Mengejar Ketidakpastian

Lama rasanya nggak nulis, dan sekarang kembali lagi dengan tulisan-tulisan yang nggak cuma absurd, tapi juga pengalaman yang rasanya nggak masuk akal. Hahaha... Sebenarnya biasa aja sih, cuma beberapa minggu ini, saya mengalami hal-hal yang bisa dibilang menghebohkan, menyakitkan, menyebalkan, dan semuanya. Bukan masalah kebijakan publik ataupun keputusan pemerintah yang menye-menye, bukan juga masalah presiden yang katanya tukang curhat, tapi ini masalah kepribadian. Tsah...

Belakangan ini Indonesia lagi banyak banget ya kedatangan tamu tak diundang. Selain kerusuhan di jalan Ampera dan Tarakan, juga banjir bandang yang menelan ratusan korban di Wasior Papua sana. Sedih banget rasanya. Kalau masalah kerusuhan, jelas yang salah adalah manusia yang menjadi provokator, bener nggak sih? Semacem itulah... cuma kalau masalah bencana alam, itu kayaknya kesalah manusia yang bodoh dan kurang ajar.

Gue nggak akan membahas itu lebih lanjut, biarlah itu ditulis di blog yang memang menulis tentang hal-hal yang bermuatan berita. Hohoho...

Sudah dua minggu lebih laptop saya menginap di rumah sakit. Bukan rumah sakit Omni ataupun rumah sakit Medistra, tapi di rumah sakit Acer. Sedih banget setengah semester ini tanpa Eci. Setelah kemaren sempat kepikiran buat menjual Eci, tapi nggak jadi karena ada orang yang mau membantu. Seorang malaikat cantik. Hmmm... Alhamdulilah Eci nggak jadi lepas dari pelukan, hanya saja malah stres dan akhirnya dia minta diganti mesinnya. Kasihan sekali... Jadilah belakangan ini saya repot banget menyiapkan tugas pake laptop orang, ditambah lagi proyek novel saya jadi terhambat padahal belakangan ini lagi produktif-produktifnya. Nggak bisa kalau nggak ngetik di Eci. Rasanya ide yang sudah seharusnya di tuliskan nggak mau keluar. Penulis manja... cuma mau bagaimana lagi? Rasanya Eci adalah suatu kebutuhan, teman, sahabat, pacar yang nggak bisa ditinggalkan ataupun digantikan dengan laptop-laptop lain.

Nggak ada Eci, artinya banyak yang tersendat-sendat. Termasuk rencana untuk mengikuti UIFEST. Biasanya kalau urusan film, saya paling semangat! Mulai dari nulis skrip sampai apa-apanya saya mau bantu. Tapi semenjak Eci pergi, jadi nggak ada gairah buat mengerjakan apapun. Karena nggak ada fasilitas yang mendukung. Dan terakhir yang bikin rebek banget adalah bagian capturing. Diantara laptop-laptop anak IKP yang ada, yang bisa digunakan untuk capturing adalah laptop saya dan laptop Dila. Satu merek, tapi beda tipe. Cuma ya sebagian besar sama. Dan cuma itu yang bisa digunakan buat mengcapture. Pernah nyoba pake laptop lain, entah USB-nya tidak berfungsi, atau memang laptopnya tidak mendukung. I don't really understand.

Tanpa ada Eci, itu artinya harus ada ijin dari Dila untuk menggunakan laptopnya. Dan itu bisa berarti memperpanjang jam kerja... Kenapa? Karena laptop adalah barang yang sangat pribadi. Saya juga kalau laptop dipinjem, pasti ada rasa yang nggak enak. Antara takut bakalan hilang, cacat atau rusak dan takut akan kebanjiran virus. Entah kenapa itu selalu membayangi saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Dila sebelum kami memutuskan untuk meminjam laptopnya. Maklum. Saya sangat maklum akan hal itu... Tapi sekarang masalah sudah selesai. Masalah yang lain pastinya muncul dong, yaitu adalah syuting yang kemarin bisa dibilang gagal dan harus di ulang. Selamat!

Masalah syuting kelar, masalah yang lain masih ada...

Satu minggu ini saya merasa sangat tidak nyaman. Baik itu ada di kampus, ataupun di kosan. Entah karena apa saya nggak tahu. Bisa jadi ada suatu hal buruk yang terjadi di rumah, bisa jadi juga suatu hal buruk akan terjadi pada saya. Dan salah satu penyebabnya adalah karena birokrasi peminjaman alat di kampus yang sangat merepotkan saya dan teman-teman. Wuih... waktu saya ketemu sama dosen yang bertanggung jawab atas alat itu, darah sudah mendidih banget. Di jatuhin mentah-mentah, man! Parah banget deh... ceritanya panjang dan itu mungkin akan jadi episode tersendiri.

Hal lain yang bikin nggak enak hati adalah masalah teman-teman saya yang selama ini paling dekat di IKP. Beberapa hari yang lalu masalah-masalah sepele yang sebenarnya nggak perlu sampai bikin canggung-canggungan gini datang. Karena emosi berlebihan, karena ego berlebihan, bisa juga karena memang ada rasa kesal yang berlebihan. Mulai dari kereta telat, tugas MPS yang nggak kunjung datang, merembetlah ke mana-mana. Emosi yang dari awal sudah ada ditambah dengan masalah-masalah lain bisa jadi masalah besar kan? Dan kemarin, temen-temen saya bete, dan saya juga jadi ikutan bete (sama mereka). Hahaha... Karena saya merasa kebetean itu sudah berlebihan (atau mungkin cuma perasaan saya karena mereka merasa itu wajar), saya kirim SMS lah ke mereka. Minta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, dan berusaha untuk menghilangkan rasa ego masing-masing agar kita semua bisa satu langkah. Dan karena SMS itulah, saya disidang dan mereka merasa saya salah mengartikan kebetean yang terjadi waktu itu. Baiklah saya terima dan saya minta maaf... Tapi yang bikin bingung adalah, salah satu dari mereka marah karena tidak ditulis namanya di sebuah curhatan... Oh Tuhan... Nggak ngerti...

Masalah lain?

Masih ada... cuma agak males buat menceritakannya. Jadi sebaiknya baca langsung aja di curhatan teman saya ini:

Semuanya jelas disitu... Terima kasih. Hahaha...

Dan untuk orang yang fotonya ada di bawah ini:

Photos by yeppopo.wordpress.com


Selamat!


Share:

0 komentar