Deg-degan Masuk SMTOWN COEX Artium [Part 1]

Nama gue Ron. Gue suka nonton drama Korea dan suka dengerin KPop. Baru-baru ini gue menderita mencret yang parah banget. Lo tahu kan, penyakit yang disebabkan karena kebanyakan makan cireng dan sambel ayam penyet itu? Ya… Dalam 25 tahun terakhir mungkin ini adalah mencret gue yang paling parah. Karena bahkan untuk berdiri aja gue goyah. Untung Tuhan menunjukkan jalan kepada manusia bahwa boker sangat efektif dilakukan jika jongkok, bukan berdiri. Tapi bahkan dalam kondisi kurang cairan seperti ini, jongkok pun terasa melelahkan.

Gengs, maafin gue kalo posting-an ini diawali dengan curhatan soal mencret. Karena seperti yang gue bilang di atas, ini adalah mencret terparah sepanjang hidup gue. Kalo capek karena lari, angkat beban, atau ngepel kamar okelah bisa dimaklumi. Tapi capek karena boker itu hal lain gengs. Jangan pernah sekali-sekali makan jorok di pinggir jalan kalau kondisi badan lo lagi nggak fit.

Seharusnya posting-an ini sudah naik di kaoskakibau.com sejak dua minggu lalu. Tapi karena gue mendadak kena diare (dan diperparah karena gue sendiri di kosan dan susah buat keluar beli obat akhirnya malah berkepanjangan) jadinya ketunda. Penundaan berlanjut karena urusan kantor dan kepribadian golongan darah B yang super mager macem gue. Tapi yah, life must go on. Walaupun mencret gue belum kelar sampai hari ketiga, gue tetap harus bertahan melawan kejamnya dunia. Termasuk kejamnya sebagian orang menilai para fans KPop di masa lalu.

Oh yeah, lets begin the curhat.



Jadi seorang fanboy KPop tuh nggak gampang. Jujur saja. Kondisi kehidupan lo nggak akan semudah ketika lo mengidolakan seorang pemain sepak bola atau personel sebuah band metal papan atas dunia. Kalau lo udah jadi fanboy militan Korea-Korea-an sejak sebelum 2009, tahun di mana KPop hanyalah genre nugu di dunia ini, lalu kemudian lo merasakan bagaimana rasanya dicibir teman-teman sekitar lo karena lo suka KPop, men, kita harus tos dulu.

Tos di jidat orang-orang yang ngatain tapi ya. HAHAHAHAHAHAH

Gue tuh suka nggak paham kadang sama orang-orang. Kenapa deh mereka suka banget ngurusin kesukaan orang lain? Like seriously, memangnya kenapa sih kalau gue suka sama Korea-Korea-an? Gue nggak minta duit sama elo kok buat menghilangkan dahaga gue akan kesukaan gue ini. Kenapa malah lo yang sakit pantat.

Kalau diitung-itung kira-kira sudah delapan tahun gue ada di lingkaran setan bernama KPop ini. Nggak jarang gue mendapat pandangan yang yah bisa dikategorikan ke negatif. Dan selama delapan tahun itu gue juga memperhatikan bahwa ternyata nggak cuma gue loh yang mengalami hal ini. Banyak fanboy bahkan fangirl juga (mungkin) berada di frekuensi yang sama. Kayak semisal, kalau gue nggak sengaja ada di acara KPop gitu ya, kayak cover dance competition atau apa, gue masih sering ngeliat fanboy pake masker.

Oke ini suuzon sih.

Gue menebak mereka yang pake masker ini kurang pede sama diri mereka sendiri. Mungkin juga ngerasa nggak nyaman berada di situ. Takut kalau-kalau ada temen rumahnya atau temen sekolahnya yang nggak suka KPop ngeliat dia ada di acara KPop trus nanti dikata-katain di sekolah.

Sotoy sih emang. Kan bisa jadi sebenarnya mereka pake masker karena emang lagi pengen. Karena memang lagi cosplay-in airport fashion idol favorit mereka. Karena lagi jerawatan. Karena alergi. Karena yah mungkin juga terlalu ganteng untuk berada di sana sehingga ada ketakutan tersendiri para wanita akan berteriak “OPPA!! OPPAA!!! SARANGHAE!! OMMOO OMMOOOO!!!!” ke dia. Atau mungkin karena ternyata dia adalah Byun Baekhyun.

OMG!

“OPPAAA!!! OPPPAAA!!!!!!” *JAMBAK YANG PAKE MASKER*

Tapi enggak tahu kenapa gue kayak punya keyakinan gitu, bahwa beberapa orang yang pake masker di tempat yang seharusnya mereka bisa jadi diri mereka sendiri itu adalah orang yang masih punya ketidakpercayaan diri. Bener gak sih itu kata terakhir. Padahal kan sebenarnya kalau dipikir-pikir, semua yang di situ pasti suka KPop. Like WE ARE ONE, MAN! Ehem. Tapi ya mungkin emang dia lagi jerawatan. Atau emang dia takut ketauan temen sekelasnya yang nggak suka KPop.

Iya gue suuzon. Maafin gue.

Tapi tenang saja. Kalau lo baca ini kemudian lo merasa tersentil, bagus, karena niat gue emang pengen nyentil. Nggak cuma elo kok yang merasa demikian.

Gue selalu menganggap diri gue sebagai orang yang paling nggak pede di seluruh dunia. Gue pun pernah berada di masa-masa seperti itu. Waktu SMA mungkin nggak terlalu kerasa karena gue belum yang frik banget sama KPop. Tapi berasa banget pas kuliah sih.

Jadi ceritanya kan gue emang suka banget bikin fanfic (baca di smellyshockshortstory.tumblr.com). Dan kalau udah bikin fanfic tuh gue suka banget yang menenggelamkan diri gue ke masing-masing karakter yang gue bikin. Jadi kadang suka bikin editan-editan foto dengan karakter-karakter yang gue pake jadi main cast-nya gitu. Terus gue jadiin wallpaper laptop. Maksud gue kayak supaya gue setiap kali inget kalo gue harus ngelanjutin ini fanfic, gitu loh. Nah, suatu hari ada salah satu temen se-program studi gue mau minta file dari laptop gue gitu. Dia nyamperin gue sama salah satu temennya.

Dalam hati gue sebenarnya sudah merasa nggak aman. Karena kalau mau transfer-transferan kan harus buka desktop dulu dan itu wallpaper pasti nampak.

“Ah gue males deh kalo ntar diliat sama nih orang,” kata gue. Gue nggak mempermasalahkan temen gue yang minta data. Yang gue permasalahkan adalah temennya itu. Yang gue yakin (keliatan) kalo dia bukan tipe orang yang biasa aja sama orang yang suka KPop. Anjir sebel kalo diinget-inget WKWKWKWK.

Saat itu wallpaper gue lagi editan fotonya Joong Ki, Yoona sama Siwon. Persis ketika wallpaper gue tampak, gue ngeliat temennya temen gue itu kayak memberikan tatapan  yang—hmmm gimana ya nyebutnya—mencela? Kayak mau ketawa tapi ketawanya yang nyinyir kayak yang “APAAN SIH NIH ORANG” gitu pas liat laptop gue.

Wah bangsatlah. LO PALING SUCI GUE PENUH DOSA.

Begitu kira-kira.

Tapi pandangan negatif jadi fanboy KPop nggak cuma datang dari orang yang nggak suka KPop aja. TERNYATA! Gue juga pernah merasa “dipandang sebelah mata” oleh sesama fans KPop. Waktu itu SHINee pertama kali datang ke Indonesia, 2010 kalo nggak salah, yang mereka isi acara kerjasama Arirang sama TVRI yang panggungnya gembel banget itu. Dan gue sama salah satu temen gue dateng ke bandara (niatnya) ngejemput SHINee (walaupun sebenarnya nggak bisa juga kejemput karena ya lo tahulah satpam di bandara always full of shit untuk urusan inian).

Ketika sedang berdiri di antara kerumunan, ada salah satu orang yang memberikan tatapan merendahkan gitu ke gue.

“Fanboy?!” sambil ketawa nyinyir ala-ala antagonis sinetron Bawang Merah Bawang Putih.

“Hehe ada masalah? Hehe” kata gue lalu mengalihkan pandangan ke pintu kedatangan bandara yang nggak kunjung dilewati oleh SHINee karena kita semua dibohongi satpam bandara.

Tq pak satpam.

Gue jadi suka mikir, kenapa sih orang-orang masih aja ada yang nggak respect sama kesukaan orang lain?!

Men, mereka tuh haruslah mulai menghargai apa yang orang lain suka. Ketika kita nggak pernah ngerecokin mereka, kenapa deh mereka tuh always act like shit. AHAHAHAHAHA Maksud gue, ya lo nggak usah mencela lah. Lagian lo juga kan nggak tahu gimana-gimana dan apa-apanya. Nggak usah mencibir gitulah.

Gue jadi inget beberapa waktu yang lalu gue sempat mampir ke Bumi Perkemahan di Cibubur dan melihat banyak banget mas-mas bertelanjang dada, berkemah di tengah hutan, duduk ngerokok melingkari api unggun. Ikhlas banget badan mereka digigit nyamuk segede gajah. Kalau mau sinis gue bisa aja bilang, “Yaelah mas, ngapain sih, mending tidur di rumah nggak digigitin nyamuk. Anget. Daripada tengah hutan gini?” Ya tapi urusan gue apa? AHAHAHA Itu kan emang kesukaan mereka. Hobi mereka. Sesuatu yang membuat mereka puas yang nggak akan pernah gue ngerti kenapa.

Sama aja kayak orang mikir “Ya lo ngapain beli tiket konser KPop? Mahal! Buang-buang duit! Bisa beli laptop atau hape baru tuh tinggal nambah dikit!”

Dan ya, perdebatan itu nggak akan pernah berakhir. Kecuali lo sama-sama ngerti bahwa yang A suka itu nggak sama dengan apa yang B suka. Apa yang A lakukan buat hobinya beda sama apa yang B lakukan buat kesukaannya. Dan lo nggak bisa nyuruh A beli handphone baru dengan uang yang dia pake beli tiket konser karena dia nggak butuh hape baru. Lo juga nggak bisa nyuruh B tidur di rumah aja jangan di hutan ya karena di rumah mungkin dia nggak bisa bakar api unggun karena tinggalnya di apartemen kali?

Gue Ron, gue suka KPop, dan itu terserah gue.

Lo suka musik rock ya itu urusan lo. Lo nggak suka KPop juga itu masalah lo, gue nggak mau ikut campur.

Walaupun mungkin sekarang sudah jarang ada yang kayak gini karena SEMUA ORANG YANG DULUNYA NGGAK SUKA KPOP ATAU NGGAK MAU KOREA-KOREA-AN SUDAH MULAI BAHAS-BAHAS KOREA, tapi dulu hal-hal yang kayak gini tuh yang paling nyebelin. URRGGHH.

Gue sendiri mulai pede sama “status” sebagai fanboy KPop tuh mungkin bisa dibilang setelah Super Junior ngeluarin album ‘Bonamana’. Wah gila sih. Walaupun sekarang sinar biru-biru ELF gue sudah pudar, tapi pada masanya, gue tuh kayak mempromosikan itu lagu ke mana-mana. Sampai-sampai gue memaksa Music Director di radio tempat siaran gue di Mataram dulu supaya mau masukin Super Junior ke playlist mereka. Waktu itu gue juga mulai berani tuh pake-pake baju KPop. Dan gue inget baju KPop pertama gue adalah baju bertuliskan SUPER JUNIOR di bagian depan dan BONAMANA di bagian belakang. Dan ketika gue ke mana-mana pake baju itu banyak yang liatin. Sebel. Tapi gapapa. Makasih sudah liatin aq padahal aq bukan Raline Shah.

Gue jadi inget sama kejadian di bandara. Suatu hari gue baru balik dari liburan kuliah dan mendarat di Jakarta. Gue sedang nunggu koper di baggage claim ketika seorang cewek berjilbab mendekati gue dan ngajakin ngobrol mendadak. Cuma karena gue pake baju Super Junior yang gue cetak sendiri itu. Asli, cetakannya jelek banget. Dan alay. Tapi toh si cewek tetap menunjukkan antusiasmenya.

“Mas, boleh nanya?”

“Eh apa ya?”

“Itu bajunya beli di mana? Hehe saya suka SuJu juga soalnya,”

OALAH!

“Oh ini aku bikin sendiri di dekat kampus ahaha desain sendiri gitu.”

“Oh gitu, bagus deh bajunya. Aku tinggal di Palembang soalnya dan agak susah untuk nyari merchandise kayak gini. Oke makasih ya mas!”

Dan itu 2010. 6 tahun kemudian gue rasa merchandise KPop bisa lo dapetin sambil merem. Bahkan CoppaMagz mungkin akan nge-broadcast online shop berbayar mereka ke LINE setiap dua jam sekali.

Memang, kesukaan yang berlebihan terhadap artis-artis Korea ini ada sisi salahnya. Pasti ada. Kayak misalnya “Kenapa sih gue nggak suka sama artis dari negeri sendiri aja? Kan banyak juga yang berbakat?”

Betul. Banyak kok yang berbakat. Gue sendiri suka kok sama Agnez MO. Banyak aktris dan aktor juga yang gue suka dari kecil. Walaupun sekarang udah nggak banyak muncul lagi. Nggak serta merta gue fanboy KPop terus gue nggak suka sama bintang dari negeri sendiri. Tapi memang, dukungan yang gue tunjukkan ke artis-artis Indonesia yang gue suka ini mungkin beda sama artis-artis Korea. Ya semisal gue ngefans Raditya Dika ya gue beli bukunya. Suka Pevita Pearce ya gue tonton filmnya. Ngefans banget anjir gue sama Cinta Fitri ya gue tonton 7 season sampe seribu berapa ratus episode. Ya maksudnya masing-masing punya cara sendirilah kan untuk menunjukkan dukungan. Lah buktinya mati-matian wa promosi Surga Yang Tak Dirindukan 2 nih selama dua bulan terakhir itu kan salah satu bentuk dukungan gue terhadap perfilman dan bintang Indonesia.

Ehem.

Kesukaan gue terhadap KPop ini kemudian merajalela. Sampai-sampai muncul ide untuk cari kerja yang sesuai nih sama KPop-Kpop-an ini. Sama dunia entertainment. Dan ya, mimpi itu (sempat) jadi nyata. Gue pun jadi wartawan KPop selama beberapa tahun. Dari pekerjaan itulah mimpi-mimpi lainnya juga mengikuti jadi kenyataan: nonton konser gratisan, ketemu Park Bo Young, wawancara Song Ji Hyo dan HaHa ‘Running Man’, sampai “Naik Haji” ke SMTOWN COEX Artium di Seoul.

Udah kayak naik haji gak tuh keliatannya?


Seoul, Rabu (2 Desember 2015)

Posting-an ini adalah bagian ke-13 dari 'Finally, Seoul!', catatan perjalanan pertama saya ke Seoul, Korea Selatan. Sebelum melanjutkan baca bagian ini, baca dulu beberapa cerita sebelumnya supaya lebih nyambung yuk. Link posting-an sebelumnya ada di bawah ini ya!

1. Rabu yang Basah di Gwanghwamun
2. Indomie tengah Malam di Seoul
3. Susahnya Nyari Taksi di Seoul!
4. Bonjour, Petite France!
5. Jadi Tukang Foto Orang Pacaran di Nami
6. Ngeliat Song Seung Hun Syuting 'Saimdang - The Herstory' di Ohjukheon
7. OMG! Saya Ikutan Press Conference Drama Korea!
8. Pertemuan Pertama yang Awkward dengan Salju (ALAY BANGET ASTAGA!)
9. Ngegaul Sendiri di Dongdaemun Design Plaza
10. MBC World, Tempat Seru Buat Ngalay!
11. Jangan ke Myeongdong Kalau Nggak Punya (Cukup) Uang
12. Dream Come True: Finally, Seoul!

Hujan sudah mulai reda tapi Gwanghwamun dan sekitarnya masih basah. Angin dingin yang sesekali ber-wuzzzz wuzzzzzz nerbangin ujung rambut gue juga tetap terasa basah. Yah well at least jigeum nae sudah nggak perlu ribet lagi sama urusan payung. Sisaan plastik dari museum masih nae simpen buat nanti masukin payung ke tas. Supaya tasnya nggak becek di dalem. Udara pelan-pelan jadi makin hangat. Matahari pun sudah mulai muncul di langit buram kelabu kota Seoul di awal Desember ini. Badan gue yang tadinya agak menggigil jadi terasa berkeringat. Efek berjalan cukup jauh dari kedai makan kimbab melewati Insadong dan sekarang menyebrang menuju ke Gyeongbukgung Palace.

Ched—teman baru gue dari Filipina—sedang berjalan dengan Suzy—temannya yang asli Korea dan sudah lama nggak ketemu—di depan gue yang mata dan kepalanya nggak bisa diem. Terus-terusan noleh kiri kanan kiri kanan. Penasaran dengan setiap cerita yang bisa aja muncul dadakan kayak kang tahu bulat di lorong-lorong toko di Insadong. Atau di setiap persimpangan jalan menuju ke Gwanghwamun Square.

Tadi kita cukup lama di Insadong, by the way. Tempat ini unik. Jelas banget ditujukan untuk turis (dan entah kenapa pecinta art). Karena ya sepanjang jalan isinya cuma toko make up dan souvenir. Nggak jauh beda dari Myeongdong, tapi Insadong lebih punya pesona untuk gue sendiri. Nggak terlalu rame, nggak terlalu padat, nggak terlalu menderu-deru(?). Sama-sama banyak makanan, sama-sama banyak orang pacaran. Menelusuri jalan di Insadong ngingetin gue sama Diagon Alley-nya Harry Potter. Makanya pas Dedy—temen gue yang waktu itu lagi S2 di Korea juga—ngajak ke sini lagi gue nggak nolak.

(Tunggu selengkapnya di chapter ‘Jatuh Cinta pada Insadong’)

“Gyeongbukgung Palace udah deket, tuh di depan sana, cuma nyebrang dikit aja,” Suzy memecah keheninga. Jujur gue masih canggung karena ini pertama kalinya gue jalan sama mereka. Jadi gue sendiri nggak banyak ngomong. Untuk urusan jalan-jalan juga sebenarnya gue lebih suka sendirian. Tapi karena gue berniat menjalin silaturahmi secara internasional jadi gue nggak menolak ajakan Ched tadi pagi.

Gue dan Ched cuma bisa mengangguk, ngikutin petunjuk dari Suzy. Dia guide-nya hari ini, jadi yaudah bebas mau diajak kemana juga hayuk.

Keluar dari jalan Insadong kita sampai di persimpangan yang nggak terlalu ramai. Satu dua motor lewat tapi bukan kayak di Jakarta yang motor memang jadi transportasi masyarakat umum. Yang lewat paling abang-abang delivery makanan atau ajoessi-ajoessi yang nganterin barang. Mobil juga lagi sepi. Bus lewat satu atau dua. Hari menjelang sore dan orang-orang mungkin masih males keluar karena habis hujan.



Sesekali gue berhenti kalau ngeliat hal menarik untuk dipotret. Kamera saku punya kantor yang gue bawa itu berguna banget. Sebelum nyebrang ke Gyeongbukgung, nggak jauh dari ujung jalan Insadong ada monumen yang menarik perhatian gue. Monumen ini nggak terlalu gede, tapi lucu aja gitu. Bagian bawahnya melingkar, agak lebih tinggi dari jalanan di sekitarnya. Di tengah-tengah terlihat jelas genangan air bekas hujan. Awalnya gue berpikir keras sama bentuk monumennya. Gue pikir itu anjing laut atau lumba-lumba lagi nyundul bola atau kaleng sarden. Pas diperhatikan ternyata itu kuas kaligrafi.

Agak jauh ya. Mian.


Mungkin ada yang salah dengan mental gue.



Pas mau nyebrang gue sempat memotret juga semacem bangunan tradisional semacem gazebo?? Di tengah-tengah perempatan jalan. Pertanda kalau Gyeongbukgung sepertinya sudah dekat.

Kuharus jujur kalau udara Seoul sore itu seger banget! Angin jelang musim dingin ditambah udara habis hujannya bikin nyaman. Gue suka banget sama aroma hujan. Ya apapun tentang hujan gue suka sih. Kecuali banjir bandang mungkin nggak karena itu masuknya udah malapetaka.

Matahari sudah agak condong ke barat dan berusaha bersinar seterang-terangnya tapi kalah sama awan. Suasana jadi adem-adem gloomy tapi menyangkan because hey we’re in Seoul right now! THE CITY OF MY DREAM AS A KPOP FANBOY! Damn… gue nggak bisa berhenti motret setiap ada kesempatan. Sampai memastikan bahwa gue nggak ketinggalan jauh dari dua sahabat yang sedang bernostalgia di depan gue itu.

Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, kita sampai di depan Gyeongbukgung. Pas banget juga hape gue tiba-tiba bergetar. Sekedar mengingatkan, selama di Seoul gue pake paketan WiFi dari Olleh. Sila baca di sini bagaimana gue mendapatkannya.

Gue merogoh saku dan melihat ada pesan masuk dari Facebook Messenger.

“Kak aku bisa ketemu di SMTOWN COEX sore ini. Gimana?”



Gemeter sejenak. SMTOWN COEX. APA?!

Gue baca ulang pesannya. Itu dari Annis. Salah satu temen gue di UI, lulusan Sastra Korea dan saat itu sedang melanjutkan S2 di Seoul. Sejak gue tiba di Seoul gue memang udah ngabarin Annis soal perjalanan gue ini. Gue juga udah janji mau ketemu sama dia. Annis sekarang kuliah di Kyunghee University. Salah satu fakta yang bikin gue iri karena dia adalah salah satu mahasiswa yang dapet beasiswa KGSP untuk melanjutkan pendidikan di Korea. HUHUHUHUHU Gue selalu iri sama orang pinter. Karena gue tahu gue nggak pinter-pinter banget di akademis. Sudah berapa lama gue nggak buka buku untuk dipelajari. Sudah terlalu nyaman dengan kerjaan dan kehidupan saat itu.

Nah, Annis janji mau jadi guide gue di SMTOWN COEX. Hari ini kebetulan dia bisa. OMG! SO EXCITED!

Sebagai fans SMTOWN, COEX Artium bisa dibilang pusat dari segala rasa cinta itu. Tempat yang sudah diimpi-impikan untuk didatangi. Nggak cuma Seoul secara keseluruhan, tapi tempat ini secara khusus. Gue yang selalu nanya “Kapan? Kapan? Kapan?” dan selalu iri sama orang yang update kalo mereka lagi liburan ke Korea, sekarang akhirnya doa gue terkabul. Dan perjalanan ini GRATIS. Itu yang harus ditekankan WQWQWQWQ Ya akan selalu ada jalan sih kalau emang berusaha dan istikomah.

Malah ceramah.

Tapi ya, segala caci maki dan cibiran bertahun-tahun lalu juga yang membawa gue ke sini.

Buru-buru gue bales pesan Annis dan setuju untuk bertemu satu jam lagi. Gue juga menjelaskan kalau gue sedang ada di Gwanghwamun sekarang. Nggak jauh dari stasiun subway.

“Boleh kak, dari tempatku ke Samseong Station juga kira-kira 40 menitan.”

“Siap deh Nis. Ini kebetulan aku belum masuk ke Gyeongbukgung jadi aku bisa cabs. Dua temenku mau masuk soalnya. See you!”

Sebenarnya gue nggak enak mau ninggalin Ched dan Suzy. Karena kan udah diizinkan buat ikutan jalan bareng mereka. Jadi obat nyamuk di antara reuni itu. Apalagi kita udah jalan dari pagi dan tiba-tiba pergi begini kan nggak enak. Kesannya kayak mereka cuma jadi pengisi di waktu kosong doang. WKWKWKKW. Gaya banget gak sih bahasa gue. Muntah. Gak deng. Tapi emang nggak enak kalo pamit tiba-tiba gini. Karena prioritas gue sama Ched pun kan udah beda. Ched nggak suka KPop. Dia ke Korea pun pengen ke tempat wisata yang tradisional. Jadi gue nggak mungkin memaksa dia buat ikutan ke SMTOW COEX Artium dan menjadi saksi kealayan gue akan KPop. Mana dia jauh lebih muda dari gue pula kan secara umur. HARGA DIRI MEN.

Tapi gue harus berpisah dengan mereka. Karena…. APA LAGI YANG LEBIH PENTING DI DUNIA INI SELAIN TUHAN, RASUL, DAN FANDOM!!!??!?!??!

PRINSIP RONZZY KEVIN: (1) TUHAN DAN SEGALA PERINTAHNYA, (2) FANDOM!

Ketemu sama Annis juga adalah prioritas. Karena kalau eggak hari ini nggak tahu lagi kapan. Gue nggak pengen mengganggu dia dengan segala kesibukannya sebagai mahasiswa juga. Yaudah akhirnya hari itu gue memberanikan diri untuk pamit dari Ched dan Suzy setelah kita puas foto-foto di depan gerbang Gyeongbukgung dan gangguin mas-mas penjaga pintu yang demi Allah awalnya gue kira itu patung ternyata orang.

“Anjir ya ini orang-orang bisa aja berdiri di situ dalam kondisi cuaca dingin kayak gini?” kata gue ke Ched.

“Yakin itu orang?” kata dia.

“Ya coba aja kelitikin. Atau jambak itu kumisnya.” Gue menyarankan tapi nggak dilakukan. Daripada kita dideportasi sama-sama.

Antara kagum sama kasian. Soalnya mereka pasti capek berdiri tegak, tatapan lurus, nggak boleh garuk-garuk kalo gatel, nggak boleh miring badannya kalo pegel, bawa tongkat, kaku, bajunya pasti berat karena di dalemnya pasti ada hot pack, dan harus mau diapa-apain sama turis iseng kayak gue dan Ched yang gemes banget pengen cabutin kumisnya satu. Atau sekedar tiup-tiupin kuping mereka sambil berbisik “SHINee’s back back back back.”



Jadi inget adegan Mr. Bean ke Inggris dan ngerjain salah satu penjaga istana Buckingham. Ya adegan ini kalo dilanjutkan bisa jadi kayak gitu.

“Sorry guys but I think I can’t join you guys to enter the Palace,” gue akhirnya bicara.

“Loh, why?”

“I had a promise with a friend and we’ll meet at Samseong station at around 4:30. So I think I leave you two and go to Samseong right now,” kata gue.

“Oh gitu. Yaudah deh gapapa. Kalau gitu have fun ya! Thank you for today,” kata Suzy dan Ched.

“IYA! Kalian juga have fun! Sori kalo ngintilin dan ngerepotin. See you at the hostel ya Ched!” kata gue.

Setelah gue pamit dan memastikan mereka berdua sudah masuk ke Gyeongbukgung, gue langsung nyebrang jalan menuju ke Gwanghwamun Station lagi. Melewati patung Raja Sejong yang bersinar keemasan, menuruni tangga menuju stasiun bawah tanah, lalu mencari jalan sendiri ke Samseong Station. Gue cukup bangga dengan kemampuan gue mengingat jalan dan arah. Terutama kemampuan gue untuk menghapal bagaimana caranya keluar-masuk subway, pindah dari stasiun satu ke stasiun lain, padahal baru dua kali naik. Bahasa Korea gue nggak bagus, itu artinya gue harus bisa apa-apa sendiri wkwkwkwk. Setelah tap T-Money dan masuk ke subway, gue pun duduk dengan tenang sambil membayangkan kalau tiba-tiba ketemu jodoh di sana.

Ehem. Airin.

Sepanjang jalan ke Samseong gue tuker-tukeran pesan sama Annis. Memastikan kalau gue nggak kesasar dan nggak akan telat. Memastikan juga kalau tujuan hari itu cuma satu: SMTOWN COEX Artium aja. Nggak ke mana-mana lagi dan nggak akan ke tempat lain lagi. Masudnya, COEX kan juga sebenarnya mall. Dan di sana juga kayak yaudah sama aja sama mall di Jakarta. Belanja pun enggak, jadi ngapain masuk mall. Walaupun Annis sempat nanya soal akuarium tapi gue pun nggak ada rencana ke sana. Jadi yaudah, sore itu temanya adalah SMTOWN COEX Artium.

Sekali lagi, ini urusan fandom! Nggak bisa kalo nggak fokus!

Gue berusaha untuk nggak ketiduran di subway. Kebetulan memang kondisinya lagi sepi banget. Kalau udah jalan seharian kayak tadi biasanya gue akan tidur lebih cepat dari biasanya kalau udah nemu sandaran kepala. Apalagi gue tipikal yang nempel molor. Tapi ponsel membuat gue terjaga. Serunya lagi, WiFi Olleh yang gue beli itu kalo di dalem subway kenceng  banget sinyalnya! Jadi apa-apa lancar kalau mau update. Kecuali kalau lagi lewatin terowongan sik. Pasti ilang itu sinyal. Sempat mengangguk-angguk karena kantuk, tapi nggak sampai yang nyenyak. Takut kalo nyenyak ntar pas bangun udah sampe Pyeongyang kan serem juga.

Subway pocong.

Sekitar 40 menitan sesuai ekspektasi gue tiba di Samseong Station. Aduh. Rasanya deg-degan banget. Rasanya kayak mau ngejemput calon istri. Rasanya campur aduk. Ngga ngerti lagi harus apa. Kalau mau dirangkum, gue deg-degan karena dua hal: (1) pasti di luar dingin banget dan gue takut nggak sanggup menahannya karena di bawah sini enak banget hangat. Walaupun di Gwanghwamun tadi rasanya udah fine-fine aja, tapi di bagian lain Seoul siapa yang tahu. Orang keluar subway di Hapjoeng aja bisa menggigil sementara di Gwanghwamun malah hangat, (2) alasan kedua karena ini dalam perjalanan “naik haji”.

AHWOOOOO!!!!!!!!! GIMANA KALO KE MEKAH BENERAN?!?! MUNGKIN BELOM SAMPE KAKBAH UDAH LEMAS DULUAN KARENA BELUM SUCI DAN MASI PENUH DOSSACH.

Ini yang kasarnya mau ke tempat penuh kesenangan duniawi aja gue masih gemetaran. Gimana menghadap Yang Maha Kuasa. Mendadak gue baca Al Fatihah. Berdoa. Ya Allah, maafkan aku. Masih belum total beribadah. Masih duniawi banget. Masih labil.

Baru mau lanjut baca Ayat Kursi pas keluar dari stasiun subway, gue langsung dihadapkan dengan iklan selamat ulang tahun superbesar dari musuh bebuyutan gue di fandom: Park Chanyeol.

“Allahulailahailahuwalhayyulqayyum…” baca Ayat Kursi kenceng-kenceng sambil liatin gambarnya.
“Emang dia kapan sih ulang tahun?” kata gue dalam hati sambil terus berjalan keluar dan beberapa langkah dari sana akhirnya gue ketemu sama Annis.





Setelah bersalam-salaman seperti sedang lebaran, Annis langsung memandu perjalanan menuju lokasi. Jujur aja gue makin deg-degan dan gemeteran. Ngerti nggak sih ini tuh my first time! And because it was my first time, gue tuh excited af! AHAHAHHAHA GATAU HARUS APA. Pas keluar stasiun, dari kejauhan langsung keliatan bangunan warna hitam-putih kayak papan catur (atau illuminati) dengan logo-logo kecil di setiap warna putih dan hitamnya. Persis seperti yang ada di internet. Dan agak ke atas lagi ada poster f(x) ‘4 Walls’ yang dirilis belum lama.

“Welcome to heaven!” kata gue ke diri sendiri sambil senyum-senyum sendiri.

Gue berdiri agak lama di sana sambil memperhatikan sekitar dan sesekali memotret. Gue juga sempat minta difotoin dulu sama Annis di depan gedung. Buru-buru di Instagram mumpung masih dapet sinyal. Ahahahaha. Dada gue rasanya sesak. Sesak karena terlalu gembira.





Pintu masuk ke gedung itu ada di bagian lain dari arah kedatangan gue dari stasiun. Menuju ke sana nafas gue makin berat. Gue nggak berharap bakalan ketemu sama siapapun. Tapi pengalaman pertama ini bikin gue bener-bener masih nggak bisa percaya gue akhirnya ada di sini. Setelah mengkhayal selama dua setengah tahun setelah gue jadi wartawan, bertanya-tanya kapan gue bisa liputan ke Korea, dan sekarang gue ada di sini. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Annis mendadakk mengomentari baju gue yang menurut dia terlalu tipis untuk udara sedingin ini. Tapi sore itu gue merasa baik-baik aja. Mungkin sudah hangat karena terlalu bersemangat. Entahlah. Nggak paham. Tapi yang jelas gue baik-baik saja.

Sebelum ke sini gue pernah liat gedung itu di video promosi SM di YouTube. Baca nama SMTOWN COEX Artium juga sudah sering. Nulis itu di badan berita juga sudah sering. Tapi ke sini baru pertama (again!). Sekarang saatnya membuktikan kalau semua yang ada di video itu benar adanya. Semua yang gue lihat di video itu bener-bener nyata. Dan ketika gue sama Annis berjalan menuju pintu masuk SMTOWN COEX Artium, dada gue makin sesak. But in a good meaning.

“YA ALLAH. LA HAULAWALA QUWATA ILA BILLAH….. ALHAMDULILLAH YA ALLAH….”

Just like every pengkolan At Gwangwamun and Hongdae, masuk ke sini juga benar-benar berusaha gue nikmati banget setiap langkahnya. Bisa jadi ini kesempatan pertama dan terakhir. Siapa yang tahu umur manusia? Setiap apapun yang gue lihat di sana berusaha gue rekam baik-baik di memori. Gue paksa masuk long term memory. Karena gue tahu, ketika gue kembali ke Indonesia, part ini akan gue tulis di blog dan itu bisa aja berselang berbulan-bulan setelah perjalanan yang sebenarnya terjadi. Gue ingin memberitahukan semua orang betapa bahagianya gue ketika masuk ke tempat itu.

“ASSALAMUALAIKUM….”

Salam gue dijawab oleh sederet layar yang tersusun vertikal di depan pintu masuk yang saat itu sedang memutar teaser video ‘Love Me Right’-nya EXO. Gue tahu semua sedang ada di Hong Kong saat itu, tapi shit men, rasanya kayak disambut sama EXO beneran. Lebay emang. Tapi gapapa. Lebay sesekali diperlukan. INI MASALAH FANDOM! HARUS LEBAY! KALO NGGAK LEBAY, UUS NGGAK BAKALAN NGATAIN KAN!



Yang paling berasa pas udah di dalem sebenarnya adalah rasa hangatnya.

Gue sama Annis melewati sederet anak-anak cewe yang baru abis belanja sebelum naik eskalator. Gue juga berhenti sebentar di depan LCD-LCD itu. Nonton teaser ‘Love Me Right’ lagi di situ nggak ada salahnya. Walaupun itu teaser udah gue tonton berkali-kali juga di YouTube. Bahkan sudah gue review kalau gue nggak salah inget.

Di sisi kanan dinding tempat LCD-LCD itu nempel ada eskalator naik (kanan pintu masuk) dan turun (kiri pintu masuk). Sementara di belakang gue, di kaca sebelah pintu masuk dan keluar ada beberapa standing banner dengan wajah-wajah familiar. Mulai dari konser SMTOWN, album baru SJ juga TVXQ. Dan persis seperti video YouTube tentang tempat ini, Minho ‘SHINee’ raksasa menyambut di dinding sisi kiri eskalator naik.



“Halo bias pertama!”

Jadi inget jaman-jaman SMA baru pertama kali lihat MV SHINee yang ‘Love Like Oxygen’ langsung nempel di kepala dan nyanyi-nyanyi lagu itu sepanjang malam sampe jelang ujian nasional. Dan sekarang ada di depan (video raksasa) Minho tuh rasanya bener-bener seperti mimpi yang jadi nyata. Perlahan eskalator bergerak naik dan sampailah kita di ujung tangga di lantai 2F. Logo SUM Store gede banget kayak emblem sekolah-sekolah di drama Korea nempel di dinding. Logonya simpel dua dimensi dan warna hitam-putih gitu.

Gengs, ada di dalam gedung itu bikin kondisi mental gue jadi nggak stabil. Tapi ini dalam arti kata yang positif. Rasanya pengen banget teriak kenceng-kenceng. Menunjukkan kebahagiaan yang membuncah. Karena memang rasanya bahagia itu berlebihan banget. Sampe sesek. Tapi mau heboh-heboh banget juga nggak bisa. Pertama jelas takut diusir. Kedua jelas takut dikira orang gila. Kalau dikira orang alay sih yaudah ikhlas karena emang alay. Ketiga takut nggak dianggap temen lagi sama Annis.





Berbelok ke kiri dari eskalator naik, gue langsung disambut poster promo ‘Mr. Taxi’ dan ‘Mr. Mr’-nya SNSD. Ngintip dikit-dikit member Super Junior dari album ‘Acha’, Seulgi dari ‘Happiness’ dan ketika berbelok kiri lagi di lantai 2F itu, ada poster maha besar SHINee ‘Everybody’ yang bikin terkapar. DAMN! SHINee is the only reason why I Stay in this KPop world! Pengin rasanya foto-foto di situ sampai bosen. Tapi mutusin buat nggak dulu. Karena perjalanan masih panjang.





Lantai 2F ini secara keseluruhan sik tempat belanja CD dan souvenir. SUM Store ini bisa dibilang semuanya jualan gift SMTOWN. Lo bisa belanja di sini dengan harga yang jauh lebih murah daripada online shop di Jakarta tentu saja.

Baru mau masuk ke sana, gue disambut oleh standee Suho yang lagi promosi Pepero. Gede banget berdiri di tengah-tengah pintu masuk. Sementara di dinding belakang SUM Store sedang diputar MV ‘Party’-nya SNSD dari proyektor yang nempel di atap. Konsep open ceiling di SUM Store ini bikin pemandangannya jadi makin unik. Gue suka sih interiornya. Sebagai fans SMTOWN, berada di sini kayak berada di rumah dan juga di goa harta karun. Walaupun harta karunnya nggak bisa lo miliki semua. Nggak akan berasa asing di sini karena setiap pengkolan isinya bias lo semua. Lurus dikit Suho, belok kiri dikit Taeyeon, lirik ke kanan Siwon, duduk nemu Onew, rukuk ketemu Yoona. Surga Yang Kurindukan banget #AHEM.







Setumpuk boks berbungkus kain putih dan hitam dengan logo EXODUS-nya EXO ada di deket standee Suho Pepero itu. Termasuk juga dua kotak Pepero raksasa ada di sana. Dari situlah gue baru sadar kalo ada banyak banget merchandise EXO di sana. Walaupun hall of fame-nya tetap dijuarai oleh TVXQ sih. Gue nggak ada keinginan untuk borong semua benda-benda yang ada logo EXO-nya. Walaupun perjalanan ini dibiayai, tapi untuk urusan belanja harus bayar sendiri kan. Dan gue ke sana minim budget. Nggak mau kalap untuk yang nggak perlu-perlu banget. Walaupun FANDOM DI ATAS SEGALANYA, tapi HEMAT TETAP HARUS DIPELIHARA.

Koper gue juga sudah penuh dengan oleh-oleh untuk orang kantor yang bahkan belom gue beli. Bisa aja sih nambah koper. Tapi itu berarti gue harus mengeluarkan ekstra USD 100 ke Korean Air. Dengan uang sebanyak itu kan gue bisa beli macem-macem di hari-hari gue di Korea berikutnya. Jadi bener-bener perjalanan ini penuh tantangan. Nggak boleh kalap. NGGAK BOLEH! Tapi tetap harus beli satu atau dua lah dari SMTOWN COEX Artium. Sebagai cenderamata bahwa kusudah menunaikan tugasku sebagai fans.

Annis membiarkan gue jalan-jalan sendiri menikmati SUM Store. Dia memilih untuk berjalan ke sisi lain dari toko itu. Gue memulai perjalanan gue dari sisi kanan toko dan menemukan banyak banget benda-benda lucu yang harganya berkisar KRW 1000 sampai KRW MAHAL BANGET NAUZUBILLAHIMINZALIK. Yang menarik perhatian gue pertama kali adalah totebag bertandatangan Suho di salah satu dinding. Tapi itu enggak dijual karena cuma pajangan.

“Siwon banyak banget loh kak tanda tangannya di sini. Dia kayak alay banget setiap dateng dia pasti tanda tangan. Di setiap fotonya pasti ada tanda tangannya,” kata Annis tiba-tiba dateng. Gue cuma ketawa. Kapan sih Siwon nggak alay.

Sederet sampel buku tulis bergambar papertoy EXO juga dijual di sana. Termasuk juga papertoy-nya. Sudah bisa ditebak punya Baekhyun yang paling langka dan sold out. Kebanyakan dari yang ada di sana juga cuma sampel dan pajangan. Jadi agak susah juga kalau mau beli. Cuma ya kalau pasrah waktu itu mungkin bisa beli yang Tao. Karena nyisa banyak. WAKKAWKWAKWKAKWAKWAK Walaupun dia udah nggak di EXO, tapi barang-barang yang ada gambar muka dia masih dijual waktu itu.

Berbagai kotak random yang ditempatkan di sudut-sudut SUM Store juga menarik perhatian gue. Ada muka Donghae sampai Changmin. Ketika beralih ke rak CD, rasanya pengen beli semuanya.







Waktu itu gue pengen punya ‘At Gwanghwamun’-nya Kyuhyun. Tapi pengen juga ‘Holler’-nya TTS. Ah… susah sih, ini semua bias. Jadi emang harus bener-bener milih salah satu aja. Harga CD-nya belasan ribuan. Nggak kayak Box-nya EXO yang sampai tiga puluhan ribu. Karena galau mau beli apa, gue akhirnya milih untuk beli ‘Dumb Dumb’-nya RV aja. Demi Irene. Karena gue sudah punya yang ‘Ice Cream Cake’, jadi gue rasa ini saatnya melanjutkan mengkoleksi CD RV. Kalau EXO kan sudah punya semua jadi gausahlah dibeli di sini. Walaupun Box itu menggiurkan, tapi so mahal.

Serius deh gue senyum-senyum sendiri setiap kali bergeser satu langkah di SUM Store. Kayak pas liat piercing-piercing yang dijual di sana dan Taemin yang jadi modelnya, gue pengen ngumpat. Nggak cuma karena harganya, tapi karena SM Entertainment bisa menjadikan artisnya sebagai modal utama buat jualan. Fans mana yang nggak tertarik punya “Piercing seperti Taemin di ‘Danger’?” Sederet pernak-pernik wajah itu bikin bergidik. Apalagi pas ngeliat EXODUS Ring… Ya Allah…. SM nyari duit begini amat ya.






Poster, photocard, replika baju, topi, kaca mata, sampai hal-hal nggak penting buat gue kayak alat tulis bergambar EXO (anjjiiiirrr gue jadi inget pas SD gue ngoleksi serutan pensil bergambar Harry Potter—dulu itu penting sekarang boro-boro megang pensil) ada di sini. Semuanya bener-bener memanjakan fans banget. Ya yang punya duit, ya yang cuma bisa moto-motoin barangnya aja nggak beli apa-apa. Megang baju replika ‘Love Me Right’ yang ditandatangani EXO aja udah seneng. Gimana kalo beli dan make baju official itu? Pasti ada kebanggaan tersendiri. Tapi apalah gue cuma mampu beli sticker Hans-nya Suho di ‘School of Oz’ yang harganya KRW 1000 an. WKWKWKWKWKWK






Salah satu pojok menarik di SUM Store adalah stempel-stempel logo artis-artis SM. Gue menghabiskan ada kali 15 menit cuma buat ngecap-ngecap stempel itu di notes yang gue bawa. Ngejodoh-jodohin bias gue kayak Siwon-Donghae (eh ahahah OTP), Taeyeon-Baekhyun, Kai-Krystal. Nggak tahu faedahnya apa tapi gue seneng aja. Dari semua stempel itu yang paling lucu f(x) sama SHINee. Karena EXO cuma inisial huruf pake model maze, sementara f(x) ada karakter game 8 bit-nya. Kalau SHINee ada minion member berkostum ‘Everybody’. Menggemaskan!






For me, this is heaven, eventhough I don’t have that much money to buy everything that I love. Ahahaha tapi berada di tempat ini aja gue udah bahagia banget! Dan ini baru lantai dua! Ada apa di lantai selanjutnya ya?!

“Yuk Nis, naik lagi!”

Follow Me/KaosKakiBau in everywhere!
Watch my #vlog on YouTube: KaosKakiBauTV (#vron #vlognyaron)
Twitter: ronzzykevin
Facebook: fb.com/kaoskakibau
Instagram: ronzstagram - kaoskakibaudotcom
Steller: ronzzykevin
Snapchat: snapronzzy
Line@: @kaoskakibau (di search pake @ jangan lupa)

Share:

0 komentar