Gue Udah Nabung, Haruskah Gue Nonton Konser?


Gue selalu bilang ke orang untuk melakukan apa yang membuat mereka senang, membuat mereka bahagia, apa yang menurut mereka benar. Pernah beberapa kali ada yang nanya ke gue soal apakah mereka harus beli tiket konser/merchandise Kpop yang mereka inginkan banget udah lama atau uangnya ditabung buat yang lain? Sebagai seorang fans, gue tahu perasaan ingin menyaksikan idola langsung di depan mata dan berada di konser mereka. Gue tahu bagaimana rasanya ingin memiliki perintilan-perintilan tak berfaedah itu. Itu adalah beberapa hal yang memberikan kebahagiaan yang paling nggak harus dirasakan oleh seorang fans seorang musisi atau grup musik atau boyband/girlband. Untuk merchandise ya masih terbilang okelah. Tapi buat nonton konser itu dibutuhkan banyak sekali biaya.

Nggak cuma sekedar uang buat beli tiketnya aja, tapi untuk beberapa orang ada yang harus beli tiket pesawat/kereta, penginapan, dan kebutuhan-kebutuhan lain di hari konser atau beberapa hari sebelum konser. Beberapa dari mereka mungkin nggak mempermasalahkan hal ini, tapi ada yang punya uang sangat pas-pasan sehingga mereka mungkin akan berpikir lagi. Harus nonton nggak ya?

Ngerti banget kalau dalam kondisi seperti ini lo memang butuh orang buat diajak berdiskusi. Gue pun tipe orang yang kayak gitu. Sayangnya gue nggak punya banyak orang buat diajak diskusi. WAKAKAKAKAKAK. Gue takutan kalau mau memulai chat ke seseorang dan nanya soal hal-hal kayak gini. Takut dibilang “APA SIK RON?!?!??!” gitu. Dan seringkali lo juga mungkin nggak bisa ngomong sama orangtua atau kakak lo karena kadang-kadang, aksi menonton konser ini adalah aksi yang sangat ditentang oleh keluarga.

“Buat apa sih buang-buang uang untuk itu?”

Memang buang-buang uang sih. Tapi mereka nggak ngerti poinnya. Dan mereka nggak akan pernah mengerti. Sampai lo berusaha untuk menjelaskannya pelan-pelan atau paling nggak sampai mereka gumoh dengan kecerewetan lo soal itu. Itu pun sebenarnya masih gambling. Mungkin karena itu, karena beberapa orang nggak bisa ngomong atau berdiskusi dengan keluarga terdekat mereka soal ini, makanya mereka iseng nanya sama gue.

Dan ketika gue ditanya soal ini, dulu ketika gue masih panas-panasnya jadi fanboy pasti akan bilang, “Lakukan apa yang membuat kamu senang dan bahagia, lakukan apa yang menurut kamu benar.”

Jawaban gue akan tetap sama seperti itu sih kalau lo tanya gue sekarang. Tapi mungkin dengan tambahan kata-kata menyebalkan yang akan terdengar seperti ceramah di belakang.

Sekarang jawaban gue akan disertai dengan banyak sekali pertimbangan. Gue mungkin tidak pernah berada dalam fase orangtua atau keluarga gue menceramahi gue soal nonton konser dan beli CD Kpop. Karena dari dulu seinget gue nyokap selalu mendukung apa yang gue lakukan untuk ranah “entertainment” ini. Ketika gue gandrung-gandrungnya sama Harry Potter, dia pernah nawarin buat beliin gue buku Deathly Hallows edisi Bahasa Inggris dari Bloomsbury walaupun sebenarnya gue sudah pre-order versi Indonesia keluaran Gramedia. Sama kakak perempuan gue, nyokap juga pernah hunting merchandise official Harry Potter dalam salah satu kunjungannya ke Yogyakarta ketika gue masih SD. Waktu zaman-zaman gue suka Amigos dia nggak akan ragu-ragu buat beliin apapun yang ada gambar Anna dan Pedro. Hihihihi... They always tried to make me happy back then. They always trying to understand what I like. I love them.

Tapi dari situ kemudian gue banyak belajar bahwa ada masa-masa gue bisa dapat apa yang gue inginkan, karena pada saat itu mungkin kondisinya memang sedang baik. Tidak banyak hal yang harus dipikirkan, yang harus diprioritaskan. Hanya saja, hidup nggak selalu soal enak-enaknya doang kan?


Gue sadar gue nggak akan punya uang untuk nonton konser Super Junior di Singapura di tahun 2010 atau 2011 ketika teman-teman gue berisik banget ngomongin konser ini. Beberapa dari mereka berangkat ke Singapura juga. Iri? IRI BANGET BGST. Jelas. Siapa sih yang nggak iri ngeliat temennya nonton konser grup yang dia juga suka. Rasanya ingin jambak rambut mereka satu-satu hanya karena mereka lebih mampu dari gue dan gue hanyalah mahasiswa yang nggak punya duit karena orangtua gue nggak sekaya raya itu dan gue nggak bisa minta ke mereka uang jutaan cuma buat nonton konser. HAHAHAHA. Gue juga belum punya tabungan sama sekali saat itu. Ya kan gue nggak produktif. Taunya cuma kuliah. Taunya cuma lulus.

Ketika akhirnya gue sudah punya penghasilan sendiri, kadang-kadang memang gue agak boros soal konser-konser ini. Kalau mood gue sedang baik, gue nggak akan ragu-ragu buat menggunakan kartu kredit untuk ngutang bayar tiket konser dulu dan dilunasi bulan depan. Ngutangnya cuma sebulan doang. Cuma sampai pas gajian doang. Nggak sampai yang dicicil enam kali atau duabelas kali gitu. Tapi kalau mood gue sedang tidak baik, gue akan ragu-ragu seragu-ragunya buat melakukan transaksi. Walaupun pada akhirnya gue beli juga sih. Ya pada dasarnya sudah bucin. Tapi keputusan itu selalu diawali dengan diri gue yang membuat pembenaran dalam hati bahwa ini adalah yang gue butuhkan. Bahwa kapan lagi gue bisa nonton mereka. Bahwa gue harus nonton mereka karena kan sudah nonton terus dari tahun-tahun sebelumnya, masa yang ini nggak nonton?

Di situ kemudian gue sadar kalau gue nggak bisa nih kayak gini terus dan gue butuh membuat batasan-batasan soal ini. Gue nggak boleh terus-terusan menuruti kemauan gue. Terus-terusan melakukan pembenaran untuk menghabiskan uang yang gue dapat dari hasil kerja sehari-hari walaupun gue berhak untuk itu (HELL YEAH, YANG KERJA KAN GUE! MASA GUE NGGAK BOLEH PAKAI UANG GUE SENDIRI?!). Gue nggak bisa terus-terusan berusaha untuk membuat diri gue bahagia dan senang dengan menghabiskan uang. Dan untuk berada di titik itu, sangat susah. Banget.

Di usia belasan atau awal 20-an, perasaan-perasaan menggebu soal nonton konser ini pasti akan lo rasakan. Normal. Gue juga kayak gitu. Nggak usah dipertanyakan lagi karena gue adalah orang yang menggunakan semua uang beasiswa pendidikannya saat kuliah buat nonton konser Super Junior di Jakarta tahun 2012. Yes, it happened. No regret, at all. Tapi setelah lo bekerja, setelah usia lo makin bertambah, walaupun lo sudah punya uang untuk beli ini dan itu, kebutuhan lo nggak cuma hanya sekedar entertainment. Nggak cuma hanya sekedar konser. Yang lo butuhkan justru adalah keseimbangan dan susunan prioritas yang mantap. Karena ketika lo dapat gaji dari kantor setelah bekerja keras satu bulan, lo pasti akan kepikiran buat beli baju baru, sepatu baru, tas baru, tiket konser grup yang sudah lo tunggu-tunggu dan ingin saksikan sejak lama. Boleh? Tentu saja. Siapa yang larang? Bersyukur kalau lo tinggal di Jakarta dan sekitarnya, tinggal di rumah orangtua, dimasakin nyokap setiap hari sebelum dan sepulang kerja. Tapi ada sebagian lain orang yang harus mikirin bayar kosan, harus mikirin bayar tagihan kartu kredit, pulsa internet, bayar makan sendiri karena mereka jauh dari keluarga.

Makanya sekarang kalau ada yang nanya ke gue: gue ingin nonton konser artis kesukaan gue, gue udah nabung sekian lama, tapi kok gue ragu tiba-tiba ya? Menurut lo gue harus nonton atau nggak?

Jawaban awalnya akan tetap sama: lakukan apa yang menurut kamu benar, apa yang membuat kamu bahagia, apa yang bikin kamu senang.



Tapi... ada lanjutannya.

Kamu sudah bekerja? Kalau kamu sudah bekerja, pakai uangnya semerdeka kamu. Karena kamu sudah punya penghasilan tetap setiap bulan. Dan kamu pasti sudah punya teknik sendiri mengatur pengeluaran kamu. Tapi kalau kamu belum bekerja, kamu yakin nggak ada kebutuhan lain yang lebih penting dari itu?

Apakah sekarang prioritas kamu cuma konser?

Apakah sekarang kamu butuh banget nih nonton konser ini atau beli merchandise ini?

Memangnya kenapa kalau kamu nggak nonton konser yang ini?

Kamu yakin akan menghabiskan semua uang yang kamu kumpulkan sejak sekian lama cuma buat nonton konser yang 3,5 jam doang? Itu uang yang nggak sedikit.

Kamu yakin nggak akan menyesal?

Hahahahaha...!

Kenapa kesannya kayak gue malah menghalang-halangi orang buat nonton konser artis kesukaan mereka sih? Kan bagus kalo mereka nonton, artinya konsernya akan jadi lebih ramai. Kan bagus kalau mereka nonton, artinya si artis akan merasa dihargai. Kan bagus kalau mereka nonton, mereka jadi bisa menghapus satu dari deretan bucket list mereka!

Hihihihi... gue sama sekali nggak ada niat buat menghalang-halangi sebenarnya. Gue cuma ingin memberikan sudut pandang yang berbeda.

Mungkin banyak yang menyangka gue akan “YA NONTON AJA! KAPAN LAGI!!!!” gitu ke mereka ketika mereka nanya hal itu ke gue. Eh tapi ujung-ujungnya malah diceramahin. WKWKWKKW. Gue cuma memberikan waktu lebih untuk berpikir lagi, karena hey, sekali lagi ini bukan masalah uang yang sedikit. Nggak semua orang diberi previlege untuk punya uang untuk ditabung lho. Jadi alangkah bijaknya kalau menggunakan uang itu dengan sebaik-baiknya, kan?

Kalau orang-orang yang gue udah kenal lama yang nanya ke gue, gue sih pasti akan “NGAPAIN LO MIKIR LAGI NYET, NONTON AJA!” karena gue tahu mereka. Gue tahu background mereka, gue tahu sepak terjang mereka di dunia ini jadi gue nggak akan ragu untuk men-encourage mereka melakukan hal itu. Hal ini terjadi ke Ambar waktu konser SNSD 'Phantasia' di Jakarta beberapa tahun yang lalu. Gue adalah orang yang jadi setan di situ karena gue mengiming-imingin dia soal Tiffany (dia suka banget Tiffany) dan kemungkinan nggak akan ada konser lagi abis ini. Memang benar sih nggak ada konser SNSD lagi setelah itu WKWKWKKWKW. Gue juga berani gituin si Ambar karena gue tahu dia. Kenal baik selama beberapa tahun. Tapi buat orang-orang yang gue nggak kenal, tentu saja nggak bisa serampangan kan. Akan selalu ada hal yang lebih penting dari yang menurut kita penting. Tentu saja nggak akan ada yang lebih penting dari kebahagiaan lo sendiri. Yang perlu diingat, rasa bahagia itu nggak hanya bisa didapatkan dari nonton konser. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat diri kita bahagia. Selalu melibatkan uang, memang, tapi nggak harus selalu dalam jumlah yang besar yang dikeluarkan dalam sekejap mata.


Salah satu teman gue, namanya Reysa, punya cara sendiri untuk mengambil sebuah “keputusan besar” kalau dia sedang bingung. Waktu Taeyeon ke Jakarta buat event countdown Asian Games dua tahun yang lalu, dia nanya ke gue apakah dia harus ke Jakarta? Gue bilang, “Oh jelas!” Dalam pikiran gue, dia kan cuma tinggal beli tiket kereta dan berangkat aja ke Jakarta. Bisa nginep di tempat gue means gak perlu bingung soal penginapan. Nanti kita ke venue bisa bareng yang berarti dia gak perlu takut sendirian juga. Tapi dari sisi dia kan pasti ada pertimbangan-pertimbangan lain yang mungkin gue nggak bisa ikut campur dan dia mungkin nggak bisa cerita semuanya ke gue. Akhirnya dia melakukan ini: menulis alasan kenapa dia harus pergi ke Jakarta versus kenapa dia nggak harus pergi ke Jakarta.

Beberapa orang memang hanya butuh diyakinkan untuk melakukan sesuatu. Tapi yang paling penting adalah mereka harus meyakinkan diri mereka sendiri; apakah mereka harus melakukannya, ataukah mereka nggak harus melakukan hal itu. Menurut gue cara ini efektif. Terlebih kalau lo nggak punya banyak orang buat bertukar pikiran. Nggak punya teman yang bisa diajak berdiskusi. Berdialog dengan diri lo sendiri, membuat coret-coretan tentang positif dan negatif dari keputusan lo bisa membantu lo untuk memutuskan. Membaca konsekuensi yang akan terjadi di depan kalau lo melakukan ini sekarang. Apakah lo siap menghadapinya? Kalau siap, lakukan. Kalau nggak siap, mungkin memang belum waktunya untuk bertindak.

Gue di sisi lain, sangat bertolak belakang dari Reysa. Gue nggak akan repot-repot untuk menulis “10 alasan kenapa gue harus ngasih surprise ulang tahun buat dia” dan “10 alasan kenapa gue nggak perlu ngasih surprise ulang tahun buat dia”. Yang pertama, gue terlalu malas untuk menulis karena kalau gue menulis berarti gue harus berpikir. Gue lebih malas berpikir daripada malas mandi di akhir pekan atau keluar buat beli makan. Gue tipe orang yang lebih suka berdiskusi dengan diri gue sendiri di dalam hati, di dalam pikiran sendiri. Ya kadang-kadang diomongin secara tidak sengaja (yang kalau lagi sendiri sih nggak masalah, tapi kalau lagi di tempat ramai bisa langsung dilihat orang-orang). Dan gue sudah terbiasa dengan cara ini, jadi mungkin lebih mudah buat gue dalam hal mengambil keputusan.

Begitu juga dalam hal beli tiket konser.

Baru-baru ini, gue beli tiket konser Westlife. Gue sudah ngincer mau beli tiket yang paling mahal. Duitnya ada. Sebenarnya duit ini bukan buat konser, tapi duit kepepet yang memang selalu ada di tabungan gue. Duit tabungan yang nggak boleh diambil kecuali untuk hal-hal penting. Tapi dua hari sebelum penjualan tiket, gue tiba-tiba kepikiran tentang hal-hal lain. Tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada di depan. Tentang pengeluaran-pengeluaran yang mungkin akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Dan kemudian gue ingat kalau konser artis barat apalagi Westlife yang notabenenya adalah grup vokal nggak akan seheboh artis Kpop. Nggak akan terlalu banyak visual yang ditampilkan. Nggak akan ada koreografi yang harus dipantengin dari depan supaya lihat bagaimana detailnya. Mereka hanya akan berdiri di panggung (yang dijamin ukurannya akan sangat kecil dan di ujung depan) dan bernyanyi. Yang mana sebenarnya ini bisa dilakukan dengan duduk bahkan di kursi paling belakang. Akhirnya gue memutuskan untuk beli tiket paling murah aja. Walaupun sebermakna itu Westlife dalam hidup gue (halah).

“Nggak apa-apa, yang penting sing along,” kata temen gue yang akhirnya juga beli tiket yang paling murah sama kayak gue.

Dan untungnya gue beli tiket murah sih, soalnya kemudian Backstreet Boys juga umumin konsernya dua bulan berselang setelah konser Westlife. Dan ada rumor soal konser EXO di Jakarta bulan September juga, di antara konser Westlife dan Backstreet Boys itu.

See? Kalau gue beli tiket Westlife paling mahal, die deh gue ada kemungkinan nggak akan bisa lihat dua konser setelah itu. WKWKWKW. LHO KENAPA GUE JADI KESANNYA KAYAK BILANG KALAU KALIAN HARUS NONTON SEMUA KONSER GRUP YANG KALIAN SUKA GINI?!

WKWKWKKWKW.


Ya semuanya kembali lagi ke kalian. Kan? Kalau menurut kalian dengan menonton konser kalian sudah menggunakan uang kalian dengan sebaik-baiknya, ya go ahead, nonton lah. Kalau memang “sudah diniatkan” ya udah nonton lah. Kalau memang kalian seingin itu yaudah nonton lah. Tapi ingat, jangan pernah bilang kalau “Ini yang pertama dan terakhir. Abis ini udah deh, nggak akan nonton lagi,” karena itu semua bullshit. Hihihih.... Ya mungkin yang pertama dan terakhir buat grup A, tapi akan ada grup B, C, D, E dan lainnya dalam tahun-tahun ke depan dan kalian akan kembali ke fase itu lagi. Tapi kabar baiknya adalah mungkin di tahun-tahun berikutnya masalah keuangan sudah bukan lagi hal yang harus kalian khawatirkan. So, good luck for that, people!

Yang perlu digarisbawahi sebenarnya adalah bahwa nggak ada ruginya menabung. Apapun niatnya. Masalah nanti uangnya dipakai buat apa, ya itu kembali lagi ke prioritas kalian saat itu. Kalau prioritas kalian adalah konser, ya beli tiket konsernya. Kalau prioritas kalian adalah konser dan banyak banget grup yang kalian suka akan datang dan konser ke Jakarta (HAHAHAHAHAH MAMPOS) ya berarti kalian harus membuat prioritas kedua: mana grup yang harus dilihat lebih dulu dan mana yang boleh disekip dan dilihat kapan-kapan aja.

Makanya, gausah multi-fandom. Apalagi kalau tidak mampu seperti aku. Cukup satu ajalah (di setiap manajemen).

(Tersenyum lemah).

Anyway, kalau EXO ke Jakarta tahun ini jadi September, nonton bareng yuk!

WKWKWKWKWKWKWKWKKWKWKWKW.


Share:

0 komentar