Kalah...

23:45 Waktu Eci.
Now Playing di Winamp: BoA - Waiting.

Well, disinilah gue dengan berbagai macam keterpurukan dua minggu belakangan ini. Memandang kosong ke Eci yang sedang menampilkan status-status Facebook dari teman-teman gue di timeline. Bersamaan dengan itu gue juga menjadi silent reader untuk timeline di Twitter gue. Benar-benar nothing that I can do. Dua minggu belakangan ini adalah minggu-minggu terberat dalam hidup gue. Minggu-minggu gamang, galau, dan susah dijelaskan dengan kata-kata. Minggu-minggu dimana pikiran gue nggak bisa fokus ke satu hal bahkan untuk menyelesaikan satu bab di novel gue pun gue nggak bisa lagi sekarang. Minggu-minggu dimana otak gue penuh dengan pikiran tentang mommy, daddy, dan semua hal di rumah yang membuat gue semakin ingin untuk pulang. Terutama mom... hari ini gue baca sms dari kakak gue dan ngerasa terkutuk banget jadi anak. Ngerasa nggak pernah bisa bikin bahagia mom. Sementara dad sedang melanglangbuana entah kemana. Sedang menikmati dunia fana dan hitam bersama setan busuk itu. Dan gue disini, terpuruk dalam kesendirian gue. Terpuruk dalam pemikiran-pemikiran konyol tentang hidup. Terpuruk dalam masalah-masalah yang makin lama makin kabur ujungnya. Makin nggak jelas pangkalnya. Makin tidak terselesaikan.

Entah kenapa rasanya sangat sulit untuk menyembunyikan perasaan akhir-akhir ini. Di bagian jiwa gue yang satu, gue sibuk down karena nilai MPS gue yang D. Tapi disaat yang bersamaan, dia mencoba untuk tetap semangat dan terus berpositif thinking bahwa nantinya akan jadi lebih baik. Sementara itu di bagian jiwa gue yang lain, malah tidak bisa sama sekali berpositif tentang hal apapun. Bawaannya negatif mulu. Nggak pernah bisa tenang. Bahkan parahnya, gue sampai lupa kalau sebelum gue tidur gue sudah melakukan banyak hal. Gue bahkan lupa buat apa gue duduk di depan meja belajar. Gue bahkan lupa bahwa gue belum mengerjakan tugas...

Ya... Tugas... Selalu bertambah setiap harinya dan selalu membuat khawatir. Sebenarnya gue nggak perlu kali ya memikirkan ini sampai segitunya karena yang namanya mahasiswa pasti lah ada tugas. Tapi kok, dengan adanya tugas ini, ditambah lagi masalah A, B, C dan D yang belum selesai, rasanya khawatir terus ya? Nggak ngerti... Aish~ terkadang hidup jadi gue memang susah. Nggak pernah bisa santai... Selalu ingin jadi yang terbaik tetapi susah berusaha. Apaan tuh? Ngok banget lah...

Rasa kangen sama dad bertumpuk seiring dengan seringnya gue mimpiin dia. Gue bahkan sekarang sudah nggak tahu harus berekspresi seperti apa ketika orang-orang bertanya tentang dia. Yang bisa gue lakukan dengan muka bertopeng gue adalah tertawa dan menanggapi dengan becanda. Padahal di dalem hati nangis meraung-raung seperti serigala lapar. Munafik. Terkadang memang kita semua harus begitu. Kata Megumi, white lies. Nggak tahu deh apakah itu termasuk ke dalam white lies atau nggak...

Kegagalan apa lagi yang harus gue hadapi tahun ini? Gue nggak mau ngulang MPS tahun depan. Jujur aja... gue mau kuliah gue bisa berjalan beriringan dengan teman-teman gue yang lain. Nggak mau ada yang tertinggal. Karena akan sangat jauh berbeda rasanya jika tertinggal... Tapi kalau Tuhan menghendaki demikian? Well, tak ada yang bisa di katakan. Ada rahasia lain di sana. Tapi gue harus bisa untuk nggak mengulang. Amin...

Yang gue sesalkan sekarang adalah, kenapa gue nggak pernah punya keberanian untuk berhenti memikirkan orang itu? Setiap kali gue bersumpah kalau gue nggak akan lagi memikirkan dia, gue pasti terjebak dalam kata-kata gue. Dia pasti datang dengan pesona dan aura yang menakjubkannya. Yang bikin gue selalu saja terdiam dan berbisik dalam hati, "How I love you so much, but I can't do this anymore..." Tapi yang ada itu cuma sekedar kemunafikan dalam hati doang karena selanjutnya yang terjadi adalah gue selalu memikirkan dia. 

Hal lain yang gue sesalkan sekarang adalah kenapa gue masih belum bisa memperbaiki hubungan dengan teman-teman gue yang berkonflik itu? Bodohnya gue... kehidupan sosial ini yang bikin kehidupan pribadi gue kacau. Masalah-masalah yang intinya ada sama gue ini yang bikin gue jadi nggak bisa apa-apa. 

Hal lain lagi yang gue sesalkan sekarang adalah kenapa gue harus begini?

Nggak semua orang sempurna, mungkin gue bisa melarang orang untuk tidak iri, dendam, marah, dengki, tapi gue nggak pernah bisa melarang diri gue sendiri.

Gue iri sama temen-temen gue yang selalu bisa menghadapi hidup mereka dengan tenang, apa adanya, tidak terlalu mempermasalahkan sesuatu sementara gue nggak bisa kayak gitu. Dendam sama diri gue sendiri yang nggak pernah bisa berusaha maksimal. Marah, dengki...

Pada akhirnya gue harus mengakui kalau sekarang ( dan beberapa minggu belakangan ini ) gue adalah orang yang kalah...

-it feels like crying, or am I already crying? silly...-

Share:

1 komentar