Malem-malem gini, mulai deh, pikirannya kemana-mana. Dari mulai mikirin masalah yang nggak abis-abis, sampai mikirin, “Kenapa saya nggak beli album Super Junior 4Jib yang Original saja? Siapa tahu mereka akan bubar dan sudah tidak ada album lagi.” Hahaha... jangan sampai yaa... banyak yang nabok gue nih kalau semua baca blog gue *berasaadayangbacaaja* wkwkwkwk... Malam ini begadang lagi, selalu begitu selama satu bulan penuh sejak gue memutuskan untuk kerja di Warung Nasi Balap Puyung itu. Dan sekarang lagi ditemani sama lagu-lagunya Suju dan tangisan Nada, ponakan tercinta.
Beberapa hari yang lalu, kalau nggak salah dua hari yang lalu, sempat update status tentang kegilaan masa kecil. Bicara tentang ini, akan ada banyak sekali cerita yang nggak akan habis kalau ditulis dalam satu postingan. Cuma ada satu cerita yang berhubungan sama kebiasaan masa kecil yang masih terbawa sampai sekarang: mengoleksi kenangan.
Hahaha...
Dulu, gue adalah orang yang sangat menghargai yang namanya kenangan. Setiap kali gue ke suatu tempat dan ngeliat barang atau sesuatu yang bagus di tempat itu, pasti akan gue bawa pulang. Nggak cuma itu aja, hal lain, misalnya... temen yang sangat klop sama gue atau seseorang yang gue suka, pasti sebisa mungkin gue akan menyimpan sesuatu yang pernah mereka kasih ke gue, ataupun sesuatu yang berkaitan dengan mereka yang kira-kira kalau gue lihat suatu hari nanti akan langsung kebayang mukanya. Hehehe...
Jaman-jamannya SD dulu, gue ngefans banget sama guru olahraga gue. Hahaha... ini bencong abis deh. Dulu itu guru olahraga gue keren banget. Dia bisa semua olahraga dan bisa ngajarin semua olahraga! *zzzzz* Dan orang yang satu ini memang terkenal tampan dan juga digemari banyak wanita *nah terus ngapain gue juga ngefans yah? Bencong...* Kekaguman gue sama guru olahraga gue ini membuat gue berusaha untuk menyimpan kenangan apa saja yang bisa langsung mengingatkan gue sama dia. Hmmm... coba gue inget-inget dulu... Yang pernah dia lakukan adalah: memberi gue nilai tujuh waktu pengambilan nilai lompat tinggi, nilai ulangan gue nggak pernah bagus, dan selalu meminta gue untuk jadi instruktur senam pagi di sekolah. Terima kasih, pak guru! Masih teringat semua itu. Hahahaha... Agak lucu rasanya dan jijik, tentu saja, kalau gue inget-inget bagaimana gue waktu jaman-jamannya SD. Dan kenangan sama pak guru inilah salah satunya yang selalu bikin gue teriak ketawa gajelas kalau gue inget-inget. Anak SD yang kebanyakan nonton sinetron dan telenovela. Tapi... sampai sekarang pak guru gue ini masih inget sama gue, hahaha... beberapa kali setelah enam tahun lulus SD gue ke sana buat sekedar say hello ke dia karena dia memang salah satu dari the best teacher yang pernah gue temuin. Buat pak guru, saya merindukan bapak, apakah kado ulang tahun dari saya dulu masih bapak simpan? *pandanganjijikdarisemuaorangbuatgue*
Berlanjut ke masa SMP... kayaknya dari SD gue sering diejek bencong masih berlanjut aja ke SMP. Yah... anak-anak yang gue temuin itu lagi itu lagi, bagaimana nggak hinaan dan cacian yang sama selalu datang? Tapi di SMP ini gue menemukan banyak sekali orang-orang yang baik yang ternyata, secara sadar atau tidak, bisa jadi temen di kala suka namun tidak di kala duka. Hahahaha... Dulu jaman SMP, gue termasuk anak yang tidak gaul dan tidak kenal masyarakat sekitar *maksudlo?* Temen-temen gue hanyalah teman sebangku gue dan dua orang yang duduk di belakang gue. Alasan gue nggak gaul adalah karena gue nggak pede, dan karena banyak orang yang berusaha menjatuhkan percaya diri dan harga diri gue dengan ejekan bencong itu. Ahh... sial kau semua! Hahahaha... SMP memang banyak kenangan. Dan salah satunya adalah dengan si dia...
Pertama kali kenal dia itu waktu kelas satu. Dia itu orangnya baik banget dan ramah. Wajar saja kalau banyak orang deket dan suka sama dia. Awalnya gue emang nggak sengaja menaruh perhatian ke dia karena gue butuh karakter buat proyek novel gue waktu itu dan gue rasa untuk ukuran anak SMP yang gaulnya se-anak SMA, dialah orangnya. Mulailah gue menginvestigasi dia dan bertanya-tanya tentang kepribadian dia. Cocok banget sama tokoh novel yang pengen gue buat, dan akhirnya sejak saat itulah kita mulai deket. Sering ngobrol. Sering SMS-an. Ada lebih dari 2000 sms dari dia yang gue simpen di inbox N-GAGE QD gue waktu itu. Dan semua itu bahkan ada screen capture-nya. Dan kalau gue nggak sengaja buka-buka file lama dan nemuin folder itu, gue langsung bilang ke diri gue sendiri, “Bodoh... ngapain dulu sampai segininya.” Hmmm... sekarang gue sama dia udah nggak berhubungan baik lagi. Ada konflik panas yang terjadi setelah kita masuk di SMA yang sama... Eh, tapi ada juga hal yang paling tolol yang gue lakukan tentang dia. Jadi ceritanya dulu dia sempat main-main ke rumah dan ngerjain tugas bareng, nah di rumah, gue buatin dia teh manis pake cangkir plus tatakan cangkirnya. Dan... hahaha... saking gue ngefans sama dia, sampai-sampai gue masukin cangkir dan tatakannya itu di kardus kecil yang pas sama barang itu dan nyimpen kardus itu di kamar gue. Hahaha... nyokap gue sampai heboh gara-gara cangkir-nya hilang satu. Dan gue pura-pura bodoh aja... wkwkwkwkwk... Kalau inget hal ini, gue pasti langsung ngakak dan sekali lagi mengatakan diri gue bodoh dan bencong. Karena nggak ada gunanya semua itu, setelah dipikir-pikir (mikirnya telat banget..) SMP bener-bener jadi masa penuh kenangan deh, sampai-sampai gue nggak mau kasih ke orang lain buku-buku SMP gue, seragam, dasi, bekas pulpen dan pensil, semua masih tersimpan dengan tidak rapi. Saking gue menghargai kenangan dari masing-masing barang itu (padahal sebenarnya lebay dan nggak ada kerjaan)
Koleksi kenangan terbanyak sampai saat ini kayaknya adalah SMS. Gue emang hobi banget nyimpen SMS dari orang-orang yang menurut gue berharga dan juga berjasa. Ada cerita dulu waktu SMA, gue kenal sama seseorang lewat facebook. Kayaknya sih, nih orang lagi kesepian dan butuh teman ngobrol. Entah kenapa gue langsung nyambung sama dia dan orang itu langsung bikin gue ngefans. Walhasil... karena perasaan gue udah nganggep dia sebagai pacar-tak-sampai-dan-juga-tak-mungkin, gue menyimpan semua SMS yang dia kirim ke gue. Bahkan gue rela-relain menghapus nggak nyimpen satupun SMS yang masuk dari orang lain demi menyimpan SMS dari dia. Hahahaha... sampai pada akhirnya *selaluterlambat* gue menyadari bahwa orang itu tidak pantas dihargai seperti itu karena dia sendiri tidak pernah menghargai gue yang sudah berkorban banyak ke dia. Sampai sekarang pun gue masih hoi nyimpen SMS. Nggak tahu kenapa, rasanya berat banget buat menghapus satu saja pesan dari orang-orang tertentu. Rasanya kayak, kalau gue hapus, gue takut dia nggak akan SMS lagi besok. Agak lebay dan aneh sih, tapi yaah...begitulah. Terkadang tidak ada alasan yang lebih baik selain itu.
Di rumah ada satu lemari besar yang isinya semua barang-barang peninggalan gue sejak SD. Mulai dari sobekan-sobekan kertas yang gue bikin pas SD, tulisan-tulisan lebay di diary yang menjijikkan, sampai semua barang-barang yang mungkin nggak penting lagi buat orang lain, tapi selalu bisa memberikan nostalgia yang tak ternilai buat gue. Melankolis, memang. Mungkin sedikit najis. Tapi, benar kata orang, setiap momen itu berharga. Dulu banyak banget waktu yang terbuang sia-sia dan nggak ada hal yang bisa mengingatkan gue tentang apapun yang terjadi di waktu itu. Sekarang nggak mau lagi deh menyia-nyiakan kesempatan. Kita nggak hidup setiap hari dan momen yang sama nggak akan terjadi berkali-kali dengan euforia perasaan yang serupa. Jadi, pantaslah kalau diabadikan.
(setelah gue baca dari atas, ternyata tulisan gue ini nggak runut ya? Hadoohh... belom bisa jadi penulis personal literary yang baik... -.-“)