Malam Labil, Indah Menyesatkan

Rasanya seperti melayang di udara tanpa ada beban. Ya, ketika aku melihatmu ada di depanku, itulah yang aku rasakan. Setiap hari bisa melihat wajahmu, senyummu, dan setiap gerak-gerikmu membuatku merasa tenang. Setidaknya aku tak perlu mengkhawatirkanmu karena kau dekat. Hanya saja jika akhir minggu datang, aku mulai galau dan labil. Aku tak bisa bertemu denganmu selama dua hari dan itu menyiksa. Sungguh... berjalanpun rasanya gontai tak karuan. Aku hanya memikirkan dirimu. Senyummu. Wajahmu. Gerak-gerikmu. Andai kau tak ada, aku tak tahu apa jadinya aku.

Mungkin kau tidak merasakannya karena kau tak tahu bagaimana perasaanku, benar kan? Andai saja aku bisa memberitahukannya. Andai saja aku bisa mengungkapkannya. Andai saja tidak ada seseorang yang kau sebut pacar sedang bersamamu saat ini. Aku pasti sudah jadi milikmu. Tidak... kau yang menjadi milikku. Namun, akankah itu terjadi? Bilamana?

Aku tak bisa berhenti berpikir bahwa aku adalah orang yang bodoh. Mencintaimu sampai sejauh ini namun tak sekalipun berani mengungkapkannya. Aku adalah orang yang munafik. Selalu memberitahukan pada teman-temanku bahwa mereka harus jujur pada perasaan mereka sendiri. Tidak perlu menyembunyikan perasaan mereka pada orang yang mereka sayang. Tidak usah membuang-buang waktu sebelum terlambat. Munafik. Aku bahkan tak berani menatap lurus ke mata hitam berlian itu saat kau ada di depanku. Aku tak punya keberanian apapun. Aku lemah. Seketika.

Perasaan ini kuat, namun tak boleh begini terus. Aku bukan tak mau mengatakannya, tapi aku menghormati duniamu, dan dunia kekasihmu. Klise... tapi aku benar-benar tidak ingin merusak apapun jika itu menyangkut kebahagiaanmu. Menyimpan perasaan ini memang benar menyakitkan. Tapi terkadang perasaan seperti ini membuatku nyaman dan aku mulai menikmatinya. Ya... menikmati menatapmu dalam diam, menikmati euforia kesenangan jika bersamamu dalam diam, menikmati kecemburuan dalam diam, menikmati setiap senyumanmu dalam diam, menikmati bisikanmu dalam diam, menikmati ayat-ayat yang kau bacakan dalam diam, menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang ada padamu dalam diam.

Suatu saat nanti, ketika bumi sudah berputar secara normal, ketika matahari kembali memanas, ketika gunung-gunung tenang tanpa letusan yang menyeramkan, ketika angin berhembus ke arah utara, ketika langit biru tanpa awan, ketika hujan turun ditengah gelapnya malam, ketika aku sudah ada keberanian itu... pasti akan kukatakan...

Share:

0 komentar