Nggak Ada Alasan



Gue sedang berusaha untuk menyelesaikan laporan mingguan gue di kantor hari ini ketika gue iseng (sebenarnya dulu kegiatan ini gue jadwalkan setiap harinya) nge-search ‘kaoskakibau’ di Twitter. Dulu setiap kali gue mem-posting artikel baru (mostly tentang EXO atau review MV) gue selalu melakukan ini untuk nge-RT-in orang-orang yang nge-share artikel gue. Belakangan emang agak jarang karena konten gue yang tentang KPop sudah makin berkurang.

“Selamat datang di real life!” begitu kata gue pada diri gue setiap kali gue sadar tentang kenyataan bahwa spazzing sekarang bukanlah hal yang bisa gue lakukan setiap saat lagi, nggak seperti beberapa bulan yang lalu.

Lalu gue menemukan sebuah posting-an dari salah satu akun Twitter. Posting-an yang membawa gue tenggelam dalam ke pikiran-pikiran serius tentang kehidupan. Posting-an yang gue baca itu sebenarnya adalah “timehop” dari si pemilik akun yang ternyata 2013 lalu pernah nulis status di Facebook mengutip tulisan gue di blog.

“Pas bukain postingan lama di facebook, trus nemu ini, postingan thn 2013 ngutip dr kaoskakibau.” Tulis @nnMonti. Dia memotret posting-an Facebook-nya 2013 lalu dan mengunggahnya ke Twitter. Waktu gue baca isi posting-an itu, gue terdiam cukup lama. Emang gue pernah nulis kayak gitu?

Buru-buru gue menekan CTRL+T di browser dan mengetik ulang kalimat pertama di posting-an itu lalu menambahkan “, kaoskakibau” setelahnya. Kemudian gue menekan ENTER dan Google menempatkan kaoskakibau.com di urutan teratas pencarian. Lengkap dengan kutipan kalimat yang persis sama dengan yang ditulis @nnMonti.


Gue baca tulisan itu pelan-pelan dan gue ketawa. Sekali lagi gue meracau sendiri “Serius gue pernah bikin tulisan kayak gitu? 2013?” Apakah dulu gue pernah berada di fase serius seperti itu sampai-sampai gue menulis hal-hal yang juga serius banget kayak gitu?

Jadi apa sih yang gue baca? Apa sih yang gue tulis di tahun 2013 sampai-sampai bikin gue yang sudah ada di 2017 ini terbengong-bengong? Well… bukan sesuatu yang wow sih, tapi entah kenapa bikin gue agak tersenggol. Sedikit…

“Well, masa depan itu akan datang apapun yang terjadi. Toh gue pikir, gue nggak pernah menyia-nyiakan waktu gue untuk hal-hal yang tidak bermanfaat-bermanfaat banget. Gue tetap memikirkan gue akan hidup dengan apa, pekerjaan gue apa, darimana gue dapat uang, dan sebagainya. Gue masih memikirkan itu. Kecuali target menikah sih. Entah kenapa hal ini jadi semacem, “Oh well, let God do the rest. Let me just fanboying over my idol.””

Dan di sinilah gue hari ini. Di masa depan. Posting-an itu dibuat bulan Juli dengan judul ‘What’s Up July’, nyaris empat tahun yang lalu. Merasa aneh membaca tulisan gue sendiri. Bahkan gue udah lupa kalau gue pernah nulis kayak gitu. Tapi juga bikin mikir.



Di satu sisi, waktu berjalan begitu lambat belakangan ini. Di sisi lain bisa terasa cepet banget. Nggak kerasa gue sudah tujuh bulan meninggalkan jabatan reporter KPop itu dan gue masih merindukan setiap detiknya. Setiap kalimat yang selalu gue tulis di WordPad setiap harinya. Walaupun sekarang perasaan rindunya sudah reda, tapi basiannya masih berasa. Gue nggak akan bisa berada di posisi yang sama lagi setelah ini. Dan ya… inilah masa depan yang rupanya akan datang apapun yang terjadi. Kembali ke tulisan gue 2013 itu.

Gue nggak pernah meramalkan diri gue akan berani keluar dari zona nyaman. Dan ketika gue sudah keluar dari zona nyaman itu, gue juga nggak pernah menyangka kalau ternyata membuat kenyamanan di tempat yang baru itu butuh waktu. Yang sangat lama. Gue pikir tujuh bulan sudah cukup untuk membuat semuanya lebih baik. Untuk membuat sebuah dunia baru yang berbeda. Tapi ternyata rasanya masih kurang. Nyatanya gue masih terjebak di masa lalu. Ternyata beginilah masa depan itu.

Banyak hal yang bikin gue bingung belakangan ini. Salah satunya adalah menyikapi ketidakmampuan gue untuk berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan teman sekamar gue. Sebagai orang yang kelamaan tinggal sendiri di kamar kosan, kedatangan teman sekamar adalah sebuah pengalaman baru. Sebuah tantangan baru. Bahkan jauh lebih menantang dari pekerjaan baru gue sendiri. Sesuatu yang juga nggak pernah bisa gue tebak di tahun 2013 lalu. Ya, ternyata beginilah masa depan itu.

Gue nggak membantah kalau hidup gue sekarang jauh lebih baik dari 2013. Secara emosi mungkin lebih stabil juga. Masalah-masalah keluarga yang banyak terjadi di 2010 – 2012 sekarang sudah jadi tumpukan kotoran kuda yang siap dijadikan kompos (EMANGNYA BISA YA?!). Masalah-masalah itu mendewasakan gue untuk menghadapi masalah-masalah baru. Dan hidup tuh emang ya, semenyebalkan itu. Ketika lo sudah akrab dengan masalah-masalah lama, masalah-masalah baru yang lebih rumit sudah siap datang di depan mata. Masalah-masalah yang nggak jarang bikin lo pengen ngeluh.

“Manusiawi kan? Ngeluh?” gue bertanya pada dinding kamar. Kebiasaan yang sudah gue lakukan sejak masih ngekos di Depok. Kelamaan hidup sendiri jadi gini. Yang diajak ngomong keseringan benda mati.

Gue sudah mulai menghilangkan kebiasaan mengeluh sejak 2011 atau 2012. Menurut gue, mengeluh itu bukan hal yang sehat untuk dilakukan. Manusiawi memang, tapi bukan hal yang positif. Sama sekali nggak positif.

Mengeluh pada akhirnya hanya akan membuat lo stuck pada satu kondisi yang akan bikin lo makin marah. Makin keki. Makin emosi. Mengeluh pada akhirnya akan bikin lo capek dan capeknya itu nggak ada hasil. Karena lo masih ada di tempat yang sama seperti ketika sebelum lo mengeluh.

“Tapi kan manusiawi!”

Iya memang. Mencintai juga manusiawi. Tapi bahkan perbuatan seindah mencintai pun bisa membuat lo lelah. Apalagi ngeluh.

Belakangan ini gue sedang berada di dalam sumur yang dinding-dindingnya terlalu licin untuk gue daki. Dan dinding-dinding yang memerangkap gue ini bertuliskan MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH MENGELUH. Nggak suka banget gue. Nggak suka banget ternyata masa depan itu kayak gini. Tuh kan bahkan gue mengakhiri paragraf ini dengan mengeluh.

Kalau 2013 itu gue pernah nulis “gue nggak pernah menyia-nyiakan waktu gue untuk hal yang tidak bermanfaat-bermanfaat banget” itu benar. Karena satu tahun sebelum itu dan tiga tahun setelahnya gue jarang banget mengeluh. Karena mengeluh itu nggak ada manfaatnya sama sekali. (LAH LALU FANBOYING BERMANFAAT??! OH JELAS. ITU PENGUSIR STRES. DARI PADA GUE NGELUH MENDING GUE SPAZZING DAN FANBOYING!) (Itu lagi ngomong sama diri sendiri). Dan terima kasih @nnMonti karena kalau lo nggak share tulisan itu gue mungkin nggak akan ingat untuk kembali ke mindset gue yang lama. Bahwa mengeluh nggak ada gunanya.



Nggak ada alasan untuk mengeluh. Selama lo masih bisa makan. Lo beli makan nggak mikir. Bayar kosan nggak pernah nunggak. Meski banyak yang nggak suka sama lo tapi lo masih baik-baik aja dan lo nggak bergantung sama siapa-siapa. Lo mungkin pernah bikin salah tapi lo selalu berusaha untuk jadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Nggak ada alasan untuk mengeluh. Toh lo masih punya pekerjaan tetap. Masih bisa jalan dengan kedua kaki lo. Masih bisa menikmati lagu ‘Rain’-nya Taeyeon di setiap perjalanan dari kosan ke kantor. Masih punya kantor. Masih bisa nyanyi di kosan dengan suara kenceng meski suara lo sejelek itu. Masih bisa ngetik dengan lancar meski sekarang pikiran lo sedang kalut.

Nggak ada alasan untuk mengeluh. Selama lo masih bisa berkomunikasi dengan orangtua lo. Dengan kakak lo. Masih bisa senyum dan berbuat baik. Masih bisa bicara sepatah dua patah kata sama teman sekamar lo meski rasanya superawkward (se-superawkward itu kalimat ini terbacanya). Masih bisa ketemu dengan temen-temen. Masih bisa berpikir jernih dalam menghadapi kejutan-kejutan yang diberikan Tuhan setiap harinya. Mash bisa menyelesaikan masalah. Masih dikasih masalah. Dikasih masalah berarti hidup lo nggak monoton.

Serius deh. Nggak ada alasan untuk mengeluh. Sama sekali.

Oke. Posting-an ini mungkin terdengar sangat menggurui. Tapi gue butuh melarikan diri dari semua isi kepala gue yang menjerumuskan gue makin dalam ke sumur bersama Sadako nih. Dan salah satu hal lain yang bikin gue sadar bahwa gue nggak seharusnya mengeluh dan mengeluh dan mengeluh adalah masih ada teman-teman yang setidaknya bisa bikin gue ketawa.

Beberapa hari yang lalu gue secara random kabur ke Bandung. Gue secara aneh sangat mencintai kota ini. Gue nggak tahu kenapa. Bandung, meski buat beberapa temen deket gue kayak, “KENAPA SIH LO SUKA BANGET KE SANA PADAHAL BIASA AJA?!” tapi buat gue tempat ini sangat istimewa. Bener kata Pidi Baiq yang kutipannya terpajang indah di Jalan Asia Afrika itu. Gue amini sejuta kali. Itu kondisi yang gue rasakan saat ini.

Tujuan gue ke Bandung sebenarnya karena emang gue butuh liburan. Dan ada beberapa orang teman yang pengen gue temui di sana. Beberapa di antaranya gue paksa untuk ketemu karena memang gue pengen ketemu.

Yang pertama Andi. Dia adalah salah satu kenalan gue karena pernah minta endorse untuk online shop yang dia rintis sama temennya beberapa waktu lalu. Dia juga pernah jadi sponsor untuk NOBAR ‘GLORY DAY’ yang gue adakan di Bandung dan Jakarta tahun lalu. Sebenarnya kita sudah lama berencana untuk kopi darat. Kenalan di dunia nyata setelah selama ini cuma chat di LINE dan Twitter-an doang. Tapi baru sempat kemaren. Dan lagi-lagi gue sangat berterima kasih pada KPop dan kegiatan fanboying gue di dunia maya selama ini. Karena tanpa itu gue nggak akan ketemu sama Andi.

Ngerti kan kenapa gue bilang fanboying lebih bermanfaat daripada mengeluh?

Itu pertemuan pertama kita tapi kita udah ngobrol soal banyak hal. Dan Andi insanely a good person. Satu hal lagi kenapa lo nggak ada alasan untuk mengeluh. Dan nggak ada alasan untuk nggak berbuat baik. Karena orang baik pasti akan dipertemukan dengan orang baik juga.



Orang kedua yang ingin gue temui di Bandung adalah Reysa. Gue udah kenal sama Reysa cukup lama. Tapi pertemuan dan obrolan kita nggak pernah memasuki ranah yang serius. Reysa adalah salah satu member grup cover dance yang pernah gue idolakan, anyway, kalau lo bertanya-tanya. Selama ini pertemuan kita hanya sekedar “Hai, keren banget tadi perform-nya!” sama “Boleh foto bareng nggak?”. Tapi setelah kita nonton SNSD bareng tahun lalu di ICE, obrolan kitapun nggak cuma di ranah basa basi dan KPop. Tapi di hal-hal yang lebih serius kayak kehidupan.

KEHIDUPAN. Ya Allah tua banget gue rasanya.

Reysa adalah orang baik lainnya yang gue kenal dari media sosial pada awalnya. Dan lagi-lagi jadi alasan bahwa nggak ada alasan untuk mengeluh. Gue masih dipertemukan dengan orang baik. Diizinkan bermalam di rumahnya dalam perjalanan random yang bahkan gue sendiri nggak tahu harus tidur di mana ketika itu (selain nebeng antara di Andi dan di Reysa).

Orang ketiga yang ingin gue temui adalah Nadya (Kiki). Orang baik lainnya yang juga gue kenal dari media sosial. Karena KPop. She is that kind of friend you can rely on everything. I owe her my whole life. Gue inget gimana Nadya sibuk nyariin kosan temennya yang bisa ditebengin untuk gue nginep di suatu hari di 2015 karena gue nggak punya uang lebih buat nyewa kamar hotel atau hostel di Bandung. Dan kemaren gue kembali merepotkan Nadya dengan urusan helm. Lagi-lagi, nggak ada alasan untuk mengeluh, ketika lo yang banyak dosa ini bahkan masih mau ditolongin sama orang lain dengan senang hati.

Orang keempat yang ingin gue temui (dan paling ingin gue temui weekend itu) adalah Ridwan. Sama seperti Reysa, Ridwan juga member grup cover dance yang sama yang pernah gue idolakan. Tapi sekarang dia udah nggak aktif lagi. Dan sama seperti kondisi gue belakangan ini, Ridwan lebih “real life”.

Gue terakhir ketemu Ridwan waktu dia wisuda tahun lalu. Entah Oktober atau November. Yang jelas gue datang ke Polban untuk pertama kalinya dan gue bawa bunga untuk dia. Ada tiga orang yang pernah gue datengin wisudanya di sepanjang hidup gue: Valdo, Dito dan Ridwan. Dan melihat Ridwan tersenyum dan tertawa lepas banget dengan toga hari itu bikin gue entah gimana merasa sangat bahagia juga dan bangga.

Pertemuan gue dengan Ridwan di wisudaannya itu membawa gue ke pertemuan kedua kami di Bandung di 2013 (pertemuan pertama kali di lomba cover dance di Jakarta di tahun yang sama dan waktu itu grupnya menang juara 3). Waktu itu dia nanya banyak banget tentang kuliah gue. Gimana kehidupan kampus. Jurusan apa yang sebaiknya dia ambil dan banyak lagi. Rasanya baru kemaren dan sekarang dia udah kerja aja. Topik obrolan kitapun jadi bergeser. Jauh bergeser.

Kita yang biasanya ngomongin Red Velvet sekarang lebih banyak ngebahas tentang “apa yang akan terjadi dengan kita di masa depan?”

Lagi-lagi topik tentang masa depan.

Rencana pernikahan. Mau tinggal di mana. Mau ngasih mas kawin apa. Dan obrolan-obrolan klise tentang kehidupan berumah tangga. Yang mana, kembali lagi ke posting-an gue di 2013 lalu, gue sama sekali masih nggak punya target untuk itu. Tahun ini pun nggak ada sama sekali.

Pertemuan dengan Ridwan nggak cuma mengingatkan gue bahwa di dunia ini masih ada orang baik. Masih ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah gue. Masih ada orang yang bisa diajak ngobrol dan menghargai hal-hal kecil. Masih ada orang yang nggak nge-judge. Dan entah gimana Ridwan membuat gue menjadi semakin terpacu untuk berpikir lebih dewasa. Dan poin penting dari pertemuan itu: BERHENTI MENGELUH.



Hari itu gue juga ketemu sama Ima, salah satu “veteran” fans KPop di Bandung. Kita ngobrol ngalor ngidul tentang mas kawin dan segala macam. Tentang siapa yang akan duluan nikah di antara kita bertiga. Dan tentang Taeyeon.

Yah… posting-an di tahun 2013 itu bisa dibilang pondasi dari apa yang ada sekarang. Masa depan.

“Let God do the rest. Let me just fanboying over my idol.”

Dan itu benar-benar terjadi. Dan mungkin itu memang harus terjadi. Karena dengan itu mungkin gue bisa lebih santai. Lebih sering tersenyum. Dan bisa lebih banyak tertawa tanpa harus selalu mengeluh. Biarlah kusimpan semua keluhan dalam hati. Biar Tuhan yang mendengarnya.

WEDAN.

Karena sekali lagi, nggak ada alasan untuk mengeluh.

Nggak ada.

Terima kasih kalian! Dan oh! Terima kasih buat temen-temen yang nyamperin gue pas gue lagi di Panties Pizza tempo hari. Seneng banget ketemu kalian! Share fotonya ke gue dong wkwkwkwkkwkw
PS: Gue tahu posting-an ini sangat serius. Dan mumpung kita lagi serius, bisa kasih tahu gimana caranya membunuh ke-awkward-an? Thank you.
PS: Real Life di sini bermakna "melakukan sesuatu di luar KPop". Istilah untuk orang yang terlalu sibuk dengan hal-hal di luar KPop dan membuat waktu spazzing mereka berkurang. Kalau real life lo adalah KPop ya berarti di luar KPop itu hanyalah fantasi.
Dan oh! Gue baru aja bikin #VRON episode 8. Kemaren sebenarnya gue pengen bikin posting-an langsung di blog terkait ini. Tapi karena hectic dengan kehidupan pribadi dan rumah tangga (baca: cucian) jadi gue nggak sempat menyelesaikan tulisannya.


Singkatnya, gue mau berterima kasih karena sudah ada 400 lebih subscribers di YouTube gue. YAY! Yang belum subscribe bisa langsung klik di link di footnote paling bawah posting-an ini. Vlog kali ini bisa dibilang beda karena untuk pertama kalinya gue syuting di kamar. Nggak di jalanan lagi. WKWKWKWK. Dan ke depannya mungkin konsep ini akan gue terapkan dengan konten yang lebih beragam.

PRAY FOR ME. Semoga gue masih punya kesempatan untuk merealisasikan ide-ide vlog di kepala gue ini.

Dan yang ketiga, sebenarnya #vron kali ini sekaligus video pertama gue cover sing di depan kamera dan di YouTube. FOR THE SAKE OF KO FELIX'S GIVEAWAY! Gue nggak berharap banyak tapi gue berharap SUPERBANYAK. Semoga gue berhasil. LOL

TERAKHIR! Gue sekarang ada reguler live show di Instagram lho hihihi Jadwalnya setiap SENIN jam 8 MALAM WIB. Jadi yuk, mampir ke Instagram gue ya! Link ada di footnote di bawah.

Tonton videonya di bawah ini dan semoga hidup lo tenang sampai seminggu ke depan.

Love you all!

Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram - kaoskakibaudotcom
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar