Ke Gangneung [Part 3 - Habis]: Ke Lokasi Syuting 'Saimdang - The Herstory' di Ohjukheon

Halo hehehehe Apa kabar? Semoga baik-baik saja. Hehehehe Sebelum lanjut membaca posting-an ini, izinkan saya untuk minta maaf dulu kepada semua pembaca setia blog ini--yang belum punya nama bagaikan fans EXO di dua tahun lamanya--karena saya mendadak menghilang dari blog selama beberapa waktu. Bukan... bukan karena saya lupa password blog saya. Tapi karena saya hanyalah manusia biasa yang hanya bisa berencana tapi Tuhan juga yang menentukan.

(Duduk di antara dua sujud)

Belakangan ini kondisi badan saya benar-benar aneh! Seaneh itu sampai-sampai kalau saya berbaring sedikit maka saya akan tidur selama dua sampai tiga jam! Sebel! Kalau malam ngantuknya luar biasa, kalau pagi makin luar biasa. Kalau siang akhirnya cuma bisa tidur di kursi di depan meja kerja. HAHAHAHAHAHAHAAHHAA Alhamdulillah kantor saya masih boleh tidur siang selama pekerjaan selesai dengan baik.

Tapi karena jam tidur yang mendadak muncul di kantor itulah yang membuat saya pada akhirnya harus pulang telat dari kantor juga. WKWKKWKW Duh lah, Februari ini benar-benar penuh tantangan. Mungkin karena efek Tahun Kabisat.

(Apa)

(Nyalahin Tahun kabisat)

Belakangan gue banyak mikir soal bagaimana gue bisa mengejar target menulis di blog ini sambil mengejar target menulis untuk kantor dan mengejar target menulis untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya. Tapi ternyata terlalu banyak berpikir membuat gue nggak bergerak. LOL Malah kebanyakan wacana. Jadi ya gue akan kembali ke prinsip hidup gue sebelumnya: makan nggak makan yang penting ngeblog tetep jalan.
Dan ya, posting-an ini adalah bagian ketujuh dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, silakan baca cerita sebelumnya di sini. Perjalanan ke Gangneung terlalu panjang untuk dijadikan satu bagian, jadi akan saya bagi tiga dan ini bagian yang terakhir. Salam BaekYeon Shipper!

Kalau yang baru kenal kaoskakibau, baca dulu yuk, klik judul part lain di bawah ini sebelum masuk ke part ini:

Bertemu dengan aktor Song Seung Hun dan aktris Lee Young Ae tuh kayak bener-bener pengalaman yang nggak terlupakan buat gue. Kalo Bahasa Inggrisnya sih "It was such an honor!" Yoi, berada di satu ruangan sama mereka, walaupun cuma ngeliatin dan nggak bisa melakukan apa-apa karena dilarang sama pemberi kerja juga nggak masalahlah. Yang penting udah pernah menghirup udara di ruangan yang sama dengan dua orang itu aja udah harus disyukuri. Ya, mau kesel gimana sih orang ke Koreanya aja udah gratis. Masa iya mau marah-marah. Kan nanti dikira nggak bersyukur.

EA.

Nggak lah. Gue mah Alhamdulillah banget udah bisa dapat kesempatan untuk liputan luar negeri juga. Gue pun nggak bisa berhenti bilang makasih ke Oh!K Channel karena sudah mau ngundang gue ke acara ini. Superbahagia! Ya karena nggak cuma bisa ketemu sama dua selebriti terkenal Korea Selatan aja (yang juga ganteng dan cantik ya gimana sih kalo yang nulis cuma tutup botol kecap mah apalah dibandingkan sama Song Seung Hun), tapi juga bisa ngerasain pengalaman masuk ke press conference drama Korea untuk pertama kalinya.

Egilak! Jadi bermimpi someday bisa kembali lagi ke sana dan dateng ke press conference dramanya salah satu member EXO kek siapa aja deh boleh. Tolong diaminkan.

AAAAAAMIIIIIIIIIIIIIIIIIIN.

Target gue dalam tahun ini sih ketemu Park Bo Gum.

AAAAAAAAAAAAAMIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN.

Setelah pekerjaan di SEAMARQ Hotel selesai hari itu, Senin (30 November 2015), gue dan tim jurnalis dari Oh!K Channel berkumpul lagi di lobby untuk sama-sama naik bus. Karena jadwal liputan selanjutnya sudah menunggu. Duh! Seneng deh kalo liputan ke luar negeri tuh karena berasa banget jalan-jalannya. Nggak ada yang keburu-buru kalo bikin laporan. Jadi bisa ngalay-ngalay dulu. Seperti apa yang gue lakukan misalnya. Setiap ada apa yang menarik pasti motret. Tapi jarang selfie. Makanya kalo jalan-jalan sendiri tuh pasti kamera isinya pemandangan semua, nggak pernah muka sendiri.

Jadwal liputan selanjutnya siang ini adalah lokasi syuting 'Saimdang - The Herstory' yang masih ada di sekitar Gangneung situ. Tapi lumayan jauh dari hotel. Lokasi syuting ini namanya Ohjukheon. Perjalanan dari SEAMARQ Hotel ke Ohjukheon nggak makan waktu lama sebenarnya. Mungkin sekitar lima belas sampai sembilan belas menit empat puluh sembilan detik. Cukuplah untuk menikmati suasana pedesaan di Gangneung dari dalam bus yang ternyata memang jauh banget bedanya sama Seoul.

Ya iyalah!

Daerah pinggiran gini lebih berasa eksotis. Gedung-gedung tinggi di sana cuma hotel doang. Selain itu banyak tanah lapang dan areal persawahan. Masih banyak ruang kosong untuk bisa menikmati langit. Nuansanya persis kayak drama-drama Korea yang punya setting kampung. Kayaknya sih di 'Pure Love' suasananya bakalan begitu. Hihihihi... Yang serunya lagi adalah ngeliat sepanjang jalan itu bersih banget. Seneng sih sama Korea karena bersih.

Setiap kali bus berbelok di persimpangan gue selalu ngayal. Siapa kek gitu lewat di depan situ. Artis siapa kek yang keliaran di situ. Biar berasa makin dramatis. Paling seru emang ngayal pas lagi di perjalanan tuh. Berasa satu film jadi kali di kepala tanpa repot-repot nyiapin properti dan macem-macem.

Nggak lama setelah tikungan demi tikungan dan sinar matahari siang yang teduh di penghujung musim gugur itu, kamipun sampai di Ohjukheon.


Ada alasan kenapa Ohjukheon (yang di situs resmi Visit Korea ditulis dengan The Ojukheon House) ini dijadikan lokasi syuting 'Saimdang - The Herstory'. Karena di tahun 1504 sampai 1551, Ohjukheon adalah tempat tinggal dari sosok Shin Saimdang, perempuan yang jadi inspirasi drama ini. Jadi, 'Saimdang - The Herstory' ini diangkat dari kisah nyata Shin Saimdang yang hidup di tahun 1500-an. Saimdang adalah sosok yang sangat istimewa buat orang-orang Korea karena dia tuh semacem wonder woman gitu deh.

Nggak, dia nggak bisa berantem sama penjahat dan monster. Tapi dia bisa berantem sama kenyataan bahwa dia cuma ibu rumah tangga biasa tapi tetap bisa menjadi istri yang bijaksana dan patuh sama suaminya dan juga jadi ibu dari anak-anak yang cerdas. Sepanjang hidup Shin Saimdang didedikasikan buat keluarga. Kalau kata Lee Young Ae, dia itu simbol 'working mom' buat semua orang Korea. Saking istimewanya sosok Saimdang ini, dia jadi satu-satunya perempuan yang dicetak di lembaran uang Won pecahan 50 ribu.

Selain itu, Saimdang juga ibu dari seorang scholar Konghucu di era Dinasti Joseon. Salah satu hal lain yang bikin Saimdang ini sosok istimewa. Karena salah satu (dari--katanya--7 anaknya) jadi scholar terkenal di Korea. Dalam sebuah kalimat singkat, "Keren nggak sih ada ibu rumah tangga yang sayang anak sayang suami dan anaknya bisa jadi scholar Konghucu paling jenius sepanjang sejarah Korea padahal dia cuma di rumah doang ngelukis?" gitu. Iya Saimdang ini katanya suka banget ngelukis. Anaknya (namanya Yi I, bisa dicek di Wikipedia) juga ada di mata uang pecahan 5000 Won.
Sumber: photobucket.com via dramabeans.com
Sepenting itu sosok Shin Saimdang ini sampai-sampai SBS memilih dia sebagai karakter utama di drama terbaru mereka 'Saimdang - The Herstory' ini. Gue sih sejujurnya agak malu mengakui kalau ternyata gue pun nggak terlalu banyak tahu soal pahlawan dari negara gue sendiri. Sedih. Gue lebih hapal cerita Harry Potter daripada sejarah hidup Pattimura.

But anyway, kalo di Indonesia, Saimdang ini mungkin bisa dibilang kayak Kartini-nya gitu. Gue nggak banyak tahu soal Kartini selain "Habis gelap terbitlah terang". Mungkin habis ini harus banyak baca lagi soal sejarah bangsa sendiri nih supaya nggak terus-terusan dicekokin Korea wkwkwkwkwk.

(NGGAK NASIONALIS!) (KAFIR KAMU RON!)

Yasudah. Kafir juga ciptaan Tuhan, bukan Alien.

ASTAGFIRULLAH. AKU GAK KAFIR.

Kembali ke drama Saimdang, walaupun terinspirasi dari sosok yang beneran asli hidup di tahun 1500-an, tapi drama televisinya tetap dibumbui sama fiksi. Tapi ya fiksi sekalipun, produksinya tetap harus menggambarkan kenyataan dong. Itulah kenapa 'Saimdang - The Herstory' memilih lokasi syuting di Ohjukheon karena di situlah sosok Saimdang yang nyata menghabiskan hidupnya.

Seru ya, lokasi dari tahun 1500 masih ada! Tenang aja, kita juga punya banyak kok. Nggak usah terlalu kagum gitulah sama Korea. Bedanya ya cuma mereka bisa aja mengemas sejarah itu jadi suguhan yang enak buat ditonton. Nggak cuma sekedar drama TV soal tukang bubur naik haji yang bangga banget berapa ribu episode padahal yaudah gitu-gitu aja juga ceritanya.

#TEAMCINTAFITRI



Kita sampe di Ohjukheon sekitar jam dua siang. Cuaca jelang musim dingin di akhir November itu bener-bener bikin udaranya adem banget walaupun baru lewat tengah hari. Duh, suka banget sama udara kayak gini. Matahari terik tapi sama sekali nggak menyengat. Dingin tapi tetap bisa hangat. Angin sepoi-sepoinya berasa enak aja kena muka tuh. Tapi kalo keterusan nikmatin angin sih ya masuk angin juga lama-lama. Makanya itu baju anget bener-bener harus diberdayakan sebaik mungkin sampai nutupin leher. Tapi tetap sih nggak ada yang bisa ngalahin rest stop Pyeongchang yang dingin banget itu.

Mungkin gue terlalu kepedean ketika Oh!K Channel ngajak kami semua ke lokasi syuting, dengan berpikir kalau yang ada di situ cuma kami. Tapi ternyata WKWKWKWKWKWKW weleh-weleh, isinya wartawan semua bro! Dari yang masih muda sampai yang tua ada. Dan nggak bisa dibedain mana yang bener-bener jurnalis mana yang lagi liburan ke situ. Soalnya semua pada bawa kamera.

"Lah, tadi sepanjang perjalanan dari hotel kayaknya cuma bus kita doang deh yang ada di jalan?" kata gue dalam hati. Hancur sudah khayalan gue untuk berdiri dan motret tanpa gerabak gerubuk grasak grusuk sama wartawan lain. Ya, harapan memang terkadang selalu berbanding terbalik dengan kenyataan. Banyak banget orang di situ. Nggak cuma dari Indonesia aja (gue, mbak Dinda, mbak Swita, mbak Dian dan mas Aryo) tapi juga dari negara-negara Asia yang lain.

Bus kita parkir agak jauh dari lokasi syutingnya. Jadi harus jalan sekitar lima puluh meterlah. Dan sepanjang jalan itu pemandangannya bener-bener seru banget aduh. Kalo bisa punya waktu lebih pengen banget eksplor lokasi di sana barang sejam dua jam. Tapi jadwal yang padat membuat semuanya nggak mungkin. Jadilah hanya bisa berdiri dari kejauhan dan motret pohon-pohon meranggas, jalan tol, genangan air dan matahari yang bersinar dengan bijaksana di atas sana.



Kita masuk lewat pintu belakang Ohjukheon. Beberapa mobil yang sepertinya adalah mobil artis yang sedang syuting udah parkir di sana. Baju-baju kostum syuting juga kegantung leluasa di bagian belakang mobil. Sementara rombongan kita udah siap-siap di depan pintu masuk bagian belakang yang sudah padat sama wartawan yang siap liputan juga.

Masuk ke kawasan Ohjukheon, di dalem sana ternyata sudah disiapkan semacem bazaar gitu sama panitia. Beberapa stand makanan gratis berdiri dijaga ahjumma-ahjumma yang gue yakin nggak akan bisa gue ajak ngomong dalam Bahasa Inggris. Lokasi stand makanan ada di depan museum yang sayang sekali nggak sempat gue eksplor entah karena terlalu excited sama proses syutingnya atau karena gue yang nggak ngeh kalo itu ternyata menarik. Di belakang stand makanan ada alun-alun yang luas buat foto-foto. Sementara dari alun-alun itu kita bisa lihat ada rumah-rumah tradisional di pinggir hutan yang dijadikan lokasi syuting drama 'Saimdang - The Herstory'.

Kita nunggu komando dari yang punya acara sebentar di sana, sebelum akhirnya dibagiin earpiece lagi sebagai alat untuk mendengarkan instruksi saat syuting berlangsung dan liputan dimulai. Yang kedengeran nanti tuh kayak "Mundur dikit ya, jangan terlalu dekat!" "Harap tenang!" "Syuting akan dimulai jadi tenang ya!" "Jangan pakai flash kalo motret!" dan sebagainya. Semua perintah dari earpiece itu pake Bahasa Inggris karena kan liputannya dari banyak negara.

"Syutingnya udah mau mulai, semua yang bisa mendengar ini bisa berangkat sekarang ke lokasi," begitu kata perintah yang kedengeran di situ. Marsha, salah satu tim dari Oh!K Channel kemudian mengajak kita semua untuk jalan ke lokasi syuting yang agak mendaki sedikit.



Gue sama sekali nggak terbiasa jalan-jalan dengan baju tebel dan coat kayak gitu. Jadi aduh sebel banget deh pokoknya rasanya harus menanggung beban sebanyak itu. Belom lagi ransel yang beratnya bukan main. Tapi ya harus bagaimana. Semua harus dihadapi dengan lapang dada kan. Jadilah itu mendaki bukit berasa kayak lagi gendong karung beras.

Setelah beberapa menit kita semua sampai di lokasi yang yah, khas tempat syuting, sudah ada reflektor sebagai pengganti lampu, udah ada kamera dan segala macam. Di sana kerumunan jurnalis udah membentuk setengah lingkaran. Sementara kita yang baru datang kebingungan mau ambil spot di mana.

Gue, khususnya, yang punya badan pas-pasan tingginya, makin bingung. Apakah gue harus naik ke pohon, ataukah nyelonong lewat selangkangan orang-orang supaya gue bisa ngeliat apa yang terjadi di depan sana? Tapi kedua pilihan itu akhirnya gue coret dan berusaha ikhlas dengan kenyataan bahwa gue nggak bisa liat apapun dari belakang sana. Sampai akhirnya Tuhan berkehendak dan memudahkan jalan gue sehingga terbukalah celah gue bisa nyelip ke depan.

Ada mas-mas pake hanbok berdiri di sana dari tadi. Gue bingung itu siapa tapi semua orang motret dia. Oh mungkin dia orang penting. Jadi yaudah gue ikut-ikutan potret juga sekalian. Sambil bertanya, "Lah mana Song Seung Hun-nya?"

Setelah beberapa lama gue baru sadar kalo mas-mas yang pake hanbok itulah Song Seung Hun. BUAKAKAKAKKA ASTAGA EFEK DINGIN. Gue sama sekali nggak ngenalin dia. Sama sekali. Karena tadi pas di hotel penampilannya necis banget pake jas gitu. Sekarang pake hanbok dan ditambah dengan berewok. Bener-bener nggak ngenalin sampe gue cek berkali-kali hasil fotonya baru bisa ngeh kalo ternyata itu memang dia.



Jelas Song Seung Hun jadi pusat perhatian di situ karena ternyata di adegan yang sedang diambil gambarnya tersebut Lee Young Ae nggak ada. Proses syuting yang kita lihat berlangsung nggak lama sebenarnya. Dan adegannya pun nggak banyak. Ya kalo banyak kan pasti takut spoiler dong. Jadilah itu adegan yang kita tonton cuma pas Song Seung Hun jalan di tengah hutan dengan muka serius maju mundur maju mundur cantik. Terus udah.

Nggak sampe setengah jam syutingnya. Tapi heboh nyari posisi motretnya ada kali sempat puluh lima menit sendiri. Untungnya kamera yang gue bawa (bukan DSLR) bisa di zoom maksimal dan hasilnya lumayan bagus buat di-publish, ya di kantor, ya di Instagram. WKWKWKWKW Nggak ada dialog sama sekali di adegan itu. Jadi bener-bener pure si Song Seung Hun-nya cuma berdiri, jalan beberapa langkah, terus mundur lagi. Terus adegan diulang dua sampai tiga kali.

Padahal awak berharap ada adegan naik kuda gitu kan. Atau ngapain kek yang agak seru. Memanah kek. Atau apa kek. HAHAHAHAHA Tapi yah, meski syutingnya sesederhana itu, tapi pengalaman pertama selalu meninggalkan kesan sih. Sampai-sampai hutan yang sebenarnya nggak ada apa-apanya juga itu tetap aja jadi lokasi menarik buat foto.

"At least kita punya foto di lokasi syuting 'Saimdang - The Herstory' sebelum tayang mbak!" kata gue ke Mbak Swita yang lagi-lagi gue sogok dengan motret dia duluan sebelum dia motret gue.



Kelar di lokasi syuting hutan-hutan, kita semua kembali ke depan museum dan area alun-alun. Sekarang waktunya untuk menunggu syuting adegan kedua yang akan menampilkan Lee Young Ae. Nggak ada koordinasi kapan adegan kedua akan dimulai. Jadi kita semua menunggu saja di sana sambil mencicipi makanan-makanan kecil dari ahjumma-ahjumma yang buka stand makanan di sana.

Gratis! Senang!

Nggak jelas nama makanannya apa. Yang jelas kalo keliatannya kayak tepung dan nggak berdaging, Insha Allah itu halal. Jadi dimakan aja.

Yang paling bikin penasaran sebenarnya adalah Kkot Cha alias Teh Bunga. Kayak di 'Running Man' dan 'Secret Garden' (harusnya yang kedua yang disebut duluan), akhirnya gue bisa merasakan Teh Bunga itu. Ada beberapa teko yang isinya bunga yang beda. Pas diminum ternyata enak juga. Kayak ada manis-manisnya, tapi juga ada sensasi pait kayak makan daun mentah. Tapi pas nafas, idung tuh lega banget gimana sih kayak ada nuansa abis nelen parfum. Walaupun sensasi setelah minum itu jadi berasa Suzanna yang suka banget makan bunga melati setiap malam Jumat.

Selain Teh Bunga ada juga Teh Hijau yang asli baru ditumbuk terus diseduh. Duh, wangi teh-tehan ini bener-bener bikin siang yang terik tapi dingin itu jadi hangat. Tapi minum teh-tehan di tengah udara dingin begini juga bikin beser ternyata. Dan beser dalam kondisi menggunakan pakaian berlapis-lapis itu sama sekali nggak nikmat. Nggak menyenangkan.

"Mbak gue harus ke toilet nih," kata gue ke Mbak Swita dengan posisi kaki yang tiba-tiba udah menyilang nahen pipis.

"Yaudah pergilah. Kenapa laporan sama gue?" katanya ketus.

"Ya lo tahu nggak di mana toiletnya?" tanya gue.

"Belum ke toilet dari tadi," balas mbak Swita.

"So I think this is your chance to practice your Korean, Ron," kata salah satu jurnalis dari Malaysia yang dari tadi nongkrong bareng kita di situ.

Wah bener juga. Kalo nanya toilet di mana sih gue jago. Tapi pas mereka jawab arahnya nanti gue bingung juga karena nggak ngerti. Yang gue tahu cuma Wencok, Orencok. Itu aja gue masih bingung yang mana belok kiri dan yang mana belok kanan.

"Ok then, I'll try," kata gue. Akhirnya gue samperin salah satu ahjumma yang lagi bagi-bagi cemilan gratis dan nanya toilet di mana.

Dalam bahasa Korea.

Sok-sokan.

Terinspirasi dari drama Korea nih ya, thanks banget. Aku akhirnya bisa memulai percakapan dengan ahjumma-ahjumma diawali kata "Jogiyo."

"Jogiyo, ehmmm anu, apa itu namanya, hwajangsil, odiimnika?"

Terus dijawablah sama dia. Panjang. Dan nggak ngerti gue dia ngomong apa. Gue menunggu kata-kata wencok atau orencok itu tapi kok nggak muncul-muncul. Mungkin dia tau kali gue nggak ngerti walaupun tadi gue bertanya dalam Bahasa Korea yang sok bisa. Akhirnya dia menyerah dan menjawab dengan bahasa Inggris seadanya.

"You go there, in, in, kerigu, left, left," katanya.

Ya nunggu jawaban itu aja gue udah makin kebelet. Akhirnya gue lari ke toilet dan Alhamdulillah ada bilik yang kosong. Ampun deh sampai sekarang gue masih nggak pernah bisa pipis di tempat yang berdiri yang ada di toilet cowok itu. Nggak ngerti hahahahahaha Walaupun di dalam bilik tetap berdiri juga sih karena kalo duduk rasanya terlalu cantik, tapi entahlah, lebih nyaman ngapa-ngapain di dalam bilik tertutup daripada berdiri di luar.



Ngapa-ngapain pun ini di toilet makin ribet karena coat yang gue pake. Belom lagi kamera gue pake jatoh ke lantai dengan suara yang lantang dan diikuti jeritan Astagfirullah dari gue yang dilanjutkan dengan Astagfirullah kedua karena gue ingat di toilet nggak boleh nyebut-nyebut yang kemudian dilanjutkan dengan Astagfirullah ketiga karena gue sadar kalo tadi gue sudah nyebut di toilet. Hasrat ingin pipis mendadak berkurang karena shock kamera jatoh. SEBEL. Untung nggak rusak.

Setelah menyelesaikan urusan dengan pakaian berlapis-lapis itu, gue pun keluar dari toilet dan kondisi sudah berubah. Orang-orang yang tadi sama gue nggak ada di lokasi berdiri mereka tadi dan sekarang PR banget gue harus nyari ke mana. SEBEL. MAU NANYA SIAPA JUGA MEREKA PASTI NGGAK TAHU.

YA GUE JUGA NGGAK BISA BAHASA KOREA.

MAKIN SEBEL.

Setelah pasrah kepada Allah SWT, gue memilih untuk berjalan ke tengah-tengah alun-alun dan duduk di sana sampai ada orang yang nyamperin gue dan sadar kalau daritadi gue menunggu mereka dalam kegundahan. Karena sepertinya intip syuting adegan kedua belum dimulai, jadi yaudah gue bisa selonjoran dulu sambil ngetik berita. Bener aja, nggak lama setelah itu, mas Aryo muncul dengan sendirinya dan akhirnya dia malah motret gue yang lagi serius ngeliat hape.

A photo posted by RON (@ronzstagram) on


Ketika lagi duduk ngeleseh di alun-alun itu gue baru merhatiin sekitar jadinya. Alun-alun Ohjukheon luas banget. Mungkin seluas dua lapangan tenis. Sekali lagi tempat itu bersih. Banget. Sampai-sampai mungkin bisa tayamum kali di paving block-nya. Ada dua pintu masuk besar di bagian depan dan samping. Dua-duanya punya nuansa Korea yang khas. Kayak pintu masuk kerajaan gitu. Jelang sore itu makin banyak turis yang dateng walaupun Ohjukheon mau tutup juga. Matahari pun sudah menjelang terbenam. Tapi liputan kedua belum juga dimulai.

Di sisi lain dari alun-alun ada museum tempat gue pipis tadi. Dan di sisi satunya adalah rumah-rumah tradisional di pinggir hutan itu. Ini sebenarnya adalah hari terakhir kerja sama Oh!K Channel, jadi agak gimana juga rasanya karena besok sudah mulai perjalanan sendiri-sendiri. Gue berusaha untuk nggak memikirkan bagaimana cara ke Nami besokannya karena hari itu aja belom selesai, pikir gue. Jadi yaudah mari kita rampungkan liputan hari ini dan kembali ke Seoul segera.



Rombongan wartawan dari Asia ini ternyata emang banyak banget. Beberapa kloter akhirnya dibagi-bagi untuk ke Song Seung Hun setelah kloter gue selesai. Ketika ada heboh-heboh di tangga, kita semua pun kembali disuruh pasang earpiece dan menerima perintah untuk naik ke salah satu pintu masuk ke halaman belakang rumah tradisional Korea di sana. Berdiri di belakang garis barikade, kameramen SBS heboh banget ni di belakang gue sampe kameranya kena-kena kepala. Sebel sih. Tapi ya kapan lagi kepala kena kamera SBS. Alhamdulillah-in aja.

Kita lagi nunggu Lee Young Ae sebenarnya. Tapi ahjumma cantik jelita itu kayaknya masih syuting di bagian lain dari rumah tradisional. Gue pikir adegan selanjutnya akan dilakukan di tempat orang-orang berkumpul itu. Tapi ternyata nggak. Ya karena sama sekali nggak ada kamera yang sama dengan yang digunakan di lokasi Song Seung Hun tadi, jadi gue yakin nggak ada syuting adegan di tempat kita kumpul itu. Tapi akhirnya dia muncul dan cuma menyapa wartawan aja.

Sejepret dua jepret udah dapetlah. Walaupun itu juga nggak fokus ke wajah Lee Young Ae-nya tapi seadanya aja. But anyway, mission completed! Liputan hari ini kelar juga.



Sisa menunggu perjalanan pulang itu kita manfaatkan dengan foto-foto untuk liputan terakhir. Gue bersyukur ternyata yang alay itu nggak cuma gue. Tapi hampir semua jurnalis yang ada di situ juga kalo liat kamera pasti mau begaya. Kalo diajak selfie pasti mau bikin pose aneh. Dan sebagainya. Yah kembali lagi bahwa kita semua manusia yang butuh eksis di media sosial.

Gue juga mencoba jalan keluar alun-alun dan menemukan lokasi lain yang menarik. Ada dua bangunan tradisional di sana dan patung Shin Saimdang-nya juga. Wah! Setelah dikulik-kulik, ternyata di sana juga adalah makam dari Kartini-nya Korea itu. Sempat foto-foto sebentar dan melihat matahari sudah semakin dekat ke peraduannya (HALAH!!!!!!!!) gue pun dipanggil untuk kembali ke bus dan kita siap menerjang jalan tol lagi berjam-jam untuk menuju Seoul.




Hanya beberapa jam di Gangneung menyisakan cerita yang bener-bener mungkin nggak bisa gue lupakan. Itu pertama kalinya gue ke Korea, ke Gangneung, ketemu Song Seung Hun, ketemu Lee Young Ae, ngerasain press conference drama Korea, ngeliat syuting drama Korea, minum teh bunga, sampai mengunjungi Ohjukheon. Hanya beberapa jam aja udah berapa poin pengalaman pertama yang gue dapet dan akan terus gue kenang sampai kapanpun karena emang memorable banget.


Duh!

Photo by Amirul, jurnalis Harian Metro Malaysia yang ternyata penyanyi juga hahahahahahahahahahahaha T___T

Terima kasih Oh!K Channel! Terima kasih Gangneung! Ku akan kembali lagi, 2017, 2018, 2019. Kapanpun deh sesempatnya!

Dan malamnya, di Lotte Hotel Seoul, kamipun kembali disibukkan dengan laptop masing-masing, kembali ke pekerjaan yang sebenarnya: nulis berita. Sebelum akhirnya kita ngelayap lagi ke Myeongdong dan gue memutuskan untuk beli syal dan topi penghangat untuk bekal ke Pulau Nami besokannya.

[jangan lupa juga nih add LINE@ KaosKakiBau buat rame-ramein aja hihihi @ecd6150l (di search pake @ jangan lupa)]

Share:

0 komentar