Inikah rasanya patah hati?

Barusan saya menerima SMS dari salah seorang teman saya yang dulu pernah saya suka. Suka banget. Sampai-sampai saya rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran buat dia. Dia salah seorang teman SMP saya. Dan sejak saat saya mengenal dia, saya selalu kagum pada orang itu. Tidak hanya wajahnya yang seperti bulan yang nampak dari bumi (halus, mulus, padahal kalau aslinya kan berbatu dan kasar), tapi juga hatinya yang sangat membuat saya terpesona. Saya biasa memanggil dia Glow. Karena dia selalu bisa bersinar di saat apapun dalam hati saya.

Saya dulu banyak dan sering menghabiskan waktu bersama dengan Glow. Hampir setiap hari. Mengerjakan tugas, mencari bahan untuk makalah, apapun. Glow selalu bisa mengandalkan saya dalam setiap hal. Selalu mau berbagi dengan saya dalam segala keadaan. Glow adalah anak yang terbuka waktu itu, sampai akhirnya saya tahu sebenarnya dia tidak suka dengan sikap saya.

Glow mungkin merasa bahwa dia sudah dikhianati dengan sikap saya. Saya adalah orang yang sangat banyak omong waktu itu. Saya sangat sulit sekali menyimpan rahasia. Selain itu saya juga adalah anak yang ceplas-ceplos dan terlalu jujur. Sampai akhirnya saya tidak sengaja mengumbar sesuatu yang membuat Glow sangat malu. Walaupun ini sebenarnya adalah hasil kesimpulan saya sendiri dan sampai sekarang saya tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Tapi sepertinya memang begitu...

Suatu malam saya dan Glow sedang mengerjakan tugas di rumah saya. Kami mengobrol sebentar dan saya mulai melakukan pembicaraan ke arah yang lebih sensitif. Waktu itu saya pernah curhat pada Glow tentang keluarga saya. Glow mau mengerti dengan baik saat itu, tapi entah kenapa malam itu rasanya dia terang-terangan memberikan penolakan yang sangat membuat saya sakit.

"Saya merasa sangat nyaman bicara dan ngobrol sama kamu, dibandingkan dengan anak-anak yang lainnya."

"Benarkah?"

"Iya. Tentu saja. Oleh karena itulah saya selalu cerita masalah saya ke kamu."

"Hmmm... Tapi... Ron, maafkan saya."

"Kenapa?"

"Saya punya perasaan yang berbeda. Saya tidak seperti itu ke kamu... saya tidak nyaman dengan hubungan ini."

Malam itu rasanya hujan turun dari langit dan membanjiri rumah saya. Petir menyambar di sekitar halaman rumah dan berhasil menyambar otak kecil saya. Saya ingin pingsan. Saya tidak merasakan apapun malam itu. Hati saya tiba-tiba saja mati karena perkataan Glow tadi. Teman yang selama ini saya pikir juga mengerti saya...

Sejak saat itulah saya merasa bahwa saya tidak perlu mencari teman yang lebih dekat hubungannya dari hubungan saya dengan Glow. Saya tidak percaya ada teman yang seperti itu. Saya belum menemukannya soalnya. Tapi, apakah ini karena saya tidak percaya? Ataukah karena saya yang terlalu menghindari memiliki hubungan seperti itu lagi dengan seseorang? Saya takut patah hati lagi... jujur saja...

Sekarang, saya punya banyak teman. Banyak sekali... dan mereka terlalu baik untuk saya sakiti. Saya berusaha untuk menahan segala apa yang ingin saya katakan. Saya mencoba untuk menahan rasa ingin mengumbar apapun. Saya mencoba untuk tidak terlalu bahagia. Saya tidak ingin hati saya nanti hancur gara-gara itu. Saya tidak ingin merasa kecewa lagi...

Tapi, pada akhirnya saya merasa bahwa saya adalah seorang yang munafik. Saya selalu mengatakan pada orang-orang yang meminta pendapat saya saat siaran agar mereka harus tetap positif thinking, tetapi... saya sendiri tidak bisa melakukannya. Sangat sulit. Sulit sekali...

Maafkan saya Glow... tetapi apakah saya salah kalau saya ingin kembali ke masa-masa itu lagi? Ke masa-masa di mana saya bisa duduk di samping kamu dan mendengarkan cerita kamu tentang pacar kamu? Masa-masa di mana kita dan yang lain bisa jalan-jalan bersama dan saya selalu mengantar kamu pulang? Masa-masa di mana saya bisa mengajak kamu mengobrol tanpa harus merasa malu?

Saya memang bodoh, Glow... sangat bodoh...

Kalau mau baca ini, maka saya mohon kamu menerima semua maaf saya. Terlalu banyak kesalahan saya ke kamu Glow...  Maafkan saya...

Share:

3 komentar