*
Suatu hari gue dikejutkan oleh notifikasi dari message Facebook di hape. Kebetulan, baru beberapa minggu belakangan ini gue aktif menggunakan Facebook Messenger. Biasanya males install aplikasi kayak gini karena kayak, yah, kebanyakan banget aplikasi serupa di hape. Notifikasi yang masuk ini dari seseorang yang namanya pakai huruf Arab.
Wah gue bingung. Kayaknya di Facebook gue nggak temenan sama orang Arab. Tapi pas gue buka message-nya, ternyata dia bisa bahasa Indonesia. Atau memang mungkin orang Indonesia yang menggunakan nama Facebook dengan huruf Arab.
Gue coba baca pelan-pelan sampai tiba-tiba gue gemeteran. Isinya sangat serius. Seserius itu sampai-sampai gue nelen ludah berkali-kali. Deg-degan. Seserius itu sampai-sampai gue mau balas aja nggak tahu harus memilih kata-kata yang mana. Soalnya, kalo gue bales seadanya, gue takut dikira menggampangkan isinya. Gue bingung.
Bingung karena kata-kata yang dia pake di situ terlalu serius.
Waktu ngebaca itu gue lagi di kantor. Itu persis dua hari setelah gue melewatkan hari Minggu (3/5/2015). Salah satu hari yang idealnya sih membahagiakan, tapi juga sekaligus membingungkan. Ditambah lagi bingung sama message itu masuk ke inbox dan mempengaruhi isi kepala gue sepanjang hari itu.
Ini isinya:
Suatu hari gue dikejutkan oleh notifikasi dari message Facebook di hape. Kebetulan, baru beberapa minggu belakangan ini gue aktif menggunakan Facebook Messenger. Biasanya males install aplikasi kayak gini karena kayak, yah, kebanyakan banget aplikasi serupa di hape. Notifikasi yang masuk ini dari seseorang yang namanya pakai huruf Arab.
Wah gue bingung. Kayaknya di Facebook gue nggak temenan sama orang Arab. Tapi pas gue buka message-nya, ternyata dia bisa bahasa Indonesia. Atau memang mungkin orang Indonesia yang menggunakan nama Facebook dengan huruf Arab.
Gue coba baca pelan-pelan sampai tiba-tiba gue gemeteran. Isinya sangat serius. Seserius itu sampai-sampai gue nelen ludah berkali-kali. Deg-degan. Seserius itu sampai-sampai gue mau balas aja nggak tahu harus memilih kata-kata yang mana. Soalnya, kalo gue bales seadanya, gue takut dikira menggampangkan isinya. Gue bingung.
Bingung karena kata-kata yang dia pake di situ terlalu serius.
Waktu ngebaca itu gue lagi di kantor. Itu persis dua hari setelah gue melewatkan hari Minggu (3/5/2015). Salah satu hari yang idealnya sih membahagiakan, tapi juga sekaligus membingungkan. Ditambah lagi bingung sama message itu masuk ke inbox dan mempengaruhi isi kepala gue sepanjang hari itu.
Ini isinya:
Assalamu'alaikum.
Kak kevin, mau tanya.
Kakak terlihat sangat tertarik dengan KPop?
dan kelihatannya sangat suka sekali membahasnya..
Apakah Kakak tidak tertarik untuk mempelajari Agama?
Mempelajari Agama yg bisa menyelamatkan kakak?
bukankah kehidupan di Dunia ini hanya sementara?
disana ada negeri yg kekal (Akhirat).
Maukah kakak menukar kehidupan kekal dengan Dunia yg hanya sekejap saja?
*Maaf bukannya sedang menggurui, hanya ingin menasehati.