Sudah sekian lama sejak gue me-review MV. Rasanya sedikit aneh dan gimana gitu kalo sekarang tiba-tiba gue kembali dengan postingan baru. Terlebih itupun bukan postingan soal artis SM, seperti biasanya. Hehehe Coba lihat berapa banyak artis SM yang sudah rilis apa-apa baru dan gue cuekin? Sedih aja.
Tapi anyway, gue akan berusaha mengejar segala ketertinggalan itu dengan format review yang baru. Enggak akan seperti biasanya dan gue harap tidak akan membosankan. Semoga. SEMOGA. Semoga ke depannya akan semakin banyak postingan di blog ini.
Kali ini gue tertarik untuk membahas girlband pertama Woollim Entertainment, Lovelyz. Biasanya yang pertama-pertama gini seru buat dibahas. Dulu gue pernah bahas NU'EST ketika mereka pertama debut. Lalu kemudian C-Clown. Enggak ada salahnya kalo bahas grup baru, kan?
Iyain aja. Biar cepet.
*
*
*
(Judul artikel ini diubah pada 25 Juni 2020 - Posting-an aslinya dibuat sebelum game ini bisa diakses di PlayStore dan AppStore. Sekarang Superstar SMTOWN sudah bisa diunduh legal di Android dan iOS)
Gue bukan tipikal orang yang suka main game. Kalaupun main, paling itupun cuma bertahan beberapa hari doang. Biasanya juga main karena kebawa pengaruh sama temen-temen atau karena emang lagi tren aja.
Gue inget pas dulu gue belum punya hape Android, masih pake Blackberry--yang juga dibeli karena kebawa pergaulan padahal sama sekali nggak ada seru-serunya dan nggak terlalu guna-guna banget--gue pernah liat salah satu temen gue main Temple Run di dalam kelas pake Samsung Tab gitu. Duh, rasanya kok iri banget. Sementara Blackberry gue kayak yang, oke cuma bisa BBM dan Twitter.
Dengan niat pengen bisa main Temple Run, gue pun menabung dari hasil royalti buku dan juga sisa-sisa uang belanja dan beasiswa pas kuliah. Kemudian beli Samsung Galaxy W yang ternyata produk gagal dan lemotnya minta ampun. Kkk~ Tapi Alhamdulillah hape itu berguna selama dua tahun walaupun sekarang sudah dipretelin sama kakak gue.
Waktu Chanyeol nge-Instagram game 2048, gue otomatis penasaran. Terlebih lagi temen di kantor kalo lagi senggang geser-geser layar hape terus main-mainin angka. Gue kepo dan akhirnya tahu game itu dari Dito yang anaknya update banget kayak portal gosip. Pas gue donlot, gue pun keranjingan game itu.
Lagi-lagi karena Chanyeol, gue jadi penasaran sama SM Superstar (disebut juga Superstar SMTOWN, kalo artis SM nyingkatnya jadu SyuEsem kalo gak salah hahahah). Game yang katanya paling hits banget di antara fans artis SM. Gue tahu game ini dari Chanyeol tentu saja secara tidak langsung karena ini bocah kan update terus yah. Lalu Dito yang ngasih donlotannya ke gue--ya kan dia anaknya update banget kayak portal gosip pokoknya--kemudian pertama kali main itu pas sama-sama antre TLP bareng kak Icha. Gue main pake tab-nya dia.
Oke, karena gue rasa ini saatnya berubah jadi anak yang nggak suka main game ke anak yang paling nggak tahu apa itu game, gue pun memasang permainan itu ke handphone gue. Hasilnya? Bener-bener keranjingan.
Salahin Park Chanyeol.
Gue selalu ngefans Super Junior. Yaaaaah.... walaupun sekarang udah nggak seperti ketika awal-awal 2010 dulu, tapi kalo mereka ke Jakarta--terlebih bisa masuk nonton mereka gratisan--gue akan bela-belain buat dateng. Siapa sih yang nggak suka nonton gratis? Apalagi ini Super Junior.
SUPER JUNIOR.
M.
Sebagai seseorang yang bekerja di dunia yang nggak pernah jauh dari KPop, kedatangan Super Junior tentu jadi sebuah hal heboh. Enggak cuma buat ELF di luar sana tapi juga buat jiwa ELF di dalam hati gue. Itu juga yang terjadi ketika mereka jadi salah satu bintang utama di ulang tahun salah satu televisi swasta di Jakarta bulan Agustus lalu.
Ketika ini diumumkan, gue sendiri sebenarnya pengen beli tiket mereka dan nonton dengan temen-temen lain yang sudah pasti nonton. Tapi kemudian gue berpikir, "Biasanya bukannya acara ulang tahun televisi itu gratis ya?". Itulah yang membatalkan niat gue buat beli tiket.
Alasannya, gue berkaca dari pengalaman gue dateng ke ulang tahun televisi lain sebelum-sebelumnya. Dan itu beneran gratis. Gratis dari temen yang kerja di TV itu sih sebenarnya. Tapi yang penting gratis kan? Soalnya pas NET. ulang tahun, gue dapet kok gratisan. Masa sih yang ini harus bayar?
Lalu, tumben-tumbenan sih ulang tahun televisi ini ngejual tiket. Soalnya kan biasanya sebar-sebar undangan. Sebar-sebar tiket gratisan lewat kuis dan semacamnya tapi nggak sampe yang dijual di situs penjualan tiket onlien gitu. Apa mentang-mentang ada Super Junior gitu terus jadi dikomersilkan? Ya bisa jadi sih.
Tapi saat itu gue mikir, "nggak ah mendingan nggak usah beli tiket kalo masih bisa diusahain buat gratis," tetep ngarep.
*
*
Dulu pas SMA, gue pernah nonton film yang judulnya 'Bucket List' dan sangat terinspirasi dengan ceritanya. Oleh karena itulah, gue pun membuat bucket list untuk hidup gue sendiri dan ingin melakukannya sebelum gue mati. Well, nggak pernah sih sebenarnya diniatin buat 'besok harus ini, lusa harus ini'. Bucket list versi gue semacem yang 'ya kalo sempat ayok kalo nggak yaudah'.
Kkk. Bucket list ala ala.
Waktu 'Wolf' dirilis tahun lalu, gue sangat terinspirasi dengan rambut pirang-nya Baekhyun. Wekekek. Itu pertama kalinya dia tampil dengan rambut pirang dan "Wah, bagus juga ya!" Ya iya bagus karena itu Baekhyun. Dengan tidak ada niatan untuk menyama-nyamakan diri kayak Baekhyun, gue pun berpikiran untuk punya rambut pirang juga.
Tentu saja buat kebanyakan orang Indonesia, di-pirangin akan terlihat aneh. Terlebih kalau misalnya kalian tinggal di Lombok/Mataram/lebih spesifik lagi kampung gue. Wiiiihhh.... Bisa jadi bulan-bulanan. Hahaha
Orang-orang di kampung gue dulu selalu ngatain orang lain yang juga tinggal di kampung yang sama, kalau misalnya mereka warnain rambut. Entah apakah dibilang 'gawah' itu term lain untuk 'kampungan' (emang pada dasarnya kan kita tinggal dikampung ya kalo ngewarnain rambut malah dibilang lebih kampungan dari orang kampung itu sendiri), atau mungkin paling keren dibilang 'anak pantai'.
Disebut 'anak pantai' karena biasanya orang-orang yang tinggal di daerah pesisir punya warna rambut berbeda dengan orang-orang yang tinggal di kawasan kota. Anak-anak daerah pesisir terekspos sinar matahari lebih sering sehingga membuat warna rambut mereka berubah dan kulit mereka terbakar. Cool. Kayak bule.
*
*
*
Gue tertidur di depan pagar di depan panggung. Tiba-tiba saja semua yang terjadi selama seharian berlalu-lalang secara dramatis di kepala. Mulai dari Kamis malam, Jumat pagi sampai malam, dan Sabtu pagi sebelum akhirnya gue duduk di tempat gue tidur saat itu.
***
Harusnya kamis malam itu gue pulang cepet ke kosan. Mengingat Jumat gue harus datang lebih pagi karena harus ijin buat tuker tiket di Lapangan D. Tapi Kamis malam malah geng BERISIK ngajakin ketemuan di Recheese Factory. Kalo udah ketemu, nggak akan ketebak ujungnya. Bener aja. Malah karaokean sampai tengah malam.
Gue tidur cukup larut malam itu. Sesampainya di kosan gue harus mempersiapkan segala sesuatu untuk meninggalkan kosan di hari Jumat dan kembali lagi Sabtu tengah malam soalnya. Dan ini bisa jadi hal yang juga paling membingungkan: packing buat persiapan konser.
Persis ketika lo mau pulang kampung, packing buat nonton konser juga rada-rada ribet dan bikin bingung. Apa yang harus lo bawa? Mana yang terpenting dari yang paling penting? Jadi jangan sampai nanti di lokasi lo malah berujung ribet sama barang bawaan lo sendiri. Sebisa mungkin harus efisien.
Ransel gue kebetulan lumayan bisa muat banyak. Karena di hari H gue janjian sama kak Dewi yang bawa mobil, jadi gue ngerasa nggak masalah kalau agak sedikit lebih banyak bawa barang karena bisa titip dulu di mobil kak Dewi sebelum masuk ke venue. Tapi kurang lebih yang gue bawa kemaren adalah beberapa hal berikut:
1. Alas tidur (banner bekas konser tahun lalu bisa banget di bawa kalau misalnya nggak kepake. Gue sendiri bawa banner yang gue print pas semester 4 kuliah buat properti syuting tapi gagal dipakai),
2. Jaket,
3. Sarung + Sajadah (yang bisa dijadikan selimut dan alas tidur di saat yang sama),
4. Sendal (karena sepatu insoles ini sangat menyakitkan),
5. Power Bank (gue bawa 3 dengan total MaH sekitar 20 ribu lebih tapi pada akhirnya cuma guna sedikit karena nggak bisa internetan. XL kalo di tempat rame kayak gitu K.O. Nggak gue rekomendasikan pake XL di lokasi ramai. Coba Telkomsel lebih stabil kayaknya),
6. Uang tunai secukupnya + Kartu identitas + ATM,
7. Headset kalau-kalau dibutuhkan kala bosan,
8. Celana pendek buat nonton karena celana panjang berasa berat apalagi kalau jeans. Kalau pakai celana kain nanti disangkanya mau nagih hutang. Baju ganti + dalemannya,
9. Perlengkapan mandi + handuk kecil dua buah. Yang akhirnya satu dipake sama Dito,
10. Topi + peci. Topi buat menyembunyikan wajah dari panas matahari, peci buat mengelabuhi dosa (padahal niatnya mau dikasi Baekhyun tapi malah gajadi),
11. Payung,
12. Tas ransel tambahan buat jaga-jaga + tas jinjing goodie bag buat baju kotor. Jangan lupa bawa kantong plastik,
13. Kamera.
Semua barang-barang itu muat di satu tas gue tapi lo bisa bayangin sendiri gedenya jadi kayak apa. Jangan tanya beratnya. Ketika gue sampai di kantor, semua orang pada langsung ngeliatin. Alhasil jadi bahan ceng-cengan...
"Lo mau kemana Ron? Mau pulang kampung lo?"
"Lo mau ngapain? Nonton konser kan kok bawaannya banyak? Lo serius mau nginep?"
Trus karena dulu pernah ada laporan fans Metallica yang bilang kalau nonton Metallica berasa naik haji, gue pun disebut demikian.
"Weis Ron hari ini mau naik haji nih nonton EXO akhirnya!"
Udah nggak paham
*
*
Gue merasa gue kurang tidur di hari Jumat ke Sabtu itu. Bener-bener kurang tidur. Gue usahain buat tidur pas di hotel Harris tapi nggak bisa. Gandrung sama project Chanyeol-nya Zest.
Tapi... sebegitu pengennya gue buat tidur, di saat yang sama gue juga nggak bisa tidur. Cuma, kalo nggak tidur pasti nanti bakalan gila banget di dalem. Nggak lucu kan kalau tiba-tiba gue tidur di tengah-tengah konser kayak pas Super Show 4 waktu itu? Ini EXO.
Tiketnya mahal.
*
*
Sejak EXO udah ngumumin konser 'The Lost Planet' di Seoul gue tahu, mereka nggak akan menyia-nyiakan uang fans yang ada di Indonesia. Mereka pasti akan datang. Mereka pasti akan memanfaatkan momen indah bersama udang-udang kering bernama EXO-L. Termasuk saya tentunya.
Benar saja, enggak lama setelah beberapa konser diumumkan, mereka beneran datang. Gimana rasanya? Nyesek.
Nyesek karena gue pikir timing-nya enggak tepat buat gue. Waktu itu udah deket-deket lebaran yang artinya, duit akan dialokasikan ke pulang kampung. Buat yang kampungnya masih di Jawa mungkin nggak terlalu masalah (nggak juga sih), tapi buat yang di Lombok?
Pulang kampung tahun ini adalah pulang kampung termahal. PALING MAHAL SEPANJANG UMUR TINGGAL DI PERANTAUAN. Kalau dulu mungkin masih bisa minta duit nyokap. Sekarang pulang pergi pake duit sendiri. Huff. Mana kalo naik pesawat kan harganya gila gilaan. Soalnya emang kalo mau pulang paling efisien naik pesawat. Kalo naik bus bisa 3 hari dua malam di jalan dan libur pun abis di jalan.
Tapi yaudah. Karena ini EXO, nggak mungkin nggak nonton. Freak emang orang-orang kayak gini. Kenyataannya emang ia. Tapi ya itulah fans. Karena udah diniatin buat nonton, uang pun dialokasikan ke konser ini. Dan Subhanallah yah, tiketnya harganya mahalnya minta ampunnya... Ini tiket konser termahal yang pernah gue beli sepanjang sejarah nge-fanboy. Tapi karena ini EXO, yaudah dibeli juga.
*
*