• Home
  • Explore Blog
    • K-Pop
    • EXO
    • Concert Experience
    • GMMTV's The Shipper Recap
    • Film
    • Self Reflection
    • My Trips!
      • New York Trip
      • Seoul Trip
      • Bangkok Trip
      • London Trip
  • Social Media
    • YouTube
    • Twitter
    • Instagram
    • Facebook
    • Email Me
  • My Podcasts
    • Podcast KEKOREAAN
    • Podcast ngedrakor!
  • NEW SERIES: 30 and Still Struggling
kaoskakibau.com - by ron

Di suatu siang, beberapa hari setelah Lebaran 2015, gue dan Dimas, salah satu temen gue yang dulunya anak cover dance dan sekarang sudah pindah haluan jadi penyanyi nasyid tapi masih menyimpan hasrat untuk nge-dance tapi dia hanya bisa memendam hasrat itu karena di satu sisi dia merasa aneh di sisi lain dia merasa pengen, sedang menunggu pesanan pizza di salah satu tempat makan di kawasan Pasir Kaliki, Bandung. Nama tempatnya Herb & Spice. I reccomend you to try every food in there because it taste really really good. But that’s not my point.

Gue termasuk orang yang susah percaya sama orang lain untuk urusan cerita-cerita masalah pribadi. Tapi di saat yang sama gue orangnya gampang dipancing untuk cerita-cerita masalah pribadi. Nah, bingung kan?

Sama.

Gue juga suka bingung sama diri gue sendiri. Ketika gue berniat untuk menyaring siapa-siapa saja yang berhak mendengarkan kisah-kisah kehidupan pribadi gue yang paling pribadi malah jatohnya jadi nggak kesaring karena kadang-kadang gue bisa random acara cerita sama siapa aja.

Dimas mungkin satu di antara banyak orang yang pernah mendengarkan curhatan-curhatan gue soal kehidupan. Dan topik siang itu adalah comfort zone.

Gue yakin semua orang di dunia ini pasti punya zona nyaman yang nggak pengen mereka tinggalkan. Dan buat gue, zona nyaman itu adalah Kpop. Nggak sekedar masalah fandom dan suka sama siapa, tapi Kpop buat gue adalah sumber penghasilan selama tiga tahun terakhir. Gue hidup dengan menulis berita Kpop di media mainstream dan kasarnya Kpop adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup gue sejak 2013 sampai jelang akhir 2016 ini. Karena berkat Kpop gue bisa bayar kosan, makan, minum, dan juga jalan-jalan ke beberapa negara yang mungkin sama sekali nggak pernah kepikiran di kepala gue sebelumnya.

Bekerja sebagai jurnalis Kpop adalah hal yang sangat menyenangkan buat gue. Nggak, bukan sangat menyenangkan. Tapi SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT MENYENANGKAN.

“Apa sih yang paling menyenangkan di dunia ini selain mengerjakan hobi sendiri dan dibayar?” kata salah satu wartawan hiburan di sebuah sesi wawancara Yubin ‘Wonder Girls’ via telepon beberapa tahun lalu. Lucunya, dia adalah pembaca blog gue juga. “Gue tahu lo lebih dulu dari blog daripada tahu lo wartawan Kpop,” katanya. Gue nggak bisa menyembunyikan senyuman malu-malu gue saat itu.

Kpop adalah zona yang benar-benar nyaman. Di situ gue merasa bisa jadi diri gue sendiri. Di saat orang lain sedang heboh mendengarkan lagu baru Tulus atau DJ Snake, gue tetap dengan EXO dan SNSD. Ketika orang lain sedang heboh membahas apakah benar Saipul Jamil punya video porno sama cowok seperti yang diunggah oleh sebuah akun anonim di Instagram dan jadi heboh di media online, gue tetap heboh manas-manasin orang yang nggak suka sama Baekhyun-Taeyeon. Kpop buat gue sangat penting dan signifikan. Kpop buat gue adalah kehidupan. Kpop buat gue adalah identitas. Kpop buat gue adalah zona nyaman.

2 Januari 2016, Liputan konser KRY di Jakarta (ronzstagram)


Percaya atau enggak, gue bukan termasuk orang yang mudah bergaul dan cenderung anti-sosial. Apalagi memulai pembicaraan dengan orang baru. Gue kadang-kadang pasif banget untuk yang satu itu, tapi bisa jadi juga sangat aktif, kalau misalnya orang yang diajak berinteraksi menunjukkan tanda-tanda keterbukaan dan nggak memunculkan jarak. Yes, I'm that kind of person who talks too much. Sorry. Genetic. Walaupun kata orang sih yang sering kali memunculkan jarak di obrolan pertama itu gue. Padahal sebenarnya kalau menurut gue mungkin jarak itu terlihat karena gue pada dasarnya orang yang pemalu. Tapi setelah lo kenal, gue akan jadi orang yang paling malu-maluin.

Di beberapa situasi, gue tipikal orang yang nggak akan ikut nimbrung ke obrolan secara langsung kalau misalnya gue nggak ngerti sama apa yang diobrolin. Gue bukan tipe yang mau sok-sok ngerti demi bisa nyambung sama orang-orang yang sedang kumpul-kumpul di kantor misalnya. Gue lebih ke tipikal pendengar kalau di bagian itu. Pernah waktu gue liputan ke Singapura beberapa bulan kemaren, salah satu wartawan senior ngajak gue ngomong soal politik Indonesia dan gue cuma bisa,

"Oh. Gitu ya? Masa sih? Oalah..." doang.

I'm not really interest with any kind of politics topic bahkan masalah negara sendiri. Dan yang lebih parahnya gue gak bisa fake kalo gue gasuka AHAHAHAHAHA. Tapi gue tahu ini salah sih. Soalnya pas di Amerika juga gue diajak ngobrol sama Gayle dari Singapura dan ngebahas soal kebakaran hutan beberapa waktu lalu sementara gue cuma, "Can we talk about Super Junior instead?" eh malu.

Jembatan Pasupati photo by @ronzstagram
Waktu ke Seoul tahun lalu, gue janjian ketemu sama temen di Hangugo Dongari dulu pas di UI. Namanya Anis. Kalau kalian udah pernah nonton film pendek 'Lunch Box' yang ada Ji Soo-nya itu, nah si Anis ini yang pake jilbab, temennya Lia. Kita janjian ketemu di Samseong Station karena berniat untuk ke COEX SMTOWN Artium bareng. Nggak bareng sih sebenarnya, nganterin gue. Karena dia pastinya udah bosen ke sana kan doski Seoul Saram. Sementara gue masih yang ingin ngalay karena belom pernah ke SMTOWN Artium sama sekali. Setelah bosen muter-muter di sana, kita pun makan di Lotteria dan di situlah gue ngobrol banyak soal mau di bawah ke mana blog dan segala macem perkara akun-akun pribadi ini.

"Kenapa nggak bikin YouTube aja sih kak?" tanya Anis yang hari itu makan burger ikan karena kata dia makanan itu doang yang bisa dia makan kalo ke Lotteria. Yang lain daging-dagingan agak tidak terjamin masalah halalnya.

"Sebenarnya udah pengen sih YouTube. Tapi belom pede aja liat muka sendiri dan diliat sama orang lain. Pengen ngegedein brand KaosKakiBau-nya juga ke banyak platform nggak cuma blog doang. Insha Allah 2016 sih harus udah ada perkembangan," jawab gue.

Walaupun 2016 sudah berjalan setengahnya, dan gue belom sama sekali berani untuk memulai vlog. Walaupun sudah terbiasa dengan kegiatan siaran radio sejak 2008, tapi ngomong di depan kamera sama di belakang mikrofon itu pengalamannya beda banget. Gue kadang nggak bisa mengontrol ekspresi ketika di kamera dan jadinya pasti menye-menye banget. Kalo di belakang mikrofon kan nggak ada yang liat. Tapi YouTube adalah salah satu plan jangka panjang sih. Mungkin kalo gue udah nggak di Jakarta atau kalau gue udah nggak kerja di tempat gue yang sekarang.

Walaupun bisa aja sih sebenarnya disambi, tapi.... ah... Ron ini anaknya pemalas.

Ada perasaan yang meledak-ledak waktu 'Lucky One' dirilis. Tapi meledak-ledaknya nggak seheboh ketika nonton MV-nya. Setiap detik tuh kayak berharga banget dan pengen banget dikomentarin. Setiap perubahan adegan kayaknya ada aja yang pengen dibahas. Dan ya, semuanya tumpah begitu aja di Twitter dan sudah gue tuliskan juga reaksi per adegannya di posting-an sebelumnya.

Klik di sini untuk review 'Lucky One'

Semua ekspektasi gue sama 'Lucky One' tuh kayak kebayar abis gitu loh, di setiap adegan dalam MV-nya. Sesuatu yang memang layak ditunggu setelah setahun. Nggak salah dong kalau kemudian gue juga menaruh harapan yang cukup tinggi buat senjata pamungkasnya: 'Monster'? Karena dari teaser MV-nya sih, videonya bakalan keren dan oke banget. Belum lagi karena efek 'Lucky One' yang udah sebagus itu, otomatis (menurut gue) yang selanjutnya nggak mungkinlah jelek-jelek banget. Ya paling enggak kan harusnya bisa setara. Positif deh, SM bakalan bikin 'Monster' ini rada sedikit di luar dugaan. Just like the 'Lucky One'

Jadi malam itu seperti halnya kebanyakan orang yang nungguin EXO di seluruh dunia ini, wkwkwkwkw, gue juga refresh-refresh itu YouTube SMTOWN berkali-kali setelah 'Lucky One' dirilis. Menunggu-nunggu sambil menebak-nebak dalam kepala seperti apa kelanjutan ceritanya. Apa memang bener berkelanjutan? Bagaimana akhirnya mereka bisa keluar dari maze dan terlibat bentrok antara mahasiswa dan satpol PP begitu? Terus ya penasaran juga ini hubungannya apa antara monster, alien, sama suntik mandul.

Menyimpulkan yang tampak di teaser MV sejauh ini kan mereka semua mendadak punya pengikut (puluhan remaja bak domba-domba tersesat yang sangat disayangkan mau aja diperalat oleh EXO) lalu mereka semua bentrok dengan satpol PP yang (kalau menurut Teori Suntik Mandul) adalah antek-antek pemerintah.

Gak tau deh tuh cerita lengkapnya kayak gimana. Mau bilang gue berharap Teori Suntik Mandul beneran juga kok ya jijik. Tapi pastinya ada dong, alasan kenapa mereka akhirnya berantem sama satpol PP. Apakah mereka bener-bener mau dijadikan senjata rahasia dan memberontak lalu melakukan perlawanan? Atau gimana sih? Wah pokoknya malam itu imajinasi liar udah  entah ke mana. Nyambung-nyambungin MV yang sebelumnya sama MV yang akan dirilis ini.

Ah... tapi ternyata emang manusia tuh nggak boleh berlebihan. Nggak boleh berharap lebih. Nggak boleh berkhayal ketinggian. Karena di atas langit masih ada langit. Di bawah neraka masih ada neraka. Di setiap harapan pasti ada (chance untuk) kecewa. Ah...
Gue nggak tahu harus bilang apa ketika ternyata, imajinasi gue tentang MV 'Lucky One' sama seriusnya dengan hasil akhir video terbaru EXO itu. Bener-bener sama sekali nggak menyangka kalau akhirnya, EXO dibuatin lagi satu video klip yang agak bikin mikir. OH THANK GOD!!! MV-nya nggak sekedar gitu-gitu aja. THANK GOD!!! Setidaknya ada video yang punya kasta setara dengan 'Love Me Right'. THANK GOD!!! SM mau berbaik hati membuatkan EXO video yang lebih layak. Ya abis, masa million seller idol MV-nya kandang ayam doang kan ya ngehek.

Dan harus gue bilang kalau MV 'Lucky One' ini cukup mengacak-acak emosi.

Tentu gue akan mengawali tulisan kali ini dengan curhat. You know me so well lah kalau kata boyband Indonesia anget-anget tahi ayam yang sekarang udah nggak tahu nasibnya kek mana.

Di hari perilisan 'EX'ACT' gue berasa lagi capek banget. Gila sih, menyelesaikan review teaser foto dan teaser video selama dua hari ternyata bikin tepar juga. Badan sih enggak, tapi otak iya keder. Ditambah lagi urusan kerjaan. Belum lagi harus menyesuaikan waktu untuk tidur, bangun dan masak buat sahur. Wah, kacau sih, sepanjang hari itu gue uring-uringan banget karena kurang tidur.

Biasanya kalau nggak puasa, kopi adalah sahabat terbaik kalo udah kayak gini. Selain KPop, kopi adalah obat terbaik buat bikin kalem hati dan pikiran sejenak. Belakangan gue nyium aroma kopi aja udah bisa bikin rileks. Tapi karena lagi puasa, yah, nggak bisa deh tuh yang namanya ngendus-ngendus kopi ataupun minum kopi ketika kepala lagi puyeng. Yah, emang cobaannya kali ya. Makanya di hari itu, sehabis kerjaan kelar, gue langsung balik kosan dan milih buat tidur. Karena kepala rasanya kayak lagi disentil-sentil Hagrid.

Ngerti gak sih, rasanya kayak gimana?


Satu hari sebelum puasa, biasanya kalau lagi di rumah, gue sama nyokap adalah orang yang paling heboh. Gue heboh minta dibikinin makanan ini pas buka puasa, sementara nyokap milih buat bikin makanan lain. Tapi kita berdua sama-sama heboh mikirin mau buka puasa pake apa besokannya, mau makan sahur pake apa juga di sahur pertama. Karena biasanya di hari pertama kita selalu nyipain sesuatu yang istimewa. Walaupun sebenarnya sih, masakan nyokap mau apapun juga tetap istimewa. Apalagi orang orang yang jarang di rumah kayak gue.

3,5 tahun kuliah beruntungnya gue cuma satu kalu doang nggak puasa di rumah. Dan itu pas tahun pertama banget jadi mahasiswa baru. Berat? Stres? Pengen marah-marah? Jelas. Disaat semua orang pulang kampung, cuma gue yang mendekam di kosan yang saat itu jauh dari mana-mana dan susah banget cari makanan karena semua orang pada pulang kampung dan nggak ada warteg yang buka. Lebaran di rumah saudara nggak banyak membantu karena pada akhirnya ada rasa-rasa nggak nyaman untuk melakukan banyak hal. Seperti misalnya tidur seharian gitu. Tahun pertama jadi mahasiswa baru dan di perantauan memang paling menyebalkan. Tapi itu juga yang paling membentuk ketahanan diri dan keteguhan hati sih.

Selanjutnya sampai lulus kuliah gue bisa pulang selama sebulan puasa sampai lebaran. Karena kebetulan, selama periode 2010 sampai 2012 itu, puasa dan lebaran selalu ada di liburan semester genap. Tau kan, kalau liburan semester genap itu bisa dua sampai tiga bulan. Dan tahun ajaran baru biasanya mulai lagi abis lebaran. Pokoknya era 2010 - 2012 itu semesta mendukung banget gue buat pulang kampung setiap puasa dan lebaran. Jadi nggak ada lagi istilah kesepian karena puasa di perantauan.

Tapi seperti halnya semua kebahagiaan di dunia ini nggak ada yang abadi. Ketika kuliah kelar dan mulai kerja, pindah dari Depok ke Jakarta, puasa di rumah adalah sesuatu yang langka. Bahkan mungkin mustahil adanya.

Setidaknya sampai tahun ini belum terjadi.




Gue punya love-hate relationship sama Rumah Sakit. Tempat ini mungkin jadi lokasi yang paling gue nggak sukai di dunia setelah Kuburan Bikun UI. Pengalaman pertama gue ke rumah sakit adalah ketika gue SD. Salah satu temen gue (well nggak temen baik banget sih, for a fact he is someone who bully me that time hahahahaha cuma karena dulu pas SD kita diajarin tenggang rasa jadi ya udah begitu kejadiannya) masuk rumah sakit. Gue dan beberapa temen excited banget untuk pergi ke rumah sakit buat jenguk dia. Loh kenapa kita jadi excited padahal mau nengokin orang sakit? Iya. Karena itu artinya kita bisa main-main di lift yang ada di rumah sakit.

Iya. Lift. Fasilitas di sebuah gedung yang digunakan untuk pindah dari satu lantai ke lantai yang lain dengan cepat tanpa harus mendaki anak-anak tangga.

Mungkin perlu kalian tahu, Mataram, ibukota Nusa Tenggara Barat, yang lokasinya di Pulau Lombok, adalah tempat gue dibesarkan. Dibandingkan dengan kota-kota lain di sebelah barat Indonesia, kota ini dulu bisa dibilang sangat terpencil dan seorang terasing. Yang paling sederhana aja misalnya kami baru punya bioskop sekelas XXI itu belum genap dua tahun. Dulu ada bioskop pas jaman-jaman gue masih belum TK. Tapi kemudian mati dan setelah XXI memonopoli semuanya selama hampir 20 tahun kali kita nggak punya bioskop. Hidup di kota ini bisa dibilang segala tren itu datangnya terlambat. Kayak misalnya kita baru suka sama film-film India setelah orang-orang mungkin sudah pindah ke film-film Korea. Terakhir gue pulang Mei kemaren, orang-orang di kampung gue bahkan nggak tahu kalau kita bisa update berita soal selebriti di situs berita online tempat gue kerja sekarang. Dan gue hidup di tengah-tengah masyarakat di kampung itu selama 17 tahun sebelum gue pindah ke Depok untuk kuliah di UI.

Sedikit background betapa cupunya kehidupan anak kampung ini dulu itu mungkin bisa menjelaskan kenapa akhirnya lift jadi salah satu hal yang bikin amazed gue dan temen-temen gue pas SD. Jelas, kita semua nggak ada yang pernah sama sekali mencoba untuk menyentuh tombol yang ada di dinding yang kalau ditekan bisa bikin dua "daun pintu" terbuka itu. Dan kita nggak sabar buat dateng ke rumah sakit untuk jenguk temen kita ini dan mencoba menggunakan lift itu untuk pertama kalinya.

"Nggak boleh naik itu! Nanti kamu nggak bisa keluar!" begitu kata nyokap gue suatu hari ketika gue yang penasaran dengan lift dan ngajak dia buat nyobain naik lift cuma supaya tahu rasanya doang, di suatu hari ketika gue sedang kontrol kuping karena punya penyakit kebanyakan congek. Dan karena perkataan nyokap itulah akhirnya gue nggak pernah naik lift sama sekali. Karena takut nggak bisa keluar. Walaupun rasa penasarannya masih tetap ada. Belakangan gue tahu kenapa alasannya nyokap nggak pernah mau ngajak gue naik lift: soalnya beliau suka puyeng sama sensasi di dalam sana. HAHAHAHAHAHAHAHA bahkan naik eskalator di mall aja dia nggak mau. Lebih milih naik tangga.

Mom..... HIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHI


Sebenci itu gue sama quote-quote yang bertebaran di media sosial tapi gue nggak bisa nggak senyum kalau ngeliat ada satu yang nyentil. Salah satunya yang bilang kalau, nggak ada orang di dunia ini yang sibuk banget, yang saking sibuknya sampai dia lupa sama sesuatu atau lupa melakukan sesuatu. Lalu kenapa ada orang yang bisa lupa sama sesuatu dan lupa melakukan sesuatu? Jawabannya adalah karena dalam hidup mereka mungkin posisi penempatan "sesuatu" itu bukan di tangga prioritas teratas. Dan gue sedih banget ketika akhirnya gue menjadikan blog ini sebagai prioritas ke sekian selama beberapa minggu terakhir.

Mei berlalu begitu saja dengan penuh cerita. Kebanyakan di antaranya adalah cerita bahagia, Alhamdulillah. Apa lagi yang lebih membahagiakan dari bersama teman-teman di hari ulang tahun gue sendiri? Sepanjang nyaris tujuh tahun di perantauan ini, jarang banget gue didatengin sama temen-temen persis di hari ulang tahun gue sendiri. Gue bukanlah teman yang segitu baiknya sama mereka mereka ini tapi mereka toh tetep aja mau menyempatkan diri untuk datang. Bahkan gue nggak ngeluarin duit sama sekali buat menjamu mereka. Mereka yang beli makanan sendiri. Hihihihi...

Gue nggak pernah membenci hari ulang tahun. Tapi bener kata orang, semakin kita bertambah usia, semakin kita jadi nggak terlalu mempedulikan hari kelahiran kita. Mungkin karena kita sudah terlalu tua untuk menerima kejutan lilin di atas kue, atau siraman telur ceplok dan tepung di atas kepala, atau simply orang-orang yang melakukan itu sudah punya kesibukan lain. Atau menempatkan kita di posisi kesekian dari prioritas mereka. Dan orang-orang yang masih mau merayakan ulang tahun gue ini (baik yang hadir atau yang tidak hadir) adalah mereka yang nggak bisa dibeli dengan apapun. 

Sebulan lebih gue menghilang dari blog. 'Finally, Seoul!' jadi terbengkalai begitu saja. Sangat gue sesalkan kenapa gue nggak pernah bisa menyempatkan diri untuk menulis lanjutan dari kisah itu di sela-sela pekerjaan gue. Sangat gue sesalkan juga pada akhirnya gue menjadikan blog ini sebagai prioritas ke sekian. Padahal selama ini posisinya selalu jadi prioritas kedua setelah pekerjaan.

Yah... pekerjaan...

Tiga tahun bekerja sebagai kolumnis (OMG THIS IS MY VERY FIRST TIME USING THIS WORD) di salah satu media online membuat gue nggak jauh dari laptop dan ngetik. Dalam sehari, menulis sekitar 10 sampai 15 artikel itu bikin kepala pening juga. Gue selalu berpikir kalau menulis itu adalah hal yang paling santai di dunia. Tapi ketika sudah berurusan sama pekerjaan (dan gaji bulanan) hal ini bisa jadi hal yang paling complicated. Lebih-lebih lagi ketika gue tidak bisa membedakan bahasa penulisan di pekerjaan dengan bahasa penulisan di blog. Atau lebih parahnya ketika gue tidak punya banyak waktu lagi untuk menulis di blog.

Sebenarnya ketika gue pertama kali mendapat pekerjaan ini juga gue sudah tahu kalau waktu gue nge-blog akan menurun drastis. Selama tiga tahun terakhir gue selalu berusaha untuk keep up dengan update-an blog seiring dengan gue tetap bisa menulis untuk kerjaan. Tapi ada kalanya lelah itu datang dan bukan lelah karena pegel abis lari-larian atau panas-panasan, tapi lelah ngeliat serentetan tulisan di laptop dan memikirkan kata apa yang harus gue ketik setelah gue mengetik kata "mengetik kata" di dua kata sebelumnya dalam kalimat ini. Tapi yes, risiko itu selalu ada. Gue kira setelah tiga tahun bekerja di sini gue bisa menyesuaikan semuanya dengan baik. Tapi yah... hidup setiap harinya adalah pelajaran... dan sekarang gue pun masih belajar bagaimana menyesuaikan itu.

Beberapa bulan yang lalu I think I did a good job. Gue masih bisa nulis perjalanan ke Seoul sambil juga nulis laporan buat kantor sekalian. Tapi memasuki bulan Mei ini, memasuki usia 25 tahun ini, gue mulai kacau lagi. Mungkin ini karena kutukan bulan Mei atau mungkin memang karena gue yang mulai nggak bisa mengatur prioritas. Belum lagi ada kerjaan tambahan (demi uang tambahan untuk bayar kosan dan kebutuhan hidup yang lainnya) yang juga nggak jauh-jauh dari nulis. Semuanya bikin blog ini jadi makin terbengkalai. Di saat yang sama gue juga harus ngurusin Fanpage, Twitter, LINE@, Instagram yang mana tetap berhubungan sama tulisan.

HAHAHAHAHAHAHAHAHAH

Ketawa memang adalah salah satu cara terbaik untuk keluar dari semua ini. Nggak heran beberapa hari terakhir gue suka random nontonin film Thailand yang cheesy-nya keterlaluan. Bahkan tadi sore gue masih sempat nonton Winnie The Pooh dan ketawa-ketawa sendiri (sambil nostalgia dengan karakter-karakter lucu masa kecil gue itu). Lalu kemudian gue tiba di satu pikiran paling penting yang prioritasnya ada di atas segala keluhan-keluhan yang hampir gue tuliskan di semua media sosial tapi nggak jadi selama beberapa minggu terakhir: gue masih beruntung.

Ketika disibukkan dengan pekerjaan kenapa tidak bersyukur saja, daripada nggak ada kerjaan? Ketika merasa lelah menulis sampai nggak punya waktu untuk blogging, kenapa tidak bersyukur saja karena bisa tidur lebih cepat daripada biasanya? Hihihihi Karena kalau nge-blog ya pasti akan sampai tengah malem. Kalau yang update LINE@ gue pasti deh tahu, gue suka broadcast tengah malem bahkan dini hari juga pernah.

Mengeluh sudah lama (dan sedang berusaha) gue hapus dari kehidupan gue. Apalagi ngeluh-ngeluh di media sosial. Manusiawi sih emang. Tapi kalau keseringan bikin orang juga jadi kayak "Ini orang sebenarnya kenapa sih?!" Dan di saat seperti ini gue mau minta maaf sama orang-orang yang udah follow Twitter gue dari jaman dulu. Karena isinya ngeluh semua. Hihihihihi.

Yes. I'm that Lucky One
.

And I should credit EXO for this post because they give me the willingness to write in the middle of my messy priorities. Hihihi....

Belakangan ini gue sedang dalam posisi yang nggak EXO banget. Lagi ada banyak virus-virus tujuhbelas berseliweran. Apalagi cabe-cabean NCT yang lagi minta banget diperhatikan. Tapi kalau bicara soal prioritas, EXO adalah yang paling atas. Gue bisa jamin kalau gue dikasih sederet nama idol dan disuruh pilih satu di antara yang banyak itu yang mana yang paling gue sayang ya pasti jawabannya EXO. Kalau gue nggak sayang, gue nggak akan menulis kalimat ini sekarang, menulis posting-an ini dan akhirnya kembali ke blog setelah gue mengabaikan kelanjutan dari 'Finally, Seoul!'. Bahkan kalau mau jujur, kemaren gue sempat merasa tertohok dengan sangat tidak penting, ketika salah satu (insya Allah) teman dekat gue memilih untuk menjual photocard EXO-nya karena sedang butuh uang.

I mean.... WHY?!?! SETIDAKPUNYA KENANGAN ITUKAH BENDA-BENDA MATI ITU?!?! ATAU GUE YANG TERLALU DRAMA!?!?!

Karena baru Minggu lalu gue marah-marah sama orang rumah karena koleksi Harry Potter gue dari jaman SD mereka masukin ke keranjang dan di taroh di gudang yang lembab yang bisa menyebabkan itu barang-barang jamuran dan rusak. Ya, mungkin gue yang terlalu drama dan terlalu sayang sama benda-benda mati itu.

Oke, EXO, you WIN(WIN)

(KYAAAAAAAAAAAAAAA!!! WINWIN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!)

(Eh salah)

(Maafin)

Ada banyak sekali senpai EXO di luaran sana sekarang yang makin hari makin nggak kegapai posisinya. Makin dewa. Makin banyak update-an seiring dengan banyak sekali kegiatan mereka per member. Susah buat ngikutin semuanya. Susah mau backtrack. Ada banget momen ketika gue merasa gue harus backtrack semua yang EXO lakukan supaya gue tetap bisa mengikuti apa yang terjadi sama mereka day by day. Sampai akhirnya gue sampai di momen ketika otak gue bilang dengan sangat tegas "Kayak nggak punya kehidupan lain aja!" dan kemudian gue berhenti. Hahahaha. Nggak, ini nggak nge-judge siapapun yang masih aktif spazzing dengan "nggak punya kehidupan". Kembali lagi ke masalah prioritas. Mungkin sekarang spazzing sudah bukan prioritas teratas gue lagi.

Nikmatilah masa-masa spazzing kalian, buat yang masih SMA atau masih kuliah. THIS IS YOUR MOMENT! Karena ketika kalian sudah kerja nanti, hidup akan jadi lebih susah. It's all about the money~ money~ money~ Tapi, KPop will always be your remedy.

So yeah, EXO is back with another album! Ada sesuatu yang harusnya dirayakan dan di-posting di blog ini pada akhirnya. Walaupun sangat disayangkan comeback kali ini (biar kata juga bakalan grand) masih belum mengalahkan 'EXODUS'. Untuk ukuran teaser ya. Soalnya nggak ada Pathcode yang harus dipecahkan, nggak ada teaser-teaser misterius di beberapa negara, nggak ada keseruan yang sama seperti waktu itu. Gue malah merasa comeback EXO yang sekarang ini ya sama aja sama debut solo-nya Luna atau album solo terbarunya Jonghyun.

Ya udah gitu aja.

Ada kesan yang kejar setoran banget. Ada kesan yang buru-buru banget (walaupun pengumumannya sih sebenarnya udah dari kapan). Dan gue melihat ada jarak yang terlalu sempit antara perilisan logo, teaser foto dan the actual comeback. Beda sama 'EXODUS' yang kita tuh udah tahu mereka bakalan comeback dari Desember 2014 padahal albumnya baru dirilis April 2015. Tapi ini semua sebenarnya bias sih. Karena gue suka banget konsep album yang kemaren. Itu kerennya nggak ketulungan. Sesuatu yang bener-bener nendang banget setelah lawsuit-lawsuit supernggakpenting itu. Walaupun pada akhirnya dateng lagi satu masalah setelah 'Call Me Baby' rilis. HAHAHAHAHAH KAMPRET EMANG INI GRUP. KENAPA JUGA GUE BISA NGEFANS DAN SAYANG SAMA GRUP KAMPRET INI.

Positifnya adalah, kita bisa menaruh ekspektasi yang cukup tinggi untuk album dan juga video klipnya.

Inilah permasalahan terbesar setiap comeback EXO sebenarnya. Ketika gue merasa teaser-nya udah keren banget kayak 'EXODUS', eh MV-nya yaudah gitu aja kayak ayam dikandangin. Ketika teaser-nya biasa aja kayak 'WOLF' eh gue malah suka sama rangkaian MV-nya karena itu pertama kalinya EXO muncul dengan konsep drama.

Gue kalo nggak salah pernah bilang deh, jangan pernah ngarep apapun dari comeback EXO. Cara terbaik untuk menyambut comeback ini adalah bukan berharap, tapi terima aja apa adanya tanpa banyak-banyak mikir.

Tapi untuk yang satu ini, gue lagi-lagi menaruh harapan yang tinggi banget. Walaupun nggak lebih tinggi dari 'EXODUS' sih, karena dari London, Colorado, Almaty, sampe Marseille, jatohnya ke kandang ayam tuh sakitnya sampe ke pankreas. Cuma kalau misalnya SM bisa bikin teaser yang bagusnya pake banget tapi MV 'Call Me Baby' yang jeleknya juga kebangetan, kenapa mereka nggak bisa bikin teaser yang biasa-biasa aja tapi MV-nya malah bagus? I mean, it happened in 'WOLF' era right? (cuekin aja 'Overdose' era karena itu teaser fotonya jelek MV-nya makin jelek lagi mana pake ada skandal lawsuit ya makin jelek aja udah. Tapi lagunya bagus banget hehehehe)

Dan gue merasa itu akan terulang lagi.

Gue sangat suka dengan dua konsep kontras yang ditawarkan di album ini. Karena EXO udah nggak bisa lagi memecah grupnya ke sub-unit K dan M, sementara SM nggak bisa menghapus konsep dua negara itu hanya karena member Tiongkok cuma sisa satu. Jelas. Mana mau SM kehilangan uang. Gue malah curiga alasan kenapa Lay selama ini dipertahankan karena memang dia adalah satu-satunya kunci EXO bisa masuk dan bertahan di Tiongkok. Bukan berarti EXO nggak bisa eksis di Tiongkok tanpa Lay, tapi karena ada Lay, siapa yang mau ngomong bahasa Mandarin? Leader-nya aja masih terbata-bata.

Eh.

Gue ulang, gue sangat suka dengan dua konsep kontras yang ditawarkan di album ini. Karena ketika SM sudah nggak bisa membuat versi sub-unit lagi seperti sebelumnya, ya mereka bikinlah konsep yang bertolak belakang ini. Semacem pelarian supaya bisa jadi dua. Pokoknya harus terbelah dua. Seperti Hitam dan Putih. Seperti Baik dan Jahat. Seperti Malaikat dan Iblis. Yang penting gimana caranya supaya albumnya dua versi aja. Jadi orang juga belinya dua versi. Dua versi di masing-masing bahasa. Total ada empat versi yang berbeda.

HIHIHIHIHHIHIHI Ngerti kan, kenapa EXO albumnya bisa sampe jutaan kopi?

Bersyukur juga konsep kontras ini nggak dimunculkan SM di 'EXODUS'. Karena jelas, kalau misalnya dimunculkan di situ jadi terlalu kesannya padet konsep banget. Pemborosan konsep gitulah kalo gue menggampangkannya sih. Karena konsep 'EXODUS' kan udah kompleks banget. Penjelasan dari segala macam kasus dan perubahan demi perubahan.

'Lucky One' menawarkan sebuah konsep yang lebih santai dan ceria. Feel-nya kayak anak-anak SMA lagi mau foto buat album kenangan.

"Eh, cari konsep yang lucu yuk!"

"Apa ya kira-kira?"

"Jaring nelayan aja!"

Sementara 'Monster' memberikan kesan yang lebih gelap dan misterius. Terakhir EXO tampil dengan dandanan misterius itu kayaknya cuma ketebelan eyeliner di 'Overdose'. Ketika ngeliat foto-foto 'Monster' feel garangnya lumayan dapet untuk beberapa member. Beberapa member lagi terkesan biasa aja. Ya tapi ini rada-rada mirip teaser 'Overdose' sih. Tapi versi nggak ada Luhan, Kris dan Tao. Mungkin memang niatnya mau reboot teaser 'Overdose' tanpa ex-member?

Kalau dilihat dari foto-foto teaser yang dirilis artis-artis SM yang lain beberapa minggu terakhir, 'Lucky One' masih senada sama Jonghyun dan juga Luna. Warna-warna yang ditawarkan lebih terang dengan background yang kontras dan terlihat norak tapi karena ini EXO dan bias jadi noraknya dimaafin aja. Masih ada nyambung-nyambungnya sama foto-foto 'Love Me Right'. Masih ada nuansa santai dan happy-happy kayak foto-foto di teaser 'Wolf'. Yang ini pokoknya foto-foto yang biasa banget deh. Di beberapa foto kayak misalnya fotonya Baekhyun entah kenapa mengingatkan gue ke salah satu foto teaser 'Sexy, Free & Single'-nya Super Junior berjuta-juta tahun yang lalu.

"Laper banget. Mau makan. Laper. Om, aku laper Om. Gak ada makanan banget Om?"

Sebelum benar-benar mengucapkan selamat tinggal buat Petite France, gue sempat berdiri di tengah-tengah jalan sepi yang dingin di depan sebuah toko kelontong di sana. Ngeliat ke arah Sungai Han yang dari kejauhan yang mulai gelap. "Kapan bisa ke sini lagi?" Pertanyaan yang selalu muncul kalau misalnya sedang jalan-jalan dan sudah mau pulang. Kita bisa saja hidup senang di hari ini tapi nggak ada yang bisa menjamin apakah kita masih hidup besok, kan?

Mendadak jadi mellow.

Kita semua sama-sama tahu dan mengerti kalau badan kita udah nggak sanggup lagi buat ngapa-ngapain lagi. Perjalanan balik dari Petite France emang lancar sih, tapi cobaan banget. Makin malem, udara dingin di kawasan ini jadi makin menusuk. Seriusan deh, ini tuh kayak baru abis kena ujan, terus masuk kamar malah diguyur pake es batu ala-ala Ice Bucket Challenge. Mungkin bisa lebih parah dari itu. Belum lagi bus yang kita tumpangi buat kembali ke stasiun ngebutnya luar biasa. Kayaknya sopir-sopir bus hop on - hop off ini sudah hapal banget sama jalan berliku-liku di bukit itu kali ya? Nggak ada takutnya sama sekali loh! Gue yang ada di dalem bus udah istigfar aja sambil berusaha untuk tidur. Berusaha juga nggak muntah.

Kita sampai di Gapyeong Station sekitar jam 7 atau setengah 8 malam. Dinginnya udara malam itu bikin gue pengen pipis (dan ini sebenarnya udah ditahan dari Petite France). Pipis tuh sebenarnya nggak akan jadi masalah, kecuali, yah, dalam kondisi musim dingin yang lo nggak mungkin pake baju (dan celana) cuma selapis aja. Demi bertahan hidup gue pake bawahan longjohn. Menggunakan benda ini bikin pipis jadi PR yang luar biasa males banget untuk dilakukan. Dan nggak cuma itu saja tentunya yang bikin ribet.

Posting-an ini adalah bagian kesepuluh dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, baca dulu beberapa cerita sebelumnya supaya lebih nyambung yuk. Link posting-an sebelumnya ada di bawah ini ya!
1. Bonjour, Petite France!
2. Jadi Tukang Foto Orang Pacaran di Nami
3. Ngeliat Song Seung Hun Syuting 'Saimdang - The Herstory' di Ohjukheon
4. OMG! Saya Ikutan Press Conference Drama Korea!
5. Pertemuan Pertama yang Awkward dengan Salju (ALAY BANGET ASTAGA!)
6. Ngegaul Sendiri di Dongdaemun Design Plaza
7. MBC World, Tempat Seru Buat Ngalay!
8. Jangan ke Myeongdong Kalau Nggak Punya (Cukup) Uang
9. Dream Come True: Finally, Seoul!
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Hey, It's Me!



kpop blogger, kpop podcaster, social media enthusiast, himself


Author's Pick

Bucin Usia 30

Satu hal yang gue sadari belakangan ini seiring dengan pertambahan usia adalah kenyataan bahwa gue mulai merasakan perasaan-perasaan yang ng...

More from My Life Stories

  • ▼  2024 (5)
    • ▼  Maret (2)
      • Menjadi Dewasa yang Sebenarnya
      • I Know..., But I Dont Know!
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2022 (12)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2021 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (49)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (36)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2015 (44)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2014 (34)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2013 (48)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (98)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (10)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (19)
    • ►  Februari (12)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (101)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (25)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (53)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (7)

Podcast ngedrakor!

Podcast KEKOREAAN

#ISTANEXO

My Readers Love These

  • 'Sexy, Free & Single' Music Video: Review Saya!
  • Are You Ready for Your SM Global Audition Jakarta?
  • EXO CHEN! Siapa Member Lainnya?
  • EXO MAMA MV: Review Saya! [PART 1]
  • Final Destination 5: REVIEW!
@ronzzyyy | EXO-L banner background courtesy of NASA. Diberdayakan oleh Blogger.

Smellker

Instagram

#vlognyaron on YouTube

I Support IU!

Copyright © 2015 kaoskakibau.com - by ron. Designed by OddThemes