Waktunya untuk Merenung

Kejadian yang menimpa Indonesia belakangan ini bener-bener bikin gue ngerasa tertekan banget. Gue bahkan nggak pernah berani nonton berita dan acara apapun yang ada hubungannya dengan bencana-bencana itu. Waktu banjir di Wasior Papua itu, gue sempat ngeliat berita dan itu bikin gue pengen nangis. Ngeliat orang-orang begitu banyak kehilangan rumah, terlebih lagi kehilangan saudara dan keluarga. Nggak tega banget rasanya, apalagi kalau tahu bahwa sebenarnya banjir itu karena pembabatan hutan yang sudah bertahun-tahun dilakukan oleh manusia-manusia yang nggak bertanggung jawab.

Belum lama banjir di Wasior, gempa di Mentawai menyusul dan ditambah lagi tsunami. Tambah down banget rasanya. Nggak kebayang aja gitu ada di dalam kondisi yang seperti itu. Semua orang berteriak minta tolong, semua orang panik, keadaan jadi chaos dan nggak jelas. Gue jadi inget tsunami di Aceh dulu. Banyak video yang direkam lewat berita TV sama abang gue. Dan itu cukup bikin gue ngerasa bahwa manusia sebenarnya adalah makhluk yang lemah dan nggak ada apa-apanya kalau Tuhan sudah berkehendak. Salah satu temen gue dari Aceh, Ryan. Dia nggak pernah cerita sih soal tsunami, gue pun nggak pernah memberanikan diri buat bertanya karena itu pasti akan sangat sensitif banget dan nggak etis rasanya kalau gue harus nanya soal perasaannya saat itu. 

Merapi meletus menjadi trio bencana yang menimpa negara tercinta ini. Mbah Maridjan meninggal, sangat disayangkan. Kalau ngeliat mbah Maridjan, gue jadi inget sama kakek gue. Gue memang suka tersentuh kalau ngeliat kakek-kakek ataupun nenek-nenek yang meskipun sudah tua tapi masih mau berusaha dan bekerja, bukan ngemis, tapi sesuatu yang bener-bener bisa berguna buat dia atas usaha keras dia bukan dengan minta-minta. Nggak ada kata lain selain sedih atas meletusnya Merapi ini. Dan mengingat kalau Jogja itu adalah kota di mana temen-temen gue banyak kuliah di sana. Gue memang nggak pernah ke Jogja sama sekali. Dua kakak gue dulu kuliah di sana, dan sekarang di angkatan gue ada banyak banget temen-temen SMA dan SMP gue yang kuliah di Jogja. Beberapa hari yang lalu, pas merapi lagi parah-parahnya, gue nerima kabar kalau mereka ada yang mengungsi. Kasian... Dalam bayangan gue, pengungsian itu pasti nggak enak banget. Makan nggak bisa semau kita, ke kamar mandi harus giliran, belum lagi soal kebersihan tempat dan kenyamanan tidur, itu pasti minim banget.

Di Depok alhamdulilah nggak pernah terjadi satu hal yang buruk yang menimpa kota ini. Alhamdulilah nggak pernah banjir, alhamdulilah nggak pernah apa-apa. Yang parah di sini selain gempa adalah petir dan kilat yang kalau udah kena kayaknya langsung bikin melayang di udara. Bersyukur banget karena gue bisa selamat dari berbagai macam bencana. Alhamdulilah...

Di Mataram sendiri gue denger hujan dan sering banjir juga. Nggak tahu deh apakah di rumah gue banjir atau nggak. Tapi kalau disana biasanya memang banjir dan itu adalah hal yang wajar, kecuali banjir parah kayak di Jakarta gue nggak tahu. Dan beberapa hari yang lalu gue nerima message Facebook dari salah satu perkumpulan Mahasiswa Sasak bahwa Gunung Rinjani juga dalam keadaan Waspada. Wow... shock dong. Secara dulu pas SD gue denger dari guru kalau Rinjani meletus, maka hancurlah Lombok. Dan itu langsung bikin gue berdoa semoa nggak ada apa-apa sama keluarga gue di sana. Keadaan memang lagi chaos, semua gunung lagi dalam status Waspada. Yang bisa dilakukan adalah berdoa.

Buat temen-temen, saudara-saudara dan semua warga Indonesia di Mentawai, Wasior dan Jogja, semangat terus ya! Allah sedang menguji kesabaran kita dengan bencana-bencana ini. Allah sayang pada kita, itulah makanya kita diberikan cobaan. Jangan putus asa dan tetap bersyukur bahwa kalian masih bisa bernapas sampai saat ini.

Semua yang berawal akan berakhir. Allah bless you all guys. Saranghae~

Share:

0 komentar