Ke Gangneung [Part 1]: Pertemuan Pertama yang Awkward dengan Salju

Posting-an ini adalah bagian kelima dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, silakan baca cerita sebelumnya di sini. Perjalanan ke Gangneung terlalu panjang untuk dijadikan satu bagian, jadi akan saya bagi ke beberapa bagian. Peace, Love, and Gaul!

Waktu kecil, gue selalu iri sama apa yang anak-anak lain punya, tapi gue nggak punya. Pernah nggak sih, lo ngerasa bete sama orangtua lo karena anak tetangga lo bisa punya Nintendo seri terbaru sementara lo bahkan sekedar GameBoy aja nggak punya? Game console yang pernah gue punya pas kecil paling banter cuma Tetris. Itu aja udah syukur, masih bisa denger umpatan "Bego lu!" kalo misalnya salah-salah pas lagi main.

Nggak pernah punya game console bikin gue cari pelarian ke hiburan yang lain. Gue jadi suka baca-baca buku cerita gitu, yang berujung bikin gue jadi suka ngayal. Tapi gue bersyukur, karena dengan ngayal, paling nggak gue bisa sedikit kabur dari segala penolakan dunia sekitar karena gue nggak bisa main bola atau karena gue nggak bisa nerbangin layangan. Gue bisa bikin dunia baru yang nggak diketahui orang-orang, dan nggak ada orang jahat yang bikin gue takut buat masuk kelas kayak pas SMA misalnya.

Emaap curhat.

Kebanyakan buku cerita yang gue baca adalah kisah-kisah dongeng Eropa. Kesukaan gue sama cerita-cerita dongeng ini kemudian memperkenalkan gue pada film-film kartun Disney. Yang mana kebanyakan pemeran utamanya adalah Princess. Kecuali Aladdin. Dan Simba. Tapi ya, masa kecil gue memang diisi dengan 'Beauty and the Beast', 'Little Mermaid' dan 'Lion King'. Sambil sesekali melakukan reka adegan ketika Ariel nyanyi di atas batu di pinggir pantai setelah dia menyelamatkan Erik kemudian deburan ombak pecah di belakangnya. Atau adegan ketika Rafiki mengangkat Simba tinggi-tinggi di Pride Rock pas dia baru lahir kemudian para binatang bersorak.

Kucing gue jadi Simba, gue jadi Rafiki (KENAPA MALAH GUE MILIH JADI BABON SIH) kemudian temen-temen gue jadi binatang yang lain. Alhamdulillah masih punya temen. Sebenarnya sih sepupu.

Astagfirullah...

Di banyak film kartun (dan film-film Natal yang diputar di TV) yang gue tonton pas kecil, ya selain Ariel dan Simba, hampir selalu ada adegan-adegan di musim dingin. Nah, kalo udah musim dingin biasanya pasti ada salju. Kalau udah ngeliat salju biasanya pelampiasannya adalah kulkas. Membuka freezer dan kemudian menggerus bunga es yang ada di dalam freezer. Di taruh di tangah, dibikin bola-bola kecil, dimasukin ke mulut, ditaruh di kepala, atau iseng dimasukin ke baju temen di bagian belakang. Demi untuk merasakan sensasi salju yang secara takdir tidak pernah turun di Indonesia.

Belum pernah turun. Sampai sejauh ini.

Om, tante dan dua orang sepupu gue pernah menghabiskan beberapa tahun di Australia. Suatu ketika gue liat foto mereka sedang ada ditengah-tengah salju dan main-main salju, rasa iri berlebihan itupun kembali timbul.

"GUE JUGA MAU MAIN-MAIN SAMA SALJU!"

Kecintaan gue yang berlebihan sama musim dingin ini membuat gue jadi sangat menanti-nantikan 25 Desember. Di era tahun 1997 sampai 2005 dulu, di setiap 25 Desember hampir selalu diputar film-film kartun bertema Natal yang pasti ada adegan salju-saljuan. Setiap apa-apa yang punya unsur musim dingin pasti akan gue suka. Dan setiap ada perilisan film edisi natal dari Princess Disney juga akan gue tonton.

Astagfirullah (2)

Saking delusinya gue soal salju, bahkan gue pernah berpikir kalau di luar negeri, di manapun itu, salju pasti turun di setiap bulan Desember. Dan betapa bodohnya gue hidup dengan keyakinan ini sampai kelas 2 SMP, sampai ketika salah satu temen gue memberitahukan fakta menyakitkan bahwa ternyata nggak semua negara di luar negeri itu turun salju.

"Ron, ini Singapura kok bisa minus 7 derajat ya, udaranya?" kata temen sebangku gue pas pelajaran Bahasa Inggris. Kita disuruh bikin ramalan cuaca.

"Karena mau salju," jawab gue santai.

"Tapi Ron, Singapura itu tropis juga sama kayak Indonesia. Jadi nggak mungkin salju." kata dia lagi.

Dan Ron pun merasakan patah hati untuk pertama kalinya. Sakit. Terpelanting dan hancur berkeping-keping. Dan ketika Ron ke Singapura langsung, patah hatinya pun akhirnya membaik, karena kemudian dia tahu kenyataan bahwa Singapura panasnya kayak Margonda, Depok.

Kecintaan gue yang berlebihan pada salju dan musim dingin sempat menghilang selama beberapa tahun. Setelah kuliah, semuanya seperti baik-baik saja, sampai di tahun 2013 sebuah film (lagi-lagi dari Disney dan lagi-lagi Princess) berjudul 'Frozen' dirilis dan.... sudahlah.... hancur sudah harga diri.

ELSA FOR PRESIDENT! ELSA! ELSA! ELSA!

Semakin bertambah tahun, entah kenapa gue semakin malas untuk menaruh harapan terlalu tinggi pada hidup. Gue nggak punya target. Prinsip hidup gue sekarang adalah: kalau ada tawaran, ambil dan jalani. Kalau nggak ada, yaudah mari makan Indomie. Dengan begitu stres yang ada di kepala dan gumpalan-gumpalan keinginan membara yang ada di dada nggak akan terlalu menghancurkan ritme hidup sehari-hari.

Tapi ada satu prinsip lain yang belakangan ini gue pegang juga: percaya bahwa mimpi-mimpi itu bisa jadi nyata.

Gue pengen banget bisa lihat salju!

Itu adalah salah satu mimpi gue. Dan di tahun 2015 kemaren, mimpi sederhana seorang bocah dari kampung yang nggak bisa main bola apalagi nerbangin layangan dan baru punya Play Station 2 ketika dia naik kelas 2 SMA (karena dapat ranking 1 dan dijanjiin sama bapaknya) itu pun terwujud.

(Insert suara angin berhembus kencang)


Kaki gue agak cenut-cenut sepulangnya gue dari Dongdaemun Design Plaza, Minggu, 29 November 2015. Mungkin karena efek insoles yang bertemu dengan udara dingin membeku Seoul yang nggak tahu deh itu udah nol derajat atau belum. Mana lagi pas gue pulang naik subway, gue sempat keliyengan dan muter-muter nyari kereta arah sebaliknya. Karena pas udah ada di stasiun subway semua kereta kok kesannya kayak bergerak ke satu arah yang sama. Mau pulang mau pergi kok kayaknya semua ke kanan. Nggak ada yang ke kiri. Bingung sendiri.

Setelah muter-muter selama kurang lebih sepuluh sampai lima belas menit, gue pun menemukan cara kembali ke Euljiro 1-ga. Syukur Alhamdulillah stasiun subway itu ada di bawah tanah (YA NAMANYA SUBWAY GITU RON) (E TAPI PAS GUE KE NAMI ADA YANG DI ATAS TANAH KOK!) (YAUDAH SANTAI AJA SIH!) (YA ELO YANG MULAI DULUAN KAMPRET PAKE HURUF BESAR!) (YAUDAH MAAF!) jadi udaranya hangat. Bahkan sempat agak keringetan juga. Tapi pas meniti tangga naik di Exit subway, langsung menggigil lagi.

Buru-buru lari ke lobby hotel dan ngeluarin kunci kamar. Setelah aman berada di dalam kamar supernyaman dan mahal (tapi gratis) di Lotte Hotel Seoul itu, buru-buru lepas baju dan mandi air hangat lalu tidur. Karena gue yakin besok pagi gue nggak akan sempat mandi karena akan bangun terburu-buru. Meanwhile tim dari Oh!K Channel sudah memberikan ultimatum kalau kita harus kumpul di lobby jam setengah 5 pagi untuk perjalanan ke Gangneung.

Asyik!


Sebenarnya inti dari liputan gue ke Korea itu ya perjalanan ke Gangneung ini. Gue akan bertemu dengan aktor Song Seung Hun dan aktris Lee Young Ae (pemeran Jewel in the Palace) untuk interview. Rencananya sih demikian. Tapi ya kita lihat nanti saja. Pun kalau nggak jadi wawancara sebenarnya nggak terlalu masalah. Ketemu aja udah seneng banget. Pun kalau nggak ketemu juga nggak masalah. Udah ada di Korea aja udah seneng banget.

Nggak ada yang namanya sia-sia tuh... Nggak ada...

Gue nggak tidur dengan nyenyak karena ternyata AC kamar gue terlalu dingin dan selimut tebal yang ada di atas kasur itu nggak cukup menghangatkan. Jadilah gue uring-uringan. Mungkin baru bisa tidur lewat tengah malam dan hanya tidur dua sampai tiga jam sebelum akhirnya cuci muka lagi, sikat gigi, terus siap-siap untuk perjalanan ke Gangneung.

Kita sudah dikasih tahu di awal sama penyelenggara kalau udara di lokasi tujuan kita nanti berkisar antara 7 derajat sampai belasan derajat. Wah, berarti kan nggak akan sedingin malam ini. Tetap dingin, tapi sepertinya kalau segitu masih bisa hidup dengan tenang dan senyum ceria ketika selfie lah intinya. Walaupun begitu, ya gue juga nggak mau sok-sokan bakalan tahan sama cuacanya. Tetap aja hari itu gue pake atasan lapis lima. Baju dalam tipis, t-shirt, sweater, jaket merah huruf R yang selalu gue pake kemanapun gue pergi kalau di Jakarta, dan coat hitam yang gue pinjem dari Dito. Semoga ini cukup lah ya.

Untuk liputan ini gue juga udah persiapan dua power bank dan dua kamera. Jaga-jaga kalau misalnya yang satu baterenya abis, bisa pake yang lain. Sementara untuk tujuannya, pasrahin aja sama Allah SWT. Sekali lagi: yang penting udah di Korea ini.

A photo posted by RON (@ronzstagram) on


Yang jelas selain akan ada interview sama Song Seung Hun dan Lee Young Ae, agenda di hari Senin, 30 November 2015 itu adalah datang ke press conference 'Saimdang - The Herstory' dan nonton syuting salah satu adegan drama Korea yang bakalan tayang di Oh!K Channel kuarter ketiga 2016 itu. SET VISIT! Itu sih yang paling gue tunggu-tunggu. Sebagai lulusan jurusan broadcasting, walaupun gue nggak pernah tertarik buat kerja di TV dan jadi orang di balik layar, tapi gue selalu suka ngeliat lokasi syuting dan ke-riweuh-an para kru. Kesempatan kali ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Persis jam 5 subuh kita sudah ada di bus dan siap berangkat ke Gangneung, Provinsi Gangwon. Menurut pihak penyelenggara, perjalanan ke Gangneung ini bisa makan waktu 3 sampai 4 jam dari Seoul. Wah lama juga. Jadi pagi itu setelah dibagiin sarapan ala-ala di dalam bus, gue langsung tidur aja karena emang nggak kuat kalau harus melek selama itu. Lagipula gue adalah tipikal orang yang masuk mobil langsung tidur. Kalo nggak tidur nanti mabok trus muntah.

Jalanan di sekitar Jung-gu pagi itu masih sepi. Nggak macet. Jalanan agak basah karena hujan semalam. Suasananya tenang banget. Gue jadi inget perjalanan singkat dari New York ke New Jersey ketika liputan di Amerika bulan September tahun lalu. Itu juga naik bus dan perjalanannya menyenangkan sekali.

Busnya melaju kencang. Tiba-tiba udah masuk ada di jalan tol. Dan tiba-tiba gue udah ngantuk aja. Dan..........

Wasalam.

Ketiduran.


Gue nggak tahu gue udah tidur berapa lama. Rasanya males ngeliat handphone dan lihat jam, kalau misalnya nggak ada yang bisa dibuka. Di bus itu nggak ada WiFi. Di jalan tol nggak akan ada WiFi yang bisa konek sama si Olleh. Pas gue buka mata, bus itu masih ngebut aja di jalan tol yang entah kenapa gue merasa cuma ada bus itu yang lewat di situ. Jarang banget ngeliat mobil atau bus lain yang melintas atau mendahului. Heran juga.

Dari jendela langit di luar sudah keliatan agak cerah. Matahari sudah mau terbit rupanya. Kita dari tadi bergerak ke arah timur. Pemandangan di jalan tol kali ini cukup berbeda dengan pemandangan di jalan tol dari Incheon ke Seoul. Kali ini pemandangannya lebih Korea. Dengan gunung-gunung dan bukit-bukitnya. Dari jauh, keliatan rumah-rumah yang ada di pedesaan. Indah banget walaupun sekelebat-sekelebat. Dan ketika bus itu keluar dari salah satu terowongan, mata gue langsung putih.

NGGAK.

NGGAK.

GUE NGGAK KERACUNAN POTASIUM ATAU DIRACUNI SIANIDA. NGGAK. INI PANDANGAN GUE BENER-BENER PUTIH.

SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LA ILLA HAILALLAH....

Senyum gue mengembang secepat itu dan tangan gue mendadak gemeteran. Gue mendekatkan muka gue ke kaca bus dengan harapan bisa melihat lebih jelas. Tapi malah kaca mata gue kepentok dan sakit banget di bagian hidung.

SIAL!



Gue melirik ke mas Aryo yang sedang tidur-tidur ayam di kursi di seberang gue. Di barisan belakang ini cuma gue sama mas Aryo yang dari Indonesia. Sementara Mbak Dian, Swita dan Dinda ada di kursi barisan depan. Kalau udah dalam kondisi yang kayak gini, gue nggak akan bisa menyembunyikan excitement yang ada di dada gue. Gue harus mengutarakannya dan harus meluapkannya.

"MAS ARYO! MAS ARYO!" gue setengah berteriak ke mas Aryo yang akhirnya tidurnya terganggu karena si anak kurang ajar ini. Entah mas Aryo menjawab atau cuma mengerang gue nggak perhatiin, karena setelah gue panggil dia, pandangan gue kembali lagi ke kaca jendela bus.

"Kenapa Ron?"

"MAS! SALJU, MAS! SALJU!" kata gue lagi.

Percaya sama gue (HAHAHAHA PERCAYA MAH SAMA TUHAN RON), mas Aryo juga ternyata excited karena dia buru-buru mengubah posisi duduknya dari yang setengah tidur jadi duduk tegak, lalu menyingkap gorden yang ada di sampingnya buat ngeliat salju juga.

Gue mungkin nggak bisa melihat ekspresi muka gue sendiri tapi gue bisa merasakan kebahagiaan dan keceriaan yang menggebu-gebu di dalam hati ketika melihat gunung-gunung yang tertutup salju itu. Nggak cuma gunung-gunungnya aja, jalanan dan atap-atap rumah yang ada di sepanjang jalur jalan tol itu juga tertutup salju, ketika lewat di bukit-bukit yang ada pohon keringnya, tanah-tanah di sekitaran pohonnya pun putih karena salju.

MASHA ALLAH! SO BEAUTIFUL!


Mungkin kalo ada yang mergokin muka gue dari balik kaca, tampilannya udah kayak yang di Meme-Meme itu, yang mulutnya terbuka lebar, matanya berkaca-kaca.

AKHIRNYA GUE LIHAT SALJU!

Dan lo tahu apa yang paling membahagiakan dari momen ini? Bus itu tiba-tiba aja berhenti di rest stop.

"MAS ARYO KITA HARUS TURUN DAN FOTO! AYOLAH MAS!" kata gue lagi-lagi setengah berteriak. Nggak peduli deh mau siapapun ngira alay atau gimana. Lah emang alay ya mau gimana lagi.

Buru-buru gue pake jaket merah gue dan pake lagi itu coat hitam. Di dalem bus itu masih hangat banget, jadi kalo pake semua benda itu di sana pasti bakalan sesek dan keringetan. Logikanya kan kalo salju pasti dingin. Tapi sekali lagi gue belum pernah ada di suhu minus dan nggak tahu seperti apa rasanya. Cuma, kalo Seoul aja yang tiga derajat udah bikin merinding, ya gimana kalau nol? Gimana kalo minus?

Tapi gue pikir gue kuat menghadapi serangan berbagai macam cuaca. Akhirnya gue buru-buru turun dari bus dan nggak make sarung tangan karena "Ah, pasti akan sangat merepotkan ketika akan motret dan selfie." Pas sampe di depan bus.

WHOOOSSSSSHHHHH.

Kebas. Seketika. Tangan gue. Kebas. Seketika.

Gue sempat turun beberapa langkah dari bus sampai akhirnya gue sadar kalau udara ini nggak bisa gue hadapi dengan tangan polos. "ANJRIT! INI DINGIN BANGET DEMI APAPUN!" Nggak cuma tangan gue yang kebas kayaknya, muka gue langsung kebas juga. Nggak sampe dua menit berdiri di depan pintu bus itu, bibir gue udah gemeteran. Udara dinginnya emang nggak nembus ke badan, tapi di leher berasa banget membekunya. DEMI ALLAH INI DINGIN BANGET.

"Mmmmaasss.... bbbeeennnttaaarrr aammbbiiiillll sssaaarrrungggg taaangggaaaan duluuuu," kata gue buru-buru masuk ke dalam bus lagi dan ambil sarung tangan. Semoga itu membantu memberikan sedikit kehangatan. Pas gue keluar lagi.

SAMA AJA ANJIR INI DINGIN BANGET ASTAGFIRULLAH YA ALLAH YA TUHAN KATANYA NERAKA ITU PANAS.

Tapi gue nggak boleh lemah. Karena ini pertama kalinya gue ngeliat salju, setidaknya pertemuan kita harus menyenangkan dan meninggalkan kesan. Tapi udaranya bener-bener menusuk banget. Bahkan gue udah pake long john sebagai bawahan di balik celana jins ketat yang akhirnya gue punya untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir itu nembus banget dinginnya.

Gue lari-lari kecil, berusaha untuk mengeluarkan keringat. Masih amazed sama pemandangan putih-putih yang ada di depan gue. Padahal tuh cuma kayak taman kecil di pinggir rest area yang tertutup salju. Tapi tetep aja gue excited. Di belakang taman itu, ada tangga turun ke bawah yang tembus ke pemukiman gitu. Terus di sana ada tanah lapang yang semuanya ketutup salju.

"Mas mau foto!" kata gue ke Mas Aryo. Minta difotoin karena kalo selfie pasti hasilnya nggak akan lebih bagus daripada difotoin sama seorang wartawan senior dari surat kabar besar di Indonesia. Kalo biasanya gue khawatir foto yang dipotret orang lain hasilnya jelek, tapi kalo mas Aryo yang motret mah gue nggak bakalan takut hasilnya tidak memuaskan.

Akhirnya kita berdua jalan ke tangga menuju pemukiman itu buat sekedar foto doang. SENENG BANGET!!!! Gue bahkan masih nggak bisa menyembunyikan rasa seneng gue padahal bibir gue udah menggigil kedinginan karena belum terbiasa dengan udaranya. Di tengah udara dingin kayak gini muka udah nggak bisa berekspresi. Tapi harus berekspresi demi hasil foto yang bisa di-share di Instagram. YA HARUS GIMANA TAPI INI DINGIN BANGET! UDAH KAKU NIH MUKA! SEBELLLLL!!! TAPI SENENGGGG!!!!!


Setelah selesai di tangga menuju pemukiman itu dan memutuskan untuk tidak berjalan lebih jauh karena takut nanti dicariin sama penyelenggara yang di bus (ya namanya juga rest area kan bakalan lama-lama di situ), akhirnya kita naik lagi dan kembali ke taman kecil yang ada di deket bus kita parkir. Di situlah gue baru sadar kalo kita sedang berada di daerah Pyeongchang. Daerah ini memang paling bersalju (kayaknya sih) di Korea dan jadi lokasi untuk Olimpiade musim dingin di tahun 2018 nanti.

Gue memanfaatkan momen itu sejenak untuk melihat-lihat sekitar. Merekamnya di memori terdalam kepala gue. Sesekali motret sambil gemeteran. Kamera yang gue bawa kebetulan bisa merekam beberapa detik sebelum foto dipotret. Pas gue nonton lagi videonya, gue ketawa-ketawa sendiri. Jadi terkenang lagi bagaimana feel-nya ketika pertama kali ngeliat salju.

"Gue mau pegang saljunya..." kata gue ngedumel sendiri. Karena ini kali pertama gue megang salju, gue pun nggak mau pake sarung tangan. Bodo amat deh kalo misalnya dingin. Ya namanya salju kan emang sudah pasti dingin. Akhirnya gue copot sarung tangan kanan gue dan............ ANJROOOOOT DINGIN BANGET UDARANYA! PADAHAL ITU JUGA BELOM MEGANG SALJUNYA!

Cepet-cepet gue duduk di pinggir taman itu, terus nyolek-nyolek saljunya dengan mesra. Setelah itu gue gali-gali dan kemudian gue genggam-genggam.

ALHAMDULILLAH. SATU DAFTAR DI BUCKET LIST SUDAH DICORET.

Walaupun ternyata tekstur-nya nggak jauh beda sama bunga-bunga es yang gue keruk dari kulkas pas jaman bocah dulu, feel pas pertama kali megang salju yang bener-bener salju itu sangat tidak terlupakan. Setelah gue pegang-pegang, gue kemudian penasaran bagaimana rasanya nginjek salju. Karena gue nggak mungkin membuka sepatu gue di situ, akhirnya gue injeknya pake sepatu aja.

Kayak nginjek kerupuk. Ada suara kremes gitu.

KOCAK! ALAY!! KAMPUNGAAAN!!!! TAPI AKU BAHAGIA!!!!!!!!!

Gue nggak pernah nyangka kalau ternyata impian masa kecil gue bisa terwujud dengan cara yang tidak terduga-duga. Gue selalu membayangkan kalau misalnya pengalaman pertama gue "berinteraksi" dengan salju adalah ketika gue, entah kapan, tinggal di sebuah rumah di Amerika atau Inggris, nebeng sama orang setempat karena pertukaran pelajar atau semacamnya, dan di suatu musim dingin, gue akan buka pintu dan sudah disambut dengan hamparan salju di depan rumah. Kemudian gue akan tidur-tiduran di sana, lempar-lemparan sama foster brother, bikin boneka salju, kemudian berakhir bahagia.


Pertemuan pertama gue dengan salju malah terjadi ketika gue secara tidak terduga ditugaskan untuk kerja di Korea Selatan selama beberapa hari di akhir musim gugur dan di awal musim dingin, dan datang ke lokasi paling bersalju di Korea Selatan, walaupun cuma di rest area-nya doang. Tapi walaupun tidak terduga, tetap penuh kesan. Walaupun sejenak doang, tapi tetap menyenangkan. Walaupun awkward, tapi di ingatan melekat kuat.

"Gue mau di sini aja mas, nggak mau ke SEAMARQ Hotel bisa nggak?" kata gue ke mas Aryo sebelum kita naik lagi ke bus. Tapi nggak dijawab. Mungkin emang nggak perlu dijawab. Mungkin kata mas Aryo dalam hati, "Ya mati konyol lah kau di bawah salju!" begitu sambil berlalu dan meniti anak tangga ke dalam bus lagi.

Ah ya... kata Afgan 'Jodoh Pasti Bertemu'. Kalau emang nanti jodoh sama salju, pasti akan ketemu lagi.

Nice to meet you, Salju-nim!


Sekarang waktunya kerja. Halo, Song Seung Hun & Lee Young Ae!

[jangan lupa juga nih add LINE@ KaosKakiBau buat rame-ramein aja hihihi @ecd6150l (di search pake @ jangan lupa)]

Share:

0 komentar