Social Distancing

https://www.pexels.com/photo/man-in-black-top-sitting-on-bench-beside-of-door-1532775/

Sebagai seorang introvert, satu-satunya alasan untuk menjauh dari keramaian adalah karena bergaul itu bisa jadi sangat melelahkan. Semua orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang introvert pasti merasakan ini. Bersosialisasi itu selain menyenangkan juga membutuhkan banyak energi. Biasanya kami, para introvert, butuh waktu untuk menepi dan menjauh dari segala bentuk interaksi dengan manusia-manusia lain untuk mengisi ulang energi yang hilang itu. Dan itu bisa dengan banyak cara tapi yang pasti kami semua sepakat bahwa momen menjauhi keramaian dan interaksi sosial itu adalah momen menyendiri yang sakral dan perlu dilakukan.

Sekarang mungkin orang-orang menyebutnya dengan social distancing.

Di tengah wabah corona kayak sekarang ini, semesta seperti mendukung para introvert. Kita diminta untuk menjauhi tempat-tempat ramai, mengurangi pertemuan dengan banyak orang, tidak melakukan interaksi-interaksi yang nggak diperlukan, mengisolasi diri di kamar demi terhindar dari virus dan menghindari penyebaran virus lebih jauh.

Jauh sebelum wabah ini merebak sebenarnya para introvert sudah melakukan itu. Meski dalam arti yang berbeda tapi kami, para introvert, sudah lebih dahulu mengamalkan "social distancing". Hehe...

Bicara tentang social distancing, ini adalah istilah yang baru-baru ini jadi banyak digunakan setelah virus corona menyebar. Lo pasti juga sering baca di Twitter soal ini karena banyak selebtweet atau tweet-tweet viral yang menyebut soal ini. Kemaren sempat gue share juga di Twitter tapi sayangnya nggak viral-viral. Wkwkwkwkwk

Istilah social distancing pertama kali digunakan tahun 2003 kalau menurut kamus Merriam-Webster. Arti gampangnya ya menjauh dari orang lain, objek, dan tempat ramai, dalam kondisi kejadian luar biasa seperti wabah corona ini, dalam rangka menghindari penyebaran penyakit lebih lanjut.

Hal ini jadi penting karena ternyata banyak orang yang sebenarnya positif corona tapi nggak mengalami gejala-gejala umum penyakit ini. Ya kan yang ngeri sebenarnya ini. Gue sendiri bisa jadi sudah terjangkit virus ini dan beberapa waktu belakangan jadi makin parno (yang mana sebenarnya nggak boleh). Soalnya gue ada riwayat Tuberculosis dan katanya orang-orang dengan riwayat Tuberculosis dan penyakit-penyakit yang sudah bersarang di tubuh lainnya dan dalam fase pengobatan bisa lebih mudah terserang corona ini.

Serius deh gue tuh beneran ngerasa kayak gue udah kena aja. Jadi bener-bener mikirin banget soal kebersihan dan juga ngejaga diri dari dunia luar banget beberapa hari terakhir ini.

Yang bikin gue makin khawatir sebenarnya adalah karena beberapa hari yang lalu gue sempat ke Bandung dan makan di daerah deket-deket RSHS situ. Ngeri banget anjir pas gue balik dari sana terus ada berita kalau daerah itu masuk ke red zone. YA KAN GUE PANIK! Mana satu temen gue pas itu udah batuk-batuk pula. MAKIN PARNO KAN GUE JADINYA! Makanya memang nggak ada cara lain deh selain diem aja di rumah. Menghindar dari semua orang dan menikmati waktu sendiri sambil swakarantina ini.

Buat para introvert mungkin ini mudah untuk dilakukan karena swakarantina berarti kita benar-benar membatasi interaksi tidak perlu dengan orang-orang. Swakarantina berarti nggak perlu repot-repot fake di depan orang yang kita nggak suka tapi selalu kita temui, nggak perlu bereaksi terhadap sesuatu yang nggak penting tapi kadang-kadang ada aja muncul, dan yang pasti punya banyak waktu luang untuk menikmati waktu sendiri.

Walaupun, gue nggak mau munafik juga, buat gue sendiri kadang-kadang terlalu lama tidak berinteraksi dengan manusia lain membuat gue senewen. Dan di sinilah gue akhirnya bisa bertenggang rasa pada teman-teman yang ekstrovert. Gue tahu ini berat buat kalian tapi percayalah guys ini yang terbaik!

Gue dan para introvert mungkin nggak akan masalah dengan kesendirian dan isolasi diri seperti sekarang ini. Karena once in a while kami melakukannya juga untuk kesehatan mental kami. Tapi ini pasti susah buat para ekstrovert yang terbiasa menemukan energi dengan bersosialisasi dan bergaul dengan orang banyak. Tapi ya sekarang untungnya sudah ada teknologi bernama video call sih ya jadi di manapun dan kapanpun para ekstrovert kesepian, mereka bisa langsung video call dengan siapa saja yang mereka nyaman.

Jadi pengin punya orang yang bisa di-video call-in setiap waktu... (halah)

Anyway, semangat buat teman-temanku para ekstrovert!


https://www.pexels.com/photo/person-looking-out-the-window-3047470/

Ini udah hari kelima gue melakukan swakarantina karena kantor juga sudah memberlakukan shift buat pegawainya. Bahkan mulai Senin (23/3/2020) ini kantor sudah memberlakukan work from home secara efektif 100% buat semua karyawan selama 14 hari ke depan.

Sejauh ini gue masih belum senewen sih dan masih menikmati swakarantina ini. Since sekarang sudah banyak hal yang bisa dilakukan di kosan untuk menghindari kebosanan. Kalau bosan tidur tinggal nonton Netflix, kalau bosan Netflix tinggal buka YouTube, kalau bosan YouTube tinggal scrolling Twitter, kalau bosan Twitter tinggal dengerin Podcast di Spotify, kalau bosan dengerin Podcast tinggal bikin Podcast buat nambah-nambah konten, kalau hasil rekaman Podcast nggak ada yang oke tinggal ngeblog, kalau nulisnya nggak selesai tinggal tidur lagi aja. Hihihi...

Karena swakrantina dan social distancing ini juga gue jadi kembali masak sendiri. Dapur jadi ngebul lagi dan gue sudah mulai belanja-belanja bahan makanan lagi. Sekarang gue lagi pengin banget bikin pasta tapi gue lagi mau ganti kompor dulu supaya bisa pakai gas LPG karena kompor yang sekarang pakainya gas kalengan yang buat piknik itu jadi boros banget. TMI banget njir.

Tapi intinya sih ya swakarantina ini tetap ada hikmahnya buat semua orang. Buat gue personally gue jadi bisa tidur lebih lama dan jujur aja itu yang gue butuhkan saat ini. Terus gue juga bisa jadi lebih berusaha untuk membuat makanan demi mengisi perut sendiri. Biasanya gue kan paling mager tuh buat nyari makan dan lebih milih tidur daripada keluar kamar dan mengisi perut. Sekarang karena kosan gue udah ada dapur yang lebih baik jadi gue kalau laper bisa tinggal bikin sesuatu. Apa kek, nasi goreng telor ceplok kek, atau kayak kemaren gue bikin opor ayam pakai bumbu instan. Ya intinya gue jadi tidak mager buat masak sendiri.

Selain itu, social distancing ini pada akhirnya akan membuat kita sadar bahwa siapa orang yang paling kita rindukan. Bahwa kita nggak boleh sama sekali take anybody (or even anything) for granted. Maka ketika mereka masih ada atau masih bertanya bagaimana kabarmu dan keluarga di tengah kondisi yang tidak pasti seperti ini, bersyukurlah, kawan. Mereka adalah orang-orang yang pantas untuk diperjuangkan.

Semoga semuanya cepat berakhir.

Aku yang introvert ini pun soalnya bisa kangen dengan keramaian (baca: konser kpop).


Photos from pexels.com (link of photo source: click the images)

Share:

0 komentar