• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron

Saya selalu bertanya-tanya kapan saya bisa ke Seoul sejak pertama kali jadi fans KPop. Ketika kesempatan itu datang, saya hanya bisa alay bukan kepalang. Posting-an ini adalah bagian kedua dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, silakan baca dulu bagian pertama di sini.

Gue nggak sempat menikmati bagaimana mewah dan meriahnya Bandara Incheon ketika gue mendarat di Seoul, Minggu (29/11/2015). Beberapa hal yang mendadak terjadi karena gue kelamaan tidur di pesawat jadi penyebabnya.

Pertama, gue belum isi kartu pendatang yang harus diserahkan di imigrasi. Kedua, gue nggak prepare pulpen untuk mengisi kartu itu jadi gue harus minjem pulpen dari Mbak Dian, PR dari Oh!K Channel yang mengundang gue ke Korea. Ketiga, karena minjem pulpen dan mengambil kartu isian pendatang yang baru itu gue harus memulai antre dari belakang lagi, padahal tadi udah kayak hampir maju ke loket imigrasi-nya. Sial aja ketika gue selesai ngisi, semua orang kayaknya baru mendarat dan udah antre aja di sana. Sebel.

Ternyata proses imigrasi di Korea nggak deg-degan kayak di Amerika. Ini pasti nih Amerika karena efek 'My Name Is Khan'. Jadi kan takut kalo tiba-tiba digrebek cuma karena bawa tolak angin. Alhamdulillah Korea kayaknya gwencana sarangiya.

But anyway, sekeluarnya dari pintu kedatangan bandara dengan alay dan ber "HAH!" "HAH!" ria seperti anak kampung yang nggak tahu kalau nafasnya ternyata bau, gue akhirnya bisa merasakan udara dingin Seoul yang sebelumnya sama sekali nggak kebayang itu.


Sudah hampir sebulan sejak gue kembali dari workliday (work tapi sok-sok aja biar terasa holiday) di Korea dan gue masih nggak bisa ngerti, kenapa sampai sekarang nggak ada kemauan buat ngetik dan nulis catatan perjalanan kemarin?

Apakah perjalanan ini nggak semenarik waktu kerja ke New York? (ceki-ceki artikel sebelumnya, ada 7 Part! WKWKWKKW)

(Tolong pukul kepala gue pakai palu Thor karena kok takabur banget jadi orang)

(JEDUK!)

Waktu pertama kali posting kalau gue lagi ada di Seoul, gue sangat terharu dengan beberapa komentar dari kalian, para pembaca setia kaoskakibau.com tersayang terkasih yang tak tahu lagi harus kusebut apa saking sayangnya, langsung minta gue buat nulis cerita perjalanan ke Seoul di blog.

"Wah... are you even real, guys? Beneran pengen banget tahu? BENERAN BANGET?"

Gue sangat berterima-kasih kepada kalian yang masih mau buang-buang waktu nih buat baca tulisan gue. Padahal ya, apalah, pengalaman gue masih level cetek.

Request buat cepet-cepet nulis di blog itu rasanya menghantui gue setiap hari. Makanya nih agak-agak sebel juga karena nggak bisa langsung diketik. Belakangan ini gue bener-bener nggak bisa tidur. Bahasa kerennya sih insomnia.

Entah sudah delapan atau sembilan hari terakhir gue nggak bisa tidur cepet. Nggak bisa tidur sebelum jam tiga subuh. Padahal udah di kasur sejak jam 11 malam. Tapi ngantuknya baru berasa kalau udah jelang subuh. Selalu begitu selama sembilan hari ke belakang. Ya efeknya jadi bangun kesiangan dan baru sampai kantor jam sepuluh. Wih... siap-siap dipecat.

Cuma pas ditanya kenapa (sebenernya yang nanya sih diri gue sendiri juga, fyi, gue sering ngomong sendiri), ya gue nggak tahu alasannya. Gue cuma bisa bilang kalau gue nggak bisa tidur. Spesifiknya kenapa, masih nggak paham.

Sebenarnya episode satu dari perjalanan ke Seoul kemarin sudah setengah jadi. Tapi tulisannya gue ulang lagi dan lagi karena merasa setiap kalimatnya belum beres. Padahal kalau dipikir-pikir, kapan sih tulisan gue beres? WKWKWKWKW Dan ini adalah draft keempat untuk kisah perjalanan gue ke Seoul kemarin.

Yah, mari berpikir positif kalau semuanya akan selesai dengan baik.

Oke jadi singkat cerita, dua bulan berselang setelah kepulangan gue dari New York untuk liputan, gue masih diliputi oleh perasaan-perasaan senang dan bahagia karena bisa berkunjung ke New York meski cuma sekejap mata. Bahkan ketika gue nulis ini, feel duduk di kelas bisnis Qatar Airways masih berasa banget. Euforianya tetap terasa setelah berminggu-minggu pulang dari sana. Instagram gue masih berisi posting-an New York, sebagai bukti bahwa pengalaman ini susah banget dilupakan. Sebuah perjalanan yang melekat di hati dan masuk ke long term memory banget.

Ketika gue menulis part terakhir dari perjalanan itu, gue tiba-tiba mikir, "Kerja tiga hari dua malam di New York yang bahkan sebelumnya nggak pernah kepikiran aja bisa sebegini susah move on-nya. Gimana kalau mendadak disuruh ke Korea Selatan beneran?"

Gue berbagi rahasia sedikit deh wkwkwkwk Gue kerja di tempat yang sekarang sebenarnya bukan cuma karena jabatannya sebagai jurnalis KPop. Tapi karena kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri untuk kerja itu terbuka lebar. Termasuk ke Korea. Walaupun tentu saja semua nggak akan terjadi di hari yang sama saat lo masuk kerja, tapi kesempatan itu pasti akan datang.

Waktu pertama kali masuk, temen gue berangkat ke MAMA 2013 sementara gue hanya bisa senyum-senyum iri pas lihat foto-foto dia di email. MAMA 2013 tuh kayak superbanget gak sih, EXO masih ber-12 dan bener-bener menyenangkan banget.

Gue pun menunggu-nunggu, kapan gue bisa dapat kesempatan itu. Termasuk kapan gue bisa dikirim ke Korea buat kerja beberapa hari aja.

Nggak terasa dua setengah tahun berlalu dan gue masih belum dapat kesempatan untuk ke Korea secara resmi dari kantor. Semakin perasaannya terasa menggebu-gebu, kok kayaknya semakin nggak kedengeran apapun soal itu. WKWKWKWKWK. Sampai akhirnya gue pasrah aja dan serahkan semuanya pada ALLAH SWT. Sesungguhnya kalau Dia bilang "SEOUL RON! SEOUL!" maka nggak mungkin gue nyasar ke Alaska. Sesungguhnya hanya Dia yang tahu kapan waktu yang tepat untuk semua hal yang terjadi dalam hidup manusia.

Dan akhirnya suatu hari di bulan November, Allah pun meng-Kun Fayakun-in gue.

Tiba-tiba saja bos gue membisikkan (nggak bener-bener dibisikin kok enggak ini malah kesannya kayak aneh banget) kalimat yang paling gue tunggu-tunggu selama dua setengah tahun terakhir.

"Ron, jadinya elo ya, yang liputan ke Korea."


Dalam hidup, kita nggak bisa memungkiri kenyataan bahwa memang akan selalu ada yang berubah, meski sekecil apapun.

Ahem. Dapet quote pas lagi boker barusan.

Ya maaf-maaf nih kalau misalnya gue mengawali kalimat pertama di posting-an ini dengan agak serius (dan jorok di bagian bokernya. Udahlah nggak usah munafik kalian juga kan harus boker tiap hari). Belakangan memang kepala gue selalu berisi hal-hal yang serius dan bener-bener real life banget! Nggak paham. Ketika biasanya gue cuma bisa ceplas-ceplos di Twitter, sekarang gue harus berhadapan dengan tagihan cicilan kulkas ke Dito (YANG ALHAMDULILLAH SUDAH LUNAS!) dan beberapa hal serius lainnya yang selalu mengganggu pikiran gue setiap harinya:

1) Mau bangun jam berapa hari ini?
2) Mau ngopi berapa mug hari ini?
3) Gimana caranya supaya nggak ngopi tapi nggak ngantuk hari ini?
4) Harus ngabisin berapa reward point di SM Superstar untuk ngawinin kartu hari ini?

Ya, hal-hal serius semacam itu sangat mengganggu pikiran banget. Kalau nggak diselesaikan satu per satu wah! akan sangat memberikan dampat negatif buat kulit wajah. Selamat datang jerawat!

Kesibukan gue belakangan ini (BERASA CEO SM ENTERTAINMENT YAK) membuat gue teringat ke masa-masa bebas lepas kutinggalkan semua beban dihatiku saat semester-semester akhir di kuliah dulu. 2011 dan 2012 bener-bener masa membahagiakan yang secara aneh bertepatan dengan membludaknya produk SM Entertainment.

'The Boys', 'Twinkle', 'Sherlock' sampai teaser demi teaser debut EXO menjadi makanan sehari-hari saat itu. Termasuk juga mengotori timeline Twitter dengan cuitan-cuitan nggak penting soal KPop juga sudah jadi identitas pribadi yang susah untuk dihapuskan. Bahkan kala itu kayaknya kuliah pun jadi hal yang bener-bener sepele.

"YANG PENTING TWITTER NOMOR SATU KULIAH KAPAN-KAPAN!"

Ya walaupun nggak se-ekstrem itu juga sih. Tapi memang, buat lo yang sudah ada di semester akhir dan tidak perlu memikirkan skripsi mungkin kehidupan lo akan kurang lebih sama kayak gue. Atau bisa jadi enggak kalau misalnya lo adalah calon CEO Apple. Tapi kalau misalnya kampus mengharuskan lo buat bikin skripsi (dan sekarang lo ada di semester akhir ataupun akan menjadi mahasiswa semester akhir) maka nikmatilah teori dan metodologi-nya.

Hihihi. AKU CINTA KAMPUSKU!

12 jam dari 24 jam gue saat itu gue habiskan dengan spazzing. Sia-sia sekali ya rasanya. Tapi nggak apa-apa. Yang penting gue bahagia dan nggak stres. Karena hidup sendiri di kosan yang isinya mas-mas penyuka musik rock yang kalo puter lagu bisa volume-nya 100% pake loudspeaker itu bisa banget bikin lo pengen bunuh diri setiap hari. Spazzing adalah jalan keluar terbaik daripada ngerokok.

Hari-hari gue di semester akhir kuliah gue habiskan di depan laptop, ngedit video, internetan, nge-tweet, bikin giveaway, ke kampus (bukan buat belajar) download video, ngumpulin drama Korea, internetan. Begitu seterusnya selama satu setengah tahun di semester-semester akhir. Wah hidup kayak gini bener-bener indah banget! Berasa jadi anak CEO Garuda Indonesia yang kalo kemana-mana nggak mikirin uang sama sekali. Tapi gue lupa, kalau di saat yang sama hidup terus berjalan dan gue pun harus menghadapi realita bernama wisuda.

Semua orang pengen cepet-cepet wisuda. Padahal sebenarnya wisuda adalah gerbang paling menyebalkan dalam fase kehidupan mahasiswa. Karena setelah itu kita harus kerja dan menghadapi dunia yang sebenarnya. Which is so boring. I hate to admit that I hate that part of my life. But you don't have any other choices. Lo nggak bisa selamanya jadi bayi kalau lo pengen punya bayi juga kan?

(apa?)

Ketika wisuda sudah dekat, otomatis orientasi gue sudah berubah. Gue tahu kalau suatu saat gue akan meninggalkan dunia spazzing ini untuk selamanya. Apalagi kalau misalnya gue sudah masuk kerja nanti. Maka dari itu harus ada rencana yang tersusun rapi supaya semuanya bisa berjalan lancar.

"Oke, pokoknya abis wisuda mau pulang kampung aja dan kerja di rumah!" kata gue saat itu.

Tapi manusia hanya bisa berencana, Tuhan juga yang menentukan segalanya. Dan lucunya, Tuhan pun memilihkan jalan yang ternyata masih aja ada hubungannya dengan KPop dan.... EXO.



Suatu siang gue sedang berada di mood yang nggak terlalu fit buat kerja. Iya, walaupun pekerjaan ini adalah pekerjaan yang benar-benar menyenangkan dan sangat gue sukai sepenuh hati karena kerjaan apa lagi yang membolehkan lo spazzing dan digaji, tetep aja ada hari-hari di mana rasanya sangat berat dan menyebalkan. Namanya juga manusia. Gue pernah baca satu update-an status seseorang di LINE yang bilang kalo jadi sosok yang vibrant dan selalu happy itu nggak gampang.

Gue setuju. Bahkan untuk ukuran orang yang sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, gue juga terkadang merasa bosan dan seringkali mengantuk. Nggak, ini bukan berarti tidak bersyukur atau gimana. Kadang-kadang memang badan nggak bisa diajak buat terus-terusan duduk. Dia kadang-kadang lebih memilih untuk tidur.

12 jam.

Minimal.

Ya dan gue biasanya melakukan itu di setiap akhir pekan.

Oke, lanjut ke cerita di awal, suatu siang gue sedang berada di mood yang tidak terlalu fit buat kerja. Baca timeline Twitter adalah salah satu hal yang wajib dilakukan kala boring. Dengan catatan lo sudah tidak mem-follow akun-akun yang tweet-nya nggak sesuai sama kaidah-kaidah hidup lo (supaya lebih tenang dan lebih nyaman). Makanya sekarang gue banyak nge-follow akun-akun yang menyenangkan. Kayak Aa Gym gitu. Adem di hati.

Tapi sayangnya siang itu Aa Gym nggak nge-tweet. Mungkin dia lagi nge-gym gue juga nggak paham karena gue bukan sasaeng-nya Aa Gym. Tapi perhatian gue tertuju pada satu tweet dari Soompi tersayang yang berisi kalau Star Wars akan mengeluarkan video kolaborasi bersama EXO.

Ok. Hold on for one second. WHAT EXACTLY IS THIS ALL ABOUT?!

Kenapa ujug-ujug EXO yang baru aja debut (atau akan debut deh kayaknya waktu itu) di Jepang ini bikin video kolaborasi sama Star Wars? Bagaimana kelanjutan sidang dan mediasi yang tidak ada ujungnya itu? Tiga member loh ini keluar dari EXO dan kenapa nggak ada kelanjutannya sampai sekarang? SM? Sampai kapan fans mau dicekoki kebohongan seperti ini? Kenapa nggak cepetan aja diungkap kalau sebenarnya Tao, Luhan dan Kris keluar karena memang kontrak mereka sudah habis, bukan karena hal-hal busuk yang muncul di media saat itu?

Oke, pertama-tama, ini bukan manajemen baru yang dibuat SM Entertainment untuk SM Rookies. Mentang-mentang Super Junior udah punya label sendiri, terus SM Rookies mau dibikinin juga label baru buat debut mereka? Nggak. Mau dapet modal dari mana. Super Junior aja banting tulang dulu sepuluh tahun baru dapet manajemen sendiri. Bagaimana ELF, senang? Kalo gue sih sebenarnya nggak suka kalo SM ini bikin anak-anak label gitu. Jengah liatnya. Satu manajemen aja melelahkan, gimana kalo banyak.

Oke, tapi kita nggak akan membahas soal perusahaan Lee Soo Man itu di postingan kali ini. Karena, siapa peduli? Toh kita juga nggak dapet uang dari mereka. Kecuali ya emang kita produsen baju-baju KW super (nggak junior) yang kemudian menghasilkan uang. Ya kalo cuma sekedar anak-anak manis yang kerjaannya ngetik dan spazzing doang, kan justru uang kita yang diporotin selama ini. #tjurhat

Kemaren secara nggak sengaja (atau emang nggak ada kerjaan sebenarnya) gue buka folder spam di email gue. Dan kebetulan email itu adalah alamat surat elektronik yang gue gunakan untuk login SMTOWN Nation buat dapetin Passport SMTOWN yang nggak pernah gue klaim dan nggak pernah gue ambil sampai sekarang itu. Di sana ada pemberitahuan kalau beberapa server akan mengalami perubahan bla-bla bla.

Gue nggak baca secara mendetail, tapi di sana dijelaskan juga dalam bentuk tabel kalau beberapa server dari situs-situs di bawah domain SMTOWN akan mengalami maintenance selama beberapa waktu. Nah bersamaan dengan pengumuman itu gue ngeliat ada satu situs yang kayaknya asing banget: smrookiesent.com.
*
Hey there! Hehe... jadi bingung mau manggil apa ke kalian yang sudah setia membaca blog ini dengan tulisan-tulisan absurd-nya. Apakah ini artinya aku harus mencari sebutan untuk pembaca blog ini?

(Gak usah banyak gaya deh).

This post is not gonna be that typical very long post that I always made on this blog. Tapi ini hanya sekedar curhatan pendek yang akan gue tulis soal pengalaman gue masuk ke ruang jumpa pers dua konser Infinite di Jakarta di tahun 2013 dan 2015.

Gue nulis ini dari sudut pandang diri gue sebagai seorang fans tentu saja, di luar dunia profesional dan pekerjaan. Walaupun pembatas antara pekerjaan dan kehidupan spazzing gue sangat tipis, tapi semoga tidak berbenturan dan berjalan di track-nya masing-masing.

(Apa deh).

Oke, singkat cerita kemaren gue dapat tugas untuk datang ke preskon konser 'Infinite Effect' di Jakarta. Lokasinya di salah satu hotel di kawasan Thamrin. Hotelnya cukup terkenal. Walaupun gue tadi sempat Googling juga pas sebelum berangkat untuk memastikan apakah di hotel ini ada mushola atau nggak. Yang gue dapatkan adalah informasi bahwa di toilet hotel ini ternyata nggak ada semprotan buat cebok pas lagi boker.

Alhamdulillah gue tadi udah buang hajat di kantor sebelum berangkat jadi gue aman.

Masalah besar datang ketika gue sedang nunggu kopaja dan gue lupa kalau gue belum minum setelah makan siang. Ya gimana sih rasanya kalo ati ampela masih nempel di kerongkongan. Alhasil gue menahan haus (sambil berkali-kali menelan ludah) sepanjang perjalanan. Tapi efeknya tidak baik. Ternyata tidak minum membuat kepala gue agak pusing. Ini mungkin karena efek kebanyakan tidur dan bangun yang dipaksakan sebelum berangkat.

Lagian... kenapa sih Infinite harus preskon hari Sabtu.

Ini tuh weekend.

(Tidak terpikir sebelumnya kalo "YA KAPAN LAGI LO MALEM MINGGUAN SAMA INFINITE!" walaupun dalam konteks yang benar-benar berbeda).
*
Gue bukan tipikal orang yang suka nonton drama atau film yang happy ending. Kadang-kadang menurut gue, film yang happy ending itu klise. Dibuat seolah-olah dunia ini hanya berisi kebahagiaan. Dibuat seolah-olah semuanya akan baik-baik saja. Bagus sih, punya pola pikir seperti itu. Positif dan selalu menyenangkan. Tapi kadang-kadang ini jadi nggak realistis ketika akhirnya kita menjalani sendiri kehidupan dan merasakan berbagai macam penolakan dan kekecewaan. Walau sekecil apapun.

Gue suka nulis cerpen dan beberapa kali nulis fanfiction juga sejak kenal KPop (sila cek di sini). Menentukan ending bisa jadi adalah yang paling sulit buat gue. Mungkin gue emang masih amatir, tapi gue denger-denger bahkan penulis besar pun katanya agak sulit menentukan bagaimana ia harus mengakhiri kisah yang sudah dia bangun dengan penuh kasih sayang itu.

Maka sulit juga buat gue untuk mengakhiri cerita perjalanan ke New York ini, walaupun perjalanannya harus berakhir juga bagaimanapun. Kecuali gue tiba-tiba diadopsi sama orangtua kaya raya di New York dan diajak pindah kewarganegaraan dan disekolahkan dan bla bla bla bla.... yang akhirnya nggak mungkin kejadian.

Walaupun di beberapa kondisi gue sebenarnya lebih suka ending yang menggantung, tragis, atau mungkin open ending, tapi untuk kehidupan nyata ini, gue tentu ingin ending yang bahagia dari perjalanan gue di New York. Yah... mau nggak mau hukum alam itu terjadi. Semua yang berawal pasti akan berakhir.

Mari berbahagia!!!!

Gue bertekad untuk mengakhiri jam-jam terakhir gue di New York sebisa mungkin membahagiakan dan mengesankan. Kecuali bagian masuk toko oleh-oleh mungkin. Karena itu nggak akan gue ceritakan panjang lebar di tulisan ini, gue hanya bisa menyimpulkan bahwa membeli oleh-oleh adalah hal paling membosankan, membingungkan, menyebalkan, dan semua kata-kata negatif bisa ditulis di sini.

Hari terakhir di New York rasanya sangat aneh. Badan gue bener-bener kecapekan setelah perjalanan ke Central Park malam harinya. Mungkin ini juga karena efek kurang tidur yang sudah sangat berlebihan sejak berangkat dari Doha. Mungkin ini yang dinamakan jet lag tapi gue nggak menyadarinya. Tapi gue meyakinkan setiap sel tubuh gue agar jangan tumbang dulu. Karena masih ada sekitar 20 jam yang masih bisa dinikmati sebelum kembali ke Doha dan terbang lagi ke Jakarta.

Gue tidur cukup cepat malam itu. Padahal keinginan gue untuk begadang dan mem-posting foto-foto yang gue potret di Instagram sangat besar. Tapi karena takut dibilang spamming jadi gue simpan saja untuk di-posting late post selama sebulan ke depan (DAN ITUPUN TERJADI). Sekitar jam sebelas malam gue tidur. Pulas. Tapi sebentar banget. Gue terbangun sekitar pukul dua atau tiga pagi karena ingat gue belum setor kerjaan ke kantor.

Akhirnya gue menghabiskan sekitar satu setengah sampai dua jam di depan laptop sebangunnya gue malam itu. Mengingat-ingat lagi apa yang terjadi sepanjang hari kemarin selama kunjungan di Carlo's Cake Factory, Carlo's Bake Shop, dan juga ketika wawancara langsung sama Randy Fenoli. Ada sekitar 15 artikel panjang yang harus di buat dari perjalanan 3 hari 2 malam ini. Beruntung tidak semuanya harus diselesaikan malam itu tapi bisa dicicil sampai November. Jadi gue masih bisa agak bersantai.

Setelah selesai ngetik dan mengirim email (SET SET SET WIFI HOTEL SUPERCEPET MAU NANGIS YA ALLAH), gue buru-buru mandi dan sembahyang subuh ketika sudah masuk waktunya. Karena Selasa (29/9/2015) itu adalah hari terakhir di New York yang penuh kebahagiaan ini, maka gue bertekad akan menghabiskannya dengan sebaik-baiknya. Setepar-teparnya. Sampai teler kalau bisa.

Gue masih penasaran dengan Central Park sebenarnya. Jadi hari itu, tujuan utama gue adalah Central Park. Kerjaan di hari terakhir dimulai sekitar jam setengah 10 pagi. Itu berarti dari jam enam gue punya sekitar tiga jam untuk mengarungi jalan dari hotel ke Central Park dan kembali lagi ke hotel. Karena siangnya akan wawancara Theresa Caputo di kawasan Broadway, jadi gue pikir itu sudah terhitung jalan-jalan. Senengnya lagi, hari itu kerjaan akan selesai jam 1 siang. Means, masih bisa jalan-jalan sekitaran kota.

"Oke, hari ini pokoknya gue mau random!" kata gue. Ketika mandi gue udah kebayang akan sarapan di McDonald (oke maafin gue tapi kemanapun gue pergi kayaknya gue mentok di fast food kesukaan gue ini) dan setelah itu membawa kopi berjalan dari McDonald sampai ke Central Park. Setelah itu, biar Tuhan yang menentukan. Pas mandi gue juga inget kalau ternyata gue belum sikat gigi dari gue mendarat di New York sampai hari ini.
*
*

Sama aja kayak Jakarta, New York di hari Senin pagi juga macet. Lebih-lebih lagi ruas jalan di kota ini sempit jadi kalo udah macet ya begitulah. Nggak bergerak. Enggak heran kalau orang-orang lebih milih naik Subway buat ke tempat kerja. I mean, come on, kalo nggak jalan di kota ini kayaknya belom sah jadi New York-er. Hahahaha

Di beberapa bagian kota juga gue perhatiin ada banyak gedung-gedung yang sengaja di bangun sebagai tempat parkir. Kalo gue pernah mengeluh soal ongkos parkir di Jakarta yang mahal, ternyata ongkos parkir di New York lebih mahal. Iyalah! Dolar!

Setelah sarapan dan nggak sengaja ketemu Scott di restauran hotel, gue buru-buru beresin barang-barang untuk persiapan liputan. Hari ini (lebih ke hari itu sih kayaknya ya, Senin, 28 September 2015) tujuan liputan pertama kami ke Carlo's Cake Factory yang ada di New Jersey. Waktu pertama kali denger kata New Jersey mungkin yang langsung kebayang di kepala gue adalah Ailee. Karena setiap kali ngetik berita Ailee pasti gue selipin kota tempat tinggalnya dulu itu.

Ke New Jersey kita naik bus yang disediain sama Discovery Networks International. Yes. Kesampaian juga akhirnya naik bus kota walaupun tujuannya bukan keliling New York. Tapi nggak apa-apa deh. Yang penting bisa ngerasain aja gimana rasanya naik bus di negara lain setelah selama ini mentok dengan Kopaja 602 dan MetroMini 75.

Busnya lucu. Kayak bus sekolah yang di film-film. Di dalamnya cukup mewah juga dengan televisi dan sebagainya. Di kursi bagian depan malah ada meja yang melingkar terus di setiap pegangan kursinya ada lubang buat naruh gelas kopi. Ngomong-ngomong soal kopi, pagi ini gue kayak minum banyak banget kopi mengingat gue tidak tidur dengan benar semalam. Menghindari ngantuk. Untung sepanjang perjalanan ke New Jersey, Gayle ngajakin ngobrol terus. Gue jadi seneng.

Secara nggak sengaja dalam perjalanan ke Carlo's Cake Factory itu, Gayle nanya Facebook, Twitter dan Instagram gue apa. Gue agak malu sebenarnya ngasih tahu ke dia soalnya akan ada banyak hal yang harus gue jelaskan.

"Loh kenapa Ron Kevin? Kenapa Twitter-nya Ronzzy Kevin?"

Ini bagian paling sulit. Nama gue bukan Kevin. Gue mungut nama itu sejak 2009 dan gue nggak ngerti kenapa sekarang gue nggak bisa lepas dari nama itu. Kalo kata temen-temen gue di Geng Gila EXO, nama Ronzzy Kevin sudah kayak brand tersendiri. Makanya setiap kali gue berniat ganti username di Twitter, mereka selalu marah-marah.

"Udah okelah Ronzzy Kevin! Gausah alay!"

Padahal sebenarnya ini udah nama teralay gue.

Gue mau ngejelasin ke Gayle kenapa gue pake nama Ronzzy Kevin. Tapi karena terlalu panjang, akhirnya gue singkat saja. "Itu kayak nickname gue di media sosial gitu loh. Ronzzy itu kayak semacem lucu aja," padahal sebenarnya penjelasannya enggak gitu.

Ronzzy itu diambil dari kata Ron dan Zzy (HUEK) (YA MENURUT LO). Ron itu nama belakang gue dan panggilan gue sejak SMP (sebelumnya dipanggilnya bukan Ron. Pas SD dipanggil Mikael), sementara 'Zzy' itu... hmm... setelah gue pikir-pikir mungkin terinspirasi dari kata 'Frenzy' yang artinya 'kegilaan'. Semacem image gila yang muncul di media sosial dari seorang Ron. Sementara Kevin itu... suka aja.

*

Gue adalah orang yang lemah. Mudah sekali merasa baper, kalo kata beberapa orang sih begitu. Mungkin itu kenapa gue selalu enak jadi bahan bashing di Twitter. Padahal cuma sekedar bilang "Loh kok D.O gemukan!" langsung di bash seluruh dunia.

(lebay)

Tapi itu beneran waktu itu yang nge-bash pake Bahasa Inggris dan menyeramkan juga ternyata komunitas EXO-L Worldwide ini yah. Gue bukan fans yang baru suka EXO kemaren. Becandaan gue ya emang kayak gitu. Lagipula D.O juga emang keliatan gemukan kok. Kata yang paling sederhana untuk menjelaskan kondisi badan dia waktu itu ya itu.

Kalo orang berubah dari kurus ke gemuk kan disebutnya gemukan.

Ya kemudian di bash kan heran juga.

#EA #PLAYINGVICTIM #WHATEVER

Kalo udah berurusan sama orang yang gue suka, gue pasti bakalan lebih baper dari apapun juga di dunia ini. Kayak misalnya waktu gue nggak bisa nonton Anonymous karena bentrok sama konser Super Junior bulan Mei lalu, rasanya kretek-kretek banget. #HIDUPANONYMOUS! Gue juga inget banget gimana rasanya iri hati sampai mau marah waktu dulu, tahun 2010 apa 2011, ketika orang-orang lagi ramai banget nonton Super Show 3 di Singapura, sementara gue hanya bisa nonton dari timeline Twitter doang.

Sedih.

Inget juga gimana irinya sama dua temen gue di Geng Gila EXO, kak Dianne dan Cel waktu mereka ngintilin EXO ke Thailand pas masa awal-awal debut. Bahkan sampe dapet banyak momen sama Kai karena Cel ngefans Kai. Huhuhuhu Padahal itu masa EXO lagi sepi-sepinya penggemar dan masih aman tentram sentausa tanpa adanya baper-baperan. Tapi malah gue yang baper liat update-an Cel.

Kalo ngeliat fans-fans yang sukses ini, gue langsung mikir, KENAPA SIHH GUE NGGAK BISA KAYAK MEREKA?

Pertanyaan itu kemudian terjawab seiring bergantinya waktu. Waktu juga menyadarkan dan mendewasakan gue. Gue akhirnya sadar bahwa semua orang, setiap individu di dunia ini, sudah ada bagian rejekinya masing-masing. Rejeki itu ya termasuk interaksi dengan bias. Semua sudah ada bagiannya. Entah itu karena memang usahanya sendiri atau mungkin karena memanfaatkan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.

#ehem

Salah satu hal yang bikin gue iri beberapa tahun lalu adalah para jurnalis yang bisa liputan KPop. Kok kayaknya asik banget sih, bisa kemana-mana gratisan, bisa nonton konser nggak bayar, bisa ketemu artisnya langsung. Geregetan banget sama pengalaman mereka yang pasti bener-bener menyenangkan. Apalagi kalau itu mereka lakukan karena mereka suka KPop juga.

Apa sih yang paling menyenangkan daripada mengerjakan hobi sendiri tapi dibayar?

Makanya itu setelah lulus kuliah gue merasa perlu untuk mengejar salah satu mimpi gue ini: jadi jurnalis KPop. GUE HARUS BISA JADI KAYAK MEREKA. Entah bagaimanapun caranya, yang jelas gue harus bisa menjadi salah satu dari mereka paling tidak. Hahahahaha Jurusan gue di kampus memang sih enggak nyambung sama jurnalis-jurnalisan, tapi masih ada di satu ranah yakni Komunikasi.

Dan ya, kalau punya mimpi dan mencari jalan untuk mewujudkannya, pasti akan terjadi. Terdengar cheesy dan Agnes Monica banget memang. Tapi beneran loh itu kejadian. Dan ini adalah salah satu momen paling nggak bisa gue lupain sepanjang gue kerja sebagai jurnalis KPop: ketemu Park Bo Young.
*
*
Hati, kepala dan pikiran gue masih dipenuhi dengan perasaan-perasaan tidak percaya ketika gue menjejakkan kaki di Times Square malam itu. Minggu, 27 September 2015. Gue nggak akan lupa sama tanggal itu. Tidak mau mengulangi sebodohan ketika jalan dari hotel ke lokasi makan malam sebelumnya yang hanya pake batik dan tanpa jaket sementara udara lagi dingin-dinginnya, gue malam itu sudah melapisi tubuh kurus ini dengan baju merah Oversode yang gue pake dari Jakarta (JOROK!) dan pake jaket merah bertuliskan huruf R di sebelah kirinya. Jaket ini gue dapatkan dari bos gue yang waktu itu lagi mempromosikan artis baru, namanya Rega. Sementara mbak Laila pake baju tertutup ala mbak-mbak berjilbab Malaysia dan bawa jaket panjang.

Kayaknya kebanyakan orang yang ada di Times Square itu turis. Keliatan soalnya, siapa yang heboh foto-foto dan terlihat alay, dan siapa yang berjalan kasual dan hanya melintas, lalu memilih untuk masuk ke restauran-restauran yang banyak di sekitar Broadway. Gue adalah salah satu yang alay dan tidak bisa menyembunyikan excitement gue berdiri di depan patung George M. Cohan 'Give My Regards to Broadway' dan berada di tengah-tengah Times Square untuk pertama kalinya.

Adegan di 'Glee' ketika mereka pertama kali di 'New York' dan nyanyi-nyanyi di undakan tangga yang ada di Times Square di season 2 itu langsung keputer di kepala gue. Persis seperti ketika Rachel Berry berdiri di tengah-tengah situ, gue juga melakukannya lalu berbisik: "BROADWAY!"
*
Waktu kecil, kita pasti punya cita-cita. Gue inget dulu gue sangat mengidolakan om gue yang sekarang sudah bergelar profesor dan dia pernah kuliah di luar negeri dan pindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Bisa dibilang dia adalah role model gue dulu dan dia juga yang membuat gue bercita-cita jadi seorang ahli pertanian. Sebelum akhirnya gue ganti role model ke Harry Potter dan bercita-cita jadi penyihir.

Berat banget buat gue menerima kenyataan bahwa ternyata Hogwarts itu enggak nyata. Patah hatinya sama kayak misalnya pas salah satu orang yang lo anggap temen tapi ternyata lo dikira enggak nyata karena cuma bisa diajak chatting doang. Karena itulah akhirnya gue mengganti cita-cita gue ke sesuatu yang lebih real: jadi pedagang es krim dan burger.

Sayangnya hidup itu enggak selalu tentang apa yang kita mau, tapi seringkali apa yang kita butuhkan. Ketika gue sudah niatkan untuk mengabdi di kampung halaman, merelakan gelar sarjana gue buat jualan burger dan es krim, takdir justru menahan gue di perantauan. Dan di sinilah gue sekarang berada, enam tahun merantau, menikmati naik dan turunnya gejolak kehidupan sebagai Jakartarian. Tapi kalo enggak merantau mungkin gue enggak bisa nulis posting-an yang sedang kalian baca ini.
*

*
Sebagai penduduk asli Lombok, gue tumbuh dan besar dengan berbagai cerita-cerita dan kepercayaan lokal yang sebenarnya enggak masuk akal, tapi terjadi. Mau dibilang enggak sengaja atau kebetulan sebenarnya bisa aja, tapi sekali lagi enggak ada yang enggak sengaja atau kebetulan di dunia ini. Semua pasti terjadi karena maksud tertentu kan.

Apa lo masih percaya kalau EXO dan Super Junior kebetulan aja dari SM dan nasib member Tiongkok mereka kebetulan aja sama dengan Hangeng?

Di antara kepercayaan-kepercayaan yang tidak masuk akal seperti misalnya di baju anak baru lahir harus diberi "jimat" berupa bawang merah yang ditusuk ke peniti untuk menghalau makhluk halus yang suka goda-godain anak bayi, ada sebuah kepercayaan yang juga berhubungan dengan anak bayi, tapi ini lebih ke ari-ari mereka.

Konon katanya, apa yang akan terjadi pada si anak di masa depan mereka berhubungan erat dengan apa yang orangtua si anak lakukan dengan ari-ari tersebut.

Kalau ari-ari si anak ditanam di rumah, maka anak itu bisa jadi akan tetap tinggal di rumah itu sampai dia dewasa dan berkeluarga. Kalau ari-ari si anak dimakan oleh binatang malam seperti sebut saja anjing (dan memang di daerah tempat tinggal gue kalau malem sering ada anjing berkeliaran cari makan) maka bisa jadi dia akan jadi orang yang sensitif terhadap hal-hal gaib dan supranatural (and in someways kasar dan galak). Kalau ari-ari anak itu dihanyutkan ke laut, maka bisa jadi nanti si anak bakalan berkelana dan merantau.

Percaya tidak percaya, hal itu terjadi pada gue dan dua kakak gue.

Kakak gue yang pertama (perempuan) adalah contoh dari anak yang ari-arinya ditanam di rumah. Sekarang dia sudah berkeluarga dengan dua anak dan tinggal di rumah gue di Lombok. Kakak gue yang kedua (laki-laki) adalah contoh dari anak yang ari-arinya dimakan anjing dan dia memang sangat sensitif dengan dunia-dunia gaib (dia bisa liat setan, komunikasi dengan hantu dan segala drama dunia gaib dia pernah alami pas masa remaja). Dan ya, dia adalah orang paling galak dan cepet marah yang pernah hidup di dunia ini. Kalo ditanya gue lebih takut siapa Voldemort atau dia, gue pilih dia. Dan yang ketiga adalah gue, si anak yang ari-arinya dihanyutkan di laut.

Dan lihat ke mana si ari-ari membawa gue sekarang. Eh, akhir bulan lalu.
*
Enggak pernah kebayang sebelumnya untuk bisa melakukan perjalanan jauh ke New York dalam rangka kerjaan. Selama dua tahun lebih kerja di tempat yang sekarang, dikirim ke Singapura saja sudah Alhamdulillah. Men, siapa sih yang enggak mau ke luar negeri gratisan?!

Memang sih buat kerja, bukan liburan. Tapi kesempatan emas nggak datang dua kali! Setelah pekerjaan selesai kan berarti bisa sekalian liburan. Hidup seadil itu kok. Tuhan se-Bijaksana itu kok.

Kesempatan untuk terbang ke luar negeri gratisan itu tentu aja enggak datang tiap hari. Pernah kepikiran untuk jalan-jalan ke luar negeri dengan ongkos sendiri, tetapi ujung-ujungnya selalu jadi beban. Gue bukan tipikal orang yang rela buat ngabisin uang untuk liburan sebenarnya. Bahkan untuk beli baju aja gue masih mikir-mikir. Di Indonesia, liburan gue yang paling jauh ya Lombok. Pulang kampung. Kalo enggak ya paling gue kabur ke Bandung.

Hehehe. I'm in love with the city. Bandung I mean... too many memories. #baper

Gue juga tipikal orang yang enggak terlalu doyan menghabiskan uang untuk beli makanan. Kadang-kadang memang iya, gue akan beli makanan yang lucu-lucu dengan harga fantastis demi untuk mengikuti pergaulan. Kata orang sih biar hits. Ada banyak tempat makan baru di Jakarta yang menyajikan menu-menu kreatif. Menggiurkan buat di-Instagram. Padahal rasanya sebenarnya B aja.

Biasa aja maksudnya.

Karena itulah gue nggak berhenti mengucap syukur ketika gue akhirnya dikasih kesempatan untuk ke New York ini. Gue jadi bisa mencicipi berbagai jenis makanan yang enggak pernah gue makan sebelumnya. Soalnya, gue terbang dengan Business Class.

BUSINESS CLASS!

Buat anak kampung seperti gue, ini adalah pencapaian luar biasa. Waktu gue dikasih tiket sama penyelenggara acara (namanya Mbak Galih dan mbak Debora) via email, gue sempat bengong lama banget. Lama banget sampai-sampai matahari yang baru terbit tiba-tiba saja sudah terbenam (okelebay) karena gue sama sekali nggak paham sama tulisan yang ada di tiket itu kecuali tulisan Business Class-nya. Buset.... ke New York aja udah kayak mimpi jadi nyata, mana lagi naik pesawat kelas bisnis, gimana nggak mimpi jadi nyata dua kali.

Tapi sebenarnya mimpi naik business class gak pernah muncul di kepala sih.

"Perjalanan ke sana capek banget Ron! 20 jam lebih di pesawat itu yang bikin males," kata temen gue yang sebelumnya pernah liputan juga ke Amerika. "Ngatasin jetlag-nya ketika lo baru mendarat terus langsung kerja itu juga agak-agak bikin bete," lanjut dia.

First of all, gue nggak pernah ngerasain jetlag karena perjalanan dengan pesawat paling lama yang pernah gue lakukan adalah 2 jam setengah dari Jakarta ke Lombok (dan sebaliknya). Perbedaan waktu juga cuma satu jam jadi pasti enggak juga berasa jetlag. Ini kemudian membuat gue penasaran seperti apa jetlag itu. Gue berharap merasakannya ketika sampai New York nanti.

Tapi kemudian teman gue itu melanjutkan, kalau terbang 20 jam dia kemaren naik kelas ekonomi. Ketika dia denger gue naik kelas bisnis, dia jadi yang kayak, "Oh yaudah berarti enak lah santai banget bisa tidur." gitu. Sama sekali enggak kebayang. Soalnya gue cuma modal naik Lion Air ekonomi yang tempat duduknya nggak kalah sempit dari tempat duduk di metro mini 75 jurusan Pasar Minggu - Blok M. Wah ada banyak pengalaman baru di perjalanan ini berarti ya? Batin gue.

Belum lagi bos gue yang kemudian memberikan insight lain yang sangat membantu. SANGAT SANGAT MEMBANTU.

"Kalau lo di business class, lo bisa nunggu di Lounge. Di sana lo bisa makan sepuasnya."

Kalimat "lo bisa makan sepuasnya" itu sudah sangat membahagiakan. Sangat-sangat membahagiakan. Dude, makan gratisan kayak di kondangan itu adalah mimpi setiap anak kos! Ekspektasi gue akan perjalanan ini akhirnya setinggi-tingginya. Kemudian gue memutar lagu Peterpan - Khayalan Tingkat Tinggi.
*
Buat orang yang hidup di kota kecil selama 17 tahun dan kemudian pindah ke kota besar, gue bisa dibilang kampungan dengan berbagai kemewahan dunia yang dimiliki oleh kota besar. Gue masih inget banget ekspresi kagum ketika pertama kali sampai Depok (kota besar juga bukan, Depok?) tahun 2009 dulu pas pertama kali kuliah di UI dan melewati jalan Margonda dan Margo City.

"Wih... Ini mall besar banget ya!"

Padahal itu baru Margo City. Gue nggak tahu aja kalau ternyata masih ada yang namanya Grand Indonesia, dan di tahun 2012 ke atas di bangun Kota Kasablanka, Gandaria City dan Lotte Shopping Avenue. Di Mataram, Lombok, selama gue hidup di sana dari lahir sampai SMA, cuma ada satu mall yang beroperasi. Dan Mall ini nggak jauh beda sama ITC dan mirip-mirip Depok Town Square.

Enggak ada keren-kerennya.

Setelah empat tahun tinggal di Depok dan sekarang resmi dua setengah tahun menjadi "Jakartarian", gue tidak pernah merasa berubah menjadi sosok yang kekinian dan anak kota. Penampilan gue aja sebenarnya nggak mendukung untuk disebut anak kota. Dan kalau lo melihat jauh ke lubuk hati gue yang paling dalam (halah) gue masih anak kampung yang tetap amazed ngeliat kota besar. Ajak aja gue ke Bandung maka gue akan berurai air mata padahal cuma ke Masjid Agung semata.

(Minta banget diajak?)

Itulah kenapa ketika gue tiba-tiba dapat tugas kerja tiga hari dua malam di New York, gue masih deg-degan. Ini bukan Jakarta, bukan juga Bandung. Tapi ini New York!

Mungkin enggak banyak yang tahu kalau gue kerja di salah satu media online di Jakarta (ya, nggak penting juga sih sebenarnya orang-orang tahu gue kerja di mana) tapi di postingan ini, sepertinya informasi mengenai ini penting hihihi karena ya tanpa kerjaan ini gue nggak akan bisa melakukan perjalanan gue dari Jakarta ke New York.

Jadi, begini ceritanya...
Gue sedang duduk di depan meja belajar kecil warna hijau yang gue beli dari Lazada beberapa waktu lalu dan gue rakit sendiri malam itu. Seperti biasa ketika gue ada di kosan, maka pekerjaan yang paling mendominasi semua waktu di kamar adalah duduk mandangin laptop dan timeline Twitter. Membosankan, tapi seru juga.

Belakangan ini Twitter gue sudah seperti asing buat gue sendiri. Sudah dua tahun terakhir gue nggak pernah mem-follow orang-orang lain di Twitter. Orang-orang yang gue follow sekarang juga kayaknya udah banyak yang nggak aktif di media sosial ini. Beberapa orang yang masih aktif, sayangnya membuat gue merasa aneh di timeline gue sendiri.

Nggak bisa sih sebenarnya menyalahkan apa yang mereka tulis di Twitter. Kan itu Twitter mereka. Ya seharusnya kalau nggak suka kan tinggal unfollow aja. Tapi karena orang-orang yang gue follow di Twitter ini masuk ke dalam daftar yang namanya 'Teman' dan kita sudah pernah ketemu dan hangout bareng beberapa kali, tentu saja untuk menekan tombol unfollow itu rasanya sulit.

Walaupun gue nggak ngerti dengan obrolan mereka tentang Monsta X, iKON, atau grup hip-hop lain yang sedang hits di Korea Selatan saat ini, gue tetap menghargai kehadiran mereka di timeline Twitter gue.

Bukannya teman itu diciptakan untuk punya rasa saling mengerti?

Walaupun gue nggak ngerti sama topiknya, mungkin gue bisa mencoba untuk mengerti bagaimana perasaan bahagia mereka saat spazzing. Yang pada akhirnya membuat gue kangen sama masa-masa ketika kita semua punya bahan spazzing yang sama: EXO.

Hahaha

Pada dasarnya temen-temen gue ini semua multifandom. Tapi sekarang ini baru berasa bagaimana beragamnya fandom kita. Dulu sih masih sering bareng ngebahas EXO, sekarang banyak distraksinya.

Entah apakah gue yang terlalu stick to EXO (dan SMTOWN) atau emang gue membatasi diri untuk tidak terlalu banyak ngefans grup lain kali ya? Sejauh ini sih gue cuma ngefans EXO.

Sama IU, Red Velvet, SNSD, SHINee, Super Junior, VIXX, Lovelyz, Infinite, HISTORY, C-Clown (YA ALLAH APA KABAR MAU BUBAR APA GIMANA), NU'EST, SISTAR, kadang-kadang miss A, 2PM sekenanya, TVXQ sekedarnya, kadang-kadang dengerin WINNER, GOT7 juga bagus sih, hmmm belakangan ini gue lagi suka banget dengerin 'I Need U'-nya BTS, gue baru dengerin SEVENTEEN sekali tapi gue suka banget sama lagu-lagunya T-Ara sama SPEED.

Gue tuh anaknya emang stick to EXO kok.

Gue nggak akan ngeh kapan SHINee akan rilis lagu baru untuk repackaged mereka kalau malam itu gue nggak scrolling timeline Twitter. Beberapa orang di timeline ada yang SHINee World juga, dan kemudian di situlah gue tahu kalau 'Married To The Music' akan dirilis.

Gue sangat excited. Bahkan malam itu bisa dibilang lebih excited dari biasanya. Udah lama gue nggak meluangkan waktu gue buat spazzing secara khusus. Dulu, pas kuliah selama 24 jam dalam satu hari, 20 jam adalah waktu spazzing dan 4 jam adalah waktu tidur. Hidup terasa sangat mudah sekali saat itu.

Tapi ketika malam 'Married To The Music' dirilis, dalam dua jam mulai 21:00 WIB sampai 23:00 WIB, gue bisa merasakan kebahagiaan 20 jam spazzing beberapa tahun yang lalu.

Thanks to SHINee.

Grup ini selalu berarti lebih di dunia fanboying gue. Fakta bahwa mereka adalah grup yang bikin gue suka KPop membuat SHINee punya ruang khusus di hati gue (HALAH! MUNTAH!). Sebelahan lah sama IU. Walaupun gue bukan Shawol dan gue juga nggak pernah secara resmi memproklamasikan diri gue sebagai Uaena, tapi gue sangat mengidolakan dua musisi ini.

Deg-degan. Gue klik link MV 'Married To The Music' malam itu. Ekspektasi gue tinggi. Karena MV 'View' kemaren kan SHINee bagus banget dan di luar dugaan banget. Gue yakin, 'Married To The Music' juga akan sama menyenangkannya dengan 'View'. Pas gue nonton,

Anjir.

ANJIR.

ANAK SETAN!

KUDA BETINA LEPAS KONTROL!

LINTAH KUDISAN!
*
*
Gue merasa Tuhan mendengarkan doa-doa gue dan membisiki SM Entertainment dengan kata-kata penuh cinta ketika Super Junior akhirnya comeback dengan ‘Devil’. Di saat yang sama gue juga lupa, kalau ternyata Tuhan sudah mendengarkan doa-doa gue dan membisiki SM Entertainment dengan kalimat-kalimat cinta ketika ‘Mamacita’ dirilis tahun lalu.

Hahahaha...

Kalau misalnya ‘Mamacita’ nggak punya konsep sketsa komedi yang lucu itu, mungkin gue akan menjatuhkan pilihan gue ke ‘Devil’ dan memberikan gelar sebagai MV Super Junior paling bagus selama 10 tahun terakhir. Tapi ternyata ‘Devil’ inipun belum bisa mengalahkan pesona ‘Mamacita’ buat gue pribadi.

Setidaknya di beberapa hal.

Oke, gue memang nggak bikin review soal ‘Mamacita’ karena sesuatu dan lain hal. Hahaha... entah apa yang terjadi tahun lalu gue juga nggak terlalu yakin apakah itu hal yang layak untuk dibahas atau tidak. Tapi membagi waktu untuk menulis buat pekerjaan kantor dan menulis untuk blog pribadi ternyata bukan perkara yang mudah. Dua tahun terakhir gue berusaha menyeimbangkan itu dan berhasil di satu poin, tapi kemudian gagal di poin yang lain.

Malah curhat.
*
Siapa di antara kalian yang hobi ngomong sendiri?

Siapa di antara kalian yang kalau sedang diam, kepala kalian nggak bisa ikut-ikutan ‘diam’ dan kosong tapi selalu berisik dengan pikiran-pikiran random yang datang entah dari mana, entah dari zaman apa, entah dari sudut mana, menyerang tanpa henti sampai pada tahap kalian mengeluarkan ekspresi dalam bentuk senyuman, tertawa, atau bahkan mengumpat tiba-tiba?

Misalnya pas lo lagi random jalan sama temen cewek lo yang niatnya lo pengen jadiin pacar, tapi tiba-tiba lo inget sebuah adegan di drama Korea yang gemesin banget, terus lo random ketawa sendiri dan berujung ditinggalin sama si cewek untuk selamanya.

Atau ketika lo lagi duduk ngetik berita di kantor, tiba-tiba aja lo kepikiran sama kekesalan lo terhadap seseorang yang enggak ngebales KakaoTalk lo dan kemudian lo tiba-tiba ngomong kenceng, “YAUDAH SIH GAUSAH DIPIKIRIN KAYAK YANG PENTING AJA!”

Kalau ada yang kayak gitu, chingu, kita sama. KITA SAMA! ARE YOU ME?!
Sumber foto: dramabeans.com - copyright Seok Woo
*
Tips untuk bisa tahan lama di tempat kerja itu sebenarnya gampang: yang pertama lo harus suka dulu sama pekerjaannya. Yang kedua, lo harus punya temen yang setidaknya mengerti dengan pekerjaan lo itu, jadi bisa sharing. Last but not least, lo juga harus punya temen yang sehobi sama lo.

Gue nggak ngomongin soal sepak bola. Di antara jutaan manusia yang ada di dunia ini mungkin gue adalah salah satu dari cowok yang nggak ngerti sama sekali dengan olahraga itu. Olahraganya, ataupun apa yang terjadi di dalam dunianya. Buat beberapa orang mungkin hal ini terasa memalukan. Tapi gue lebih memilih untuk malu karena tidak menjalankan syariat agama daripada malu karena nggak ngerti sepak bola.

Uhuk. Syariat agama... Rukun Iman aja lupa.

Bentar gue inget-inget dulu...  Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi dan Rasul, Hari Kiamat, Qada & Qadar.

Alhamdulillah... bisa membuktikan kalau gue lulus SD.

Anyway. Sudah dua tahun lebih gue bekerja di tempat gue sekarang. Menyenangkan? Iya sangat menyenangkan. Nggak cuma karena lingkungan kerjanya enak dan orang-orangnya sangat menerima lo apa adanya (Insya Allah) meskipun salah satu gigi lo palsu (kayak gue misalnya - kisah selengkapnya di sini), tapi juga karena lo punya temen yang kalo diajak ngobrol soal sesuatu itu nyambung.

Lalu... “Apakah yang dapat menyatukan kita?”

“SALAH SATUNYA DENGAN MUSIK!”

wkwkwkwkwkwkkwkw
Berharap setinggi-tinggi langit itu memang salah. Apalagi berharapnya sama SM Entertainment. Hanya karena mereka bikin video klip ‘View’-nya SHINee jadi bagus banget, bukan berarti video-video klip artis lain yang ada di bawah manajemen mereka juga akan sebagus itu. Permakluman sedikit, tolong untuk tidak memasukkan ‘Devil’ ke dalam kasus ini karena review ini ditulis jauh sebelum ‘Devil’ dirilis.

Masalah terbesar SM kadang-kadang adalah bahwa mereka tuh sering banget bikin ketimpangan antara grup yang satu sama grup yang lain dari segi video klip. Yang pada akhirnya membuat mereka dapat tuduhan “menganaktirikan” salah satu artis mereka.

Memang sih, keputusan untuk bikin MV dengan konsep science fiction, fantasy, drama atau kotak indomie itu semua berkaitan dengan budget yang dipunya manajemen. Atau mungkin lebih spesifik lagi budget yang dipunya sama artis yang bersangkutan. Makanya nggak usah heran kalau f(x) selalu dekat dengan predikat “anak tiri” karena memang mereka selalu dapet video klip yang begitu-begitu aja.

Alasannya cukup simpel: grup ini nggak punya pemasukan yang sebegitu banyaknya untuk dibuatkan video klip yang terkesan “modal”.

Nuff said.
*
*
Ya... tapi semua itu memang rahasia perusahaan. Ya SM juga nggak bakalan blak-blakan ngomong ke publik kalau “Tadinya sih, kita mau bikinin f(x) video klip yang #kekinian gitu dan konsepnya IMAX 3D dengan kamera supercanggih dan efek-efek luar biasa. Tapi sayang sekali yah, rencana hanya tinggal rencana. Maklum, f(x) masih kere.”

Biasanya walaupun MV-nya superbiasa dan membosankan, manajemen akan tetap mengeluarkan press release dan bilang semacem, “f(x) mau comeback nih, lagu barunya fresh dan nunjukkin warna musik f(x) banget! Dan tentu saja lebih baik dari yang sebelumnya. Tunggu aja!” seperti itu. Walaupun pada akhirnya itu hanyalah, apa sih, yang biasa anak-anak Kpop sekarang sebut dengan “Media Play” atau simpelnya “kata-kata manis dari manajemen buat publikasi artisnya semata”.

Kenapa kata-kata manis? Karena seringkali para kenyataannya nggak sebagus itu. Iya sih, ada beberapa yang memang worth to wait dan worth to believe gitu kalo lagi baca berita. Tapi karena kita lagi ada di topik f(x), sering banget SM tuh nge-troll parah. Kenyataannya nggak sebagus itu, enggak selayak itu untuk ditunggu-tunggu, enggak semenarik itu untuk dilihat.

Tapi waktu ‘Red Light’ bagus sih. Berhasil sih. Nah semoga di comeback mereka yang berempat nanti—oh, Sulli bye! Finally... tak ada yang menggantung di antara kita ya kelar semua urusan—SM mempersiapkannya dengan sebuah kemasan menarik sebagai re-branding dari f(x) dengan formasi baru.

Seperti halnya SNSD yang akhirnya mendapatkan momen re-branding mereka lewat ‘Party’.
*


Gue sekilas denger soal proyek baru Agnes Monica (atau sekarang lebih akrab disebut dan ditulis AGNEZ MO—walaupun gue lebih suka Agnes Monica sebenarnya karena lebih berkesan di hati) yang mau mengumpulkan beberapa artis muda dan bikin sebuah grup musikal. Salah satu temen gue yang dekat dengan industri musik bilang kalau Agnes mau bikin proyek ala ala 'Glee' gitu.

Excited? Mungkin iya. Waktu pertama kali temen gue ini nyebut 'Glee' gue sedikit excited karena gue suka 'Glee'. Tapi ketika mendengar siapa saja yang terlibat (atau yang jadi personel) proyek ini, gue rasanya antara mau guling-gulingan di rel kereta atau pengen jambak rambut Barrack Obama.

“Iya Ron jadi ada Aliando, Nikita Willy, Rassya sama Calvin Jeremy yang bakalan gabung di proyek musikal ini,” katanya pada suatu hari yang cerah di kantor yang dingin.

“Sebentar... SIAPA AJA?!” gue menelan ludah sambil nyatok bulu kaki.
“Ron, lo nggak kepikiran buat ngelirik AOA? Liat deh, dia konsepnya mirip-mirip EXO gitu! Jadi mereka malaikat yang jatoh dari langit ke bumi,”

Kira-kira begitu kata salah seorang teman yang mention-nya masuk ke tab notifikasi Twitter gue di sekitar tahun 2012. Ketika membaca itu, gue sedikit mikir juga. AOA mirip sama EXO? Bagian mananya? Orang jelas-jelas beda, gitu!

AOA kan konsepnya malaikat. Sementara EXO jelas-jelas setan penghancur ketentraman dunia dan akhirat. Bagian mananya yang mirip. Jelas-jelas setan dan malaikat itu dua hal yang berbeda.

*Ahem*
*

*

*
(90% Curhat, 10% Review)

Perubahan itu sebenarnya baik. Tapi kadang-kadang, kita sebagai manusia yang punya ego agak susah menerimanya. Alasannya bisa macam-macam. Salah satunya mungkin karena sudah terbiasa dengan sebuah kondisi yang sudah berjalan selama ini.

Semua orang bisa berubah tanpa aba-aba. Ujug-ujug udah beda aja, padahal kayaknya kemaren nggak gitu. Semua orang tiba-tiba aja bisa jadi nggak seperti sosok yang kita kenal dulu. Tapi ya... dunia memang semengejutkan itu. Sama kayak kita nggak pernah tahu siapa yang akan mati duluan, apakah mereka yang sudah lanjut usia atau kita yang masih remaja berdosa.

Kita? ㅋ Lo aja kali Ron, sama sumpit bambu.

Gue inget banget waktu itu gue sedang menunggu-nunggu berita Luhan keluar dari EXO. Tepatnya 30 September 2014. Soalnya, abis konser EXO di Jakarta tahun yang sama, udah kedengeran rumor kalo Luhan mau keluar. Walaupun banyak yang nggak percaya (atau mungkin lebih ke denial) tapi gue kayak yang “Ya tinggal nunggu gong aja dipukul,” gitu.

Beberapa saat sebelum gue tidur di malam tanggal 29 September, gue entah kenapa berpikir kalo besok pagi pasti akan ada berita yang mengejutkan.

Eh bener aja. Ternyata beneran ada. Tapi bukan Luhan.

Jessica Jung.
Memang bener kata quote-quote yang banyak di-upload ke Instagram atau di Path itu: hidup memang penuh dengan kejutan.

Waktu teaser ‘COMING SOON 2015’ dirilis SM bulan Desember 2014 kemaren, gue pikir semua masalah-masalah yang terjadi pada EXO di sepanjang tahun 2014 akan tutup buku. Memasuki 2015 akan jadi tahun paling bahagia buat EXO sebagai grup, dan buat mereka yang ngefans.

Ah.... ternyata....

Malapetaka datang tanpa diduga-diduga. Lebih sakitnya lagi, malapetaka itu datang dari dalam grup itu sendiri (lagi). Beuh.... Bisa apa sih, kita-kita ini, yang cuma ngeliatin dari jauh doang. Kita-kita ini yang ‘그냥 international fan’ yang bahkan sering di-rolling eyes-in sama K-Fans. Cuma bisa menerima apa yang terjadi aja.

Yang bikin bete sebenarnya bukan “Kenapa sih, EXO lagi EXO lagi?” Tapi yang lebih bikin kesel itu karena orang yang bikin masalah kali ini adalah dia yang paling banyak banget cakap dari zaman dulu. Orang yang selalu bilang “sayang EXO”, “will never leave the stage”, “selamanya akan di dalam grup”, bahkan orang yang merasa paling tersakiti dan terkhianati pas Kris keluar.

Enggak cuma image-nya yang udah tercoreng. Sekarang jidatnya udah ada label FAKE besar banget (gue bahkan mulai berpikir kalau anak-anak EXO ini semuanya fake loh hahahahah doh). No offense, sorry not sorry, mian an mian, maaf maaf nih ya. Tapi kalau memang mau keluar, yaudah silakan, keluar. Maksud gue, kenapa sih urusan simpel kayak mau keluar gini dibikin terlalu banyak drama?

Semakin banyak drama, semakin keliatan fake-nya nanti di belakang. Kasian juga sama member lain yang akhirnya harus terlihat fake juga. Kalo misalnya tiba-tiba ada masalah di satu member, otomatis yang lain kesannya jadi jahat banget kan, membiarkan hal seperti itu terjadi pada satu orang ini.

Orang mungkin memang akan memaafkan seiring berjalannya waktu, tapi enggak semua orang akan melupakan. Hihihihi Kalau seleksi alam di EXO ini akan terus ada, ya nanti akhirnya kita akan lihat dan bisa membedakan, mana yang memang punya determinasi tinggi, bertahan, dan menjadikan EXO sebagai jalur karier mereka (dilandasi dengan TRUST seperti kata Zhang Yixing—yang kalo dia keluar abis ini udah berarti selama ini kakaknya paling fake dari yang terakhir kabur ke Amrika), dan siapa yang cuma menjadikan EXO sebagai batu loncatan semata.

Walaupun...

Ya...

Sebenarnya, memang, ya....

Gimana sih, kalo udah kayak gini emang fake-nya makin keliatan.

Nggak cuma satu, tapi semua.

Kemudian perasaan saya pun begajulan.

HAHAHAHAHA

Soal fake nggak fake sih, ya sebenarnya, ini dilematis juga. Ketika udah bicara soal dunia entertainment Korea ini, kita susah ngebedain mana yang fake mana yang beneran. Bahkan OTP yang kayaknya SO DAMN REAL banget eh ternyata malah ter-fake sepanjang masa. Kembali lagi bahwa semuanya, SEMUANYA, yang kita lihat di depan kamera itu hanyalah bagian dari pekerjaan mereka-mereka si idola-idola Kpop ini. Bagian dari kehidupan profesional mereka, bukan personal.

Sudah berapa lama suka Kpop? 3 tahun? 4 tahun? 5 tahun? Berarti sekarang waktunya buat nggak usah terlalu baper. Bisa membedakan mana yang profesional dan mana yang personal akan sangat membantu untuk tidak terlalu termakan omongan-omongan manis yang disampaikan di lirik lagu (ini profesional—tentu saja, siapa sih yang bakalan percaya? Orang lagu ‘Promise’ aja pernah dinyanyiin di konser pertama tapi abis konser pertama dia caw kok oknumnya).

Meanwhile, secara personal, kita (memang, mungkin, sebagian besar dari kita) enggak pernah tahu mereka kayak gimana. Kita bisa berharap secara personal masing-masing dari 12 member itu masih kontak, walaupun secara profesional mereka sudah nggak bisa lagi bareng-bareng. Tapi perlu juga diingat, mau seintens apa sih, mikirin kehidupan personal orang lain. Orang lain yang bener-bener orang lain. Yang bener-bener nugu. Yang bener-bener bahkan elo dikenal aja enggak. Significant others aja bukan.

Why wasting your precious time to think about that la? Mending bikin indomie kuah susu.

That’s why, let’s enjoy their profesional life aja entah itu musik, drama, film, variety show dan sebagainya, dan biarkan personal life mereka menjadi urusan mereka. I mean, kita semua punya kehidupan personal men, kenapa gak fokus dulu berumah tangga. #ea

#KEMUDIAN_NGACA_DI_CERMIN_TERBESAR_DI_DUNIA

Tapi yah, beginilah fandom. Kalo nggak ada drama enggak seru. Kalo nggak ada baper-baperan nggak menarik. Kalo nggak pernah ngerasain terlibat langsung dalam proses kepo terhadap kehidupan pribadi artis kesukaan kita berarti belum hidup di fandom. Kalo nggak ada berantem, enggak asik. Kalo nggak terlibat at least satu fanwar, berarti fandomya belom besar. Biasanya fandom besar pasti pernah fanwar. Potong kuping gue kalo ada yang nggak pernah.

Kayak punya kuping.

Empat atau lima tahun dari sekarang, atau mungkin satu tahun dari sekarang, atau kalau dikasih hidayah satu hari dari kalian membaca postingan ini (JAMA'AH~~~~ OOOO JAMA'AH~~~), mungkin kalian akan tertawa dengan semua drama, baper, dan fanwar yang sudah terjadi.

Nggak apa-apa. Buat bahan penyemangat hati yang luka kalau lagi rapuh. Ampuh banget loh itu.
*
Sebenernya kalian EXO atau T-Ara sih, kok Number 9. (karena tak bisa lagi mengidentikkan SNSD dengan angka 9)
*
Dulu, dulu sekali, jauh sebelum gue tahu Korean Pop dan tenggelam dalam kenistaan dunia fanboy Kpop ini, gue ngefans banget sama Mandarin Pop. Ada dua grup yang selalu gue ikutin dan bisa dibilang gue ngefans ala-ala lah sama mereka sejak 2006 sampai 2009: S.H.E dan Fahrenheit.

Ngomong-ngomong soal Mando-pop sih sebenernya udah jadi genre musik yang gue suka sejak lama. Bahkan sejak SD gue udah dengerin lagu-lagu 5566. Gue inget banget, dulu gue beli kaset tape mereka dengan harga Rp 17.500 dan dapet poster gede banget terus gue tempel di kamar. Tapi kemudian poster itu dicopot paksa sama nyokap dan sobek. Terus gue ngambek sebulan.

Selain 5566, gue juga dengerin beberapa lagu F4. Ada satu temen SD gue yang suka banget sama Jerry Yan karena ‘Meteor Garden’. Kita pun berantem seperti halnya fans-fans zaman sekarang ngerebutin Baekhyun. Dulu kita berantem mana yang lebih keren, F4 atau 5566.

Saking sukanya sama S.H.E dan Fahrenheit pas SMA, hampir semua drama Taiwan yang ada personel mereka gue tonton. ‘Hana Kimi’ adalah yang jadi favorit gue. SELAMANYA, MAKASIH. MAKASIH JUGA KOREA SUDAH GAGAL BIKIN VERSI KOREANYA MAKASIH BANYAK LOH.

Persislah kayak apa yang terjadi ketika gue suka Kpop sekarang ini. Bedanya, dulu pas zaman-zaman suka Mando-pop, temen buat spazzing nggak terlalu banyak. Bahkan bisa dibilang hampir 0. Dan for the sake of tidak menjadi alien di pergaulan, gue pun meracuni beberapa temen deket gue buat suka juga sama Mando-pop dan drama Taiwan.

Dua orang jatuh ke perangkap. Satu lainnya nggak mempan dan masih lebih milih ngefans Paris Hilton dan Beyonce, sementara satu lagi lebih memilih untuk jadi fangirl Shah Rukh Khan dan Kajol.

Well, at least gue ada temen lah buat bahas gini-ginian di sekolah.

Hape Nokia 5200 gue dulu penuh dengan lagu-lagu Mandarin. Bahkan setiap hari gue ngomong sok-sok bahasa Mandarin. Niru-niru yang ada di drama. Pokoknya sesuka itu deh sama drama Taiwan dan Mando-pop. Sampai di tahun 2008 temen gue yang tadi gue racuni mulai kenal Kpop.
*
Setelah sekian lama BoA nggak muncul di blog ini, akhirnya sekarang melata lagi. Hehehe. Walaupun beberapa kali BoA ngerilis lagu Jepang sepanjang 2014 sampai awal 2015 kemaren, tapi gue seperti nggak tertarik untuk ngebahas lagu Jepangnya.

Nggak tahu juga sih. Mungkin memang gue lebih nyaman menulis esuatu yang sudah sedih gue dengar. Dalam hal ini Bahasa Korea. Dan ditambah juga gue nggak terlalu ngikutin lagu-lagu Jepang artis SM sih.

Gue pribadi merasa agak kesulitan dan makan waktu untuk menyesuaikan pendengaran gue dengan lirik berbahasa Jepang. Apalagi kalau sebelumnya lagu itu sudah dirilis dalam bahasa Korea. Pasti jadi aneh aja dikuping. Satu-satunya lagu Jepang artis SM yang sudah dirilis dalam bahasa Korea yang gue suka mungkin cuma 'Bonamana'. Sementara yang lain, hmmmm, kemaren nggak sengaja denger (yang bener-bener denger) 'Divine'-nya SNSD. Ternyata bagus juga.

‘Time Machine’ juga bagus.

‘All My Love Is For You’ juga bagus.

Lah oke gue ternyata denger banyak lagu Jepang-nya SM. HAHAHAHAHAHA.

Padahal secara teknis(?), pencipta lagunya tuh sama aja. Itu lagi itu lagi. Tapi karena bahasanya nggak terlalu familiar di kuping, makanya nggak terlalu mendengarkan lagu-lagu berbahasa Jepang. Lagian, di kuping gue, kalo udah Jepang, rasanya pengen yang....

“PON PON WAY WAY WAY PON PON PON WAY WAY PON PON”

Ini semua salah Afif. Dia karoke nyanyi lagu itu terus sampai benyek.
*
Untuk beberapa orang di dunia Kpop ini, bias dan fandom adalah sebuah hal yang sangat serius. Saking seriusnya, nggak jarang mereka bahkan bisa adu bacot sama temen sendiri soal ‘cara mereka memandang idolanya’.

Seserius itu sampai-sampai mungkin ada yang berantem karena “Gue nggak suka banget deh sama si X karena dia kayaknya kok centil banget deket-deket sama Y. Kayak ngarep banget buat dijodohin gitu,” sementara yang diajak ngomong kayak “Lah, menurut gue malah mereka cocok.”

Kemudian mereka nggak pernah ngomong lagi setelah itu.

Entah kapan persisnya beberapa orang di dunia Kpop ini mulai memandang serius masalah fandom. Sampai-sampai isu ini jadi sangat sensitif. Kalau dulu ada era di mana Super Junior mungkin jadi satu-satunya topik sensitif di dunia fana ini, sekarang bisa jadi semuanya sensitif. Serba gampang baper kalau terjadi perbedaan pendapat.

Gue sendiri sebenarnya cukup mengerti bagaimana rasanya jadi fans yang kayak gitu. Gimana ya nyebutnya? Overprotektif? Bisalah kita sebut kayak gitu. Soalnya, dulu gue juga kayak gitu banget.

Waktu zaman-zaman gue lagi gandrung banget sama Harry Potter, gue sama temen sekelas gue pas SMA—dia fans Kurt Cobain—pernah yang sampe berantem parah cuma karena dia ngatain Harry Potter itu kayak semacem cerita nggak penting.

"Ih apaan sih Harry Potter puter-puter tongkat terus jadi. Kayak mustahil banget!"

YAELAH NYET NAMANYA JUGA KISAH FANTASI. YA GIMANA SIH.
*
Suatu hari gue dikejutkan oleh notifikasi dari message Facebook di hape. Kebetulan, baru beberapa minggu belakangan ini gue aktif menggunakan Facebook Messenger. Biasanya males install aplikasi kayak gini karena kayak, yah, kebanyakan banget aplikasi serupa di hape. Notifikasi yang masuk ini dari seseorang yang namanya pakai huruf Arab.

Wah gue bingung. Kayaknya di Facebook gue nggak temenan sama orang Arab. Tapi pas gue buka message-nya, ternyata dia bisa bahasa Indonesia. Atau memang mungkin orang Indonesia yang menggunakan nama Facebook dengan huruf Arab.

Gue coba baca pelan-pelan sampai tiba-tiba gue gemeteran. Isinya sangat serius. Seserius itu sampai-sampai gue nelen ludah berkali-kali. Deg-degan. Seserius itu sampai-sampai gue mau balas aja nggak tahu harus memilih kata-kata yang mana. Soalnya, kalo gue bales seadanya, gue takut dikira menggampangkan isinya. Gue bingung.

Bingung karena kata-kata yang dia pake di situ terlalu serius.

Waktu ngebaca itu gue lagi di kantor. Itu persis dua hari setelah gue melewatkan hari Minggu (3/5/2015). Salah satu hari yang idealnya sih membahagiakan, tapi juga sekaligus membingungkan. Ditambah lagi bingung sama message itu masuk ke inbox dan mempengaruhi isi kepala gue sepanjang hari itu.

Ini isinya:

Assalamu'alaikum.

Kak kevin, mau tanya.

Kakak terlihat sangat tertarik dengan KPop?
dan kelihatannya sangat suka sekali membahasnya..

Apakah Kakak tidak tertarik untuk mempelajari Agama?

Mempelajari Agama yg bisa menyelamatkan kakak?
bukankah kehidupan di Dunia ini hanya sementara?
disana ada negeri yg kekal (Akhirat).

Maukah kakak menukar kehidupan kekal dengan Dunia yg hanya sekejap saja?

*Maaf bukannya sedang menggurui, hanya ingin menasehati.
Dulu, inget banget waktu KPop masih masa-masa kejayaan di tahun 2010 sampai 2012, banyak orang yang akan sangat histeris kalau ada bintang Korea muncul di televisi lokal. Bahkan gue inget bagaimana senengnya gue ngeliat NYE Boys perform 'Lucifer' waktu di IMB dulu. Atau bahkan lagu KPop yang diputar secara random di acara televisi yang nggak sengaja gue tonton di suatu sore yang teduh dan sedikit gerimis.

Beberapa tahun berlalu, sekarang KPop udah kayak di mana-mana. Banyak banget orang yang kayaknya suka sama genre musik yang sebelumnya malah dipandang sebelah mata itu. Sekarang KPop mungkin buat sebagian orang bukan lagi hal yang anti-mainstream, tapi malah kayak pasaran. Tapi buat sebagian yang lain masih tetep aja mikir genre musik ini sebagai hal yang yah... "Apa sih?"

Semakin seringnya artis KPop dateng ke Jakarta, spesialitas(?) mereka pun sedikit demi sedikit berkurang. Kayak misalnya ketika Super Junior dateng di tahun 2012 dengan 'Super Show 4' (BARENG EXO-M + LUHAN + KRIS OMG!), hebohnya sampai ke mana-mana. Sampe macet ke bandara waktu beli tiket. Tapi kemudian mereka dateng lagi dengan konser yang sama di tahun 2015, kayak yang.... "Oh yaudah..."

Buat ELF mungkin enggak begitu, tapi buat yang lain mungkin ini jadi sesuatu yang sudah biasa. Ya kita sudah biasa didatengin Super Junior jadi yaudah biasa aja.

Tapi... Hal yang sudah biasa itu sebenarnya bisa jadi sangat luar biasa kalau kita tahu bagaimana cara menikmatinya. Karena masing-masing orang punya feel yang berbeda terhadap sesuatu.

Contohnya gue, yang kalo ngeliat sepatu atau tas dipajang di toko senengnya minta ampun. Padahal cuma ngeliat. Nggak mampu beli.

Oke itu contoh yang nggak nyambung.
*
*
Ini bukan pertama kalinya gue bikin Giveaway atau kuis di Twitter. Faktanya, ini adalah gievaway ke-22 yang gue adakan sejak pertama kali terpikir untuk meramaikan akun @ronzzykevin di Twitter dengan hadiah-hadiah lucu bernuansa KPop. Giveaway pertama gue adalah tahun 2012, bertepatan dengan debut EXO.

Awal pekan ini, gue kembali mengadakan giveaway sambil merayakan perilisan album terbaru EXO. Seperti halnya yang gue lakukan ketika ‘XOXO’ dirilis tahun 2013 lalu, gue juga membagi-bagikan dua album ‘EXODUS’ kali ini. Bedanya, di giveaway ini gue mengambil sebuah keputusan yang berisiko.

Bukan... bukan keputusan untuk ngejorokin Tao ke rawa-rawa lagi. Itu memang berisiko tapi sepertinya Tao sudah lelah. Tapi keputusan berisiko lainnya.
*
*
Ada banyak tipe manusia di dunia ini. Ada yang gampang banget tertawa, ada pula yang gampang banget menangis. Ada yang males mencoba sesuatu yang baru atau bergerak mencari kehidupan yang baru hanya karena mereka merasa nyaman dengan apa yang sudah ada sekarang. Ada juga yang sangat menyukai tantangan dan mencari-cari pengalaman baru dengan mengambil kesempatan yang ada di depan mereka.

Gue termasuk yang suka mencari pengalaman baru. Walaupun belum dalam tahap yang berani keluar dari zona nyaman gue sekarang. Ada mimpi-mimpi dan keinginan yang berharap bisa gue capai dalam beberapa tahun ke depan tapi masih stuck dengan satu hal yang menghidupi gue saat ini: KPop.

Selamat datang di lingkaran setan.

*
Ada perbedaan yang terpampang nyata (?) antara 'berpikir positif' dengan 'berharap'. Gue sendiri kadang-kadang juga susah membedakannya. Salah satu permasalahan terbesar dalam hidup gue selain cucian celana dalam enggak kering karena Jakarta selalu hujan belakangan ini adalah mindset yang selalu mengarah ke hal-hal negatif.

Gue jadi inget pas gue masih kerja di penerbit buku di awal tahun 2013 kemaren. Di sana gue dipertemukan dengan salah satu motivator yang keren banget yang selalu mengingatkan gue untuk berpikir positif dalam kondisi apapun. Dan yang paling penting dari semua itu adalah memandang positif diri sendiri.

Katanya, "Ketika kita sudah memandang diri kita sebagai sosok yang positif, maka akan mudah untuk kita memandang dunia secara positif juga,"

Kadang-kadang kan dunia enggak selalu memandang kita sebagai sosok yang positif. Walaupun sebenarnya kalimat pertama gue di paragraf ini adalah salah satu contoh yang negatif karena mengarah pada prasangka buruk terhadap bagaimana dunia memandang diri kita.

Bingung? Iya gue juga sama.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ►  2024 (5)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ▼  2015 (44)
    • ▼  Desember (3)
      • Monyong-monyong di Myeongdong
      • Finally, Seoul!
      • It's Awkward! But I Love You... [EXO 'Sing For You...
    • ►  November (6)
      • 3 Alien Galau Tersesat Tak Tahu Arah [EXO 'Lightsa...
      • Apa Itu SM Rookies Entertainment?
      • Ada Apa di Press Conference Infinite di Jakarta? (...
      • KaosKakiBau ke New York [Part 7 - Habis]: It's Tim...
      • KaosKakiBau ke New York [Part 6]: Pergi Pulang New...
      • Terkulai Lemah Ketemu Park Bo Young
    • ►  Oktober (5)
      • KaosKakiBau ke New York [Part 5]: Madison Square G...
      • KaosKakiBau ke New York [Part 4]: Broadway!
      • KaosKakiBau ke New York [Part 3]: Sholat Subuh di ...
      • KaosKakiBau ke New York [Part 2]: Makan, Makan, Ma...
      • KaosKakiBau ke New York [Part 1]: Visa Oh... Visa
    • ►  September (1)
      • 'Married To The Music' SHINee: Slapstick & Freak, ...
    • ►  Agustus (3)
      • 'Devil' Super Junior dan 10 Cerita yang Super Mubazir
      • Hobi Ngomong Sendiri dan Sama Benda Mati
      • Bertemu Si ‘Orange Marmalade’
    • ►  Juli (4)
      • Expectation Versus Reality [SNSD ‘Party’ PART 2_ M...
      • Makasih, The Freaks Sukses Merusak Lagu Favorit Saya!
      • Harusnya, AOA Tetap Jadi Kucing Aja!
      • Let's PARTY with Girls' Generation! [PART 1_Teaser...
    • ►  Juni (1)
      • EXO in Wonderland - 'Love Me Right' Music Video Re...
    • ►  Mei (5)
      • SHINee 'View' Music Video & 'ODD' Album Review
      • First Impression: BoA 'Who Are You' & 'Kiss My Lips'
      • Saya si 'Fans Jalang'
      • Antara Super Junior, ‘Super Junior’ dan Ajakan Tau...
      • Main-main ke Pop Up Store Why Style Jakarta
    • ►  April (4)
      • Giveaway Paling Susah? Curhatan Soal Giveaway [Par...
      • Berusaha Lari
      • EXO: 'Call Me Baby' Music Video Review
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • Tutorial dan Cara Main Game Superstar SMTOWN
  • EXO MAMA MV: Review Saya! [PART 2]
  • Girls' Generation: "I Got A Boy" Music Video Review Saya!
  • Final Destination 5: REVIEW!
  • Eiffel... Im In Love 2: Cerita 15 Tahun Kemudian (Spoiler!)
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes