• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron


“Introvert itu nggak sama dengan pemalu.”

Itu yang gue baca di artikel sebuah media online beberapa waktu lalu. Semakin gue cermati, semakin gue berpendapat sama dengan tulisan itu. Semakin juga gue punya pandangan yang jelas tentang sifat alami gue yang memang introvert, tapi bukan pemalu.

Mana ada pemalu yang mau membungkus dirinya dengan konfeti dan joget-joget nggak jelas di lokasi konser demi untuk di-notice sama Lee Jin Ki.

Melanjutkan tulisan di artikel tadi, introvert adalah orang yang lebih menyukai kesendirian kadang-kadang, meski mereka ada di tengah keramaian. Dan gue kembali mengamini tulisan itu. Belakangan ini gue sering merasakan hal ini. Belakangan ini gue sering merasa ingin sendiri. Entah kenapa apapun yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar gue, walaupun itu lingkaran pertemanan gue sendiri, jadi nggak seru lagi. Gue merasa semangat gue untuk berinteraksi dan beramah-tamah dengan sekitar mendadak hilang. Dan ini adalah sebuah masalah besar.

Ke orang-orang yang sudah lama gue kenal (atau sudah lama kenal gue) pastilah gue akan banyak ngomong dan ngoceh tentang banyak hal. Di satu momen gue bisa jadi sangat menyebalkan karena kebanyakan ngomong. Sering banget gue menyinggung roommate gue karena gue terlalu banyak omong. Walaupun dia mungkin nggak teriak “ANJING LO, GUE TERSINGGUNG!” tapi gue bisa melihat itu dari mimik wajah dan perubahan sikapnya yang mendadak dingin kayak Arandelle waktu Elsa masih labil.

Karena keberisikan gue yang to the max inilah pernah suatu hari salah satu temen kantor, namanya Nabila, nanya ke gue. “Lo lagi sakit ya?” cuma karena gue hari itu nggak sebanyak omong biasanya. Nggak seberisik biasanya.

Nggak. Gue nggak sedang sakit. Gue sedang pengen sendiri dan diem.

Tapi nggak bisa mengeluarkan kalimat seperti itu. Gue hanya bisa faking smile dan “Nggak Bilaaaa gue lagi pusing nih. Biasalah anak muda. Labil.” Dan pembicaraan itu akan terputus saat itu juga dan semuanya akan memaklumi. Karena kadang dalam kondisi seperti ini, kejujuran itu bisa dinilai berbeda. Kalau gue bilang, “Tolong, gue lagi pengen sendiri.” Bisa-bisa ditanggepin “Yaudah sana ke toilet. Lebih private.” Kan nggak enak.
Gue dulu percaya banget sama cinta pada pandangan pertama. Seperti kebanyakan novel-novel romansa teenlit yang gue baca waktu SMP, cinta pada pandangan pertama ini selalu menjanjikan sesuatu yang indah dan magis buat yang mengalaminya. Pikiran melantur. Imajinasi melayang-layang nggak menentu.

Tapi itu dulu. Sekarang kalau ngomong soal cinta pada pandangan pertama gue jadi agak gimana gitu. Karena ternyata 90%-nya adalah nafsu dan 10%-nya mungkin beneran suka. Cinta pada pandangan pertama biasanya hanya melibatkan ketertarikan terhadap visual saja. Nggak sampai ke dalam-dalam—yah sebutlah hati. Pada pandangan pertama orang nggak akan langsung tahu isi hati orang yang ditaksir sebenarnya kan. Makanya 90%-nya bisa aja nafsu.

Ada cinta yang datang pelan-pelan. Yang tumbuh sedikit demi sedikit. Yang muncul mendadak setelah perkenalan setahun atau dua tahun dengan seseorang. Lewat obrolan-obrolan nggak menentu di Twitter yang berlanjut di curhatan semalam suntuk lewat KakaoTalk atau LINE. Cinta yang seperti ini biasanya udah nggak lagi mementingkan visual, tapi lebih ke kenyamanan.

Perasaan senang ketika lo sedang “bersama” orang ini. Perasaan menggebu-gebu setiap kali ada pesan masuk dari orang ini. Meledak-ledak yang luar biasa kalau tiba-tiba orang ini ngajakin nonton atau ketemuan. Yah syukur alhamdulillah kalau ternyata orang ini juga punya visual yang 90% bagus. Bonuslah. Apalagi kalau perasaannya mutual.

(tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan sambil meneteskan air mata)



Gue sedang berusaha untuk menyelesaikan laporan mingguan gue di kantor hari ini ketika gue iseng (sebenarnya dulu kegiatan ini gue jadwalkan setiap harinya) nge-search ‘kaoskakibau’ di Twitter. Dulu setiap kali gue mem-posting artikel baru (mostly tentang EXO atau review MV) gue selalu melakukan ini untuk nge-RT-in orang-orang yang nge-share artikel gue. Belakangan emang agak jarang karena konten gue yang tentang KPop sudah makin berkurang.

“Selamat datang di real life!” begitu kata gue pada diri gue setiap kali gue sadar tentang kenyataan bahwa spazzing sekarang bukanlah hal yang bisa gue lakukan setiap saat lagi, nggak seperti beberapa bulan yang lalu.

Lalu gue menemukan sebuah posting-an dari salah satu akun Twitter. Posting-an yang membawa gue tenggelam dalam ke pikiran-pikiran serius tentang kehidupan. Posting-an yang gue baca itu sebenarnya adalah “timehop” dari si pemilik akun yang ternyata 2013 lalu pernah nulis status di Facebook mengutip tulisan gue di blog.

“Pas bukain postingan lama di facebook, trus nemu ini, postingan thn 2013 ngutip dr kaoskakibau.” Tulis @nnMonti. Dia memotret posting-an Facebook-nya 2013 lalu dan mengunggahnya ke Twitter. Waktu gue baca isi posting-an itu, gue terdiam cukup lama. Emang gue pernah nulis kayak gitu?

Buru-buru gue menekan CTRL+T di browser dan mengetik ulang kalimat pertama di posting-an itu lalu menambahkan “, kaoskakibau” setelahnya. Kemudian gue menekan ENTER dan Google menempatkan kaoskakibau.com di urutan teratas pencarian. Lengkap dengan kutipan kalimat yang persis sama dengan yang ditulis @nnMonti.


Ketika lo nggak lagi bekerja di ranah yang menjadi hobi dan passion lo, semuanya akan jadi beda. Lo harus berani ngambil keputusan untuk mengorbankan pekerjaan lo untuk sesuatu yang lo sukai. Walaupun itu akhirnya akan “menyakiti” beberapa pihak, tapi… ah… Bahkan JK Rowling pernah dipecat dari pekerjaannya sebagai sekretaris karena terlalu sering ngelamun dan nulis Harry Potter di kantor.

Tentu saja gue nggak serta-merta meniru JK Rowling dan masa lalunya yang kelam sebelum Harry Potter. Gue hanya bandel aja. Sebagai pegawai selama empat tahun terakhir, gue termasuk yang jarang banget bandel masalah kerjaan. Bolos, izin untuk sebuah urusan yang trivial dan semacamnya itu nggak ada di kamus gue. Tapi kali ini gue harus melakukan itu rupanya.

Karena Park Bo Gum akan ke Jakarta.

Sebelum gue pindah ke kantor yang sekarang, gue sudah tahu bahwa mungkin per-Korea-an ini nggak akan selancar dulu. Pastinya akan ada batu-batu yang sangat besar yang menghalangi gue untuk meneruskan kesukaan gue ini. Dan salah satu batu terbesarnya itu adalah pekerjaan utama, tentu saja. Lo nggak bisa abai sama kewajiban. Tapi lo juga nggak bisa ikhlas kalau nggak melakukan apa yang lo sukai. Ini tuh semacem ribet dan membingungkan.

Tapi kalau lo sudah ikhlas dengan hal terburuk yang akan terjadi kayaknya lo akan lebih berani mengambil risiko. Dan gue sudah pasrah sama apapun.
“Oke mas, saya bisa ke Park Bo Gum.” kata gue ke Mas Welly, pemilik sekaligus koordinator liputan Creative Disc, tempat gue nulis sebagai kontributor sekarang.
“Yakin? Kamu bisa bolos?”
“Semoga nggak bolos. Semoga bisa dikondisikan.”

Ya. Semua pasti bisa dikondisikan, kan?




“Gue pengen deh ke Pelabuhan Sunda Kelapa.”

Dalam kurun waktu satu bulan gue pernah ngomong kalimat ini ke empat orang yang berbeda. Yang pertama gue lupa antara temen deket atau kenalan di pinggir jalan yang nggak sengaja ngobrol karena kita punya baju yang sama-sama berlogo EXO. Yang kedua temen kantor gue. Yang ketiga Dimas, mantan member cover dance grup yang pernah gue idolakan. Yang keempat salah satu orang asing yang kenal di media sosial.

Gue sama sekali nggak pernah ke tempat itu. Walaupun buat sebagian orang mungkin kayak “Ngapain sih?” “Males ah. Panas pasti.” Dan sebagainya, tapi kalau gue udah penasaran maka gue pasti akan mengusahakan supaya rasa penasaran gue itu bisa terobati. Sebelum gue ke sana langsung dan melihat sendiri seperti apa kondisi lokasinya, gue nggak akan percaya apa kata orang. Dan kalau ada yang nanya “Lo ngapain sih ke sana?” ya gue akan jawab “Ya mau lihat kapal. Emang mau ngapain lagi.” Dan kalau ada yang bilang “Panas ah!” ya gue akan jawab “Kalo pelabuhan di Jakarta adem berarti udah mau kiamat.”

Sudah hampir empat tahun gue tinggal di Jakarta dan ada banyak tempat yang belum pernah gue datengin. Pelabuhan Sunda Kelapa mendadak muncul di kepala gue karena gue pengen punya foto kapal besar di Instagram. Dan akhirnya gue pun jadi ke sana bareng sama Dimas, orang ketiga dalam paragraf pertama yang mendengarkan keinginan gue itu. Beruntung Dimas mau dan bawa motor juga kamera bagusnya.

Beberapa hari setelah itu mendadak temen satu meja gue, Sean, ngajakin jalan-jalan ke museum di Jakarta. “Wah seru juga sih. Gue nggak pernah soalnya.” Gue menanggapi dengan antusias. Kebetulan itu lagi pekan-pekan liburan Natal dan Tahun Baru. Walaupun sebenarnya gue nggak dapet libur sama sekali karena masih pegawai baru, tapi kondisi ketika bos besar gue sedang tidak ada di tempat ini membuat kehidupan gue jadi sedikit luang dan menyenangkan. Antusiasme gue itupun disambut dengan sigap oleh Sean. Dia langsung browsing-browsing museum yang bisa dikunjungi di Jakarta.

Mulai dari Museum Nasional sampai Museum Layang-layang masuk ke itinerary kita. Rencananya sih kita mau pergi pas malam tahun baru. Setelah enam atau tujuh lokasi museum sudah ditulis, tiba-tiba Sean random aja bilang pengen ke Sea World.

“Eh yaudah! Ke Sea World aja!” yang ini bener-bener nggak bisa ditolak. Walaupun gue sudah tahu kalau harga weekend itu akan mahal, tapi yang ini nggak bisa ditolak.


Ok. Ini sebenarnya gue cuma kangen sama kerjaan lama gue. Dan rasa kangen itu makin menjadi-jadi jelang akhir November ini. Alasannya, akhir November tahun lalu adalah momen ketika gue akhirnya bisa terbang ke Seoul untuk liputan dan semuanya dibiayai kantor dan sponsor. Mulai dari tiket pesawat, akomodasi untuk dua hari pertama dan uang saku semua dikasih.

Itulah kenapa sebenarnya gue berat meninggalkan kerjaan itu waktu pindah ke tempat baru. Karena, men, kalo gue nggak jadi wartawan mungkin gue nggak akan bisa melakukan semua itu dengan cuma-cuma. DAN INI KE KOREA! I MEAN, NEGARA IMPIAN ANAK KPOP ALAY KAYAK GUE!!!!

Dan sebagai blogger, setelah kerjaan kelar gue pasti akan tulis di sini pengalaman-pengalaman gue selama di sana. Mulai dari pertama datang, kerjaannya, sampai jalan-jalan random-nya. ‘Finally, Seoul!’ itulah yang gue pilih sebagai judul dari serial perjalanan pertama gue ke Korea Selatan ini. Dan sampai sekarang masih berlanjut karena gue belum sempat menyelesaikan semua posting-annya. Sekarang sudah episode 12 apa 13 ya? Gua lupa wkwkkw

Pengalaman pertama selalu mengesankan. Makanya gue selalu tulis apapun yang jadi pengalaman pertama gue di blog ini. Karena cerita setelah itu biasanya kan pengulangan dan nostalgia. Kecuali kalau misalnya gue kembali lagi ke sana dan kemudian gue ketemu sama Suho atau IU… beda lagi urusan.

Tapi pertanyaannya, kapan bisa balik lagi ke sana?!

Gue sedang sibuk nyuci beras untuk dimasak besok paginya waktu malam 31 Oktober kemaren. Kebetulan memang gue sudah sampai kosan dan beberapa hari terakhir gue ngerasa punya kewajiban lebih untuk semua urusan “rumah tangga” kayak nyuci perabotan masak dan makan sampai nyuci beras. Gue lagi ada dalam mode “gak mau ngerepotin temen sekamar”. PFT. Oke mungkin informasi ini nggak terlalu penting untuk lo baca tapi malam 31 Oktober itu gue bener-bener lupa kalau CBX mau rilis MV.

EXO mungkin satu-satunya grup yang bikin gue rela buang-buang kuota internet cuma buat streaming MV baru mereka. Tapi malam itu bener-bener pikiran gue isinya cuma nyuci perabotan, nyuci beras, kemudian tidur. Sesimpel itu. Padahal di kantor sorenya gue udah kayak niatin “Apa gue nunggu aja ya jam 10 baru balik?”

Karena biasanya waktu di kantor lama—yang jaraknya cuma 2 menit ke kosan—gue selalu melakukan ini. Gue akan nunggu sampai jam 10 di kantor dan kemudian spazzing sampai jam 12 malam lalu sholat isya dan balik ke kosan sekitar jam 1 pagi. Terus nanti kembali lagi ke kantor jam 9 untuk bikin berita kalo EXO rilis MV semalam.

Cuma karena sekarang jarak kantor dan kosan 40 menit, dan naik TransJakarta di malam hari itu  bukanlah ide yang menyenangkan (but they’re getting better now!) jadi yaudah. Gue pikir streaming di kosan aja. 100 MB cukuplah buat MV dan album. Sayangnya karena sibuk dengan urusan perkakas kehidupan dan beras, gue lupa banget.

Gue baru inget pas udah mau tidur. Dalam kondisi badan yang sudah letih, mau spazzing juga jadi males. Dan yaudah abis itu ketiduran. Baru paginya di kantor gue bener-bener nyimak MV-nya. Dan baru sadar kalau…

OMG. BAEKHYUN NGE-RAP?!?!?! AHAHAHAHAHA

Seneng ngeliat EXO aktif lagi di sub-unit setelah K dan M karam dan terkubur di samudera lawsuit di 2014 dan 2015. Gue sangat menunggu-nunggu penampilan CBX karena ada Baekhyun. Gue padahal tipe fans yang nggak suka kalo ada satu member dalam grup yang terlalu mendominasi (atau sok-sok mendominasi) tapi kalau itu Baekhyun (atau Suho—tapi Suho seringkali gagal mendominasi karena selalu di-bully) nggak apa-apa deh. Karena bias. Tapi selain CBX yang sebenarnya juga harus dirayakan loncatan kariernya di tahun ini adalah Zhang Yixing.

Klik di sini untuk baca review pertama EXO-CBX

Memang nggak banyak atau nggak sering gue ngomongin Lay baik di blog ataupun di Twitter. Soalnya memang dia bukan bias. Waktu awal debut juga first impression gue ke Lay nggak terlalu gimana-gimana banget. Ya memang gue nggak terlalu ke M waktu dulu. Lebih suka sama K. Selain karena masalah bahasa (yang padahal bukan sesuatu yang asing karena gue dulu suka banget sama Mandarin pop) juga karena member-member M yang kalah nendang dari K. Masih inget banget gimana krik-krik-nya wawancara M di semua sesi interview di China di awal-awal debut.

Lay juga keliatan tua banget waktu pertama debut. Dengan rambut yang agak gondrong dan dikuncir di belakang itu bikin dia jadi kayak mas-mas. Entah itu salah siapa. Padahal semakin ke sini dia jadi semakin keliatan sesuai dengan umurnya.

Gue banyak kenal sama fans-nya Lay. Dan gue banyak denger cerita-cerita soal dia. Cerita-cerita yang sebenarnya gue nggak tahu kebenarannya gimana, tapi membuat gue merasa simpati dengan sosok Zhang Yixing. Dan kenyataan bahwa dia satu-satunya member China yang masih bertahan di EXO sekarang juga membuat gue semakin respek sama Lay. Dan itu makin bikin gue nyinyirin Kris, Tao dan Luhan.

“Kalo Lay aja bisa, kenapa mereka enggak bisa deh?!”

Tapi itu cerita lama. Bisa atau nggak bisa bertahan itu bukan lagi masalah mau atau nggak mau lagi berkarier di bawah SM. Bukan lagi masalah diperlakukan baik atau tidak baik sama SM. Bukan lagi masalah adil/tidak adil atau bayaran yang nggak sepadan. Itu semua masalah prinsip, cara pandang dan tujuan hidup. Dan, menurut gue, skenario yang dibuat SM dan semua yang keluar dari awal.

Pesan moral: jangan pernah percaya 100% sama dunia entertainment. Bisa jadi semuanya palsu.

Walaupun gue nggak bias Lay, tapi gue punya satu—enggak deh—dua momen yang nggak terlupakan sama dia. Entah ini memang momen nyata atau hanya terjadi di kepala gue. Yang pertama waktu EXO-M jadi bintang tamu di konser Super Show 4 di Jakarta tahun 2012 dulu. Dan yang kedua waktu konser The Lost Planet di Jakarta tahun 2014.

Ada tiga alasan kenapa gue nonton Super Show 4 sekitar empat tahun yang lalu: Siwon, Donghae dan EXO-M. Spesial buat yang terakhir, gue bawa banner 1x1 meter dan berdiri di depan pager supaya keliatan sama mereka. Waktu mereka bawain lagu History, ada momen waktu Lay ngeliat ke banner gue dan dia sedikit shock gitu. Kayak “ANJIR TERNYATA ADA JUGA FANS GUE DI SINI?!” Nggak cuma Lay sebenarnya, Chen juga.

Klik di sini untuk baca cerita Super Show 4

Dan waktu di The Lost Planet, lagi-lagi gue nempel pager dan gue sebelahan sama Kak Dea. Kak Dea emang ngefans sama Lay. Dan kebetulan saat itu gue juga bawa fanboard fotonya Lay sama Lee Soo Man. Kak Dea bawa handuk warna ungu yang dia beli dari salah satu fansite Lay yang terkenal banget katanya. Kami berdua sudah dalam posisi yang siap sedia dengan handuk dan fanboard masing-masing waktu Lay lewat di depan kami dan melihat apa yang kami bawa. Fanboard sesimpel foto Lay dan Lee Soo Man itu bikin Zhang Yixing langsung menangkupkan kedua telapak tangannya, terus sambil membungkuk bilang “Terima kasih.” dari jauh. Ya, keliatan gerakan bibirnya bilang “Terima Kasih.”

Klik di sini untuk baca cerita nonton konser The Lost Planet di Jakarta

Ah… rasanya kalau mengingat kejadian-kejadian masa lalu tuh berasa seneng banget. Walaupun sudah empat tahun dan dua tahun berlalu, tapi masih seger gitu di kepala. Tapi nggak ada sih yang ngalahin rasa seneng waktu tahu Lay akhirnya bikin album solo.

WHOAAA FINALLY!!!!


Belakangan ini gue serius banget dengerin Monodrama. Karena sejak lagu itu dirilis gue nggak pernah punya waktu khusus buat dengan sengaja memutarnya di music player di ponsel atau di laptop. Tapi kadang-kadang kalau lagi shuffle lagu di hape suka keputer sendiri dan direnungi dalam-dalam.

Padahal nggak ngerti juga lirik lagunya.

Gue tahu Lay punya kemampuan buat jadi penulis lirik dan komposer. Walaupun yang paling nempel di kepala gue adalah lagu yang dia bikin di salah satu episode EXO’s Showtime yang liriknya “My back my back my back my kneeeeee” karena waktu itu punggung sama lututnya lagi sakit. Tapi alhamdulillah di album debut solonya nggak ada lagu yang liriknya kayak gitu. Malah albumnya terdengar sangat serius.

Seserius itu loh beneran deh.

Tapi sesuai sih sama image-nya dia. Karena kalau Lay mendadak nyanyi lagu macem NCT Dream kan agak-agak aneh juga. Gue nggak kebayang dia pake celana pendek, rambut jamur, terus naik hoverblade keliling-keliling panggung sambil ngunyah dan sesekali niup permen karet.

EXO bikin sub-unit?

Wait.

WHAT?!?!?!

OMG! Sebegitu terasingnya kah gue dari fandom ini sampai-sampai berita besar kayak gini gue nggak tahu? Coba gue inget-inget dulu kapan terakhir gue baca Soompi atau AllKPop.

(berpikir)

31 Juli. LOLS. Itu di hari terakhir gue kerja di detik dan setelah itu gue nggak pernah lagi buka portal berita. Semua hal yang terjadi di dunia KPop gue tahu dari timeline Twitter (yang jarang banget juga gue buka kecuali emang iseng-iseng banget) dan YouTube. Bahkan YouTube aja udah nggak sesering dulu. Waktu gue buat nonton Laura in the Kitchen sudah berkurang nih sekarang. Apalagi buat spazzing EXO?!

Tiba-tiba inget belum nonton 'Scarlet Heart: Ryeo' episode 17 sama 18 ahahahha. Tapi… apa gue pernah ngebayangin EXO bikin sub-unit?

Hmmm… seinget gue dulu gue pernah berandai-andai apakah EXO juga akan mengikuti jejak para seniornya di SM (grup yang member-nya banyak) untuk bikin sub-unit. Yah, walaupun sebenarnya EXO juga debut kan dalam dua sub-unit K dan M, yang walaupun sekarang sudah dihapuskan karena member M udah sisa cuma tiga aja. Timpang. Tapi setelah beranda-andai itu, nggak pernah lagi deh mikirin apakah EXO akan beraktivitas dalam sub-unit.

“Karena gue suka ngeliat mereka ber-12 di panggung!” kata gue kala itu. Yah sayangnya kemudian gugur satu per satu bagaikan pahlawan di medan perang.

Tapi kalaupun misalnya EXO maksa banget bikin sub-unit, gue sih pengennya sub-unit M yang didebutin. Kayak bukti eksistensi mereka gitu loh yang ditinggal tiga member China terus mereka kembali dengan bangga “KITA YANG BERTAHAN.” Harapan itu nyaris jadi nyata. Karena sub-unit pertama EXO memang didominasi member M.

Chen, Baekhyun, Xiumin.

Ngeliat formasinya sih gue nggak ada komplain. Tapi curiga juga. Apa jangan-jangan sebenarnya proyek ini seharusnya jadi comeback-nya EXO-M ya? Tapi kemudian batal.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • Final Destination 5: REVIEW!
  • Are You Ready for Your SM Global Audition Jakarta?
  • EXO MAMA MV: Review Saya! [PART 2]
  • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
  • Crazy Little Thing Called Love: REVIEW
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes