube is so fascinating for me. And of course, Yixing, aksen yang membuat MV ini jadi semakin sempurna. YO WE FINALLY GOT OT9!!!!!!!


Kalau di paragraf sebelumnya gue tulis mendengarkan ‘EXODUS’ tuh kayak dengerin album ‘Millennium’-nya Backstreet Boys, album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ ini rasanya kayak lagi mendengarkan album Backstreet Boys yang ‘Black & Blue’. Ada berbagai genre pop yang ditawarkan dalam 39 menit (bukan versi repackaged) dan menurut gue semuanya ada di jalur yang benar. Maksudnya, beberapa lagu memang terdengar seperti benar-benar baru. Kayak EXO nggak pernah sama sekali keluar dan nyanyi lagu macam ini. Tapi di saat yang sama, lagu-lagu yang baru itu juga terdengar familiar soalnya mereka ada “di track yang benar” tadi. Kontras dengan ‘EX’ACT’ di mana mereka kesannya terlalu ngambil risiko untuk keluar dari jalur mereka dan mencoba sesuatu yang totally experimental. Well, some songs on that album might not too experimental but some other song sounds like... I don’t now... it was just too hard for me to process. Hehe.

Dan kita tiba di pertanyaan penting: lagu mana dari album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ ini yang paling gue suka?

OH. MY. GOD!

INI ADALAH PERTANYAAN TERSULIT SEPANJANG 2019 INI GAIS!

Tadinya gue pikir gue akan biasa aja sama ‘Sign’ tapi nggak bisa karena gue kegaet dan nggak bisa lepas waktu udah masuk bagian refrain. Gue bisa membayangkan bagaimana serunya lagu ini pas ditampilkan di konser. Gue sudah bisa membayangkan diri gue akan berdiri di paling belakang—gak akan lagi desek-desekan sama fansite begajulan yang egois di section tengah ewwwww—menikmati lagu ini sepenuh hati sambil head-banging dan tangan diangkat ke atas membentuk huruf L. Setiap kali Chen/Baekhyun menutup satu part lagu menuju ke refrain rasanya pengin teriak “WHOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!” kenceng banget. Dan harus gue akui kali ini gue baik-baik saja dengan suara Chanyeol di background vokal. Setelah gue nyinyir abis-abisan karena di album ‘The War’ penempatan suara dia di belakang itu terlalu maksa banget.

Eh maaf.

Gue nggak bisa nggak suka ‘Ooh La La’ karena gue adalah long time time fan of Latin pop. Sebenarnya ini sudah ketebak sih karena cepat atau lambat EXO pasti akan kebagian juga nyanyiin Latin pop mengingat beberapa artis SM terdahulu di tahun yang sama juga merilis lagu bernuansa Latin. Super Junior kayaknya bentar lagi bakalan bikin lagu pake Bahasa Spanyol semua. Tapi yang gue nggak nyangka, EXO tuh dapetnya lagu bernuansa Latin yang enggak terlalu telenovela banget gitu lho. Gue suka lagu-lagu telenovela gitu, tapi yang ‘Ooh La La’ ini tuh nuansa Latin-nya terasa subtle karena dikombinasikan dengan genre 808 bass plus ada suara gitar-gitar Spanyol-nya. Jiwa dangdut gue udah kebakar dengerin lagu ini. Rasanya kayak pas lagi kerasukan terus diruqyah.


Temen gue yang namanya Dita itu suka banget sama ‘Gravity’. Lagu ini mengingatkan gue sama lagu-lagu di album ‘The War’ sih. Yang sampai sekarang masih bikin bingung tuh sebenarnya ‘With You’. Gue nggak tahu ya apakah gue harus suka atau tidak suka sama lagu ini. Kalo didengerin bener-bener gue agak bingung sama lagunya ini sebenarnya mau dibawa ke mana ya kita. Tapi suara Baekhyun di situ membuyarkan semua kebingungan itu dan akhirnya yasudah aku telan saja mentah-mentah dan tidak perlu dipikirkan lebih lanjut lagi.

Kebingungan itu akhirnya dibuat netral dengan track selanjutnya: ‘24/7’. Ini lagu cocok banget kalau didengerin pas lagi ingin menari dengan diri sendiri dan chill aja di rumah sambil mandangin lampu. Soalnya setelah lagu itu ada ‘Bad Dream’ juga yang feel-nya kurang lebih sama. Gue suka lagu ini karena ada bagian “UUUUUU UWU UWU WOOOO~~~” jelang chorus-nya. Yang aneh sebenarnya ketika gue bisa menikmati lagu ini dan susah menikmati lagu-lagu kayak ‘Artifical Love’ gitu padahal sama-sama ada di keluarga EDM dan R&B kontemporer meski balutannya beda. Emang basically gue udah gak suka sih sama ‘EX’ACT’.

Maaf mz dan mb.

Satu lagu lain yang gue pikir akan sangat menyenangkan di konser adalah ‘Damage’, kurang lebih sama kayak ‘Sign’ lah. Di sini gue suka lho rap-nya Sehun, anehnya. Wahahahha. Walaupun awalnya agak awkward sih pas bagian “말라버린 기대와 내 의무감도” tapi abis itu udah nggak awkward lagi eh gue malah menikmatinya. Sama kayak ‘Going Crazy’ juga, gue tahu gue akan suka lirik lagu ini karena pasti nih misuh-misuh gitu. Pas akhirnya gue baca translation-nya MUAHAHAAHAHAHHAHA. BANGSAAT KALIAAAAAAAAAN HAHAHAHAHHAHAHA.

“It’s all over, we can’t go back. If I could meet someone else and fall in love... The more I think about it the wounds in my heart deepen and I know that I can’t have any other love...”

(INTERUPSI: E.X.O)

“It’s all your fault. You hurt me and keep making me hurt. It’s all your fault that the damage grew. You set off my flares every moments and the damage is too big to go back. You, the darkness overlaps and overlaps again. It’s all your fault that caused this damage. In the end it was me, but I’ve already left you far behind.”

Gue suka nih kalau lagu misuh-misuh tapi enak kayak gini! Ddak nae style! WKWKKWKW.

Ketika pertama kali denger ‘Smile On My Face’ gue merasa lagu ini familiar. Kayak salah satu lagu pop barat yang sering gue dengar belakangan ini. Kayak ada feel lagunya Shawn Mendes tapi gue nggak bisa inget yang mana. Lagu ini mungkin yang paling slow dari semua lagu yang ada di album ‘Don’t Mess Up My Tempo’ dan jadi jembatan yang pas untuk menuju lagu selanjutnya yang FIX ADALAH LAGU YANG PALING GUE SUKA DI ALBUM INI: Oasis.

HUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUUHUHUHUHUHUHUHUHU.


Nggak tahu ya gimana lo mendengarkannya, tapi buat gue ketika pertama kali mendengarkan ‘Oasis’ dan setelah itu gue ulang-ulang lagi, ada sesuatu di dalam lagu ini yang terasa personal gitu. Dari musik dan melodinya tuh rasanya kayak mengingatkan gue ke sebuah lagu yang dulu pernah gue dengar ketika kecil dan gue suka banget bahkan sampai bikin gue sedih, tapi gue nggak bisa inget itu lagu apa. Lebih jauh lagi sih kalau mau bicara soal lirik, lagu ini juga bisa jadi representasi dari apa yang terjadi sama gue sepanjang 2017 ke 2018. Wah gila sih itu adalah perjalanan mencari jawaban yang nggak kelar-kelar. Capeknya berasa banget. Hausnya berasa banget. Berharap ada “oasis” di tengah-tengah perjalanan gue yang bisa ngasih gue semangat dan puk-puk, yang akan bilang “Hey, Ron, you can do this. You got this. Keep on fighting!” So yeah, this song is about chasing the sun and running in a road that you never take before. Finding comfort and a place where we can be ourselves and be happy, always. You know, without afraid of being judged or surrounded by toxic people. This song is about finding an oasis, comfort, and finding your true self.

“You go your own way, you don’t have to stop.”

“And we go further and further on this road with a long way to go. Still running, I’m running chasing the sun. We’ll go further, even further, finding a road never take before.”

Ini adalah lagu penutup yang sempurna buat ‘Don’t Mess Up My Tempo’. Relaxing banget. Serius, sebelum gue nulis posting-an ini, sebulan berselang setelah perilisan albumnya, gue pernah jadiin lagu ini sebagai pengantar tidur. Wah kacau hahahahaha ada banyak sekali memori-memori yang mendadak datang meski seharusnya nggak datang, ada banyak kekhawatiran-kekhawatiran yang mendadak dipikirkan padahal sebenarnya nggak perlu dipikirkan. Tapi di saat yang sama, I feel okay. Because when I wake up tomorrow, I’m gonna face everything and continue running and chasing the sun.

Pada akhirnya gue mungkin memang harus meletakkan ‘Don’t Mess Up My Tempo’ di posisi teratas dalam urutan album EXO paling favorit versi gue. Itu artinya gue harus rela menurunkan ‘EXODUS’ ke posisi dua. Nggak apa-apa. Gue ikhlas, ‘El Dorado’ gue diganti dengan ‘Oasis’.
.
.
.
.
.
NB: Gue belum mendengarkan ‘Love Shot’ serelijius gue mendengarkan ‘Tempo’. Tapi gue bisa bilang kalau lagu-lagu tambahan di repackaged ini semakin menyempurnakan deretan lagu yang sudah ada. Beruntung juga album ini dirilis dekat-dekat Desember, jadi EXO ada alasan untuk mencantumkan lagu ‘Wait’ dengan winter song vibe meski ini bukan winter special album. Mungkin abis ini gue akan kembali dengan tulisan lain soal ‘Love Shot’ dan tiga lagu lain itu. Wallahualam bishawab.


Share:

0 komentar